Anda di halaman 1dari 20

BAGIAN IKK–IKM FEBRUARI 2019

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO

LAPORAN OKUPASI
IDENTIFIKASI BAHAYA POTENSIAL PADA PETUGAS KARANTINA
PEMERIKSA KESEHATAN KAPAL ASING

Oleh :
LM Yakdatamare Y, S.Ked (K1A1 13 152) LM Shafar Soliwunto,S.Ked (K1A1 13 143)
I Gede Anugrah A, S.Ked (K1A1 13 022) Intan Hastuti Udin, S.Ked (K1A1 12 008 )
Eka Novia Syah Putri, S.Ked (K1A1 13 016) Trianti Para, S.Ked (K1A1 13 036)
Tesa Ristanti, S.Ked (K1A1 13 092) Nur azizah Arsyih, S.Ked (K1A1 13 115)

Pembimbing :
dr. Ika Rahma Mustika Hati, M.K.K

KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN
KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keselamatan kerja merupakan sarana utama untuk pencegahan
kecelakaan seperti cacat dan kematian akibat kecelakaan kerja.
Keselamatan kerja dalam hubungannya dengan perlindungan tenaga kerja
adalah salah satu segi penting dari perlindungan tenaga kerja. (Suma’mur,
2014)
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang
memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat
sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut
merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan. K3 bertujuan
mencegah, mengurangi bahkan menihilkan risiko kecelakaan kerja (zero
accident). Penerapan konsep ini tidak boleh dianggap sebagai upaya
pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang
menghabiskan banyak biaya. Melainkan harus dianggap sebagai bentuk
investasi jangka panjang yang memberikan keuntungan yang berlimpah
pada masa yang akan datang (Hoten dkk, 2015).
K3 dapat melakukan pencegahan dan pemberantasan penyakit
akibat kerja, misalnya kebisingan, pencahayaan (sinar), getaran,
kelembaban udara, dan hal-hal lain yang menyebabkan kerusakan pada
pendengaran, gangguan pernapasan, kerusakan paru-paru, kebutaan,
kerusakan jaringan tubuh akibat sinar UV, percikan benda panas dan lain-
lain. K3 dalam konteks kerja berkaitan dengan waktu dan shift dalam
bekerja, waktu rekreasi dan libur dan waktu pergantian dalam shift bekerja
(Salmah, 2014).
Penyebab penyakit akibat kerja terdiri dari berbagai macam
diantaranya golongan fisik, golongan kimiawi, golongan biologik,
gangguan fisiologik (Ergonomi) dan gangguan psikososil. Namun akhir-
akhir ini gangguan ergonomi atau fisiologik yang menyebabkan gangguan
muskuloskeletal pada pekerja. Hal ini didukung oleh data dari Departemen
Kesehatan (2005) menyatakan bahwa dalam profil masalah kesehatan di
Indonesia tahun 2005, menunjukkan sekitar 40,5% penyakit yang diderita
pekerja sehubungan dengan pekerjaannya terhadap 9.482 pekerja di 12
kabupaten atau kota di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan penyakit
Musculoskeletal Disorders (MSD’s) sebanyak 16%, Kardiovaskuler (8%),
gangguan saraf (3%) dan gangguan Telinga, Hidung dan Tenggorokan
(THT) sebanyak 1,5%. Disini dapat diketahui bahwa dari semua penyakit
akibat kerja yang terjadi di setiap perusahaan di Indonesia cedera
muskuloskeletal adalah penyakit yang menduduki posisi paling rentan
diantara penyakit akibat kerja lainnya dengan persentase 16%.
Risiko yang dapat dialami seorang pekerja antara lain
kemungkinan terjadinya penyakit akibat kerja, yaitu penyakit yang
berhubungan dengan kecacatan dan kematian akibat kerja, sehingga
diperlukan antisipasi oleh pihak perusahaan baik saat proses kerja maupun
lingkungan kerja itu sendiri. Penyediaan fasilitas kerja berupa tempat kerja
yang kondusif, alat pelindung diri bagi pekerja dan pelayanan kesehatan
kerja harus menjadi perhatian bagi setiap perusahaan.
Pelayanan kuratif yang dianggap lebih menguntungkan justru
berkembang pesat. Pendekatan yang di anut lebih ke arah pendekatan
individu, salah satunya adalah Ilmu Kedokteran Kerja, sebenarnya Ilmu
Kedokteran Kerja hampir sama dengan ilmu kedokteran biasa hanya saja
dalam ilmu kedokteran kerja ini digunakan kemampuan untuk melihat
potensi dan faktor resiko dari pekerjaan yang dapat mengakibatkan
penyakit akibat kerja, serta dibutuhkan improfisasi dalam melakukan
kedokteran kerja (Triyono, 2014).
B. Permasalahan
Bahaya potensial apa saja yang mungkin terjadi pada petugas
karantina kesehatan pada pemeriksaan kapal asing ?
C. Tujuan
1) Tujuan Umum
Mengetahui bahaya potensial apa saja yang mungkin terjadi
pada petugas karantina kesehatan pada pemeriksaan kapal asing
2) Tujuan Khusus
Mengidentifikasi potensi bahaya terhadap risiko kesehatan dan
keselamatan pada petugas pemeriksa sanitasi kapal
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Umum Kepustakaan

1. Bahaya Kerja

Bahaya diartikan sebagai potensi dari rangkaian sebuah kejadian


untuk muncul dan menimbulkan kerusakan atau kerugian. Jika salah satu
bagian dari rantai kejadian hilang, maka suatu kejadian tidak akan terjadi.
Bahaya terdapat dimana-mana baik di tempat kerja atau di lingkungan,
namun bahaya hanya akan menimbulkan efek jika terjadi sebuah kontak
atau eksposur (Tranter, 1999).
Bahaya (Hazard) ialah sumber, situasi ataupun aktivitas yang
berpotensi menimbulkan cedera (kecelakaan kerja) dan atau penyakit
akibat kerja (OHSAS 188001,2007). Dalam terminology keselamatan dan
kesehatan kerja (K3), bahaya diklasifikasikan menjadi 2 (Ratnasari, 2009)
yaitu:
a. Bahaya Keselamatan Kerja (Safety Hazard)
Merupakan jenis bahaya yang berdampak pada timbulnya
kecelakaan yang dapat menyebabkan luka (injury) hingga kematian,
serta kerusakan property perusahaan. Dampaknya bersifat akut. Jenis
bahaya keselamatan antara lain:
1) Bahaya Mekanik, disebabkan oleh mesin atau alat kerja mekanik
seperti tersayat, terjatuh, tertindih dan terpeleset.
2) Bahaya elektrik, disebabkan oleh peralatan yang mengandung arus
listrik
3) Bahaya kebakaran, disebabkan oleh substansi kimia yang bersifat
flammable (mudah terbakar).
4) Bahaya peledakan, disebabkan oleh substansi kimia yang sifatnya
explosive
b. Bahaya Kesehatan Kerja (Health Hazard)
Merupakan jenis bahaya yang berdampak pada kesehatan,
menyebabkan gangguan kesehatan dan penyakit akibat kerja.
Dampaknya bersifat kronis.Jenis bahaya kesehatan antara lain:
1) Bahaya Fisik, antara lain kebisingan, getaran, radiasi ion dan non
pengion, suhu ekstrem dan pencahayaan.
2) Bahaya Kimia, antara lain yang berkaitan dengan material atau
bahan seperti antiseptik, aerosol, insektisida, dust, mist, fumes, gas,
vapor.
3) Bahaya Ergonomi, antara lain repetitive movement, static posture,
manual handling dan postur janggal.
4) Bahaya Biologi, antara lain yang berkaitan dengan makhluk hidup
yang berada di lingkungan kerja yaitu bakteri, virus, protozoa, dan
fungi (jamur) yang bersifat patogen.
5) Bahaya Psikologi, antara lain beban kerja yang terlalu berat,
hubungan dan kondisi kerja yang tidak nyaman
2. Proses Manajemen Bahaya Kerja
Manajemen ancaman bahaya kerja adalah suatu proses interaksi
yang digunakan oleh organisasi tempat kerja untuk mengidentifikasi,
mengevaluasi, dan menanggulangi bahaya di tempatnya guna mengurangi
risiko akibat bahaya tersebut. Jadi, manajemen bahaya kerja merupakan
suatu alat yang bila digunakan dengan benar akan menghasilkan
lingkungan kerja yang aman, bebas dari ancaman bahaya di tempat kerja
(Haryanto, 2010).
Dalam manajemen proyek, yang dimaksud dengan manajemen
bahaya kerja proyek adalah seni dan ilmu untuk mengidentifikasi,
menganalisis, dan merespon risiko selam umur proyek dan tetap menjamin
tercapainya tujuan proyek (Soputan, 2014). Tahapan manajemen bahaya
kerja, antara lain (Haryanto, 2010):
a. Identifikasi bahaya kerja
b. Evaluasi bahaya kerja
c. Penilaian hasil evaluasi bahaya kerja
d. Pengendalian
3. Pengendalian Risiko Bahaya Kerja
Pengendalian risiko merupakan langkah penting dan menentukan
dalam keseluruhan manajemen risiko. Pengendalian risiko berperan dalam
meminimalisir/mengurangi tingkat risiko yang ada sampai tingkat
terendah atau sampai tingkatan yang dapat ditolerir. Cara pengendalian
risiko dilakukan melalui:
a. Eliminasi: pengendalian ini dilakukan dengan cara menghilangkan
sumber bahaya (hazard).
b. Substitusi: mengurangi risiko dari bahaya dengan cara mengganti
proses, mengganti input dengan yang lebih rendah risikonya.
c. Engineering :mengurangi risiko dari bahaya dengan metodere kayasa
teknik pada alat, mesin, infrastruktur, lingkungan, dan atau bangunan.
d. Administratif :mengurangi risiko bahaya dengan cera melakukan
pembuatan prosedur, aturan, pemasangan rambu (safety sign), tanda
peringatan, training dan seleksi terhadap kontraktor, material serta
mesin, cara pengatasan, penyimpanan dan pelabelan.
e. Alat Pelindung Diri : mengurangi risiko bahaya dengan cara
menggunakan alat perlindungan diri misalnya safety helmet, masker,
sepatu safety, coverall, kacamata keselamatan, dan alat pelindung diri
lainnya yang sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukan (Soputan,
2014).
4. Peraturan Mengenai K3

Peraturan-peraturan yang berkaitan dengan kesehatan dan


keselamatan kerja di kapal antara lain sebagai berikut ini :
1. UU No. 1 tahun. 1970 tentang keselamatan kerja.
2. Peraturan Menteri No. 4 tahun 1980 tentang syarat-syarat pemasangan
dan pemeliharaanalat pemadam api ringan.
3. SOLAS 1974 beserta amandemenamandemennya tentang persyaratan
keselamatan kapal.
4. STCW 1978 Amandemen 1995 tentang standar pelatihan bagi para
pelaut.
5. ISM Code tentang code manajemen internasional untuk keselamatan
pengoperasian kapal dan pencegahan pencemaran.
6. Occupational Health tahun 1950 tentang usaha kesehatan kerja.
7. Permenkes No. 48 Tahun 2016 tentang Standar Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Perkantoran.
8. Permenkes No. 70 Tahun 2016 tentang Standard an Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Kerja Industri.
9. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan
Kerja.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Kapal Asing


Indonesia memiliki potensi kekayaan alam yang melimpah sehingga
menarik investor asing untuk mengambil dan mengelola potensi alam
tersebut. Hal ini yang menyebakan banyaknya kapal asing yang beroperasi di
pelabuhan. Untuk itu, guna memastikan kapal asing menerapkan prinsip
keselamatan, keamanan dan perlindungan lingkungan maritim sesuai dengan
UU No. 6 Tahun 2018 selama melaksanakan kegiatan/operasional di
pelabuhan dan untuk menunjukan eksistensi pemerintah Indonesia sebagai
negara yang memiliki yuridiksi di pelabuhan (port state control), maka
diperlukan pengawasan terhadap kapal asing secara intensif. Untuk itu KKP
selaku pelaksana teknis yang bertugas melakukan pemeriksaan kapal asing ,
kami melakukan kunjungan terhadap 6 kapal asing pada periode 18 Februari
2019-3 Maret 2019 yang diuraikan sebagai berikut.

Tabel 3.1 Gambaran umum kapal asing yang dikunjungi


NAMA PELABUHAN TANGGAL
NO BENDERA ABK LOKASI
KAPAL ASAL PEMERIKSAAN
MV
Hong Ho Chi Minh,
1. Western 24 Morosi 20/02/19
Kong Vietnam
Maple
MV Jin Hong
2. China 23 Palangga 22/02/19
Wan Kong
MV Zhe
3. China China 22 Tinanggea 25/02/19
Hai
MV Bao
4. Singapore Filipina 21 Tinanggea 25/02/19
Success
5.
6.
7.
8.
9.

B. Tugas Setiap Seksi di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II

1. Seksi Pengendalian Karantina dan Surveilans Epidemiologi (PKSE)


Seksi Pengendalian Karantina dan Surveilans Epidemiologi
mempunyai tugas antara lain melaksanakan perencanaan dan evaluasi
serta penyusunan laporan dibidang kekarantinaan, surveilans epidemiologi
penyakit dan penyakit potensial wabah serta penyakit baru dan penyakit
yang muncul kembali, pengawasan alat angkut dan muatannya, lalu lintas
OMKABA (Obat, Makanan, Kosmetik, Alat-alat kesehatan serta Bahan
Adiktif), jejaring kerja, kemitraan, kajian, serta pengembangan teknologi,
pendidikan dan pelatihan bidang kekarantinaan di wilayah kerja bandara,
pelabuhan, dan lintas batas darat negara

2. Seksi Pengendalian Risiko Lingkungan (PRL)


Seksi Pengendalian Resiko Lingkungan mempunyai tugas
melaksanakan perencanaan, pemantauan, dan evaluasi serta penyusunan
laporan di bidang pengendalian vektor dan binatang penular penyakit,
pembinaan sanitasi lingkungan, serta pendidikan dan pelatihan bidang
pengendalian resiko lingkungan di wilayah kerja bandara dan pelabuhan.
Kegiatan operasional Seksi PRL meliputi :
a. Pengawasan Sanitasi Lingkungan
b. Pengawasan penyediaan air bersih
c. Pengamanan makanan dan minuman
d. Pengawasan hygiene sanitasi bangunan/gedung dan perusahaan
e. Pengawasan sanitasi alat angkut
f. Pengawasan pencemaran udara, air dan tanah
g. Pengendalian Vektor dan Binatang Penular Penyakit :
1) Survey Nyamuk
2) Pemberantasan nyamuk (fogging)
3) Survey Lalat
4) Pemberantasan lalat
5) Survey jentik
6) Pemberantasan jentik (larvasidasi)
7) Survey Kecoa
8) Pemberantasan tikus dan pinjal
9) Pemberantasan lalat dan kecoa

3. Seksi Upaya Kesehatan dan Lintas Wilayah (UKLW)


Seksi Upaya Kesehatan dan Lintas wilayah (UKLW) mempunyai tugas
melaksanakan perencanaan dan evaluasi serta penyusunan laporan di bidang
pelayanan kesehatan haji, kesehatan kerja, kesehatan terbatas, kesehatan
MATRA, vaksinasi internasional, pengembangan jejaring kerja, kemitraan,
kajian dan teknologi, serta pendidikan dan pelatihan bidang upaya kesehatan
pelabuhan di wilayah kerja bandara dan pelabuhan.
a. Pelayanan Kesehatan Terbatas dan Rujukan:
1) Pelayanan kesehatan dasar
2) Pelayanan kesehatan gigi dasar
3) Pelayanan laboratorium dasar
4) Pelayanan vaksinasi internasional
5) Pelayanan rujukan pasien dan specimen
6) Pemberian surat keterangan sehat dan/atau sakit
7) Penyuluhan kesehatan Pelayanan pemeriksaan kelayakan angkut Jenazah
8) Pemeriksaan kelayakan angkut orang sakit
b. Pemeriksaan Kesehatan Calon Jamaah Haji dan Umroh
1) Pemeriksaan kelengkapan dokumen kesehatan
2) Pelayanan rawat jalan maupun rujukan
3) Pemberian vaksinasi meningitis bagi calon jamaah haji dan umroh yang
belum di vaksinasi di Kabupaten/Kota
4) Melegalisir obat-obatan yang dibawa jamaah haji
5) Menerbitkan surat keterangan layak terbang bagi calon jamaah haji risiko
tinggi yang sakit
6) Menerbitkan surat keterangan layak terbang bagi calon jamaah haji yang
hamil, dengan ketentuan sudah di vaksinasi meningitis.
c. Pelayanan Kesehatan Kerja
1) Promosi kesehatan
2) Pencegahan dan pengobatan terhadap PAK
3) Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja
4) Pertolongan pertama pada kecelakaan
5) Pembinaan dan pengawasan APD
d. Pelayanan Kesehatan MATRA
1) Pelayanan kesehatan penanggulangan korban bencana
2) Pelayanan kesehatan penanggulangan situasi khusus
3) Pelayanan kesehatan penerbangan
4) Pelayanan kesehatan pelayaran
5) Pelayanan kesehatan penyelaman
6) Pelayanan kesehatan perjalanan
7) Pelayanan Vaksinasi Internasional
Salah satu tugas yang rutin dilaksanakan seksi UKLW adalah vaksinasi.
Vaksinasi adalah penanaman bibit penyakit yang sudah dilemahkan ke dalam
tubuh manusia atau binatang (dengan cara menggoreskan atau menusukkan
jarum) agar orang atau binatang itu menjadi kebal terhadap penyakit tersebut.

C. Identifikasi Hazard Petugas Karantina Kesehatan pada Pemeriksaan


Kapal Asing (Pemeriksaan Sanitasi Kapal)
Dalam kapal ini akan dibahas pelaksana pemeriksaan kapal asing pada
petugas bidang Pengendalian Risiko Lingkungan (PRL), karena tugas PRL
lebih mendominasi pada pemeriksaan kapal asing
Tabel 3.2 Identifikasi Hazard Petugas Karantina Kesehatan pada
Pemeriksaan Kapal Asing
Bahaya Potensial

Resiko
Urutan Ergonomi Ganggaun
NO Psiko Kecelaka Keterangan
Pekerjaan Biologi Fisik Kimia dan Kesehatan
sosial an
Lingkungan

 Potensi
kecepatan laju
mobil & jalan
rusak dapat
 Motion menyebabkan
 Posisi
sickness motion sickness
 Kecepatan  Asap/ duduk
Naik mobil  ISPA (mabuk
1 laju mobil polusi yang lama -
menuju pelabuhan  DVA (deep kendaraan) pada
 Getaran kendaraan  Jalan yang individu tertentu.
vein
rusak
thrombosis)  Potensi
asap/polusi
kendaraan dapat
menyebabkan
ISPA
 Heat
Exhaustion  Karbon
 Suhu tinggi  Karbon  Posisi dan
Naik kapal  Motion monoksida dan
2 menuju kapal  Gelombang/ Monoksida jarak
- Tergelincir
sickness nitrogen oksida
ombak yang  Nitrogen pelabuhan
asing
ke kapal  Gangguan didapatkan dari
tinggi Oksida
pernafasan asap polusi kapal
akibat polusi
 Heat
 Potensi agen oli
exhaustion
dapat
Naik ke kapal  Dermatitis
menyebabkan
3 asing melalui  Suhu tinggi  Oli Tangga licin kontak iritan Tergelincir
DKA pada
gangway kapal (DKA)
individu yang
sensitif
Mengisi daftar
4 - - - - - -
tamu
 Potensi agen
biologi bakteri
memegang
Bakteri, gagang pintu
Memeriksa
Virus  ISPA dapur.
5 sanitasi dapur dan - - - -
gudang makanan
Vektor  Diare  Potensi agen
vektor dapat
menyebabkan
infeksi saluran
cerna.
Memeriksa
6 sanitasi ruang - - - - - - -
kesehatan
 Gangguan  Potensi agen
Memeriksa pernapasan fisik Debu
7 sanitasi ruang -  Debu - - - (rhinitis - didapatkan pada
Kapten dan ABK alergi dan sprei tempat tidur
asma)
 Potensi agen
biologi bakteri
Memeriksa vektor memegang
dan binatang Bakteri,  ISPA gagang pintu
8 - - - -
pembawa Vektor  Diare dapur.
penyakit  Potensi agen
vektor dapat
menyebabkan
infeksi saluran
cerna.
 Potensi agen
Memeriksa biologi bakteri
9 Bakteri - - - -  Diare
sanitasi toilet memegang
gagang pintu
 Heat
 Potensi agen oli
exhaustion
dapat
 Dermatitis
Turun dari kapal menyebabkan
10  Suhu tinggi  Oli Tangga licin kontak iritan Tergelincir
asing DKA pada
(DKA)
individu yang
sensitif
 Heat
Exhaustion  Karbon
 Suhu tinggi  Karbon  Posisi dan
 Motion monoksida dan
Perjalanan dengan  Gelombang/ Monoksida jarak
11 - sickness Tergelincir nitrogen oksida
kapal Jolor ombak yang  Nitrogen pelabuhan
ke kapal  Gangguan didapatkan dari
tinggi Oksida
pernafasan asap polusi kapal
akibat polusi
 Heat
Exhaustion  Karbon
 Suhu tinggi  Karbon  Posisi dan
 Motion monoksida dan
12
Turun dari kapal  Gelombang/ Monoksida jarak
- Tergelincir
sickness nitrogen oksida
Johor ombak yang  Nitrogen pelabuhan
ke kapal  Gangguan didapatkan dari
tinggi Oksida
pernafasan asap polusi kapal
akibat polusi
 Potensi
kecepatan laju
mobil & jalan
rusak dapat
 Motion menyebabkan
 Posisi
sickness motion sickness
Naik mobil  Kecepatan  Asap/ duduk
 ISPA (mabuk
13 perjalan menuju laju mobil polusi yang lama -
 DVT (deep kendaraan) pada
pulang  Getaran kendaraan  Jalan yang individu tertentu.
vein
rusak
thrombosis)  Potensi
asap/polusi
kendaraan dapat
menyebabkan
ISPA
 Potensi agen
biologi bakteri
yang didapat dari
transmisi bakteri
 Karbon  Diare lewat makanan
dioksida  Gangguan dan air (toilet)
Istirahat makan di  Air (toilet) pernapasan seperti
14 Bakteri  Debu - - -
rumah makan kotor dan (alergi/asma) Escherichia.coli
berbau  ISK dan Salmonella
typhii
 Potensi agen
kimia yang
berasal dari asap
pembakaran ikan.
D. Pembahasan

Berdasarkan uraian kegiatan tersebut didapatkan bahaya (Hazard) potensial


yang mungkin dapat menimbulkan gangguan kesehatan maupun kecelakaan
kerja yaitu:
1. Bakteri, diperoleh dari tempat-tempat yang kurang terjaga kebersihannya,
daerah yang sering terjamah tangan manusia, maupun kontak fisik langsung
dengan orang lain, dapat berupa flora normal maupun bakteri patogen.
2. Virus, diperoleh dari droplet manusia yang dapat ditularkan melalui udara.
3. Kecepatan laju mobil, dapat menimbulkan kecelakaan lalu lintas
4. Suhu panas matahari tinggi dikarenakan lokasi penyeberangan berada
dibibir pantai sehingga terpapar sinar matahari langsung.
Nilai ambang batas iklim kerja (panas) dengan Indeks Suhu Basah dan Bola
(SBB) tidak diperkenankan melebihi:
a. Untuk beban kerja ringan : 30°C
b. Untuk beban kerja sedang : 26,7°C
c. Untuk beban kerja berat : 25°C
5. Gelombang ombak tinggi (getaran)
Nilai ambang batas getaran untuk pemaparan tangan-lengan dengan
parameter percepatan pada sumbu yang dominan adalah
Tabel 3.3 NAB Getaran
Jumlah waktu pemajanan per Nilai percepatan pada frekuensi dominan
hari kerja m/s² Gram (9,81 m/s²)
4 jam dan kurang dari 8 jam 4 0,40
2 jam dan kurang dari 4 jam 6 0,61
1 jam dan kurang dari 2 jam 8 0,81
Kurang dari 1 jam 12 1,22

6. Karbon Monoksida diperoleh dari asap mesin kapal yang dapat mengurangi
kadar oksigen darah karena CO lebih kuat terikat oleh Hb dalam darah.
7. Nitrogen oksida merupakan hasil pembakaran yang berasal dari solar kapal
johor yang merupakan zat yang bersifat iritatif yang menyebabkan sel epitel
pada saluran pernapasan lebih mudah rusak begitu pula pada silianya.
8. Bakteri transmisi makanan berupa E.coli dan S.typhii dapat menyebabkan
gangguan pencernaan berupa diare dan demam typhoid
9. Posisi duduk lama, dapat menyebabkan DVT karena posisi kaki yang
tergantung lama
10. Kondisi jalan rusak dapat menyebabkan kecelakaan lalu lintas karena
kondisi jalan yang berlubang dan berlumpur
11. Tangga licin, diperoleh dari tangga besi yang basah sehingga
memungkinkan tergelincir
12. Debu dapat menyebabkan gangguan pernapasan seperti rhinitis alergi dan
asma
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pembahasan tersebut maka dapat disimpulkan :
1. Bahaya/Hazard adalah suatu kondisi yang potensial dapat menimbulkan
suatu kejadian berupa kematian, kecelakaan, kehilangan produksi,
kerusakan atas asset-fasilitas-produk-bisnis, kerusakan lingkungan.
2. Bahaya potensial yang mungkin terjadi pada petugas boarding kapal asing
yaitu
- Fisik : Kecepatan laju mobil, suhu tinggi, getaran, debu, gelombang
laut
- Kimia : karbon monoksida, nitrogen oksida
- Biologi : Virus, bakteri.
- Ergonomi : Posisi duduk lama, jalan rusak, tangga licin, bau tidak
sedap, Ketidakseimbangan kapal
- Psikologi : phobia ketinggian
3. Gangguan kesehatan yang mungkin terjadi
- Dermatitis
- Influenza
- ISPA
- Heat Exhaustion
- Gangguan pernafasan
- Diare
- Nausea
- Gangguan pendengaran
- HbCO
- DVT
- Motion Sickness
4. Risiko kecelakaan kerja yaitu tergelincir, tersandung, kecelakaan lalu
lintas, tenggelam dan terjatuh dari kapal
B. Saran
1. Kepada seluruh petugas karantina kesehatan pada pemeriksaan kapal
asing agar menggunakan APD standar berupa masker dan handscoen
2. Diharapkan kepada seluruh petugas agar mengikuti sosialisasi tentang K3.
DAFTAR PUSTAKA

Haryanto, S. 2010. Analisa Tentang Pelaksanaan Program Keselamatan Dan


Kesehatan Kerja (K3) Karyawan PT Universal JasaKemas. Jurnal-Jurnal
Ilmu Teknik 12 (3).
Hoten, H. V., Mainil, A. K., Permadi, A. I. 2015. Keselamatan dan Kesehatan
Kerja(k3) Mekanik pada Stasiun Boiler PT X. Universitas Bengkulu.
Bengkulu.
Ismara, K. I. 2014. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Universitas Negeri
Yogyakarta. Yogyakarta.
OHSAS 18001. 2007. Occupational Health and Safety Management System
Requirements.
Salmah, A. 2014. Perlindungan Hukum Terhadap Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja Dalam Proses Produksi Pada PT. Aneka Adhilogam Karya Klaten.
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Yogyakarta.
Soputan, GEM. 2014. Manajemen Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja(K3)
Study Kasus pada Pembangunan Gedung SMA EbenHaezar Jurnal
Ilmiah Media Engineering 4(4).
Suma’mur, P.K. 2014. Higine Perusahaan dan Kesehatan Kerja.Jakarta: CV Haji
Mas Agung.
Tranter, M. 1999. Occupational Hygine and Risk Management. Australia: A
Multimedia Package. OH&S Press.
Lampiran
Dokumentasi Kegiatan

Pemeriksaan P3K Pemeriksaan kesehatan petugas di


kapal

Pemeriksaan kelengkapan vaksin Pemeriksaan Sanitasi ruang


petugas di kapal kesehatan

Anda mungkin juga menyukai