Anda di halaman 1dari 27

Full Costing dan Direct costing

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Manajemen

Disusun Oleh:
Kelompok 1
Nama NIM
Muhammad Susanto 061730501044
Nikke Putri Indah Sari 061730501045
Nurul Azizah 061730501046

Dosen Pengampu:
Henny Yulsiati, S.E.,M.Ak

PROGRAM STUDI D III AKUNTANSI


POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, penulis panjatkan puji dan syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan innayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Full Costing dan Direct Costing.

Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas


dari mata kuliah Akuntansi Manajemen. Adapun penyusunan makalah ini
bertujuan untuk lebih memahami mengenai Full Costing dan Direct Costing.

Penulis sadari makalah ini masih ada kekurangan, oleh karena itu kritik
dan saran yang membangun dari Ibu sangatlah membantu kami untuk lebih baik
lagi di makalah selanjutnya dengan pokok bahasan yang berbeda. Penulis
berharap semoga makalah tentang Full Costing dan Direct Costing ini dapat
diambil hikmah dan manfaatnya, serta berguna untuk semua orang khususnya para
pembaca sehingga dapat menambah ilmu di mata kuliah Akuntansi Manajemen.

Palembang, Desember 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata pengantar ................................................................................................. i


Daftar isi ............................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulis .............................................................................................. 2

BAB II ISI
2.1 Pengertian Full Costing dan Direction Costing ............................................ 3
2.2 Arus Biaya Full Costing dan Direction Coting ............................................. 5
2.3 Perbedaan Metode Full Costing dan Direct Costing .................................... 7
2.4 Akibat yang timbul pada metode Full costing dan Direct Costing ............... 10
2.5 Manfaat penyajian laporan metode Full costing dan Direct Costing ............ 11
2.6 Contoh Soal Perhitungan Full Costing dan Direction Costing……………..14

BAB III PENUTUP


3.1 Simpulan ...................................................................................................... 18
3.2 Saran ............................................................................................................. 18

Daftar pustaka .................................................................................................. 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Informasi penentuan biaya pokok produk sering menjadi dasar dalam


memperkirakan biaya-biaya yang akan datang yang biasanya dituangkan
dalam sebuah anggaran, dimana anggaran tersebut digunakan sebagai alat
perencanaan dalam pemakaian sumber-sumber daya yang efektif.
Pengendalian kegiatan dan biaya juga difasilitasi oleh informasi biaya produk.
Apabila biaya operasi terlalu tinggi dan harus dipangkas, maka biaya produk
dapat dipecah ke dalam beberapa bagian, guna menentukan biaya-biaya yang
dapat ditekan.
Karakteristik kegiatan perusahaan menggunakan metode pengumpulan
biaya produksi. Ada dua macam metode pengumpulan biaya produksi yaitu:
metode harga pokok proses dan metode harga pokok pesanan. Untuk
kepentingan perencanaan laba jangka pendek, manajemen memerlukan
informasi biaya yang dipisahkan menurut perilaku biaya dalam hubungannya
dengan perubahan volume kegiatan. Penentuan harga pokok produksi dapat
dilakukan dengan dua pendekatan yaitu metode full costing dan variable
costing. Full costing memperlakukan semua biaya produksi sebagai harga
pokok (product cost) tanpa memperhatikan apakah biaya tersebut variabel atau
tetap. Harga pokok produksi dengan metode ini terdiri dari bahan baku
langsung, tenaga kerja langsung dan overhead pabrik tetap dan variabel.
Variable costing, hanya biaya produksi yang berubah-ubah sesuai dengan
output yang diperlakukan sebagai harga pokok. Umumnya terdiri dari bahan
baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead variabel.

Ketepatan penentuan harga pokok produksi dipengaruhi oleh ketepatan


di dalam pengakumulasian dan penghitungan biaya produksi yang meliputi
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya baprik lainnya (biaya
overhead pabrik). Biaya bahan baku diakumulasikan dan diperhitungkan
dengan menghitung jumlah pemakaian bahan baku yang digunakan untuk
memproduksi dengan harga bahan baku yang bersangkutan. Biaya tenaga
kerja diakumulasikan dan diperhitungkan dengan menghitung jumlah tenaga
kerja pada bagian produksi dengan jumlah waktu yang digunakan untuk
mengerjakan produk serta tarif upah yang digunakan. Biaya overhead pabrik
ditentukan dengan menggunakan sebuah tarif yang ditentukan di muka dan
didasarkan pada dasar penentuan tarif tertentu.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan full costing dan direct costing?
2. Bagaimana arus biaya full costing dan direct costing?
3. Apa saja perbedaan metode full costing dan direct costing?
4. Apa akibat yang timbul pada metode full costing dan direct costing?
5. Apa manfaat penyajian laporan dengan menggunakan metode full costing
dan direct costing?

1.3 Tujuan Penulis


Tujuan dalam makalah ini adalah untuk mendeskripsikan secara terperinci apa
itu full costing dan direct costing, seperti pengertian full costing dan direct
costing, Arus biaya full costing dan direct costing, perbedaan metode full
costing dan direct costing, Akibat yang timbul pada metode full costing dan
direct costin, serta manfaat penyajian laporan dengan menggunakan metode
full costing dan direct costing.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Full Costing dan Direct Costing

Ada dua pendekatan yang digunakan untuk menentukan harga


pokok produksi dengan tujuan untuk melakukan penilaian persediaan dan
penentuan harga pokok penjualan. Dua pendekatan itu yaitu absorption
costing atau disebut juga full costing dan variable costing atau juga sering
disebut direct costing atau marginal costing (Garrison, 2000: 302). Dua
pendekatan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Absorption Costing (Full Costing)
Absorption costing memperlakukan semua biaya produksi sebagai harga
pokok (product cost) tanpa memperhatikan apakah biaya tersebut variable
atau tetap. Harga pokok produksi dengan metode absorption costing terdiri
dari bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik tetap dan
variabel. Karena absorption costing meliputi seluruh biaya produksi
sebagai harga pokok, metode ini juga disebut metode full costing.
2. Variable Costing
Dengan menggunakan variable costing, hanya biaya produksi yang
berubah-ubah sesuai dengan output yang diperlakukan sebagai harga
pokok. Pada umumnya terdiri dari bahan langsung, tenaga kerja langsung,
dan overhead pabrik variabel. Variable costing juga sering disebut direct
costing atau marginal costing.

Full Costing adalah metode penentuan harga pokok produk dengan


memasukkan seluruh komponen biaya produksi sebagai unsur harga
pokok, yang meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya
overhead pabrik variable dan biaya overhead pabrik tetap.

Menurut LM Samryn, “Full costing adalah metode penentuan harga pokok


yang memperhitungkan semua biaya produksi yang terdiri dari biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja, dan overhead tanpamemperhatikan
perilakunya.”
Pendekatan full costing yang biasa dikenal sebagai pendekatan
tradisional menghasilkanlaporan laba rugi dimana biaya-biaya di organisir
dan sajikan berdasarkan fungsi-fungsi produksi, administrasi dan
penjualan. Baporan laba rugi yang dihasilkan dari pendekatan ini banyak
digunakan untuk memenuhi pihak luar perusahaan, oleh karena itu

3
sistematikanya harus disesuaikan dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum untuk menjamin informasiyang tersaji dalam laporan tersebut.
Dalam metode full costing, biaya periode diartikan sebagai biaya
yang tidak berhubungan dengan biaya produksi, dan biaya ini dikeluarkan
dalam rangka mempertahankan kapasitas yang diharapkan akan dicapai
perusahaan, dengan kata lain biaya periode adalah biaya operasi.
Direct costing adalah Metode penentuan harga pokok produksi
yang hanya memperhitungkan biaya produksi variabel saja atau yang
secara langsung mempengaruhi volume produksi. Biaya yang terjadi di
mana penyebab satu-satunya adalah karena ada sesuatu yang harus
dibiayai. Dalam kaitannya dengan produk, biaya langsung terdiri dari
biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.
Menurut Mas’ud Machfoed,”variabel costing adalah suatu metode
penentuan harga pokok dimana biaya produksi variabel saja yang
dibebankan sebagai bagian dari harga pokok.”
Variable costing adalah metode akuntansi manajemen yang dipakai
untuk menghitung biaya produk. Laporan laba rugi yang dihasilkan oleh
system variable costing memperlihatkan margin kontribusi barang-barang
yang dihasilkan, informasi yang sangat berfaedah dalam pengambilan
keputusan. Variable costing kadangkala disebut juga direct costing
(penentuan biaya pokok langsung) atau marginal costing (penentuan biaya
pokok marginal). Dalam metode penentuan biaya pokok variable (variable
costing), hanya biaya-biaya produksi variable saja yang dimasukkan dalam
persediaan dan biaya pokok penjualan.
Karakteristik metode Direct / Variable Costing
Biaya overhead pabrik tetap (fixed FOH) diperlakukan sebagai period
costs dan bukan sebagai unsure harga pokok produk, sehingga biaya
overhead pabrik tetap dibebankan sebagai biaya dalam periode terjadinya.
Dalam kaitannya dengan produk yang belum laku terjual, fixed FOH tidak
melekat pada persediaan tersebut, tetapi langsung dianggap sebagai biaya
dalam periode terjadinya.
Penundaan pembebanan suatu biaya bermanfaat jika dengan penundaan
tersebut diharapkan dapat dihindari terjadinya biaya yang sama periode
yang akan datang.
Karakteristik Metode Full Costing
Biaya overhead pabrik baik yang bersifat variable maupun tetap,
dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan dimuka pada
kapasitas normal atau atas dasar biaya overhead yang sesungguhnya.

4
Selisih FOH akan timbul apabila FOH yang dibebankan berbeda dengan
FOH yang sesungguhnya terjadi.
FOH budget > FOH actual = Over-applied
FOH budget < FOH actual = Under-applied
Jika semua produk yang diolah dalam periode tersebut belum laku dijual,
maka pembebanan biaya overhead pabrik lebih atau kurang tersebut
digunakan untuk mengurangi atau menambah harga pokok yang masih
dalam persediaan (baik produk dalam proses maupun produk jadi).
Metode ini akan menunda pembebanan biaya overhead pabrik tetap
sebagai biaya sampai saat produk yang bersangkutan dijual.

2.2 Arus Biaya Full Costing dan Direct Costing

5
Pengertian Biaya Periode.
Biaya periode adalah biaya yang diakui sebagai biaya dari periode tertentu
dan bukan sebagai bagian dari nilai persediaan.

Pengertian biaya penjualan dan administrasi.


- Penjualan: Beban pokok penjualan yang termasuk gaji, biaya iklan, biaya
manufaktur, sewa, dan semua biaya dan pajak secara langsung
berhubungan dengan produksi dan penjualan produk.
- Administrasi : gaji Eksekutif dan pendukung lainnya dan semua pajak
yang berkaitan dengan administrasi perusahaan secara keseluruhan.

Pengertian biaya - biaya produk


Biaya produksi adalah akumulasi dari semua biaya-biaya yang dibutuhkan
Biaya produksi ini harus diakumulasi secara cermat untuk kemudian
dihitung dan dib bersih perusahaan atau total keuntungan yang diperoleh.
Biaya produksi ini diperlukan untuk mendukung proses pengolahan bahan
baku menjadi produk jadi yang siap dipasarkan kepada konsumen.

Pengertian Harga Pokok Produksi.


Harga pokok produksi adalah jumlah biaya produksi yang melekat pada
persediaan barang jadi sebelum barang tersebut laku dijual. Pengertian
harga pokok produksi ini oleh Hadibroto (1990 : 60) adalah Biaya-biaya
yang dikorbankan untuk memproses bahan-bahan (termasuk bahan
bakunya) atau barang setengah jadi, sampai menjadi akhir untuk siap
dijual.

6
Pengertian BOP pabrik variabel
Biaya overhead pabrik (manufacturing overhead costs) adalah biaya
produksi yang tidak masuk dalam biaya bahan baku maupun biaya tenaga
kerja langsung. Apabila suatu perusahaan juga memiliki departemen-
departemen lain selain departemen produksi maka semua biaya yang
terjadi di departemen pembantu tersebut (termasuk biaya tenaga kerjanya)
dikategorikan sebagai biaya overhead pabrik. Biaya overhead pabrik
biasanya muncul dari biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk
pemakaian bahan tambahan, biaya tenaga kerja tak langsung, pengawasan
mesin produksi, pajak, asuransi, hingga fasilitas-fasilitas tambahan yang
diperlukan dalam proses produksi.

Pengertian biaya bahan tenaga kerja


Biaya bahan baku (raw materials cost) adalah biaya yang digunakan untuk
bahan-bahan yang bisa dengan mudah dan langsung diidentifikasikan
dengan barang jadi.

Pengertian persediaan BDP atau barang jadi persediaan adalah pos-pos


aktiva yang dimiliki oleh Perusahaan untuk dijual dalam operasi bisnis
normal atau barang yang akan digunakan atau dikonsumsi dalam membuat
barang yang akan dijual.

Pengertian beban pokok penjualan


Pengertian beban poko penjualan (cost of goods sold) atau hpp adalah
seluruh biaya yang dikeluarkan pada saat menghasilkan barang samapi
barang tersebut siap untuk dijual.

Pengertian persediaan akhir


Persediaan akhir adalah jumlah barang yang dimiliki oleh perusahaan pada
akhir tahun fiskal. Hal ini erat kaitannya dengan Biaya persediaan akhir
yang merupakan jumlah uang yang dikeluarkan untuk mendapatkan
barang-barang dalam persediaan. Hal ini harus dihitung berdasarkan biaya
terendah atau Pasar.

2.3 Perbedaan Metode Full Costing dan Direct Costing


Perbedaan pokok antara metode full costing dan variabel costing
sebetulnya terletak pada perlakuan biaya tetap produksi tidak langsung.
Dalam metode full costing dimasukkan unsur biaya produksi karena masih

7
berhubungan dengan pembuatan produk berdasarkan tarif (budget),
sehingga apabila produksi sesungguhnya berbeda dengan budgetnya maka
akan timbul kekurangan atau kelebihan pembebanan. Tetapi pada variabel
costing memperlakukan biaya produksi tidak langsung tetap bukan sebagai
unsur harga pokok produksi, tetapi lebih tepat dimasukkan sebagai biaya
periodik, yaitu dengan membebankan seluruhnya ke periode dimana biaya
1. Ditinjau dari Sudut Penentuan Harga Pokok Produk
a.Metode Full Costing
Dalam metode full costing, biaya overhead pabrik, baik yang
berperilaku tetap maupun variabel, dibebankan kepada produk
yang diproduksi atas dasar tarif yang ditentukan di muka pada
kapasitas normal atau atas dasar biaya overhead pabrik
sesungguhnya. Metode ini menunda pembebanan biaya overhead
pabrik tetap sebagai biaya sampai saat produk yang bersangkutan
dijual. Jadi biaya overhead pabrik yang terjadi, baik yang
berperilaku tetap maupun yang variabel, masih dianggap sebagai
aktiva (karena melekat pada persedian) sebelum persediaan
tersebut dijual. Absorption costing (full costing)
Biaya bahan baku xxx
Biaya tenaga kerja langsung xxx
Biaya overhead pabrik variable xxx +
Total biaya produksi variabel xxx
Biaya overhead tetap xxx +
Harga produk per unit xxx

b.Metode Variable Costing


Dalam metode variable costing, biaya overhead pabrik tetap
diperlakukan sebagai period costs dan bukan sebagai elemen harga
pokok produk, sehingga biaya overhead pabrik tetap dibebankan
sebagai biaya dalam periode terjadinya. Dengan demikian biaya
overhead pabrik tetap di dalam metode variable costing tidak
melekat pada persediaan produk yang belum laku dijual, tetapi
langsung dianggap sebagai biaya dalam periode terjadinya.
Variable costing
Biaya bahan baku xxx
Biaya tenaga kerja langsung xxx

8
Biaya overhead pabrik variabel xxx +
Harga produk per unit xxx

2. Ditinjau dari Sudut Penyajian Laporan Laba Rugi


Perbedaan pokok antara metode full costing dengan variable
costing adalah terletak pada klasifikasi pos-pos yang disajikan
dalam laporan laba rugi tersebut. Laporan laba rugi yang disusun
dengan metode full costing menitikberatkan pada penyajian
elemen-elemen biaya menurut hubungan biaya dengan fungsi-
fungsi pokok yang ada dalam perusahaan. Sedangkan metode
variable costing lebih menitikberatkan pada penyajian biaya sesuai
dengan perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume
kegiatan.
3.Perbandingan dampak metode absorption costing (full costing) dan
variable costing terhadap laba ( Hansen, 2000: 164 )
tersebut dikeluarkan sehingga dalam variabel costing tidak terdapat

pembebanan lebih atau kurang.

a.Pada saat produksi dan penjualan sama, laba bersih yang dihasilkan sama
tanpa dipengaruhi oleh metode yang digunakan. Dengan menggunakan full
costing, seluruh biaya overhead pabrik tetap dibebankan ke unit produk
sebagai bagian dari harga pokok penjualan. Oleh karenanya dengan
metode manapun, jika produksi sama dengan penjualan (tidak ada
perubahan dalam persediaan), seluruh biaya overhead pabrik tetap yang
terjadi pada tahun tersebut akan dimasukkan dalam laporan laba rugi
sebagai beban, sehingga laba bersih dengan kedua metode tersebut
hasilnya sama.

9
b.Pada saat produksi melebihi penjualan, laba bersih yang dilaporkan
dengan menggunakan full costing biasanya lebih tinggi daripada laba
bersih yang dilaporkan dengan menggunakan variable costing. Hal ini
terjadi karena dengan menggunakan full costing, sebagian biaya overhead
pabrik tetap pada periode tersebut ditangguhkan dalam persediaan. Dengan
menggunakan variable costing, seluruh biaya overhead pabrik tetap akan
dibebankan langsung sebagai pengurang pendapatan pada periode tersebut.

c.Pada saat produksi lebih rendah daripada penjualan, laba bersih yang
dilaporkan dengan metode full costing lebih rendah daripada laba bersih
yang dilaporkan dengan menggunakan metode variable costing. Hal ini
terjadi karena ada persediaan yang diterima dari tahun sebelumnya dan
biaya overhead pabrik tetap yang sebelumnya ditangguhkan dalam
persediaan berdasarkan metode full costing dikeluarkan dan ditandingkan
dengan pendapatan.
d.Setelah beberapa periode, laba bersih yang dilaporkan dengan
menggunakan metode full costing dan variable costing akan cenderung
sama. Alasannya adalah bahwa dalam jangka panjang, penjualan tidak
mungkin melebihi produksi ataupun produksi melebihi penjualan. Dalam
jangka pendek, laba rugi akan cenderung berbeda.

2.4 Akibat yang timbul metode full costing dan metode direction costing
Akibat yang timbul metode full costing dan metode direct costing
1. Dalam metode full costing, perhitungan harga pokok produksi dan
penyajian laporan laba rugi didasarkan pendekatan “fungsi”. Sehingga
apa yang disebut sebagai biaya produksi adalah seluruh biaya yang
berhubungan dengan fungsi produksi, baik langsung maupun tidak
langsung, tetap maupun variabel. Dalam metode variabel costing,
menggunakan pendekatan “tingkah laku”, artinya perhitungan harga
pokok dan penyajian dalam laba rugi didasarkan atas tingkah laku
biaya. Biaya produksi dibebani biaya variabel saja, dan biaya tetap
dianggap bukan biaya produksi.
2. Dalam metode full costing, biaya periode diartikan sebagai biaya yang
tidak berhubungan dengan biaya produksi, dan biaya ini dikeluarkan
dalam rangka mempertahankan kapasitas yang diharapkan akan
dicapai perusahaan, dengan kata lain biaya periode adalah biaya
operasi. Dalam metode variabel costing, yang dimaksud dengan biaya

10
periode adalah biaya yang setiap periode harus tetap dikeluarkan atau
dibebankan tanpa dipengaruhi perubahan kapasitas kegiatan. Dengan
kata lain biaya periode adalah biaya tetap, baik produksi maupun
operasi.
3. Menurut metode full costing, biaya overhead tetap diperhitungkan
dalam harga pokok, sedangkan dalam variabel costing biaya overhead
tetap diperlakukan sebagai biaya periodik. Oleh karena itu saat produk
atau jasa yang bersangkutan terjual, biaya tersebut masih melekat pada
persediaan produk atau jasa. Sedangkan dalam variabel costing, biaya
tersebut langsung diakui sebagai biaya pada saat terjadinya.
4. Jika biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atau jasa
berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka dan jumlahnya berbeda
dengan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya maka selisihnya
dapat berupa pembebanan overhead pabrik berlebihan (over-applied
factory overhead). Menurut metode full costing, selisih tersebut dapat
diperlakukan sebagai penambah atau pengurang harga pokok yang
belum laku dijual (harga pokok persediaan).
5. Dalam metode full costing, perhitungan laba rugi menggunakan istilah
laba kotor (gross profit), yaitu kelebihan penjualan atas harga pokok
penjualan.
Dalam variabel costing, menggunakan istilah marjin kontribusi
(contribution margin), yaitu kelebihan penjualan dari biaya-biaya variabel.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dari perbedaan laba rugi dalam
metode full costingdengan metode variable costing adalah
1. Dalam metode full costing, dapat terjadi penundaan sebagian biaya
overhead pabrik tetap pada periode berjalan ke periode berikutnya bila
tidak semua produk pada periode yang sama.
2. Dalam metode variable costing seluruh biaya tetap overhead pabrik
telahdiperlakukan sebagai beban pada periode berjalan, sehingga tidak
terdapat bagian biaya overhead pada tahun berjalan yang dibebankan
kepada tahun berikutnya.
3. Jumlah persediaan akhir dalam metode variable costing lebih rendah
dibandingmetode full costing. Alasannya adalah dalam variable
costing hanya biaya produksivariabel yang dapat diperhitungkan
sebagai biaya produksi.
4. Laporan laba rugi full costing tidak membedakan antara biaya tetap
dan biaya variabel, sehingga tidak cukup memadai untuk analisis
hubungan biaya volume dan laba (CVP) dalam rangka perencanaan
dan pengendalian

2.5 Manfaat penyajian laporan dengan menggunakan metode full costing dan
direct costing

11
1. Dalam perencanaan laba jangka pendek
Untuk kepentingan perencanaan laba jangka pendek, manajemen
memerlukan informasi biaya yang dipisahkan menurut perilaku biaya
dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan. Dalam jangka
pendek, biaya tetap tidak berubah dengan adanya perubahan volume
kegiatan, sehingga hanya biaya variabel yang perlu dipertimbangkan oleh
manajemen dalam pengambilan keputusannya. Oleh karena itu, metode
variable costing yang menghasilkan laporan rugi-laba yang menyajikan
informasi biaya variabel yang terpisah dari informasi biaya tetap dapat
memenuhi kebutuhan manajemen untuk perencanaan laba jangka pendek.
2. Dalam pengendalian biaya
Variable costing menyediakan informasi yang lebih baik untuk
mengendalikan period costs dibandingkan informasi yang dihasilkan oleh
full costing. Dalam full costing biaya overhead pabrik tetap
diperhitungkan dalam tarif biaya overhead pabrik dan dibebankan sebagai
unsur biaya produksi sehingga manajemen kehilangan perhatian terhadap
period costs (biaya overhead pabrik tetap) tertentu yang dapat
dikendalikan. Di dalam variable costing, period costs yang terdiri biaya
yang berperilaku tetap dikumpulkan dan disajikan secara terpisah dalam
laporan rugi-laba sebagai pengurang terhadap laba kontribusi. Biaya tetap
ini dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan: discretionary fixed costs
dan committed fixed costs. Discretionary fixed costs merupakan biaya
yang berperilaku tetap karena kebijakan manajemen sehingga dapat
dikendalikan oleh manajemen. Contohnya biaya iklan. Committed fixed
costs merupakan biaya yang timbul dari pemilikan pabrik, equipment dan
organisasi pokok. Biaya ini merupakan semua biaya yang tetap
dikeluarkan, yang tidak dapat dikurangi guna mempertahankan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi tujuan jangka panjang
perusahaan. Dalam jangka pendek committed fixed costs tidak dapat
dikendalikan oleh manajemen. Contohnya biaya depresiasi, sewa, asuransi,
dan gaji karyawan inti. Dengan dipisahkannya biaya tetap dalam
kelompok tersendiri dalam laporan rugi-laba variable costing, manajemen
dapat memperoleh informasi discretionary fixed costs terpisah dari
committed fixed costs, sehingga pengendalian biaya tetap dalam jangka
pendek dapat dilakukan oleh manajemen.
3. Dalam pengambilan keputusan
Variable costing menyajikan data yang bermanfaat untuk pembuatan
keputusan jangka pendek. Dalam pembuatan keputusan jangka pendek
yang menyangkut mengenai perubahan volume kegiatan, period costs
tidak relevan karena tidak berubah dengan adanya perubahan volume
kegiatan. Variable costing khususnya bermanfaat untuk penentuan harga
jual jangka pendek. Ditinjau dari sudut penentuan harga, perbedaan pokok

12
antara full costing dan variable costing adalah terletak pada konsep
penutupan biaya (concept of cost recovery). Menurut metode full costing,
harga jual harus dapat menutup total biaya, termasuk biaya tetap
didalamnya. Di dalam metode variable costing, apabila harga jual tersebut
telah menghasilkan laba kontribusi guna menutup biaya tetap adalah lebih
baik daripada harga jual yang tidak menghasilkan laba kontribusi sama
sekali.

Kelemahan-kelemahan metode variable costing adalah sebagai berikut


(Mulyadi, 2000: 407):

1.Pemisahan biaya-biaya ke dalam biaya variabel dan tetap sebenarnya


sulit dilaksanakan, karena jarang sekali suatu biaya benar-benar variabel
atau benar-benar tetap. Suatu biaya digolongkan sebagai suatu biaya
variable jika asumsi berikut ini dipenuhi:
a. Bahwa harga barang atau jasa tidak berubah. Misalkan konsumsi
solar untuk diesel listrik tergantung pada kegiatan pabrik, maka
biaya solar adalah biaya variabel dengan asumsi harga belinya
tidak berubah, karena apabila berubah harganya, maka biaya bahan
bakar tersebut tidak lagi berubah sebanding dengan perubahan
kegiatan produksi.
b. Bahwa metode dan prosedur produksi tidak berubah-ubah.
c. Bahwa tingkat efisiensi tidak berfluktuasi.
Sedangkan biaya tetap dapat dibagi menjadi dua kelompok:
a. Biaya tetap yang dalam jangka pendek dapat berubah, misalnya
gaji manajer produksi, pemasaran, keuangan, serta gaji manajer
akuntansi.
b. Biaya tetap yang dalam jangka panjang konstan, misalnya biaya
depresiasi dan sewa kantor yang dikontrakkan untuk jangka
panjang.

2. Metode variable costing dianggap tidak sesuai dengan prinsip akuntansi


yang lazim, sehingga laporan keuangan untuk kepentingan pajak dan
masyarakat umum harus dibuat atas dasar metode full costing.

3. Dalam metode variable costing, naik turunnya laba dihubungkan dengan


perubahan-perubahan dalam penjualan. Untuk perusahaan yang kegiatan
usahanya bersifat musiman, variable costing akan menyajikan kerugian
yang berlebih-lebihan dalam periode-periode tertentu, sedangkan dalam
periode lainnya akan menyajikan laba yang tidak normal.

13
4.Tidak diperhitungkannya biaya overhead pabrik tetap dalam persediaan
dan harga pokok persediaan akan mengakibatkan nilai persediaan lebih
rendah, sehingga akan mengurangi modal kerja yang dilaporkan untuk
tujuan-tujuan analisis keuangan.
Untuk pihak internal,
variabel costing digunakan untuk tujuan-tujuan :
1. Perencanaan laba
2. Penentuan harga jual produk
3. Pengambilan keputusan oleh manajemen
4. Pengendalian biaya

Untuk pihak eksternal


Meskipun tujuan utamanya untuk pihak internal, konsep variabel
costing dapat pula digunakan oleh pihak eksternal untuk tujuan :

Tujuan eksternal tersebut hanya dapat dicapai apabila laporan yang


disusun atas dasar variabel costing disesuaikan dengan teknik-teknik tertentu,
menjadi laporan yang disusun atas dasar konsep harga pokok penuh(full
costing), sebab konsep variabel cpsting tidak sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum.

2.6 Contoh Soal Perhitungan Metode full costing dan direction costing

14
15
16
Penyajian Laporan Laba-Rugi

Perbedaan di dalam penyajian laporan laba-rugi antara metode full costing


dengan variable costing dapat ditinjau dari segi:

a. Penggolongan biaya dalam laporan laba-rugi


Pada metode full costing, biaya digolongkan menjadi dua, yaitu:
1. Biaya produksi, meliputi BBB (raw material cost), BTKL(direct
labor cost) dan BOP tetap (fixed FOH) maupun BOP variabel
(variable FOH).
2. Biaya non produksi atau biaya periode (period cost), meliputi
semua biaya yang tidak termasuk dalam harga pokok produk
sehingga harus dibebankan langsung ke laporan laba-rugi periode
terjadinya.

Pada metode variable costing, biaya digolongkan menjadi:


1. Biaya variabel (variable cost), meliputi semua biaya yang
jumlah totalnya berubah secara proporsioanal sesuai dengan
perubahan volume kegiatan. Biaya ini dikelompokkan ke
dalam:
 Biaya variabel produksi, yaitu BBB, BTKL dan BOP
variabel.
 Biaya variabel non produksi, yaitu biaya pemasaran
variabel (variable of marketing expense), biaya
adminstrasi dan umum variabel (variable of general &
administative expense), biaya finansial variabel
(variable of financial expense).

17
2. Biaya tetap (fixed costs), meliputi semua biaya yang jumlah
totalnya tetap konstan tidak dipengaruhi oleh perubahan volume
kegiatan. Biaya tetap pada konsep variable costing disebut pula
dengan biaya periode (period cost) atau disebut pula biaya
kapasitas(capacity cost).

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Full Costing adalah metode penentuan harga pokok produk dengan


memasukkan seluruh komponen biaya produksi sebagai unsur harga
pokok, yang meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya
overhead pabrik variable dan biaya overhead pabrik tetap. Di dalam
metode full costing, biaya overhead pabrik yang bersifat variable maupun
tetap di bebankan kepada produk yang di hasilkan atas dasar tarif yant
ditentukan di muka pada kapasitas normal atau atas dasar biaya overhead
pabrik sesungguhnya. Oleh karena biaya overhead pabrik tetap akan
melekat pada harga pokok persediaan produk selesai yang belum dijual,
dan baru dianggap sebagai biaya (elemen harga pokok penjualan) apabila
produk selesai tersebut tidak dijual.

Direct costing adalah Metode penentuan harga pokok produksi


yang hanya memperhitungkan biaya produksi variabel saja atau yang
secara langsung mempengaruhi volume produksi. Biaya yang terjadi

18
dimana penyebab satu-satunya adalah karena ada sesuatu yang harus
dibiayai. Dalam kaitannya dengan produk, biaya langsung terdiri dari
biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.

3.2 Saran
Demikianlah yang dapat penulis sampaikan mengenai materi Full
Costing dan Direction Costing yang menjadi bahasan dalam makalah ini,
tentunya banyak kekurangan dan kelemahan kerena terbatasnya
pengetahuan kurangnya rujukan atau referensi yang kami peroleh
hubungannya dengan makalah, penulis banyak berharap kepada para
pembaca memberikan kritik saran yang membangun kepada kami demi
sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis para pembaca khusus pada penulis.

DAFTAR PUSTAKA

http://j4l4luh.blogspot.com/2016/04/makalah-penetapan-harga-
pokok-produksi.html?m=1
http://masimronrosyidi.blogspot.com/2017/07/direct-costing-dan-
full-costing_21.html
Machfoedz, Mas’ud. 1989. Akuntansi Manajemen. Yogyakarta: BPFE.

Siregar, Baldric., dkk. 2017. Akuntansi Manajemen. Jakarta: Salemba


Empat.

Zulkifli ., dkk. 2017. Pengantar Manajemen. Palembang: Percetakan dan


Penerbit Politeknik Negeri Sriwijaya.

19
Kelompok 5
Materi 5 : full costing dan variabel costing
Pertanyaan:

1. Jelaskan Kelebihan dan kelemahan metode direct costing? (Derry Akbar)

2. Jelaskan Perbedaan Discretionary Fixed Cost dan Commited Fixed Cost?


(Clarisa Oktania)

3. Jelaskan Apa sebab dalam direct costing biaya tetap (fixed cost) tidak
dimasukkan harga pokok persediaan? (Septiana Qoirunisa)

20
4. Jelaskan apa tujuan dari variabel costing? ( Annisa M)

5. Mengapa laba per tahun yang dilaporkan menurut metode full costing berbeda
dengan hasil metode variable costing ? (Atria Novianti)

Jawaban:
Jawaban no 1
Keunggulan dan Kelemahan Variabel Costing

Sebagai salah satu metode dalam penentuan harga pokok produk, variable costing
mempunyai keunggulan dan kelemahan. Secara umum keunggulan variable
costing adalah menutupi kelemahan full costing. Kelemahan utama variabel
costing adalah tidak dapat digunakan untuk pelaporan pada pihak ekstern
perusahaan. Berikut ini akan dikemukakan beberapa keunggulan dan kelemahan
variabel costing.
Keunggulan Variabel Costing

a. Alat perencanaan operasi Rencana operasi atau rencana anggaran, meliputi


semua aspek operasi dimasa yangakan datang yang dirancang untung mencapai
sasaran laba yang telah ditetapkan. Dengan variabel costing lebih mudah
menghimpun data untuk perencanaan labayang telah ditetapkan. Tersedianya data
tentang biaya variabel dan margin kontribusi memungkinkan manajemen untuk
mengambil keputusan secara cepat mengenai persoalan-persoalan biaya yang
dihadapi setiap hari.

b. Penetapan harga jual Harga jual produk yang ditetapkan oleh suatu
perusahaan, tentu harga jual dapat bersaing dipasaran. Penentuan harga jual yang
dapat bersaing bukanlah suatu hal yang mudah dilakukan. Harga jual yang terlalu
tinggi dapat berakibat kalahnya perusahaan dalam persaingan, sedangkan harga
yang terlalu rendah dapat berakibat tidak tercapainya tujuan perusahaan yaitu
tercapainya laba pada tingkat yang dikehendaki. Dengan variabel costing
penetapan harga jual dapat lebih mudah dilakukan. Konsep margin kontribusi
memudahkan perusahaan untuk menentukan harga jual yang dapat menutup
biaya-biaya tetap seperti biaya gaji, biaya sewa, pajak dan lain sebagainya.

c. Penentuan titik impas atau peluang pokok Bila margin kontribusi dan biaya
tetap diketahui ada cara perhitungan yang sederhana untuk menentukan suatu

21
keadaan perusahaan tidak mengalami laba dan juga tidak mengalami rugi. Istilah
keadaan yang demikian dikenal dengan peluang pokok atau impas atau Break
Even.

d. Alat pengendalian manajemen Laporan-laporan yang didaftarkan pada


variabel costing jauh lebih efektif dari padafull costing untuk pengendalian
manajemen. Hal ini disebabkan oleh karena laporan-laporan tersebut dapat
dihubungkan secara lebih langsung dengan sasaran laba atau anggaran dalam
periode yang bersangkutan. Penyimpangan dari standart yang ditentukan dapat
lebih mudah diketahui dan lebih cepat dibetulkan. Selain itu dengan variabel
costing dapat ditunjukan dengan jelas tanggung jawab sesuai dengan garis
organisasi, pretasi individu daoat dievaluasi dari periode yang berjalan.

Kelemahan Variabel Costing


a. Kesulitan dalam pemisahan biaya tetap dan variable Untuk dapat diterapkan
variabel costing, biaya semi variabel harus dipisahkan kedalam biaya tetap dan
biaya variabel. Secara teoritis memang tidak sulit namun dalam praktiknya tidak
sepenuhnya dapat diterapkan.

b. Tidak dapat diterima unuk pelaporan ekstern Dalam prinsip akuntansi


indonesia 1984 (Ikatan Akuntan Indonesia) disebutkan bahwa “harga pokok
barang yang diproduksi meliputi semua biaya bahan baku langsung yang dipakai,
upah langsung serta biaya produksi tidak langsung, dengan memperhitungkan
saldo awal dan saldo akhir barang dalam pengolahan”. Hal ini berarti bahwa untuk
perhitungan dan pelaporan biaya produksi didasarkan pada konsep full costing.

Jawaban no.2
Perbedaan Discretionary Fixed Cost dan Commited Fixed Cost

Pengertian Discretionary Fixed Cost

Discretionary fixed cost adalah biaya tetap yang dapat distop pengeluarannya
secara utuh oleh manajemen perusahaan. Contoh biaya discretionary fixed cost ini
adalah biaya program latihan karyawan, biaya iklan, biaya riset dan
pengembangan, biaya promosi penjualan dsb.

22
Dengan kata lain, discretionary fixed cost adalah biaya yang :

tidak bisa mengukur hubungan / tidak ada korelasi antara jumlah biaya yang
keluar dengan jumlah penghasilan yang masuk
timbul dari keputusan penyediaan anggaran perusahaan secara berkala.
jumlahnya ditentukan secara subjectif dari manajemen puncak perusahaan.
Pengertian Committed Fixed Cost
Definisi committed fixed cost adalah SEMUA biaya tetap yang HARUS
dikeluarkan, dan tidak dapat dikurangi karena tujuan dari commited fixed cost
adalah untuk mempertahankan kemampuan perusahaan dalam memenuhi tujuan
jangka panjangnya. Commited fixed cost adalah biaya yang sebagian besarnya
berupa biaya tetap yang muncul karena adanya organisasi pokok, kepemilikan
pabrik, peralatan dsb.

Contoh committed fixed cost adalah biaya gaji karyawan, biaya depresiasi, biaya
pajak bumi dan bangunan, biaya asuransi, biaya sewa dsb.

Jawaban no 3

Sebab direct costing mempunyai argumen bahwa kalau biaya tetap dimasukkan ke
dalam biaya produksi, berarti kalau akhir tahun ada persedian. Persediaan ini akan
dibawah ke tahun berikutnya sebagai persediaan awal sehingga biaya tetap
ditentukan (dibayar) seluruhnya ditahun sebelumnya akan dibebankan lagi ditahun
berikutnya.

Jawaban no 4

Tujuan dari variabel costing atau penentuan harga pokok adalah untuk memenuhi
kepada pihak manajemen dalam mendapatkan informasi yang memiliki orientasi
dalam pengambilan keputusan jangka pendek, yaitu:

a. Pihak manajemen bisa mengetahui batas kontribusi yang berguna untuk


menentukan rencana besarnya laba melalui analisa hubungan biaya-volume-laba
dan untuk keputusan bagi pihak manajemen dalam pengambilan kebijaksanaan
jangka pendek.

23
b. Pihak manajemen menjadi dimudahkan dalam mengendalikan kondisi
operasional yang sedang berjalan, menetapkan penilaian dan melakukan
pertanggungjawaban terhadap departemen lainnya dalam suatu perusahaan.

Jawaban no 5

Mengapa laba per tahun yang dilaporkan menurut metode full costing berbeda
dengan hasil metode variable costing ?

Penggunaan konsep yang berbeda akan menghasilkan konsekuensi yang berbeda


pula. Demikian halnya dengan kedua metode penentuan harga pokok ini.Laporan
rugi – laba yang disusun berdasarkan kedua metode akan menghasilkan labayang
berbeda. Jika pada periode tersebut terdapat perbedaan persediaan awal dan akhir
produk selesai. Hal ini disebabkan karena metode full costing memasukkan BOP
Tetapsebagai komponen harga pokok, sehingga apabila diakhiri periode terdapat
persediaan produk selesai maka akan terjadi penundaan pembebanan BOP Tetap
ke periodeBOPTetap yang terjadi akan dibebankan pada periode berjalan sebagai
bagian dari periode berjalan sebagai bagian dari period cost. Kedua metode akan
menghasilkan laba yangsama apabila dalam periode tersebut tidak terdapat
persediaan awal dan akhir produk selesai.

Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan perlakuan BOP Tetap.Yang perlu


digaris bawahi tentang kedua metode ini dikaitkan dengan pelaporan laba ialah
bahwa laba yang dilaporakan berdasarkan metode full costingsangat dipengaruhi
oleh perubahan tingkat produksi. Berbeda dengan metode variablecosting, laba
yang dihitung sangat dipengaruhi oleh tingkat penjualan.

24

Anda mungkin juga menyukai