Anda di halaman 1dari 9

RANGKUMAN

SISTEM PENGAPIAN PADA KENDARAAN


Mata Kuliah : Engine Management System

Oleh :
Nanda Ardian P. (16504241006)
Rizal Hakim (16504241041)

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2019
SISTEM PENGAPIAN PADA KENDARAAN

Sistem Pengapian Konvensional


Sistem pengapian berfungsi untuk menghasilkan percikan bunga api pada
busi untuk memicu pembakaran pada motor bensin. Metode yang digunakan
adalah dengan memberikan arus listrik tegangan sangat tinggi pada celah busi
sehingga loncatan listrik akan terjadi pada celah elektroda busi. Untuk
menghasilkan tegangan tinggi tersebut, tegangan rendah dari baterai dinaikkan
tegangannya melalui mekanisme step up (peninggi tegangan) dengan koil
pengapian. Prinsipnya, step up terjadi dengan adanya perbandingan lilitan primer
koil dan sekunder koil. Lilitan sekunder koil berjumlah sangat banyak berbanding
dengan kumparan primer koil yang jauh lebih sedikit.

Koil pengapian yang terdiri dari kumparan primer dan kumparan sekunder
dapat menghasilkan arus output dengan tegangan tinggi dengan adanya pemicuan
pada arus primernya. Ketika arus listrik mengalir pada kumparan primer koil,
maka akan terjadi elektromagnet di sekitar kumparan koil dengan nilai sesuai
dengan besar arus yang mengalir. Ketika arus primer terhenti, maka akan timbul
gejala induksi elektromagnet yang timbul pada masing-masing kumparan. Pada
kumparan sekunder, karena jumlahnya sangat banyak, maka akan terjadi voltase
yang sangat tinggi yang dimanfaatkan untuk menghasilkan percikan api pada busi
dengan timing tertentu. Percikan api busi ini harus berada pada waktu yang tepat
setiap silindernya, yaitu di akhir langkah kompresi, sehingga memberi waktu
kepada silinder untuk menghasilkan pembakaran yang optimal yaitu beberapa
derajad setelah Titik Mati Atas (TMA

Untuk mencapai tekanan pembakaran maksimal berada pada titik yang


ideal, maka ketika kondisi engine berubah, maka timing pengapian juga harus
disesuaikan. Dengan demikian, sistem pengapian yang baik memiliki parameter-
parameter berikut ini:
a. Kualitas bunga api yang kuat pada setiap kondisi kerja engine
Kualitas bunga api pada busi dipengaruhi oleh tingginya tegangan hasil induksi
oleh koil pengapian. Induksi ini dipengaruhi oleh besarnya sudut dwell
pengapian. Selain itu, besar api busi juga dapat terpengaruh oleh kerugian-
kerugian yang terjadi dari penghantar dari koil pengapian sampai pada busi
(kabel tegangan tinggi dan distributor)
b. Timing pengapian yang tepat sehingga memungkinkan menghasilkan titik
puncak pembakaran yang tepat dan ideal.
Timing pengapian harus disesuaikan dengan berbagai kondisi kerja engine
sehingga menghasilkan tekanan pembakaran yang maksimal pada titik yang
diharapkan. Timing pengapian dipengaruhi oleh kecepatan putaran engine,
beban engine, temperatur engine, serta kondisi

Kelemahan Sistem Pengapian Konvensional

Pada sistem pengapian yang masih konvensional, terdapat beberapa


kelemahan pada sistem pengapian tersebut. Antara lain sebagai berikut :
1. Kelemahan pada unsur mekanis
Pada sistem pengapian konvensional ini masih menggunakan komponen
platina yang berfungsi untuk menghubungkan dan memutuskan aliran arus
primer pada rangkaian primer ignition coil. Proses terjadinya hubungan dan
tidaknya arus listrik pada rangkaian primer coil pengapian ini terjadi karena
pergerakan dari kontak platina yang digerakkan oleh cam atau nok pada poros
distributor.

Pada putaran rendah, proses terhubungnya sisi positif dan negatif (massa)
pada platina akan baik, tetapi pada saat putaran tinggi hubungan sisi positif dan
negatif pada platina menjadi kurang baik dikarenakan ketika mesin berputar
pada kecepatan tinggi akan mengakibatkan terjadinya pemegasan pada platina,
sehingga akan timbul tumbukan antara terminal dan akan menghasilkan
gerakan yang disebut dengan pentalan (prelung). Pada saat putaran tinggi ini,
ketika platina pada posisi tehubung akan mengalami kondisi bergetar sehingga
akan membuat hubungan pada platina menjadi kurang baik (tertunda).
2. Penurunan tegangan sekunder coil
Pada saat terjadinya pemutusan arus primer pada kontak pemutus platina
pada saat platina membuka, pemutusan arus primer ini tidak akan langsung
dapat putus sehingga kondisi ini dapat menunda pemutusan arus listrik.
Hal ini dikarenakan pada tegangan listrik yang tinggi dapat menimbulkan
loncatan listrik (listrik dapat melewati penghantar udara). Oleh sebab itu pada
sistem pengapian konvensional menggunakan komponen condensor yang
berfungsi untuk menyerap arus listrik sehingga tidak akan terjadi loncatan
bunga api ketika platina membuka.
Namun ketika condensor mengalami kerusakan atau kinerjanya menurun
maka dapat mengakibatkan penyerapan arus listrik ini tidak akan maksimal
sehingga akan menurunkan tegangan induksi pada rangkaian sekunder coil
karena terjadinya keterlambatan pemutusan arus primer pada kontak pemutus
platina.
3. Pengaturan sistem pengajuan pengapian yang kurang sensitif
Pada sistem pengapian yang masih konvensional, pengaturan pengajuan
sistem pengapian ini masih menggunakan sistem mekanis yaitu menggunakan
sistem pengajuan pengapian dengan centrifugal advancer dan vacuum
advancer. Penggunaan kedua komponen untuk pengajuan pengapian tersebut
dirasa masih kurang sensitif dan belum mampu melakukan pengajuan
pengapian yang benar-benar sesuai dengan putaran mesin dan kondisi
pembebanan mesin, sehingga hal ini akan mempengaruhi tenaga yang
dihasilkan oleh mesin menjadi kurang optimal.
4. Tidak memiliki pengaturan perubahan sudut dwell
Sudut dwell diukur dari sudut lamanya pemassaan rangkaian primer pada
coil pengapian (lamanya arus primer mengalir). Pada sistem pengapian
konvensional ini, besarnya sudut dwell relatif nilainya tetap (tidak berubah-
ubah).

Jenis dan perkembangan sistem pengapian


Sistem pengapian konvensional yang memiliki banyak kelemahan
selanjutnya dikembangkan menjadi beberapa sistem pengapian lainnya.
Pengembangan sistem pengapian dapat dilihat dari pengembangan komponen

pemicu (trigger), sistem pengontrolan pemajuan timing pengapian, maupun sistem


distribusi listrik tegangan tinggi yang dihasilkan. Jenis sistem pengapian tersebut
dapat dilihat pada tabel
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa perkembangan sistem
pengapian dapat dilihat dari berbagai kondisi yang didasarkan dari kekurangan
sistem pengapian sebelumnya. Prinsipnya, pengembangan sistem pengapian
tersebut diorientasikan pada pemenuhan kebutuhan sistem pengapian yang
optimal, yaitu menghasilkan percikan bunga api busi yang kuat pada setiap
kondisi pengendaraan serta memperoleh timing pengapian yang tepat pada semua
kondisi kerja engine.

Sistem Pengapian Elektronik


Pengembangan sistem pengapian tersebut diorientasikan pada pemenuhan
kebutuhan sistem pengapian yang optimal, yaitu menghasilkan percikan bunga api
busi yang kuat pada setiap kondisi pengendaraan serta memperoleh timing
pengapian yang tepat pada semua kondisi kerja engine. sistem pengapian
elektronik secara terprogram komputer biasa disebut dengan Electronic Spask
Advance (ESA).
Sistem pengapian ini dikontrol secara terprogram berdasarkan berbagai
masukan dari kondisi engine dan pengendaraan, sehingga memiliki beberapa
keuntungan sebagai berikut:
a. Timing pengapian dapat disesuaikan dengan berbagai kondisi.
b. Terdapat berbagai koreksi timing pengapian.
c. Kondisi starting, idling, lebih baik karena ada penyesuaian timing dan dwell.
Sistem pengapian ESA merupakan sistem yang menggunakan komputer
untuk mengolah data input sehingga diperoleh aktuasi yang tepat pada outputnya,
sehingga sistem ini melibatkan sensor-sensor yang diperlukan untuk menentukan
dwell dan timing pengapian yang tepat. Sistem pengapian ESA memiliki berbagai
sensor untuk memberikan masukan-masikan yang dibutuhkan untuk menentukan
ukuran sistem pengapian yang optimal. Masukan-masukan tersebut antara lain:
a. Engine speed and position (CKP and CMP sensor)
b. Engine load (MAP sensor)
c. Engine temperature (WTS)
d. Battery voltage
e. Feedback/Detonation (Combustion Knock sensor)
Sistem pengapian Elektronik mengolah berbagai kondisi masukan tersebut
untuk menentukan nilai dwell maupun timing pengapian. Bahkan beberapa
kendaraan memiliki sensor umpan balik (feedback) berupa knock sensor sebagai
masukan untuk mengetahui terjadinya detonasi akibat terlalu majunya timing
pengapian. Komponen-komponen sistem pengapian elektronik dapat dilihat pada
gambar berikut:
Sistem Pengapian Distributorless
Dalam perkembangannya, sistem pengapian konvensional berkembang
menjadi sistem pengapian elektronik tanpa terkontrol komputer, dan sistem
pengapaian elektronik tanpa terkontrol computer berkembang menjadi sistem
pengapian elektronik terkontrol komputer. Namun aplikasi sistem pengapian
elektronik terprogram yang dengan menggunakan distributor masi memiliki
beberapa kelemahan, seperti masih menggunakannya distributor yang
memungkinkan adanya kerugian energi pada rotor distributor, serta pada kabel
tegangan tinggi. Selain itu, jika terjadi masalah pada distributor, atau koil maka
semua sistem pengapian akan tidak bekerja. Oleh karena itu, untuk memperbaiki
kelemahan tersebut, maka dikembangkan sistem pengapian elektronik terkontrol
komputer tanpa distributor (Distributorless Ignition System/DLI).
Sistem pengapian DLI merupakan sistem yang menggunakan komputer untuk
mengolah data input sehingga diperoleh aktuasi yang tepat pada outputnya,
sehingga sistem ini melibatkan sensor-sensor yang diperlukan untuk menentukan
dwell dan timing pengapian yang tepat. Sistem pengapian DLI memiliki berbagai
sensor untuk memberikan masukan-masikan yang dibutuhkan untuk menentukan
ukuran sistem pengapian yang optimal. Masukan-masukan tersebut antara lain:
a. Engine speed and position (CKP and CMP sensor)
b. Engine load (MAP sensor)
c. Engine temperature (WTS)
d. Battery voltage
e. Feedback/Detonation (Combustion Knock sensor)

Sistem Pengapian DLI

Sistem pengapian Elektronik mengolah berbagai kondisi masukan tersebut


untuk menentukan nilai dwell maupun timing pengapian. Bahkan beberapa
kendaraan memiliki sensor umpan balik (feedback) berupa knock sensor sebagai
masukan untuk mengetahui terjadinya detonasi akibat terlalu majunya timing
pengapian.
Komponen-komponen sistem pengapian elektronik dapat dilihat pada gambar
berikut:

Komponen Sistem Pengapian DLI


Pemeriksaan Sistem Pengapian DLI
Sistem pengapian elektronik ESA / DLI melakukan berbagai macam mode
kerja untuk menentukan dwell dan timing pengapiannya. Pengaturan tersebut
dapat dijelaskan berikut ini.
1. Kondisi Start
Pada kondisi start putaran mesin masih rendah ±300 rpm dan pada kondisi
tersebut temperatur mesin hasil kompresi masih rendah. Agar tekanan
pembakaran terjadi pada saat yang diinginkan dan tidak terjadi knocking serta
mesin lebih cepat untuk dihidupkan maka saat pengapian dimundurkan
bahkan bisa mencapai posisi 0 derajat.
atau tepat pada Titik Mati Atas (TMA).
2. Warm-up correction
Pada mokondisi pemanasan engine, water thermo sensor (WTS) akan
mendeteksi bahwa temperatur ruang bakar cenderung masih rendah. Ini akan
berefek pada lamanya pembakaran yang lebih panjang daripada kondisi
temperatur kerja. Dengan demikian, unit pengontrol akan memajukan timing
pengapian agar titik Over temperature correction puncak pembakaran berada
pada tepat di sekitar 10 derajat setelah TMA.
3. Over temperature correction
Saat terjadi overheating, temperatur ruang bakar akan lebih tinggi dari
temperature normal. Hal ini akan berakibat pada lebih cepatnya proses
pembakaran di ruang bakar, sehingga titik puncak pembakaran akan maju dan
mendekati TMA. Jika hal ini dibiarkan, maka cenderung dapat
mengakibatkan knocking. Untuk mengatasi hal tersebut, maka timing
pengapian akan dimundurkan beberapa derajat sesuai dengan tingginya
temperatur ruang bakar.
4. Kondisi saat terjadi knocking
Pengontrolan timing pengapian berikutnya adalah saat terjadinya
knocking/detonasi. Ketukan ini dapat terjadi saat timing pengapian terlalu
maju. Namun, untuk mendapatkan hasil yang optimal, timing pengapian
sistem pengapian DLI disetting mendekati knock area. Artinya, titip puncak
pembakaran dengan nilai sekitar 10 derajat setelah TMA merupakan titip
optimal mencapai efisiensi mekanis engine. Sebab jika titik pembakaran
dibuat lebih mundur, maka tenaga mesin akan cenderung menurun.

Anda mungkin juga menyukai