Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
OLEH :
16089014076
TAHUN 2018
LAPORAN PENDAHULUAN
1. Definisi
Penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) / Cronic Obstruction
Pulmonary Disease (COPD) merupakan istilah yang sering digunakan
untuk sekelompok penyakit paru yang berlangsung lama dan di yandai
oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran
patofisiologi utamanya (Price, Sylvia Anderson; 2008). PPOK adalah
penyakit paru kronik dengan karakteristik adanya hambatan aliran udara di
saluran napas yang bersifat progresif nonreversibel parisal, serta adanya
respons inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang berbahaya
(GOLD,2009).
PPOK merupakan salah satu dari kelompok penyakit tidak menular
yang menjadi masalah kesehatan masyarakat Indonesia. Hal ini
disebabkan oleh meningkatnya usia harapan hidup dan semakin tingginya
pajanan factor resiko, seperti banyaknya jumlah perokok, serta
pencemaran udara di dalam ruangan maupun di luar ruangan (Persatuan
Dokter Paru Indonesia, 2011). PPOK adalah klasifikasi luas dari
gangguan, yang mencakup bronchitis kronis, bronkiektasis, emfisima dan
asma. PPOK merupakan kondisi ireversibel yang berkaitan dengan
dyspnea saat beraktivitas dan penurunan aliran masuk dan keluar udara
paru-paru (Smaltzer & Bare, 2007).
Dengan demikian dapat disimpulkan penyakit paru obstruksi kronik
adalah suatu penyakit yang dapat dicegah dan diobati yang di tandai
dengan adanya hambatan aliran udara pada aliran pernafasan yang
menimbulkan obstruksi saluran nafas, termasuk didalamnya ialas asma,
bronchitits kronik, dan emphysema paru..
2. Epidemiologi
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) sangat kurang dikenal di
masyarakat. Di Amerika Serikat pada tahun 1991 diperkirakan terdapat 14
juta orang menderita PPOK, meningkat 41,5% dibandingkan tahun 1982,
sedangkan mortalitas menduduki peringkat IV penyebab terbanyak yaitu
18,6 per 100.000 penduduk pada tahun 1991 dan angka kematian ini
meningkat 32,9% dari tahun 1979 sampai 1991. Who menyebutkan
PPOK merupakan penyebab kematian keempat di dunia yaitu akan
menyebabkan kematian pada 27,5 juta orang atau setara dengan 4,8%.
Selai itu WHO juga menyebutkan bahwa sekitar 80 juta orang akan
menderita PPOK dan 3 juta meninggal karena PPOK pada tahun 2005.
Kajian ini bertujuan untuk mengukur prevalensi PPOK, tingkat
keparahan, serta untuk mengidentifikasi tipe PPOK, factor risiko,
morbidilas dan mortalitas, dampak PPOK, pengobatan dan boaya
pengobatan PPOK.
3. Etiologi
Etiologi penyakit ini belum diketahui, menurut Muttaqin Arif (2008),
penyebab dari PPOK adalah:
1. Kebiasaan merokok, merupakan penyebab utama pada bronchitis dan
emfisema.
2. Adanya infeksi: Haemophilus influenza dan streptococcus pneumonia.
3. Polusi oleh zat-zat pereduksi.
4. Factor keturunan.
5. Factor social-ekonomi: keadaan lingkungan dan ekonomi yang
memburuk.
4. Klasifikasi PPOK
Berdasarkan Global Intiative For Chronic Obstructive Lung Disease
(GOLD) 2011, PPOK diklasifikasikan berdasarkan derajat berikut:
1. Derajat 0 (berisiko)
Gejala klinis : memiliki satu atau lebih gejala batuk kronis,
produksi sputum, dan dyspnea. Ada paparan terhadap faktor
resiko.
Spirometra : normal.
2. Derajat I (PPOK ringan)
Gejala klinis : dengan atau tanpa batuk. Dengan atau tanpa
produksi sputum. Sesak nafas derajat sesak 0 sampai derajat 1.
Spirometri : FEV1/FVC < 70%, FEV1 ≥80%.
3. Derajat II (PPOK sedang)
Gejala klinis : dengan atau tanpa batuk. Dengan atau tanpa
produksi sputum. Sesak nafas derajat sesak 2 (sesak timbul pada
saat aktivitas).
Spirometri : FEV1/FVC < FEV1 < 80%.
4. Derajat III (PPOK berat).
Gejala klinis : sesak nafas derajat 3 dan 4 Eksaserbasi lebih sering
terjadi spirometri : FEV1/FVC <70%; 30%< FEV1< 50%.
5. Derajat IV (PPOK Sangat Berat)
Gejala klinis : pasien derajat III dengan gagal nafas kronik.
Disertai komplikasi kor pilmonale atau gagal jantung kanan.
Spirometri : FEV1/FVC < 70%; FEV1 < 30% ATAU < 50%.
1. Kelemahan badan.
2. Batuk .
3. Sesak nafas.
4. Sesak nafas saat aktivitas dan nafas berbunyi.
5. Mengi atau wheezing.
6. Ekspirasi yang memanjang.
7. Batuk dada tong (Barrel Chest) pada penyakit lanjut.
8. Pengguanaan obat bantu pernafasan.
9. Suara nafas melemah.
10. Kadang ditemukan pernafasan paradoksal.
11. Edema kaki, asietas dan jari tubuh.
6. Patofisiologo
Hambatan aliran udara merupakan perubahan fisiologi utama pada
PPOK yang diakibatkan oleh adanya perubahan yang khas pada saluran
nafas bagian proksimal, perifer, parenkim dan vaskularisasi paru yang
dikarenakan adanya suatu inflamasi yang kronik dan perubahan struktur
pada paru. Terjadi peningkatan penebalan pada saluran nafas kecil dengan
peningkatan fosmasi folikel limfoid dan deposisi kolagen dalam dinding
luar saluran nafas mengakibatkan restriksi pembukaan jalan nafas. Lumen
saluran nafas kecil berkurang akibat penebalan mukosa yang mengandung
eksudat inflamasi., yang meningkat sesuai beratsakit.
Dalam keadaan normal radikal bebas dan antioksidan berada dalam
keadaan seimbang. Apabila terjadi gangguan keseimbangan maka akan
terjadi kerusakan di paru. Radikal bebas mempunyai peranan besar
menimbulkan kerusakan sel dan menjadi dasar dari berbagai macam
penyakit paru.
Pengaruh gas polutan dapat menyebabkan stress oksidan, selanjutnya
akan menyebabkan terjadinya peroksidasi lipid. Peroksidasi lipid
selanjutnya akan menimbulkan kerusakan sel dan inflamasi. Proses
inflamasi akan mengaktifkan sel makrofag alveolar, aktivitas sel tersebut
akan menyebabkan dilepaskannya faktor kemotataktik neutrophil seperti
interleukin 8 dan leukotrienB4. Tumuor necrosis factor (TNF), monocyte
chemotactic peptide(MCP)-1 dan reactive oxygen species(ROS). Faktor-
faktor tersebut akan merangsang neutrophil melepaskan protease yang
akan merusak jaringan ikat parenkim paru sehingga timbul keusakan
dinding alveolar dan hipersekresi mukus. Rangsangan sel epitel akan
menyebabkan dilepaskannya limfosit CD8, selanjutnya terjadi kerusakan
seperti proses inflamasi. Pada keadaan normal terdapat keseimbangan
antara oksidan dan antioksidan. Enzim NADPH yang ada dipermukaan
makrofag dan neutrophil akan mentrasfer satu electron ke molekul oksigen
menjadi anion super oksida dengan bantuan enzyme superoksid
dismutase. Zat hydrogen peroksida (H202) yang akan diubah menjadi OH
dengan menerima electron dari ion feri menjadi ion fero, ion fero dengan
halide akan diubah menjadi anion hipohalida (HOC1).
Pengaruh radikal bebas yang berasal dari polusi udara dapat
mengunduksi batuk kronis sehingga percabangan bronkus lebih mudah
terinfeksi. Penurunan fungsi paru terjadi sekunder setelah perubahan
struktur saluran nafas. Kerusakan struktur berupa destruksi alveol yang
menuju kea rah emfisema karena produksi radikal bebas yang berlebihan
oleh leukosit dan polusidan asap rokok.
Inflamasi pada saluran nafas pasien PPOK muncul sebagai modifikasi
dari respons inflamasi saluran nafas terhadap iritan kronik sepeti merokok.
Mekanisme untuk menjelaskan inflamasi ini tidak sepenuhnya dimengerti
tetapi mungkin terdapat keterlibatan genetic. Pasien bisa mendapatkan
PPOK tanpa adanya riwayar merokok, dasar dari respons inflamasi pasien
ini tidak diketahui. Stress osidatif dan penumpukan proteinase pada paru
selanjutnya akan mengubah inflamasi paru. Secara bersamaan, mekanisme
yang tidak diketahui, walaupun auto antigen dan mikroorganisme
persisten juga berperan.
Perubahan yang khas pada PPOK dijumpai pada saluran nafas,
parenkim paru, dan pembuluh darah paru. Perubahan pato;ogi tersebut
meliputi: inflamasi kronik, dengan peningkatan sejumlah sel inflamasi
spesifik yang merupakan akibat dari trauma dan perbaikan berulang.
Secara umum, inflamasi dan perubahan truktur pada jalan nafas meningkat
dengan semakin parahnya penyakit dan menetap walaupun merokok sudah
dihentikan.
7. WOC (Web Of Caution)
Faktor Predisposisi
efektif
Fase ekspirasi
Udara terperangkap
Dalam alveolus
jaringan
Hipertensi
9. Pemeriksaan Diagnostik
1. Tes Faal Paru
a. Spirometri (FEV1, FEV1 prediksi, FVC, FRV1/FVC) Obstruksi
ditentukan oleh nilai FEV1prediksi (%) dan atau FEV1/FVC (%).
FEV1 merupakan parameter yang paling umum dipakai untuk
menilai beratnya PPOK dan memantau perjalanan penyakit.
Apabila spirometri tidak tersedia atau tidak mungkin dilakukan,
APE meter walaupun kurang tepat, dapat dipakai sebagai
alternative dengan memantau variabilitas harian pagi dan sore,
tidak lebih dari 20%.
b. Peak flow meter
2. Radiologi (foto toraks)
Hasil pemeriksaan radiologi dapat ditemukan kelainan paru berupa
hiperinflasi atau hiperlusin, diafragma mendatar, corakan
bronkovaskuler meningkat, jantung pendulum, dan ruang retrosternal
melebar. Meskipun kadang-kadang hasil pemeriksaan radiologi masih
normal pada PPOK ringan tetapi pemeriksaan radiologi ini berfungsi
juga untuk menyingkirkan diagnosis penyakit paru lainnya atau
menyingkirkan diagnosis penyakit paru lainnya atau menyingkirkan
diagnosis penyakit paru lainnya atau menyingkirkan diagnosis banding
dari keluhan pasien.
3. Analisa gas darah
Harus dilakukan bila ada kecurigaan gagal nafas. Pada hipoksemia
kronis kadar hemoglobin dapat meningkat.
4. Mikrobiologi sputum
5. Computed temography
Dapat memastikan adanya bula emfimatosa.
10. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
a. Berhenti merokok harus menjadi prioritas.
b. Bronkodilator (β-agonis atau antikolinergik) bermanfaat pada 20-
40% kasus.
c. Pemberian terapi oksigen jangka panjang selama >16 jam
memperpanjang usia pasien dengan gagal nafas kronis (yaitu
pasien dengan PaO2 sebesar 7,3 kpa dan FEV 1 sebesar 1,5L).
d. Rehabilitasi paru( khususnya latihan olahraga) memberikan
manfaat simtomatik yang signifikan pada pasien dengsn penyakit
sedang-berat.
e. Operasi penurunan volume paru juga bisa memberikan perbaikan
dengan meningkatkan elastic recoil sehingga mempertahankan
potensi jalan nafas. (Davey, 2002).
2. Penatalaksanaan keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan dari penyakit paru obstruksi kronik
adalah:
a. Mempertahankan patensi jalan nafas.
b. Membantu tindakan untuk mempermudah pertukaran gas.
c. Meningkatkan masukan nutrisi.
d. Mencegah komplikasi, memperlambat memburuknya kondisi.
e. Memberikan infosmasi tentang proses penyakit/prognosis dan
program pengobatan (Doenges, 2000)
11. Komplikasi
Komplikasi penyakit Paru Obstruksi kronik (PPOK) MENURUT Grece &
Borley (2011), Jackson (2014) dan Padila (2012) :
a. Gagal nafas akut atau Acute Respiratory Failure (ARF)
b. Corpulmonal.
c. Pneumothoraks.
1. Pengkajian keperawatan
a.Data umum
Identitas pasien yang meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama,
alamat, tempat tanggal lahir, suku, diagnose medis, golongan darah
Identitas penanggung jawab yang meliputi nama, hubungan dengan
pasien, umur, pendidikan, pekerjaan, alamat, dan telp/no.HP
b. Riwayat kesehatan saat ini :
Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien)
Alasan berobat (hal/kejadian apa yang menyebabkan pasien berobat
ke puskesmas)
Riwayat penyakit (Tanya pada pasien atau keluarga pasien apakah
memiliki riwayat penyakit sebelumnya)
b. Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit yang pernah dialami
Riwayat perawatan (apakah pernah melakukan perawatan atau
mendapat perawatan di puskesmas atau tidak pernah)
Riwayat operasi (apakah pernah mengalami operasi)
Riwayat pengobatan (apakah pernah melakukan pengobatan)
Kecelakaan yang pernah dialami (apakah pernah mengalami
kecelakaan)
Riwayat alergi (tanyakan pada pasien apakah memiliki alergi
terhadap makanan atau obat)
c. Riwayat psikologi dan spiritual
d. Pemeriksaan fisik (keadaan umum pasien, kesadaran, ekspresi wajah,
kebersihan secara umum, TTV, head to toe)
e. Pemeriksaan diagnostic, penatalaksanaan medis
4. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah direncanakan dan
disesuaikan dengan kebutuhan pasien.
5. Evaluasi
Evaluasi disesuaikan dan dibuat dengan melihat perkembangan pasien Selama
diberikan asuhan keperawatan sesuai diagnosa keperawatan dan tujuan.
DAFTAR PUSTAKA
Nurrarif, Amin Huda dan hardhi Kusuma.2015. Aplikasi NANDA NIC NOC.
Jogjakarta : medication.
Yessie, Andra.2013.Kmb2 Keperawatan Medical Bedah (Keperawatan Dewasa)
Jakarta