Anda di halaman 1dari 20

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA Makassar, Februari2019

LAPORAN KASUS
OSCORPUS ALIENUM KORNEA

Disusun Oleh:
Siti Nurhandayani
111 2016 2087

Pembimbing:
dr. Sri Irmandha, Sp. M

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2019

1
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa :

Nama : Siti Nurhandayani

Stambuk : 111 2016 2087

Judul :OSCorpus Alienum Kornea

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka Kepaniteraan Klinik pada bagian Ilmu

Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia.

Makassar, Februari2019

Pembimbing

dr. Sri Irmandha, Sp.M

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ………………………………………………………………….i


HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………...ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….iii
BAB I LAPORAN KASUS…………………………………………………….1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendahuluan………………………………………………………..6
B. Anatomi & Fisiologi Kornea………………………………………6
C. Epidemiologi………………………………………………………..8
D. Etiologi……………………………………………………………...8
E. Patomekanisme……………………………………………………9
F. Diagnoisis..………………………………………………………...11
G. Penatalaksanaan…………………………………………………..11
H. Komplikasi………………………………………………………...15
I. Profilaksis………………………………………………………….15
J. Prognosis…………………………………………………………..15
BAB III KESIMPULAN……………………………………………………….16
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………..17

iii
BAB I
LAPORAN KASUS

I. Identitas Pasien
Nama : Tn. I
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 57th
Alamat : Jl. Caranggi Barombong
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Makassar
Pekerjaan : Tukang Las
No. Rekam Medik : 131071
Tgl. Pemeriksaan : 19 Februari 2019

II. Anamnesis
Keluhan Utama :Mata kiri merah
Anamnesis Terpimpin :
Seorang pasien laki-laki datang dengan keluahan mata kiri merah yang
dirasakan sejak 3 hari yang lalu setelah mata kiri terkena percikan gurinda
saat bekerja. Keluhan disertai rasa perih, gatal, berair, nyeri, seperti rasa
mengganjal, dan silau bila melihat cahaya. tidak ada penurunan penglihatan.
Riwayat pengobatan : Pasien belum pernah memeriksakan matanya ke dokter

III. Pemeriksaan Oftalmologi


1. Pemeriksaan Visus
OD Visus OS
20/40 Visus jauh tanpa koreksi 20/40
- Koreksi -
- Visus jauh dengan koreksi terbaik -
- Visus dekat tanpa koreksi -

1
- Koreksi -
- Visus dekat dengan koreksi terbaik -

2. Pemeriksaan segmen anterior


OD Pemeriksaan OS
Edema (-), Palpebra Edema (-)
Skuama (-) Silia Skuama (-)
Lakrimasi (-) Apparatus Lakrimalis Lakrimasi (+)
Konjungtiva Hiperemis (+)
Hiperemis (-)
Injeksio perikornea

Kesegala arah
Ke segala arah
Pergerakan bola mata

Kornea (tes sensitivitas dan Jernih


Jernih
fluoresens jika ada) Tampak corpus alienum
pada arah jam 3
Kesan Normal BMD Kesan Normal
Coklat, krypte (+) Iris Coklat, krypte (+)
Bulat, sentral Pupil Bulat, sentral
Refleks cahaya langsung
+/+ +/+
dan tidak langsung
Relative Afferent Pupillary
- -
Defect (RAPD)
Jernih Lensa Jernih

2
3. Tekanan Intraokuler
OD Metode Pemeriksaan OS
- Palpasi -
- NCT -

4. Palpasi
OD Palpasi OS
- Nyeri Tekan -
- Massa Tumor -
- Glandula Preaurikuler -

5. Slit lamp
 SLOD : Konjungtiva hiperemis (-) kornea jernih, BMD kesan normal,
iris cokelat, kripte (+), pupil bulat, sentral, lensa jernih.
 SLOS: Tampak benda asing pada kornea diarea parasentral arah jam
3, konjungtiva hiperemis (+), kornea jernih, BMD kesan normal, iris
cokelat, kripte (+), pupil bulat, sentral, lensa jernih.

6. Funduskopi
Tidak dilakukan pemeriksaan

3
7. Laboratorium
Tidak dilakukan pemeriksaan

IV. Resume
Seorang pasien laki-laki 57 tahun yang bekerja sebagai tukang las,
datang dengan keluhan mata kiri merah yang dirasakan sejak 3 hari yang lalu
setelah mata kiri terkena percikan gurinda saat bekerja., keluhan disertai rasa
perih, gatal, berair,nyeri, seperti rasa mengganjal dan silau bila melihat
cahaya.
Setelah dilakukan pemeriksaan fisik oftalmologi, didapatkan pada
konjungtiva mata kiri merah, dari pemeriksaan visus didapatkan visus OD
20/40, OS 20/70. Pada slit lamp mata kiri tampak benda asing pada kornea.

V. Diagnosis
OD Corpus Alienum Kornea

VI. Diagnosis Banding


- Benda Asing Konjungtiva
- Keratitis

VII. Terapi dan Penanganan


- Ekstraksi corpus alienum
• Pantocain 0,5 %
• Spoit 1 cc
- Cendo Lfx 6 x 1gtt OD (Levofloxacin ED)
- Cendo Hyalub 6 x 1 gtt OD (Sodium Hyaluronate)

VIII. Prognosis
Quo ad Visam : bonam
Quo ad Sanam : bonam
Quo ad Cometicam : bonam

4
Quo ad Vitam : bonam

IX. Diskusi
Dari anamnesis didapatkan pasien datang dengan mata kiri merah
yang dirasakan sejak 3 hari yang laludengan riwayat mata kiri terkena
percikan gurinda saat bekerja. Berdasarkan teori, benda asing kornea
biasanya terjadi ketika kornea bersentuhan dengan proyektil kecil
berkecepatan tinggi. Sering terjadi pada pekerja logam dan dengan pasien
yang menggunakan alat-alat listrik Benda asing di kornea dapat
menimbulkan keluhan rasa tidak nyaman, air mata berlebihan, mata merah,
dan iritasi pada mata.
Penanganan yang diberikan pada pasien ini adalah ekstraksi benda
asing setelah pemberian anastesi topical yaitu Pantocain 0,5%. Benda asing
ekstraokular harus dikeluarkan sedini mungkin. Sebuah benda asing yang
terletak di forniks inferior, sulkus subtarsalis atau di canthus dapat dilepas
dengan kapas lidi atau sapu tangan bersih bahkan tanpa anestesi. Benda
asing yang terkena konjungtiva bulbar harus dilepas dengan bantuan jarum
hipodermik setelah anestesi topikal. Setelah dikeluarkan, diberikan antibiotic
topical yaitu Cendo Lfx 6 x 1 gtt OD (Levofloxacin) dan artificial tears
Cendo hyalub 6 x 1 gtt OD (Sodium Hyaluronat).
Prognosis pasien untuk quo ad vitam bonam karena tidak mengancam
jiwa pasien, Quo ad functionam bonam karena tidak mengakibatkan
gangguan fungsi penglihatan, quo ad sanam juga bonam karena benda asing
dapat di evakuasi. Quo ad kosmetikam bonam karena setelah ekstraksi benda
asing tidak meninggalkan bekas yang telihat oleh orang lain.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendahuluan
Benda asing adalah benda atau benda tidak normal yang tidak seharusnya
ada pada mata . Insiden benda asing di mata tinggi terutama di daerah industri. Ini
dapat terjadi pada usia berapa pun dan di kedua jenis kelamin.1
Benda asing dimata dapat ditemukan di extra ocular ( Palpebra, sclera,
konjungtiva, dan kornea ) dan intra ocular (BMD, iris, lensa, vitreus, retina, intrao
orbital.1
Benda asing kornea biasanya terjadi ketika kornea bersentuhan dengan
proyektil kecil berkecepatan tinggi. Sering terjadi pada pekerja logam dan dengan
pasien yang menggunakan alat-alat listrik.2 Benda asing dari kayu sering
ditemukan di daerah pedesaan terutama pada petani.Sebagian besar, benda asing
adalah partikel kecil dari debu, potongan batu, sayap serangga atau partikel besi
kecil. Benda asing dapat menetap di konjungtiva bulbar, forniks superior atau
inferior atau pada kornea tetapi paling sering berada di forniks konjungtiva
superior.3
Kejadian tersering pada bagian opthakmology adalah adanya retensi benda
asing pada permukaan mata. Jika material benda asing tidak dapat otomatis
hilang oleh air mata, dapat mengantarkan pasien ke arah infeksi yang berdampak
pada kerusakan permanen pada penglihatan sampai terkadang menyebabkan
hilangnya penglihatan. Sifat dan komposisi dari benda asing juga sangat penting.
Kebanyakan material organik dapat menyebabkan rekasi jaringan yang luas.1

B. Anatomi dan Fisiologi Kornea


Kornea adalah jaringan transparan yang ukuran dan strukturnya sebanding
dengan kristal sebuah jam tangan stroma kecil. Kornea ini disisipkan ke dalam
sklera trauma pada limbus, lekukan melingkar pada sambungan ini di sebut sulcus
scleralis. Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal 550 μm di pusatnya (terdapat

6
variasi menurut ras): diameter horizontalnya sekitar 11,75 mm dan vertikalnya
10,6 mm. 4
Kornea (Latin Cornum : seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian
mata yang tembus cahaya, merupakan lapis jaringan yang menutup bola mata
sebelah depan dan terdiri dari lima lapis :
1. Epitel : tebalnya 550 um, terdiri atas 5 lapis sel tidak bertanduk yang
saling tumpang tindih, satu lapis sel basa, sel poliogonal dan sel gepeng.
Padas el basa sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong ke
depan menuju sel gepeng, sel basal berkaitan erat dengan sel basal
disampingnya dan sel poliogonal didepannya melalui desosom dan macula
okluden. Ikatan ini menghambat pengaliran air, elektrolit, dan glukosa
yang merupakan barier.
2. Membran Bowman : terletak di bawah membrane basal epitel kornea
yang merupakan kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan
berasal dari bagian depan stroma. Lapisan ini tidak mempunyai daya
regenerasi.
3. Stroma : menyusun 90 % ketebalan kornea. Terdiri atas lamel yang
merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan lainnya, pada
permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang di bagian perifer serat
kolagen ini bercabang. Keratosit merupakan sel stroma kornea yang
merupakan fibroblast terletak diantara serat kolagen stroma.
4. Membrana Descement : merupakan membrane aselular dan merupakan
batas belakang stroma. Dihasilkan oleh sel endotel dan merupakan
membrane basalnya. Bersifat sangat elastic dan berkembang terus seumur
hidup.
5. Endotel : Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal.
Endotel melekat pada membrane descement melalui hemisdosom dan
zonula okluden.

7
Gambar 1. Anatomi Kornea

Gambar 2 . Potongan melintang kornea4

8
C. Epidemiologi
Benda asing kornea adalah bentuk trauma tersering kedua, mewakili 40%
cedera mata dalam satu penelitian. Sebagian besar cedera ringan, tanpa
morbiditas visual yang signifikan atau kehilangan pekerjaan,dilaporkan bahwa
7,3% pasien yang kehilangan lebih dari 12 jam kerja. Satu studi menemukan
bahwa 1,8% dari semua cedera yang terlihat pada UGD adalah benda asing
okular; hanya 60% pasien yang memiliki pelindung mata, meskipun mereka
terlibat dalam aktivitas berisiko tinggi.2
Pasien yang datang dengan keluhan utama sensasi benda asing, 67,8 %
karena benda asing kornea dan 13,6 % abrasi kornea. Menurut Analisis Biro
Statistik Tenaga Kerja tahun 2008, manifestasi utama cedera mata dari yang
terbesar hingga yang paling sedikit adalah benda asing (34,2%), abrasi (14,9%),
dan luka bakar kimia (10,4%) . 5
Banyak penelitian mengenai tingkat cedera mata di tempat kerja melaporkan
bahwa laki-laki muda memiliki tingkat tertinggi cedera mata. Data Biro Statistik
Tenaga Kerja 2008 menemukan bahwa sebanyak 81% cedera okular di tempat
kerja terjadi pada pria Insiden tertinggi cedera mata pada kelompok kerja terjadi
pada pekerja berusia 25 - 34 tahun, sedangkan Wong dkk menemukan insiden
terbesar pada pekerja berusia 20 -29 tahun. Peningkatan insiden cedera mata pada
laki-laki muda di tempat kerja berdasarkan pada pekerjaan yang lebih
berbahaya, mengabaikan keamanan , kurangnya pengalaman, atau kombinasi dari
beberapa faktor.5

D. Etiologi
Kebanyakan kasus disebabkan oleh trauma terutama didapatkan pada saat
pasien bekerja.Pekerja di bidang industry yang tidak memakai kacamata
pelindung.Buku ajar
Berdasarkan Jenisnya Badan asing yang biasanya berupa:3
 Partikel besi, ampelas dan batu bara, pada pekerja industri.
 Sekam padi dan sayap serangga pada pekerja pada lahan pertanian

9
 Benda asing umum lainnya adalah partikel debu, pasir, baja, kaca, kayu
dan serangga kecil (nyamuk).

E. Patomekanisme1
Ketika benda asing mengenai kornea, gejalanya dapat berupa nyeri yang
tajam seperti terbakar , adanya refleks pengeluaran air mata dengan tanda – tanda
seperti kehilangan penglihatan singkat, kelopak mata tertutup pada
blepharospasme. Pasien menggosok secaraa kasar dan seringkali berhasil
memasukkan benda asing secara aman ke kedalaman kornea, jika dibiarkan saja,
mungkin dapat keluar melalui forniks konjungtiva. Gejala yang menyolok
terutama pada bagian atas dan bagian tengah dari kornea. Jika benda asing berada
di tengah, dapat memberikan dampak visus berupa ; adanya lakrimasi, dapat pula
menyebabkan penglihatan kabur oleh karena adanya iregularitas dari permukaan
kornea dan edema kornea.
Jika benda asing berupa material yang lembam (batu bara, kaca, dsb.,),
biasanya masuk dalam jaringan kornea yang lebih dalam dan dapat secara
permanen menempel. Jika materal bersifat iritatif dan menyebabkan adanya
reaksi kimia pada jaringan (besi, tembaga, dsb....), inflitrasi dari inflamasi
biasanya muncul seperti cincin abu abu. Tempat yang terkena menjadi gambaran
opasitas yang permanen, karena epitelnya telah menghilang.
Pada beda asing di konjungtiva, partikel seperti berpasir yang tajam berada
pada daerah kelopak mata atas, khususnya didaerah lipatan subtarsal, yang
menyebabkan terjadinya pergesekan kornea terus menerus saat berkedip.
Benda asing pada sklera jarang terjadi. Biasanya ditemukan ada apertura
palpebra karena bagian lainnya terlindungi dengan adekuat.
Kebanyakkan benda asing yang penetrasi ke mata berasal dari arah yang
berlawan, tempat luka masuk biasanya pada kornea, limbus atau pada bagian
anterior dari sklera. Luka pada kornea selalu meninggalkan tanda opasitas yang
tebal yang permanen.

10
Reaksi dari mata terhadap benda yang tertanam dapat merubah komposisi
dari partikel itu sendiri. Reaksi okular dibagi atas tiga tipe,pertama substansi
inorganik tidak menyebabkan reaksi yang spesifik kecuali untuk iritasi mekanik
dan adanya eksudat dan fibroblastik terisolasi dari benda asing Kedua, reaksi
kimia bisa memproduksi kerusakan non spesifik atau spesifik. Ketiga, material
organik, memerikan respon proliferatif dengan karakteristik adanya pembentukan
jaringan granulasi dengan sel-sel raksasa.
Substansi yang tidak mudah bereaksi dengan bahan kimiawi yakni logam
seperti emas, perak, patinum, timah, titanium, dll., atau zat seperti batu, pasir, batu
bara, tanah liat, dan karbon, kaca, porselen; dan material organik seperti karet.
Pada bilik mata depan biasanya tidak ada iritasi, tapi jika bertemu dengan segmen
posterior, dapat memberikan gambaran opasitas, likuefakasi dan penyusutan dari
corpus vitreus Jika berdampak pada retina atau koroid, biasanya terdapat eksudasi,
sebagian fibrous dan sebgaian purulent, dengan reaksi jaringan-konektif yang
luas.
Setelah jangka waktu 6–8 jam, benda asing logam dapat membentuk seperti
partikel kecoklatan yang membentuk gambaran ”cincin karat” di jaringan kornea.
Bintik ini banyak lebih sulit untuk diekstraksi karena terjadi perlengketan dengan
stroma kornea sekitarnya.7
Merkuri memberikan inflamasi purulen yang aktif pada mata, baik pada
segmen anterior atau segmen posterior; rekasinya sejalan dengan nekrosis yang
umumnya terjadi pada kornea yang terpapar merkuri yang mengandung oxida
kuning atau kalomel.
Tembaga adalah campuran dari kuningan dan perunggu, sering ditemukan
sebagai benda asing pada mata.Dalam bentuk aslinya, reaksinya dapat menjadi
sangat superlatif dan kastastrofik. Di bilik mata depan, reaksinya menjadi sangat
jelas yakni, iriodcyclitis dengan hypopion, sedangkan di bilik mata belakang,
menyebabkan penyusutan vitreus dan degenerasi retina, papillitis toksik dan
phithisis yang cepat. Jika benda asing tersebut melekat pada lensa , terisolasi dan
menjadi katarak.

11
Diantara semua benda asing, besi dan baja adalah yang paling sering terjadi
pada kecelakaan industri. Sebagian besar benda asing yang masuk ke mata
tersebut berasal dari kepala pahat yang berbentuk jamur, palu baja, bor bertenaga
tinggi atau dari roda ampelas pada peralatan gerinda. Panas yang dihasilkan
pecahan partikel dari alat tersebut, ditambah dengan lajunya yang cepat saat di
udara, biasanya membuat benda asing tersebut menjadi steril.

F. Diagnosis
a. Gejala Klinik 3,5,8,9
 Rasa tidak nyaman , air mata berlebihan dan mata merah, iritasi pada
mata.
 Nyeri dan fotofobia lebih ditandai pada benda asing kornea daripada
konjungtiva.
 Jika benda asing mengandung zat besi, karat akan tertimbun di sekitar
kornea, menyebabkan peradangan dan rasa sakit.
 Penurunan penglihatan

Gambar 3. Benda asing di kornea3


b. Pemeriksaan Fisis
Benda asing kornea dapat terlihat dengan menggunakan senter, loop dan
slitlamp. Inspeksi pada kelopak mata, konjungtiva, dan orbit untuk tanda-
tanda peradangan atau trauma. Pemeriksaan menunjukkan adanya
blefarospasme dan injeksio konjungtiva, dan lakrimasi karena iritasi. Spasme
M. Siliaris menyebabkan meiosis pupil dan injeksio perikornea. Jika ada

12
tampilan berkabut pada kornea dan refleks cahaya tumpul, mungkin ada
edema kornea karena trauma tumpul atau menggosok berlebihan.3,5
Eversi palpebra superior diperlukan untuk menemukan benda asing di
forniks superior. Benda asing dapat ditemukan pada konjungtiva atau kornea
dengan oblique illumination.3

Pemeriksaan slit-lamp setelah pewarnaan fluoresen adalah metode terbaik untuk


menemukan benda asing di kornea.Abrasi kornea menunjukkan adanya penetrasi
(luka masuk).Infiltrasi stroma kornea jika benda asing berada selama lebih dari 24
jam. Infiltrasi mungkin tidak menyebar, tetapi keratitis mikroba harus dicurigai,
terutama jika benda asing berasal dari tumbuhan (misalnya, kulit kayu, duri).8
Benda asing bersal dari besi sering membentuk cincin karat di stroma kornea
anterior, kekeruhan melingkar merah-oranye pada pemeriksaan slit lamp.8
Tes Seidel dilakukan pada benda asing yang dalam, untuk mengetahui adanya
perforasi kornea: 8
- Pemeriksa memberikan anastesi topikal (misalnya, proparacaine) pada mata
kemudian disentuhkan strip fluorescein steril untuk mewarnai area pada mata
yang dicuriga adanya kebocoran
- Pemeriksa menggunakan cahaya kobalt biru pada slitlamp untuk mengamati area
tersebut. Karena perbedaan pH antara aqueous humor dan air mata, kebocoran
bermanifestasi sebagai perubahan warna menjadi hijau terang Temuan ini
dianggap Seidel positif, Seidel negative tidak menghilangkan kemungkinan
kebocoran intermittent.

Gambar 5.Seidel positif8

13
G. Penatalaksanaan
Benda asing ekstraokular harus dikeluarkan sedini mungkin. Sebelum
melakukan evakuasi benda asing, harus menilai kedalaman penetrasi benda asing
di kornea.3,6
Pasien dengan abrasi kornea umumnya merasa tidak nyama . Satu tetes
anestesi topikal seperti proparacaine atau tetracaine (Pontocaine) pada fornix
konjungtiva inferior dapat digunakan sementara untuk meringankan rasa sakit,
Tetapi tidak diberikan berulang kali untuk penanganan rasa sakit karena akan
menghambat respons penyembuhan5
Benda asing superficial dapat dilakukam irigasi, jika prosedur ini tidak
berhasil, dapat digunakan kapas lidi.8 Sebuah benda asing yang terletak di forniks
inferior, sulkus subtarsalis atau di canthus dapat dilepas dengan kapas lidi atau
sapu tangan bersih bahkan tanpa anestesi. Benda asing yang terkena konjungtiva
bulbar harus dikeluarkan, dengan visualisasi slit lamp menggunakan needle 26G
steril setelah anestesi topical xylocain 2-4%.Pada benda asing logam, cincin sisa
karat dapat dihilangkan 24 - 48 jam kemudian, karena karat akan bermigrasi ke
permukaan kornea dan lebih mudah diakses 1,10, 11

Gambar 6. Ekstraksi benda asing dengan Slit lamp7


Setelah dikeluarkan, berikan antibiotic salep mata selama 24-48 jam, lalu
bebat dan perban mata untuk imobilisasi palpebra agar tidak berkedip,
memungkinkan epitel kornea untuk beregenerasi tanpa iritasi. Tetes mata
antibiotic (polymixin B/bacitracin) diberikan 3-4 kali sehari selama 1 minggu dan

14
10,
artificial tears, siklopegik dan atau ketorolak diberikan untuk mengurangi nyeri
8, 7

H. Komplikasi
- Jaringan sikatrik misalnya benda asing metalik, jika tidak sepenuhnya
dikeluarkan dari jaringan kornea, dapat meninggalkan cincin karat yang
menunda penyembuhan luka.5
- Benda asing yang dalam, terutama ukuran besar, dapat menyebabkan
kebocoran humor aquos, yang harus ditangani segera . Jika ada jaringan
yang hilang, kebanyakan luka dapat sembuh sendiri, meskipun terkadang
penggunaan lensa kontak lunak atau perekat kornea dapat membantu.9

I. Profilaksis3
 Pekerja industri dan pertanian harus disarankan untuk menggunakan
kacamata pelindung khusus.
 Pengendara sepeda dan motor harus disarankan untuk menggunakan
kacamata pelindung polos atau berwarna.
 Diberikan edukasi perawatan kesehatan mata, terutama untuk pekerja
industri dan pertanian

J. Prognosis5
 Umumnya prognosis baik, kecuali bila terdapat jaringan parut yang
melibatkan media refraksi.
 Buruk, bila telah terjadi perforasi dan infeksi. Benda asing yang banyak,
dalam, sentral, dan mengandung besi memberikan prognosis visual yang
terburuk. Luka tembus pada mata dan benda asing intraokuler dapat
menyebabkan prognosis yang lebih buruk.

15
BAB III
KESIMPULAN

Benda asing adalah benda atau benda tidak normal yang tidak seharusnya ada
pada mata.Benda asing kornea biasanya terjadi ketika kornea bersentuhan dengan
proyektil kecil berkecepatan tinggi.Sering terjadi pada pekerja logam dan dengan
pasien yang menggunakan alat-alat listrik.
Benda asing kornea adalah bentuk trauma tersering kedua, mewakili 40%
cedera mata dalam satu penelitian. Pasien yang datang dengan keluhan utama
sensasi benda asing, 67,8 % karena benda asing kornea dan 13,6 % abrasi kornea
Gejala yang ditimbulkan oleh benda asing di kornea antara lain rasa tidak
nyaman , air mata berlebihan dan mata merah, iritasi pada mata, nyeri dan
fotofobia, penurunan penglihatan. Pemeriksaan slit-lamp setelah pewarnaan
fluoresen adalah metode terbaik untuk menemukan benda asing di kornea.
Benda asing ekstraokular harus dikeluarkan sedini mungkin.Umumnya
prognosis baik, prognosis buruk bila telah terjadi perforasi dan infeksi.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Pandey. Journal of Clinical and Experimental Opthalmology. Ocular Foreign


Body : A Review. 2017. 8 : 2
2. Kaufman, Stephen C , dkk. Corneal Trauma in Textbook of Ocular Trauma .
Department Of Opthalmology.The State University f New York. 2017
3. A. K. Khurana, Comprehensive Ophtalmology Fourth Edition : Ocular Injuries, New
Age International (P) limited Publishers, 2007.
4. Vaughan AT. Anatomi & Embriologi mata Dalam: Ssuanto D, editor. Oftalmologi
umum. Edisi -17. Jakarta: EGC; 2009 cetakan tahun 2013.
5. Ahmed,Faheem, dkk. Corneal Abrasion and Corneal Foreign Body. Elsevier.
2015
6. Syawal, St,Rukiah, dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Mata : Benda Asing di
Kornea.FK-UMI. 2017
7. Stein,Harold, dkk. The Ophthalmic Assistant 9thedition : Ocular Injuries.
Elsevier. 2012
8. John.F Kennedy. Primary Care Opthalmology : Ocular Trauma. Elsevier.
2005.
9. Kuhn, Ferenc. Ocular Trauma Principles and Practice. Mechanical Globe
Injuries. Thieme.2002
10. Kanski, Jack J. Clinical Opthalmology Second Edition :Trauma. 2009
11. Guluma,Kama, Lee,Jeffrey. Rosen’s Emergency Medicine : Opthalmology.
Elsevier. 2017

17

Anda mungkin juga menyukai