1302116005-2-z. BAB I PDF
1302116005-2-z. BAB I PDF
PENDAHULUAN
Demam merupakan suatu gejala gangguan kesehatan yang berupa keluhan dan bukan
diagnosa. Menurut Guyton & Hall (2007), demam adalah peningkatan suhu tubuh
diatas normal dapat disebabkan oleh kelainan di dalam otak sendiri atau oleh zat
(Potter & Perry, 2005). Peningkatan suhu tubuh diatas 400 C yang diukur per rectal
bisa membahayakan apabila terjadi pada waktu yang lama, yaitu dapat
menimbulkan sejumlah kerusakan otak permanen dan bisa berakibat fatal (Ganong,
2002). Maka dari itu perlu penanganan yang cepat untuk menghindari akibat yang
lebih parah.
Secara garis besar ada dua kategori demam yaitu demam infeksi dan non infeksi.
Demam infeksi merupakan demam yang terjadi sebagai respon tubuh terhadap
peningkatan set point seperti flu, radang tenggorokan, gondongan, campak, demam
berdarah, demam typoid dan gastroenteritis. Sedangkan demam non infeksi yaitu
peningkatan suhu tubuh karena pembentukan panas berlebihan tetapi tidak disertai
2
peningkatan set point seperti pada penderita gondok atau keracunan aspirin (Widjaja,
2001).
Salah satu penyebab demam adalah virus pada penyakit DHF. Karateristik demam
pada DHF yaitu demam pada hari ke tujuh, kadang-kadang disertai perdarahan,
adanya rumple leed yang positif, dan penurunan jumlah trombosit ( Depkes, 2006)
.Gambaran klinis DHF antara anak dan dewasa hampir sama dimana komplikasinya
demam infeksi yang di sebabkan oleh virus kadang diberikan antibiotika (Sulastowo.
2008). Penurunan suhu tubuh pada demam non infeksi diantaranya menggunakan
cara obat- obat tradisional, obat antipiretik, kompres hangat dan kompres dingin
(Kozier, 2000). Penggunaan obat tradisional biasanya dengan jamu atau ramuan
Pemberian kompres hangat merupakan suatu metode untuk menurunkan suhu tubuh
biasanya diberikan pada suhu dibawah 380 C ( Heqner, 2003). Pemberian kompres
hangat merupakan tindakan mandiri perawat yang bertujuan menurunkan suhu tubuh,
memberi kenyamanan dan mencegah terjadinya kejang demam (Kusyati dkk, 2013).
Pemberiannya sering dilakukan di daerah vena besar seperti axilla dan daerah
abdomen. Kompres hangat di daerah axilla cukup efektif karena adanya proses
3
vasodilatasi. Pemberian kompres hangat didaerah abdomen adalah lebih baik karena
Suhu air hangat yang digunakan pada kompres hangat sekitar 34-370C (Wolf, 1984).
menginterpretasikan bahwa suhu diluar cukup panas. Dengan demikian tubuh akan
suhu tubuh lagi. Disamping itu lingkungan luar yang hangat akan membuka
pembuluh darah tepi dikulit melebar atau vasodilatasi dan pori pori kulit terbuka
Hal ini sejalan penelitian yang dilakukan oleh Sodikin dan Yulistiani (2011)
dan kompres plester di daerah dahi pada anak demam di RSUD Banyumas. Hasil
hangat 0,70C dan pemberian kompres plester reratanya 0,30C Hal ini dapat
disimpulkan pemberian kompres hangat lebih efektif untuk penurunan suhu tubuh
Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Muthalib ( 2010) tentang efektifitas kompres
hangat di dinding abdomen dan diaxilla pada 20 orang sampel klien demam di RSUD
Pamekasan. Bahwa terjadi penurunan suhu tubuh setelah dilakukan kompres hangat
Saat ini, penggunaan kompres hangat mulai jarang dilakukan terutama di Rumah
organ tubuh seperti yang dijelaskan oleh Pujiarto (2007) bahwa pada dasarnya tidak
ada obat yang tidak berisiko menimbulkan efek samping. Pemberian obat demam bisa
menimbulkan efek samping mulai dari nyeri dan perdarahan lambung (yang paling
sering), hepatitis (kerusakan sel hati yang ditandai dengan peningkatan enzim SGOT
dan SGPT, pembengkakan dan rasa nyeri di daerah hati), gangguan pada sumsum
tulang (produksi sel darah merah, sel darah putih dan sel trombosit tertekan),
gangguan fungsi ginjal, rasa pusing, vertigo, penglihatan kabur, penglihatan ganda
(diplopia), mengantuk, lemas, merasa cemas, dan sebagainya. Risiko efek samping
perdarahan saluran cerna misalnya, akan meningkat bila kita memakai lebih dari satu
RSUD Kabupaten Buleleng tahun 2013 adalah 329 orang atau( 14%) dari 2281
orang, jumlah penderita demam dewasa pada tahun yang sama adalah 240 orang atau
(17%) dari 1400 orang dan pada anak-anak terdapat 270 orang atau (18%) dari 1500
masih banyak perawat yang belum tahu tentang pemberian kompres hangat di daerah
abdomen. Untuk dapat mengangkat intervensi ini kepermukaan maka perlu adanya
Hangat di Daerah Abdomen terhadap Penurunan Suhu Tubuh Klien Anak Dan
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah adakah perbedaan efektifitas
kompres hangat di daerah abdomen terhadap penurunan suhu tubuh klien anak dan
dewasa.
terhadap penurunan suhu tubuh klien anak dan dewasa di RSUD Kabupaten
Buleleng.
5. Menganalisis perbedaan suhu tubuh sesudah kompres hangat pada klien anak-
anak
6. Menganalisis perbedaan suhu tubuh sesudah kompres hangat pada klien dewasa
7. Menganalisis perbedaan penurunan suhu tubuh pada klien anak anak dan
dewasa
Setelah penelitian selesai, peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat baik
demam.
2. Sebagai bahan masukan atau pertimbangan untuk peneliti lain yang ingin
Sebagai masukan bagi perawat dan profesi kesehatan lainnya di dalam tim
menurunkan suhu tubuh pada klien demam melalui penggunaan metode yang
efektif.
Penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi seluruh Rumah Sakit dan