Anda di halaman 1dari 17

LABORATORIUM TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL PROGRAM STUDI

FARMASI F-MIPA UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT Commented [MH1]: Cek tata letak yang benar

PERCOBAAN IV VALIDASI Commented [MH2]: Diturunkan. enter

Disusun Oleh :
Kelompok XV
Ningsih J1E115013
Hema Novita Rendati J1E115036
Clinton Ciputra J1E115208
Kesty Aprini J1E115213
Siti Apsari Rez’na J1E115231 Commented [MH3]: Tidak usah pakai kotak

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU
2017
LABORATORIUM TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL PROGRAM STUDI
FARMASI F-MIPA UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT Commented [MH4]: Cek tata letak
PERCOBAAN IV VALIDASI Commented [MH5]: enter

KELOMPOK XV

Mengetahui, Nilai Laporan


Asisten

(Siti Humairah Z. A.) Tanggal : 5 Desember 2017 Commented [MH6]: ganti tanggal 11
J1E114036

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU
2017
PERCOBAAN IV VALIDASI Commented [MH7]: enter
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Commented [MH8]: ratakan

Sterilisasi adalah suatu proses untuk mematikan semua organisme yang


terdapat pada atau di dalam suatu benda. Ketika untuk pertama kalinya
melakukan pemindahan biakan bakteri secara aseptic, hal itu telah menggunakan
salah satu cara sterilisasi, yaitu pembakaran. Namun, kebanyakan peralatan dan
media yang umum digunakan dalam pekerjaan mikrobiologi akan menjadi rusak
bila dibakar. Untungnya tersedia berbagai metode lain yang efektif (Randi, 2004).
Sterilisasi pada sediaan farmasi sperti produk parenteral sudah jelas dan harus
dipenuhi. Uji sterilitas dilakukan terhadap produk dan bahan yang sebelumnya telah
mengalami proses pensterilan yang telah diberlakukan. Hasilnya membuktikan
bahwa prosedur sterilisasi dapat diulang secara efektif. Tetapi umumnya disetujui
bahwa kontrol yang dilaksanakan selama proses validasi memberikan jaminan telah
efektifnya proses sterilisasi (Rahman & Nasir, 2009).
Sedian steril memiliki berbagai kriteria seperti bebas dari mikroorganisme,
bebas pirogen, bebas partikulat dan standar yang sangat tinggi dalam hal kemurnian
dan kualitas. Tujuan utama pembuatan sediaan steril yaitu tidak adanya kontaminasi
mikroba sediaan baik steril maupun non steril. Validasi merupakan suatu tindakan
pembuktian dengan cara yang sesuai bahwa setiap bahan, proses, prosedur,
kegiatan, sistem, perlengkapan atau mekanisme yang digunakan dalam produksi
dan pengawasan akan senantiasa mencapai hal yang diinginkan (Voight, 1995).
Pelaksanaan validitas, prinsip penetapan kadar dianggap cocok untuk
prosedur yang ditetapkan. Validitas merupakan untuk mengetahui ketelitian dan
ketetapan kadar bukan mengenai penyebab dari penyimpanan yang di amati. Salah
satu tujuan validitas pada pembuatan sediaan steril adalah untuk meminimalkan
ketidak percayaan terhadap penguji produk akhir. Tiga prinsip yang terlibat dalam
proses sediaan steril yaitu untuk membuat sterilitas kedalam sediaan; menunjukkan
tingkat kemungkinan maksimum yang pasti dimana proses dan metode sterilisasi
memiliki sterilisasi yang terpecaya terhadap semua unit dari batch sediaan; serta
memberikan jaminan yang lebih luas dan mendukung hasil dari uji sterilisasi akhir
(Pelczar, 2008). Kalibrasi merupakan pengujian yang dilakukan secara berkala
untuk menjamin hasil penimbangan atau pengukuran yang tepat. Laminar Air Flow
(LAF) merupakan suatu alat untuk penyaringan dan petunjuk aliran udara pada
daerah produksi untuk sediaan-sediaan steril yang berguna dalam menurunkan
kemungkinan pengotoran (Ansel, 2005).

1.2 Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah agar mahasiswa mampu memahami
tahapan-tahapan dalam proses validasi metode sterilisasi.

II. DASAR TEORI


Validasi merupakan suatu tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai
bahwa setiap bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan atau
mekanisme yang digunakan dalam produksi dan pengawasan akan senantiasa
mencapai hasil yang diinginkan (Voight, 1995). Validasi proses sterilisasi terdiri
dari semua proses sterilisasi (termal, kimiawi, radiasi, dan filtrasi) dirancang untuk
menghancurkan atau mengurangi bahan pencemar mikrobiologis yang ada dalam
suatu produk. Uji resmi sterilitas suatu produk adalah suatu uji penghancur terhadap
sampel terpilih; jadi tugas membuktikan bahwa semua bagian suatu produk adalah
steril harus memakai teori probabilitas statistik (Lachman, 1989).
Kondisi aseptik dicapai jika persyaratan berikut terpenuhi yaitu ruang kerja
sebagai jalan masuk ke dalam ruangan yang digunakan untuk kerja aseptik, harus
melalui boks yang sekaligus mudah dibersihkan dan didisinfeksi seperti halnya
ruangan yang digunakan untuk kerja aseptik; personel yang dipercaya bekerja
aseptik harus memenuhi persyaratan higienis yang sama dengan personel yang
bekerja di lalu lintas bahan makanan; bahan, sediaan dan barang harus dibedakan
atas dasar kebutuhan, dilindungi dari pencemaran ulang melalui pengemas yang
terbukti dapat disterilkan dan bertahan tetap steril dan melalui tarnsportasi bebas
debu serta penyimpanan pengemas ini yang terlindung dari debu; indikator
sterilisasi dan indikator keamanan; penanganan bahan sediaan dan barang yang
berlainan; perusakan pengotor pirogen; serta pengujian terhadap sterilitas (Voight,
1995).
Terdapat beberapa jenis validasi, antara lain kualifikasi mesin, peralatan dan
sarana penunjang, validasi metode analisa, validasi proses produksi, validasi proses
pengemasan serta validasi pembersihan (cleaning validation) (Ansel, 2005).
Standar dan pengujian merupakan bagian dari sistem manajemen mutu dan
keamanan pangan yang dapat mencakup standar untuk parameter mutu dan
keamanan. Standar disusun berdasarkan konsensus semua pihak yang terkait
dengan memperhatikan syarat-syarat diantaranya perkembangan ilmu dan teknologi
serta pengalaman dan produsen diharapkan menghasilkan produk dengan standar
tertentu. Standar mikrobiologi misalnya, merupakan kriteria keamanan
mikrobiologi pangan (Martoyo et al, 2014).
Validasi terbagi dalam beberapa macam, yaitu validasi proses, validasi
pembersihan (cleaning validation) dan validasi metode analisis. Validasi proses
terdiri dari tiga bagian yaitu prospektif, concurrent dan retrospektif. Jika validasi
prospektif itu untuk obat yang belum dipasarkan (new product), validasi concurrent
untuk obat baru tapi sudah dipasarkan, sedangkan validasi retrospektif digunakan
untuk produk yang sudah sangat lama dipasarkan. Dilihat dari hal tersebut maka
dapat dikatakan bahwa validasi prospektif dan concurent adalah waktu sekarang ke
masa depan sedangkan retrospektif dari sekarang ke masa lalu. Retrospektif dari
masa sekarang ke masa lalu maka dapat kita lakukan hanya dengan melihat batch
recordnya. Menurut CPOB 2006 validasi ini memerlukan data dari 10 sampai 30
bets berurutan untuk menilai konsistensi proses, (tapi jumlah bets yang lebih sedikit
dimungkinkan bila dapat di justifikasi) (Lachman, 1989).
Validasi pembersihan adalah tindakan pembuktian yang didokumentasikan
bahwa proses pembersihan yang dilaksanakan akan senantiasa menghasilkan
tingkat kebersihan yang ditetapkan. Hal ini dimaksudkan untuk membuktikan
melalui pengujian dan analisis bahwa prosedur pembersihan yang dimaksud dapat
membersihkan suatu alat atau ruangan dari sisa bahan (residu), partikel asing dan
mikroba sampai pada batas-batas yang dapat diterima secara konsisten dan
berulang-kali (reproducible). Selain itu peralatannya juga harus divalidasi, validasi
pembersihan peralatan ini tujuannya untuk memberikan bukti tertulis dan
terdokumentasi bahwa cara pembersihan yang digunakan tepat dan dapat dilakukan
berulang-ulang. Peralatan atau mesin yang dicuci tidak terdapat pengaruh yang
negatif karena adanya efek pencucian (Lachman, 1989).
Validasi metode analisis bertujuan untuk memastikan dan mengkonfirmasi
bahwa metode analisis tersebut sudah sesuai untuk peruntukannya. Validasi
biasanya diperuntukkan untuk metode analisa yang baru dibuat dan dikembangkan.
Sedangkan untuk metode yang memang telah tersedia dan baku (misal dari AOAC,
ASTM, dan lainnya), namun metode tersebut baru pertama kali akan digunakan di
laboratorium tertentu, biasanya tidak perlu dilakukan validasi, namun hanya
verifikasi. Tahapan verifikasi mirip dengan validasi hanya saja parameter yang
dilakukan tidak selengkap validasi (Lachman, 1989).
Alat-alat yang digunakan dalam proses sterilisasi diantaranya oven, autoklaf
dan laminar air flow ( LAF ). Panas kering pada oven digunakan untuk sterilisasi
bahan-bahan melalui proses pengabuan dari mikroorganisme. Proses ini merupakan
kelanjutan atau sekumpulan proses yang dilakukan dalam sebuah oven dengan
temperatur sekelilingnya 170°C untuk sterilisasi atau 250°C untuk depirogenisasi.
Panas kering digunakan untuk sterilisasi/depirogenisasi alat-alat gelas yang akan
digunakan untuk proses produksi secara aseptik. Suhu yang digunakan ini, terlalu
tinggi untuk wadah-wadah plastik. Sama seperti sterilisasi uap air, prosesnya dapat
diprediksi dan hasilnya dapat dikontrol. Sterilisasi panas kering biasa digunakan
untuk depirogenisasi alat-alat gelas dan bahan-bahan lain yang memiliki
kemampuan bertahan pada suhu yang digunakan. Secara umum, validasi untuk alur
depirogenisasi untuk proses panas kering selalu termasuk proses sterilisasinya
(Agalloco, 2008).
Autoklaf merupakan stelisisasi termal menggunakan tekanan uap jenuh dalam
sebuah autoklaf. Ini merupakan metode sterilisasi yang biasa digunakan dalam
industri farmasi, karena dapat diprediksi dan menghasilkan efek dekstruksi bakteri,
dan parameter-parameter sterilisasi seperti waktu dan suhu dapat dengan mudah
dikontrol dan monitoring dilakukan sekali dalam satu siklus yang divalidasi. Secara
umum, sterilisasi panas lembab dilakukan pada suhu 121°C dibawah tekanan 15
psig. Pada suhu ini konsep letal dilakukan dengan F0 yang juga dilakukan bila suhu
sterilisasi berbeda dari 121°C. F0 dari proses ini tidak jauh pada 121°C dengan
waktu yang dibutuhkan, dalam menit, untuk menghasilkan kematian yang setara
dengan hasil pada 121°C pada waktu tertentu (Agalloco, 2008). LAF adalah suatu
alat untuk penyaringan dan petunjuk aliran udara pada daerah produksi untuk
sediaan-sediaan steril yang berguna dalam menurunkan kemungkinan pengotoran
(Ansel, 2005).
Dekontaminasi adalah proses menghilangkan atau membunuh
mikroorganisme sehingga objek aman untuk ditangani, tujuannya untuk melindungi
praktikan yang melakukan percobaan menggunakan bakteri atau semacamnya. Tiga
metode umum dalam proses dekontaminasi yaitu sterilisasi, desinfeksi dan sanitasi.
Sterilisasi yaitu proses atau kegiatan membebaskan suatu bahan atau benda dari
semua bentuk kehidupan. Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara
yaitu secara mekanik, fisik dan kimiawi. Sterilisai secara mekanik (filtrasi)
menggunakan suatu saringan yang berpori sangat kecil (0,22 mikron atau 0,45
mikrob) sehingga mikroba tertahan pada saringan tersebut. Proses ini ditujukan
untuk sterilisasi bahan yang peka panas, misalnya larutan enzim dan antibiotik.
Sterilisasi secara fisik dilakukan dengan cara pemanasan atau penyinaran.
Pemanasan dapat dilakukan dengan cara pemijaran, pemanasan kering,
menggunakan uap air panas, dan menggunakan uap air panas bertekanan (Agalloco,
2008).

III. METODE KERJA


3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah :
1. Autoclave
2. Batang pengaduk
3. Botol infus
4. Gelas Beaker
5. Gelas ukur
6. Oven
7. Rak tabung
8. Tabung Reaksi
9. Timbangan analitik
3.1.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
1. Aluminium foil
2. Aquadest
3. Kapas
4. Na-Tioglikolat
5. Water for injection (WFI)
3.2 Cara Kerja
3.2.1 Pembuatan Media
Na-Tioglikolat

Ditimbang sebanyak 0,5 gram


Dimasukkan dalam erlemeyer

WFI

Ditambahkan sebanyak 25 ml
Dimasukkan dalam erlemeyer
Digojog hingga homogen
Dibagi menjadi 4 bagian
Dimasukkan dalam tabung reaksi
Disumbat mulut tabung dengan kapas
Ditutup lagi mulut tabung dengan
alumunium foil

Hasil

3.2.2 Validasi Metode Sterilisasi dengan Autoclave

2 botol infus

Dicuci hingga bersih


Dikeringkan dengan menggunakan
tisu
Dipisahkan antara botol dan tutup
botol
Dibungkus botol dan
tutupnya dengan menggunakan alumunium
foil hingga tertutup semua
permukaannya Dimasukkan ke dalam
autoclave dengan suhu 121oC
dengan waktu 20 menit dan 30 menit
Aquadest

Digunakan untuk mencuci


botol infus dan tutup botolnya lalu
aquadestnya dicampurkan pada
Media natrium
media
tioglikolat

diamati
Diinkubasi selama 24 jam
lalu pertumbuhan mikrobanya
Hasil
selama 3 kali tiap 24 jam

3.2.3. Validasi Metode Sterilisasi dengan Oven


Dicuci 2 botol infus hingga bersih
Dikeringkan dengan tisu
Dipisahkan antara botol dan
tutup

botol Dibungkus botol dan tutupnya


dengan menggunakan alumunium foil
hingga tertutup semua
permukaannya Dimasukkan
ke dalam oven dengan suhu
180oC dengan waktu 30 menit
dan 60 menit

Aquadest

Digunakan untuk mencuci


botol dan tutup infus botolnya lalu aquadestnya
dicampurkan pada

Media natrium
tioglikolat

Diinkubasi selama 24 jam lalu


diamati pertumbuhan mikrobanya

selama 3 kali tiap 24 jam


Hasil

IV. HASIL
No. Perlakuan Hasil Dokumentasi

1. Empat buah botol infus Botol infus siap


dicuci dan keringkan,
disterilisasi
kemudian dibungkus
dengan aluminium foil
2. Masukkan 2 buah botol Steril
infus kedalam oven
dengan suhu 180oC
selama 1 jam

3. Masukkan 2 buah botol Steril


infus lainnya kedalam
autoclave dengan suhu
121oC selama 30 menit

4. Timbang tioglikolat Tioglikolat


sebanyak 0,5 gram sebanyak 0,5 gram

5. Larutkan media dengan Larutan media


WFI sebanyak 25 ml

6. Larutan media dibagi Media tioglikolat


menjadi 4 bagian
kedalam tabung reaksi
7. Tutup dengan kapas dan Media siap untuk
aluminium foil pada diterilisasi dan
dilanjutkan
mulut tabung penggunaannya
pada pengamatan
sterilitas.

8. Sterilisasi dalam Steril


autoclave dengan suhu
121oC selama 30 menit

9. Media dan botol infus Media dan botol


dikeluarkan dari infus didalam LAF
autoclave dan oven,
kemudian dimasukkan
kedalam LAF

10. Botol infus dicuci Media siap


dengan air, kemudian diinkubasi
hasil cucian dipipet dan
dimasukkan kedalam
media pada tabung
reaksi sambil
dipanaskan mulut
tabung reaksi
11. Inkubasi media selama 3 Hari 1 (oven) = tidak
x 24 jam dan dilihat ada endapan
apakah ada endapan
atau tidak tiap 24 jam

Hari 1 (autoclave)
= tidak ada
endapan

Hari 2 (oven) = tidak


ada endapan
Hari 2 (autoclave)
= tidak ada
endapan

Hari 3 (oven) = tidak


ada endapan

Hari 3 (autoclave)
= tidak ada
endapan

V. PEMBAHASAN
Judul praktikum dari percobaan ke empat ini adalah validasi. Tujuan dari
percobaan ini adalah mahasiswa mampu memahami tahapan-tahapan dalam proses
validasi metode sterilisasi. Validasi adalah suatu tindakan pembuktian dengan cara
yang sesuai bahwa tiap bahan, proses, prosedur, kegiatan sistem, perlengkapan atau
mekanisme yang digunakan dalam produksi dan pengawasan senantiasa mencapai
hasil yang diinginkan. Vaidasi metode sterilisasi ini perlu dilakukan untuk
mengidentifikasi parameter kritis sterilisasi serta mengetahui batas toleransinya.
Validasi metode dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu validasi
menggunakan autoclave, oven dan laminar air flow (LAF). Validasi pada laminar
air flow dilakukan di begian HEPA filter serta sudut kritis LAF. Prinsip kerja LAF
adalah aliran udara laminar akan membawa kontaminan keluar sehingga
kontaminasi dapat diminimalisir. Parameter kritis LAF adalah efektivitas HEPA
filter, kecepatan aliran udara, dan arah aliran udara. Selanjutnya validasi yang kedua
yaitu menggunakan oven. Metode panas kering ini dilakukan untuk alatalat yang
terbuat dari gelas. Parameter kritis pada oven adalah suhu dan waktu. Suhu
digunakan 200oC selama 30 menit maupun 60 menit. Perbedaan waktu ditujukan
untuk mengetahui lama waktu efektif untuk sterilisasi.
Tahapan yang dilakukan pada percoaan ini dimulai dengan pencucian alat
berupa botol infus sebanyak 2 botol kemudian dikeringkan dengan menggunakan
tisu. Selanjutnya botol dibungkus dengan menggunakan alumunium foil agar
sediaan tidak terkontaminasi saat dilakukan sterilisasi. Selanjutnya, botol infus yang
sudah dibungkus dilakukan proses sterilisasi. Tahapan berikutnya yaitu pembuatan
media natrium tioglikolat dengan menimbang sebanyak 0,5 gram lalu dilarutkan
dengan 25 ml WFI di dalam gelas beaker. WFI digunakan karena dapat melarutkan
tioglikolat dengan sempurna. Kemudian dibagi menjadi 4 bagian ke dalam tabung
reaksi. Bagian atas tabung reaksi ditutup dengan kapas agar media tidak
terkontaminasi dengan udara luar. Kemudian, tabung reaksi dibungkus dengan
aluminium agar tidak terkontaminasi . Media ini siap untuk disterilisasi.
Sterililasi dilakukan dengan autoclave dan oven. Sterilisasi dilakukan dengan
cara pertama-tama mengisi autoclave dengan air. Selanjutnya, memasukkan 2 botol
infus dan media yang sudah dibungkus ke dalam autoclave. Autoclave dinyalakan
dan diatur suhu autoclave sampai 121oC. Autoclave didiamkan selama 30 menit
karena proses sterilisasi sedang berlangsung. Setelah 30 menit, autocave dimatikan
dan didinginkan. Kemudian dikeluarkan botol dan media yang sudah steril.
Sedangkan 2 botol infus lainnya dimasukkan dalam oven dengan suhu 180oC
selama 30 menit. Kemudian dikeluarkan botol yang sudah steril.
Tahapan terakhir adalah validasi dengan menggunakan media. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui apakah sterilisasi sudah menghasilkan sediaan yang
steril atau tidak. Validasi dilakukan didalam laminar air flow. Hal ini bertujuan agar
semua pengerjaan yang dilakukan steril. Kemudian masukkan aquades kedalam
botol infus, diambil aquades dalam botol sebanyak 1 ml dengan mikropipet. Cara
tersebut diulangi sampai ke empat media terisi dengan aquadest dari botol infus.
Semua perlakuan, baik membuka tutup botol infus, membuka kapas tabung reaksi
maupun menutupnya kembali harus dilakukan di depan atau didekat bunsen. Hal ini
bertujuan agar proses validasi yang dilakukan benar-benar steril. Selanjutnya, media
diinkubasi selama 3 hari.
Hasil yang didapat dari praktikum ini adalah validasi yang dilakukan
menunjukkan bahwa proses yang dilakukan sudah valid dan benar. Pada hari
pertama inkubasi media, terlihat larutan jernih. Begitu pula hari ke-2 dan k-3 media
terlihat masih jernih. Hal ini menunjukkan bahwa media tidak ditumbuhi oleh
bakteri. Hal ini juga berarti bahwa proses sterilisasi yang digunakan sudah benar
karena mampu menghasilkan sediaan yang steril dan metode yang digunakan sudah
valid.

VI. KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum ini adalah
1. Validasi merupakan suatu tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai
bahwa setiap bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan atau
mekanisme yang digunakan dalam produksi dan pengawasan akan senantiasa
mencapai hasil yang diinginkan.
2. Tahapan-tahapan validasi adalah validasi proses, validasi metode, dan
validasi instumen (alat) sehingga apabila semua ini telah sesuai maka dapat
dikatakan kesseluruhan kegiatan yang dilakukan telah valid.
3. Hasil validasi autoclave dan oven tidak didapatkan bakteri yang tumbuh
dalam media, sehingga dapat dikatakan alat instrumen telah valid

DAFTAR PUSTAKA

Agalloco, J. 2008. Validation of Pharmaceutical Processes. Informa Healthcare


Inc, USA.

Ansel, H.C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. UI Press, Jakarta.


Lachman, L. 1989. Teori dan Praktek Farmasi Industri. UI Press, Jakarta.

Martoyo, P. Y., R. D. Hariyadi & W. P. Rahayu. 2014. Kajian Standar Cemaran


Mikroba dalam Pangan di Indonesia. Jurnal Standarisasi. 16 : 113-124.

Pelczar, M. J. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Universitas Indonesia, Jakarta.

Rahman, L. & D. Nazir. 2009. Sediaan Farmasi Steril. Lembaga Penerbitan


UNHAS, Makassar.

Randi. 2004. Teknik Laboratorium. Erlangga, Jakarta.

Voight, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. UGM Press, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai