Pembimbing:
Disusun Oleh:
SEMARANG
2017
1
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan seluruh alam atas rahmat dan
hidayah-Nya. Sehingga kami akhirnya dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Asuhan Keperawatan Kegawadaruratan Dengan Masalah Pernapasan” sebagai tugas
kelompok, makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan maupun petunjuk
bagi pembaca.
Terselesainya makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena
itu pada kesempatan ini kami sampaikan terima kasih kepada :
1. Ns. Tamrin, S. Kep sebagai dosen pembimbing dan pengajar yang telah memberi
pengetahuan
2. Teman – teman kelompok kami yang telah banyak membantu dalam terselesainya
makalah ini
3. Literatur yang ada di internet dan perpustakaan serta milik pribadi yang
menambah wawasan
Dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
penulis berharap kepada pembaca untuk memberikan masukan – masukan yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Wassalamualaikum wr.wb
Penulis
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Kasus ...................................................................................................................... 22
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pembahasan ............................................................................................................ 31
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 36
B. Saran ...................................................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Oksigen adalah kebutuhan fisiologis ini tidak terpenuhi, maka manusia tidak
akan bisa melangsungkan hidupnya, karena pada dasarnya manusia yang hidup
didunia ini memerlukan zat makanan, oksigen, dan elektrolit. Dengan demikian,
oksigen dapat dikatakan sebagai suatu unsur dasar untuk melangsungkan kehidupan.
Dalam ruang lingkup kesehatan, tidak bisa terlepas dari kebutuhan oksigen (O2),
karena banyak masalah dirumah sakit yang berkaitan erat dengan permasalahan
oksigenasi atau sering kita jumpai dengan permasalahan dalam sistem pernapasan
dan dalam berbagai macam masalah yang ada dimasyarakat. (Aziz A. Hidayat, 2009)
Dengan kata lain pernapasan merupakan masalah yang tidak bisa dipandang
sebelah mata, karena masalah-masalah yang timbul dalam sistem pernapasan ini bisa
mengakibatkan kematian. Tidak seperti faktor makanan, didalam tubuh masih ada
cadangan, tetapi oksigen tidak bisa diperoleh tanpa adanya sistem pernapasan.
Berbagai dampak yang ditimbulkan seperti kelumpuhan organ-organ, ketidaksadaran
otak, dan juga dapat menimbulkan kematian. Oleh karena itu, banyak pula solusi yang
bisa diterapkan untuk mengatasi masalah dalam sistem pernapasan, khususnya dalam
kebutuhan oksigen. (Aziz A. Hidayat, 2009)
Dari kasus yang kita ambil adalah gagal nafas. Gagal nafas adalah
ketidakmampuan sistem pernafasan untuk mempertahankan oksigenasi darah normal
(PaO2), eliminasi karbon dioksida (PaCO2) dan pH yang adekuat disebabkanoleh
masalah ventilasi difusi atau perfusi. Gagal nafas terjadi bilamana pertukaran oksigen
terhadap karbondioksida dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju
komsumsioksigen dan pembentukan karbon dioksida dalam sel-sel tubuh. Sehingga
menyebabkan tegangan oksigen kurang dari 50 mmHg (Hipoksemia) dan peningkatan
tekanan karbondioksida lebih besar dari 45 mmHg (hiperkapnia). (Brunner & Sudarth,
2001)
4
B. Tujuan
Tujuan umum
Tenaga kesehatan mampu melakukan asuhan keperawatan kegawatdaruratan dengan
cepat dan tepat, serta sesuai standar prosedur tindakan keperawatan dengan gagal
nafas.
Tujuan khusus
1. Mahasiswa mampu mengetahui asuhan keperawatan gawatdarurat dengan gagal
nafas
2. Mahasiswa mampu mengetahui tentang pengertian gawat nafas
3. Mahasiswa mampu mengetahui tentang etiologi gawat nafas
4. Mahasiswa mampu mengetahui tentang diagnosa gawat nafas
5. Mahasiswa mampu mengetahui tentang penatalaksanaan gawat nafas
6. Mahasiswa mampu mengetahui tentang rencana tindakan keperawatan gawat nafa
5
BAB II
LANDASAN TEORI
6
gangguan jalan napas berat (contohnya padaasma dan PPOK/penyakit paru obstruktif
kronis). (Arif Mutaqin, 2008)
B. Etiologi
1. Depresi sistem saraf pusat
Mengakibatkan gagal nafas karena ventilasi tidak adekuat. Pusat pernafasan yang
mengendalikan pernapasan, terletak dibawah batang otak (pons dan medulla)
sehingga pernafasan lambat dan dangkal.
2. Kelainan neurologis primer
Akan mempengaruhi fungsi pernapasan. Impuls yang timbul dalam pusat
pernafasan menjalar melalui saraf yang membentang dari batang otak terus ke
saraf spinal ke reseptor pada otot-otot pernafasan. Penyakit pada saraf seperti
gangguan medulla spinalis, otot-otot pernapasan atau pertemuan neuromuslular
yang terjadi pada pernapasan akan sangatmempengaruhiventilasi.
3. Efusi pleura, hemotoraks dan pneumothoraks
Merupakan kondisi yang mengganggu ventilasi melalui penghambatan ekspansi
paru. Kondisi ini biasanya diakibatkan penyakti paru yang mendasari, penyakit
pleura atau trauma dan cedera dan dapat menyebabkan gagal nafas.
4. Trauma
Disebabkan oleh kendaraan bermotor dapat menjadi penyebab gagal nafas.
Kecelakaan yang mengakibatkan cidera kepala, ketidaksadaran dan perdarahan
dari hidung dan mulut dapat mengarah pada obstruksi jalan nafas atas dan depresi
pernapasan. Hemothoraks, pnemothoraks dan fraktur tulang iga dapat terjadi dan
mungkin menyebabkan gagal nafas. Flail chest dapat terjadi dan dapat mengarah
pada gagal nafas. Pengobatannya adalah untuk memperbaiki patologi yang
mendasar.
5. Penyakit akut paru
Pnemonia disebabkan oleh bakteri dan virus. Pnemonia kimiawi atau pnemonia
diakibatkan oleh mengaspirasi uap yang mengritasi dan materi lambung yang
bersifat asam. Asma bronkial, atelektasis, embolisme paru dan edema paru adalah
beberapa kondisi lain yang menyababkan gagal nafas.
Penyebab gagal nafas bersdasrkan lokasi adalah :
1. Penyebab sentral
a. trauma kepala : contusio cerebri
7
b. radang otak : encephaliti
c. gangguan vaskuler : perdarahan otak , infark otak
d. Obat-obatan : narkotika, anestesi
2. Penyebab perifer
a. Kelainan neuromuskuler : GBS, tetanus, trauma cervical, muscle relaxans
b. Kelainan jalan nafas : obstruksi jalan nafas, asma bronchiale
c. Kelainan di paru : edema paru, atelektasis, ARDS
d. Kelainan tulang iga/thoraks: fraktur costae, pneumo thorax,
haematothoraks
e. Kelainan jantung : kegagalan jantung kiri
(Harsono, 1996)
C. Manifestasi Klinis
1. Tanda
Gagal nafas total
Aliran udara di mulut, hidung tidak dapat didengar/dirasakan.
Pada gerakan nafas spontan terlihat retraksi supra klavikuladan sela iga
serta tidak ada pengembangan dada pada inspirasi
Adanya kesulitasn inflasi parudalam usaha memberikan ventilasi buatan
Gagal nafas parsial
Terdenganr suara nafas tambahan gargling, snoring, Growing dan
wheezing.
Ada retraksi dada
2. Gejala
Hiperkapnia yaitu penurunan kesadaran (PCO2)
Hipoksemia yaitu takikardia, gelisah, berkeringat atau sianosis (PO2
menurun)
D. Patofisiologi
Gagal nafas ada dua macam yaitu gagal nafas akut dan gagal nafas kronik
dimana masing masing mempunyai pengertian yang bebrbeda. Gagal nafas akut
adalah gagal nafas yang timbul pada pasien yang parunya normal secara struktural
8
maupun fungsional sebelum awitan penyakit timbul. Sedangkan gagal nafas kronik
adalah terjadi pada pasien dengan penyakit paru kronik seperti bronkitis kronik,
emfisema dan penyakit paru hitam (penyakit penambang batubara).Pasien mengalalmi
toleransi terhadap hipoksia dan hiperkapnia yang memburuk secara bertahap. Setelah
gagal nafas akut biasanya paru-paru kembali kekeasaan asalnya. Pada gagal nafas
kronik struktur paru alami kerusakan yang ireversibel. (Iman Somantri, 2009)
Indikator gagal nafas telah frekuensi pernafasan dan kapasitas vital, frekuensi
penapasan normal ialah 16-20 x/mnt. Bila lebih dari 20x/mnt tindakan yang dilakukan
memberi bantuan ventilator karena “kerja pernafasan” menjadi tinggi sehingga timbul
kelelahan. Kapasitas vital adalah ukuran ventilasi (normal 10-20 ml/kg). (Iman
Somantri, 2009)
Gagal nafas penyebab terpenting adalah ventilasi yang tidak adekuatdimana
terjadi obstruksi jalan nafas atas. Pusat pernafasan yang mengendalikan pernapasan
terletak di bawah batang otak (pons dan medulla). Pada kasus pasien dengan anestesi,
cidera kepala, stroke, tumor otak, ensefalitis, meningitis, hipoksia dan hiperkapnia
mempunyai kemampuan menekan pusat pernafasan. Sehingga pernafasan menjadi
lambat dan dangkal. Pada periode postoperatif dengan anestesi bisa terjadi pernafasan
tidak adekuat karena terdapat agen menekan pernafasan denganefek yang
dikeluarkanatau dengan meningkatkan efek dari analgetik opiood. Pnemonia atau
dengan penyakit paru-paru dapat mengarah ke gagal nafas akut. (Iman Somantri,
2009)
9
E. Phatways Gagal Nafas
- Trauma
- depresi system saraf pusat
- penyakit akut paru
- kelainan neurologis
- efusi pleura, hemotokrat dan pneumotorka
↓
Gg saraf pernafasan dan otot pernafasan
↓
↑ permeabilitas membrane alveolan kafiler
10
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemerikasan gas-gas darah arteri
Hipoksemia
Ringan : PaO2 < 80 mmHg
Sedang : PaO2 < 60 mmHg
Berat : PaO2 < 40 mmHg
2. Pemeriksaan rontgen dada
Melihat keadaan patologik dan atau kemajuan proses penyakit yang tidak
diketahui
• Hemodinamik
Tipe I : peningkatan PCWP
• EKG
Mungkin memperlihatkan bukti-bukti regangan jantung di sisi kanan
Disritmia
(Iman Somantri, 2009)
G. Penatalaksanaan
1. Terapi oksigen Pemberian oksigen kecepatan rendah : masker Venturi atau nasal
prong
2. Ventilator mekanik dengan tekanan jalan nafas positif kontinu (CPAP) atau PEEP
3. Inhalasi nebuliser
4. Fisioterapi dada
5. Pemantauan hemodinamik/jantung
6. Pengobatan Brokodilator Steroid
7. Dukungan nutrisi sesuai kebutuhan
(Iman Somantri, 2009)
11
2. Breathing
a. Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung, takipneu/bradipneu, retraksi.
b. Menggunakan otot aksesori pernapasan
c. Kesulitan bernafas : lapar udara, diaforesis, sianosis
3. Circulation
a. Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia
b. Sakit kepala
c. Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah, kacau mental, mengantuk
d. Papiledema
e. Penurunan haluaran urine
4. Disability
Perhatikan bagaimana tingkat kesadaran klien, dengan penilain GCS, dengan
memperhatikan refleks pupil, diameter pupil.
5. Eksposure
Penampilan umum klien seperti apa, apakah adanya udem, pucat, tampak lemah,
adanya perlukaan atau adanya kelainan yang didapat secara objektif.
Pemeriksaan fisik :
Secondary survey
1. Sistem kardiovaskuler
Tanda : Takikardia, irama ireguler
S3S4/Irama gallop
Daerah PMI bergeser ke daerah mediastinal
Hamman’s sign (bunyi udara beriringan dengan denyut jantung menandakan
udara di mediastinum)
TD : hipertensi/hipotensi
2. Sistem pernafasan
Gejala : riwayat trauma dada, penyakit paru kronis, inflamasi paru ,
keganasan, “lapar udara”, batuk
Tanda : takipnea, peningkatan kerja pernapasan, penggunaan otot asesori,
penurunan bunyi napas, penurunan fremitus vokal, perkusi : hiperesonan di
12
atas area berisi udara (pneumotorak), dullnes di area berisi cairan (hemotorak);
perkusi : pergerakan dada tidak seimbang, reduksi ekskursi thorak.
3. Sistem integumen
cyanosis, pucat, krepitasi sub kutan; mental: cemas, gelisah, bingung, stupor
4. Sistem musculoskeletal
Edema pada ektremitas atas dan bawah,kekuatan otot dari 2- 4.
5. Sistem endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,
6. Sistem gastrointestinal
Adanya mual atau muntah. Kadang disertai konstipasi.
7. Sistem neurologi
Sakit kepala
8. Sistem urologi
Penurunan haluaran urine
9. Sistemreproduksi
Tidak ada masalah pada reproduksi. Tidak ada gangguan pada rahim/serviks.
10. Sistem indera
Penglihatan : penglihatan buram,diplopia, dengan atau tanpa kebutaan
tiba-tiba.
Pendengaran : telinga berdengung
Penciuman : tidak ada masalah dalam penciuman
Pengecap : tidak ada masalah dalam pengecap
Peraba : tidak ada masalah dalam peraba, sensasi terhadap panas/dingin
tajam/tumpul baik.
11. Sistem abdomen
Biasanya kondisi disertai atau tanpa demam.
12. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : nyeri pada satu sisi, nyeri tajam saat napas dalam, dapat menjalar ke
leher, bahu dan abdomen, serangan tiba-tiba saat batuk
Tanda : Melindungi bagian nyeri, perilaku distraksi, ekspresi meringis
13. Keamanan
Gejala : riwayat terjadi fraktur, keganasan paru, riwayat radiasi/kemoterapi
13
14. Penyuluhan/pembelajaran - Gejala : riwayat factor resiko keluarga dengan
tuberculosis
(Soelarto Reksoprodjo, 2004)
14
kesulitan 6. Kaji kemampuan aliran udara
batuk, latihan nafas melewati batang
dalam, perubahan tracheo branchial
posisi dan lakukan dan juga karena
suction bila ada adanya cairan,
indikasi mukus atau
7. Peningkatan oral sumbatan lain dari
intake jika saluran nafas
memungkinkan 4.Karakteristik
Kolaboratif batuk dapat
8. Berikan oksigen, merubah
cairan IV ; tempatkan ketergantungan
di kamar humidifier pada penyebab
sesuai indikasi dan etiologi dari
9. Berikan therapi jalan nafas.
aerosol, ultrasonik Adanya sputum
nabulasasi dapat dalam
10. Berikan fisiotherapi jumlah yang
dada misalnya : banyak, tebal dan
postural drainase, purulent
perkusi dada/vibrasi 5.Pemeliharaan jalan
jika ada indikasi nafas
11. Berikan bagian nafas
bronchodilator dengan paten
misalnya : aminofilin, 6.Penimbunan sekret
albuteal dan mengganggu
mukolitik ventilasi dan
predisposisi
perkembangan
atelektasis dan
infeksi paru
7.Peningkatan cairan
per oral dapat
15
mengencerkan
sputum
8.Mengeluarkan
sekret dan
meningkatkan
transport oksigen
9.Dapat berfungsi
sebagai
bronchodilatasi
dan mengeluarkan
secret
10.Meningkatkan
drainase secret
paru, peningkatan
efisiensi
penggunaan otot
otot pernafasan
11.Diberikan untuk
mengurangi
bronchospasme,
menurunkan
viskositas sekret dan
meningkatkan
2. Pola nafas tidak Setelah 1. Kaji frekuensi,
efektif b.d dilakukan kedalaman dan
penurunan tindakan kualitas pernapasan
ekspansi paru keperawatan serta pola pernapasan.
pasien dapat 2. Kaji tanda vital dan
mempertahank tingkat kesasdaran
an pola setaiap jam dan prn
pernapasan 3. Monitor pemberian
yang efektif trakeostomi bila
Kriteria Hasil : PaCo2 50 mmHg atau
16
Pasien PaO2< 60 mmHg
menunjukkan 4. Berikan oksigen
•Frekuensi, dalam bantuan
irama dan ventilasi dan
kedalaman humidifier sesuai
pernapasan dengan pesanan
normal 5. Pantau dan catat gas-
•Adanya gas darah sesuai
penurunan indikasi : kaji
dispneu kecenderungan
•Gas-gas darah kenaikan PaCO2 atau
dalam batas kecendurungan
normal penurunan PaO2
6. Auskultasi dada untuk
mendengarkan bunyi
nafas setiap 1 jam
7. Pertahankan tirah
baring dengan kepala
tempat tidur
ditinggikan 30 sampai
45 derajat untuk
mengoptimalkan
pernapasan
8. Berikan dorongan
utnuk batuk dan napas
dalam, bantu pasien
untuk mebebat dada
selama batuk
9. Instruksikan pasien
untuk melakukan
pernapasan
diagpragma atau bibir
10. Berikan bantuan
17
ventilasi mekanik bila
PaCO > 60 mmHg.
PaO2 dan PCO2
meningkat dengan
frekuensi 5
mmHg/jam. PaO2
tidak dapat
dipertahankan pada
60 mmHg atau lebih,
atau pasien
memperlihatkan
keletihan atau depresi
mental atau sekresi
menjadi sulit untuk
diatasi.
18
dalam batas 4. Bantu dengan peningkatan
normal untuk pemberian ventilasi permeabilitas
usia yang mekanik sesuai membran alveoli,
diperkirakan indikasi, kaji perlunya kapiler.
CPAP atau PEEP. 3. Wheezing terjadi
5. Auskultasi dada untuk karena
mendengarkan bunyi bronchokontriksi
nafas setiap jam atau adanya
6. Tinjau kembali mukus pada jalan
pemeriksaan sinar X nafas
dada harian, 4. Selalu berarti bila
perhatikan diberikan oksigen
peningkatan atau (desaturas5 gr
penyimpangan dari Hb)
7. Pantau irama jantung sebelum cyanosis
8. Berikan cairan muncul. Tanda
parenteral sesuai cyanosis dapat
pesanan dinilai pada
9. Berikan obat-obatan mulut, bibir
sesuai pesanan : yang indikasi
bronkodilator, adanya
antibiotik, steroid. hipoksemia
sistemik,
cyanosis perifer
seperti pada kuku
dan ekstremitas
adalah
vasokontriksi
5. Hipoksemia dapat
menyebabkan
iritabilitas dari
miokardium
6. Menyimpan
19
tenaga pasien,
mengurangi
penggunaan
oksigen
7. Memaksimalkan
pertukaran
oksigen secara
terus menerus
dengan tekanan
yang sesuai
8. Peningkatan
ekspansi paru
meningkatkan
oksigenasi
9. Memperlihatkan
kongesti paru
yang progresif
4. Kelebihan volume Setelah 1. Timbang BB tiap hari 1. Untuk
cairan b.d. edema diberikan 2. Monitor input dan mengetahui
pulmo tindakan output pasien tiap 1 perkembangan bb
perawatan jam klien
pasien tidak 3. Kaji tanda dan gejala 2. Untuk
terjadi penurunan curah mengetahui
kelebihan jantung balance cairan
volume cairan 4. Kaji tanda-tanda 3. Mengetahui
Kriteria Hasil : kelebihan volume : suplai oksigen di
Pasien mampu edema, BB , CVP dalam tubuh
menunjukkan: 5. Monitor parameter 4. Mengetahui
• TTV normal Hemodinamik adanya odema
•Balance cairan 6. Kolaborasi untuk 5. Untuk memantau
dalam batas pemberian cairandan cairan dalam
normal elektrolit tubuh
• Tidak terjadi 6. Memnuhi
20
edema kebutuhan cairan
dan elektrolit
dalam tubuh
5 Gangguan perfusi Setelah 1. Kaji tingkat kesadaran 1. Untuk
jaringan b.d dilakukan 2. Kaji penurunan mengetahui
penurunan curah tindakan perfusi jaringan tingkat
jantung keperawatan 3. Kaji status kesadaran klien
pasien mampu hemodinamik 2. Mengetahui
mempertahank 4. Kaji irama EKG keadaan perfusi
an perfusi 5. Kaji system jaringan
jaringan. Gastrointestinal tercukupi apa
Kriteria Hasil : tidaknya
Pasien mampu 3. Untuk
menunjukkan memantau cairan
•Status dalam tubuh
hemodinamik 4. Untuk
dalam bata mengetahui
normal kelainan di
• TTV normal jantung
5. Untuk
mengetahui
adanya kelainan
di
gastrointestinal
(Marilyn E. Doengeos, 2005)
21
BAB III
LAPORAN KASUS
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama : Tn. S
Umur : 77 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Pensiunan PNS
Alamat :-
Tanggal Masuk : 14 Juni 2005 jam 14.45 WIB
DX Medis : Gagal Nafas
No Register : 5103659
B. Pengkajian Primer
1. Airways
Jalan nafas secret kental produktif, ada reflek batuk bila dilakukan isap lendir
2. Breathing
Memakai ET no 7,5 dengan ventilator mode CPAP, FiO2: 30 %, nafas mesin:10,
nafas klien: 28 x/mnt, SaO2: 96, bunyi ronchi kasar seluruh area paru.
3. Circulation
TD: 147/86 mmHg, HR: 100 x/mnt, MAP: 94, suhu: 36,5 oC, edema ekstremitas
atas dan bawah, capillary refill
C. Pengkajian Sekunder
1. Riwayat Keperawatan
a. Keluhan Utama: klien tidak sadar
b. Riwayat Penyakit Sekarang:
Sebelum masuk RS klien terjatuh terpeleset di kamar mandi terus tidak sadar,
setelah beberapa jam klien mengalami demam, nafas sesak kemudian dibawa
ke RSDK lewat IGD. Di IGD diberikan tindakan pasang ET, periksa darah
22
lengkap, pasang infuse, kemudian dirawat di ICU sampai pengkajian
dilakukan
c. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat penyakit jantung sudah 5 tahun
- Riwayat Parkinson sudah 2 tahun
- Riwayat Hemiparese sudah 2 tahun
2. Pemeriksaan fisik
a. Kepala : Mesosefal, tidak ada hematom/luka pada kepala
b. Mata : Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak icterik, pupil isokor 2 mm, tidak
ada hematom kelopak mata
c. Hidung : Terpasang NGT, ada lendir kental saat dilakukan isap lendir
d. Telinga : Tampak bersih, tidak ada discharge
f. Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid, jugoralis meningkat
g. Thorak :
Paru
Inspeksi : Pengembangan paru simetris kanan dan kiri
Palpasi : Sterm fremitus kanan dan kiri sama
Perkusi : Sonor seluruh lapang pandang paru
Auskultasi : Ronchi terdengar seluruh lapang paru
Jantung
Inspeksi : iktus cordis tak tampak
Palpasi : Iktus kordis teraba pada IC 5, 2 cm LMCS
Perkusi : Suara pekak, konfigurasi dalam batas normal
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II murni, gallops (-), murmur (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar
Auskultasi : Bising usus normal, 15 x/menit
Perkusi : Timpani
Palpasi : Tidak ada pembesaran hepar dan lie
h. Ekstremitas : Edema ekstremitas atas dan bawah
D. Data Penunjang:
1. Laboratorium:
Tanggal 21Juni 2005:
Kultur steril tidak ada kuman
23
Tanggal 5 Juli 2005:
- Kultur darah: ditemukan kuman Stapilokokus Epidedermis
- Kultur urin: ditemukan kuman Stapilokokus Aeureus
- Kuman resisten terhadap semua Cephalosforin dan Beta Lactam
- MRSA dan MRSE
BGA tanggal 5 Juli 2005 jam 09.45 wib
- PH : 7,36
- PCO2 : 37,4 mmHg
- PO2 : 58,6 mmHg
- HCO3 : 24,5
- BE : 0,7
- BE ecf : - 0,5
- AaDO2: 143
- SaO2 : 93 %
2. Foto Rontgen
CT Scan tanggal 15 Juni 2005
- Perdarahan intra serebral region transversal kiri dengan edema
- Perdarahan subarachnoid
- Subdural higroma region fronto temporal kanan, temporo parietal kiri dan
interhemisfer serebri
Foto Thorak 15 Juni 2005
Bronkiektasis kanan dan kiri, gambaran pneumonia
3. Terapi
Program Infus: Oral:
24
Amikin 1 gr/ 24 jam Repirator
E. Analisa data
25
F. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sumbatan jalan nafas dan
kurangnya ventilasi sekunder terhadap retensi lendir
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan akumulasi protein dan cairan
dalam interstitial / area alveolar
3. Perubahan pola makan berhubungan dengan ketidakmampuan menelan
G. Intervensi Keperawatan
DP Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 Setelah dilakukan tindakan - Catat karakteristik - Untuk
keperawatan selama 1x24 jam jalan bunyi nafas menentukan
nafas efektif. - Catat refleks batuk pengobatan
Kriteria hasil: dan lendir yang yang tepat
- Bunyi nafas bersih keluar
- Secret berkurang atau hilang - Monitor status - Penanganan
hidrasi untuk agar sekret
mencegah sekresi keluar
kental
- Agar jalan nafas
- Berikan
tidak tersumbat
humidifikasi pada
jalan nafas
- Sesak dapat
- Pertahankan posisi
berkurang
tubuh / kepala dan
gunakan ventilator
sesuai kebutuhan
- Penanganan
- Observasi
tindakan secara
perubahan pola
tepat
nafas dan upaya
bernafas
- Berikan cairan
- Sesuai advis
garam faaal sesuai
dokter
indiaksi untuk
membuang skresi
26
yang lengket
- Berikan O2 sesuai - Sesuai advis
kebutuhan tubuh dokter
- Berikan fisioterapi - Sesuai advis
dada dokter
2 Setelah dilakukan tindakan - Kaji status - Untuk
keperawatan selama 1x24 jam pernafasan menentukan
pertukaran gas adekuat - Kaji penyebab pengobatan
Kriteria hasil: adanya penurunan yang tepat
- Perbaikan oksigenasi adekuat: PaO2 atau yang
akral hangat, peningkatan menimbulkan
kesadaran ketidaknyaman
- BGA dalam batas normal dalam pernafasan
- Bebas distres pernafasan - Catat adanya
sianosis
- Observasi - Penanganan
kecenderungan agar sekret
hipoksia dan keluar
hiperkapnia
- Agar jalan nafas
- Berikan bantuan
tidak tersumbat
nafas dengan
ventilator mekanik
- Kaji seri foto dada
- Penanganan
- Awasi BGA /
tindakan secara
saturasi oksigen
tepat
(SaO2)
27
dietnya asupan kalori agar kebutuhan
dengan makan per nutrisi terpenuhi
sonde atau nutrisi
perenteral sesuai
indikasi
- Sesuai advis
- Periksa laborat
dokter
darah rutin dan
protein
28
F: 12, klien 14 x/mnt, FiO2 30%
- Memberikan fisioterapi dada
DO: fisioterapi dada sudah dilakukan
klien batuk-batuk
- Memonitor status hidrasi untuk
mencegah sekresi kental
DO: BC + 107, turgor baik
9/7/05 2 - Mengkaji status pernafasan 10/7/05 jam 07.00 WIB
DS: memakai mode CPAP, F: 12, S: -
klien 14 x/mnt, FiO2 30% O:
- Mengkaji penyebab adanya - Respirasi dengan
21.00
penurunan PaO2 vent.mode CPAP,
DO: adanya gangguan ventilasi dan FiO2 30 %
perfusi paru - Tidak ada sianosis
- Mencatat adanya sianosis A:
DO: tidak ada sianosis Masalah teratasi sebagian
24.00
- Mengobservasi kecenderungan P:
05.00 hipoksia dan hiperkapnia Lanjutkan intervensi
DO: SaO2 96%, BGA: dalam batas sebelumnya
normal
- Mempertahankan bantuan nafas
07.00
dengan ventilator mekanik
DO: ventilator terpasang sesuai
kebutuhan klien
9/7/05 3 - Mengkaji kebutuhan gizi klien 10/7/05 jam 07.00 WIB
DO: 1400 kkal, 60 gr protein S: -
21.00
- Mengkaji bising usus klien O:
DO: bising usus normal, 20 x/mnt, - Diit masuk
24.00
residu negative - Tidak ada muntah
05.00 - Mempertahankan asupan kalori - Residu negative
dengan makan per sonde atau nutrisi - BU 20 x/mnt
07.00
perenteral sesuai indikasi A:
DO: diet masuk, residu negative, Masalah teratasi sebagian
29
tidak ada muntah P:
- Memantau hasil darah rutin dan Lanjutkan intervensi
protein sebelumnya
DO: Hb 10,3 gr%, Albumin: 2,8
mg/dl
30
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan kasus keperawatan paada Tn. S dengan gagal nafas maka dalam
bab ini akan membahas kasus yang diderita oleh Tn. S. Ditemukan bahwa Tn. S di
diagnosa medis gagal nafas, serta mempunyai riwayat jantung dan parkinson, dalam
penyusunan asuhan keperawatan pada kegawatdaruratan yang meliputi pengkajian,
diagnosa, perencanaan, penatalaksanaan, dan evaluasi dengan uraian sebagai berikut:
A. Pengkajian
1. Pengkajian Primer
Airways
Jalan nafas secret kental produktif, ada reflek batuk bila dilakukan isap
lendir
Breathing
Memakai ET no 7,5 dengan ventilator mode CPAP, FiO2: 30 %, nafas
mesin:10, nafas klien: 28 x/mnt, SaO2: 96, bunyi ronchi kasar seluruh area
paru.
Circulation
TD: 147/86 mmHg, HR: 100 x/mnt, MAP: 94, suhu: 36,5 oC, edema
ekstremitas atas dan bawah, capillary refill
2. Pengkajian Sekunder
3. Riwayat Keperawatan
a. Keluhan Utama: klien tidak sadar
b. Riwayat Penyakit Sekarang:
Sebelum masuk RS klien terjatuh terpeleset di kamar mandi terus tidak
sadar, setelah beberapa jam klien mengalami demam, nafas sesak
kemudian dibawa ke RSDK lewat IGD. Di IGD diberikan tindakan
pasang ET, periksa darah lengkap, pasang infuse, kemudian dirawat di
ICU sampai pengkajian dilakukan
c. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat penyakit jantung sudah 5 tahun
- Riwayat Parkinson sudah 2 tahun
- Riwayat Hemiparese sudah 2 tahun
31
B. Diagnosa
Diagnosa yang muncul:
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sumbatan jalan nafas
dan kurangnya ventilasi sekunder terhadap retensi lendir
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan akumulasi protein dan cairan
dalam interstitial / area alveolar
3. Perubahan pola makan berhubungan dengan ketidakmampuan menelan
Diagnosa yang tidak muncul:
1. Kelebihan volume cairan b.d. edema pulmo
2. Gangguan perfusi jaringan b.d. penurunan curah jantung
C. Perencanaan
DP Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 Setelah dilakukan tindakan - Catat karakteristik - Untuk
keperawatan selama 1x24 jam jalan bunyi nafas menentukan
nafas efektif. - Catat refleks batuk pengobatan
Kriteria hasil: dan lendir yang yang tepat
- Bunyi nafas bersih keluar
- Secret berkurang atau hilang - Monitor status - Penanganan
hidrasi untuk agar sekret
mencegah sekresi keluar
kental
- Agar jalan nafas
- Berikan
tidak tersumbat
humidifikasi pada
jalan nafas
- Sesak dapat
- Pertahankan posisi
berkurang
tubuh / kepala dan
gunakan ventilator
sesuai kebutuhan
- Penanganan
- Observasi
tindakan secara
perubahan pola
tepat
nafas dan upaya
bernafas
- Berikan cairan
- Sesuai advis
32
garam faaal sesuai dokter
indiaksi untuk
membuang skresi
yang lengket
- Berikan O2 sesuai - Sesuai advis
kebutuhan tubuh dokter
- Berikan fisioterapi - Sesuai advis
dada dokter
2 Setelah dilakukan tindakan - Kaji status - Untuk
keperawatan selama 1x24 jam pernafasan menentukan
pertukaran gas adekuat - Kaji penyebab pengobatan
Kriteria hasil: adanya penurunan yang tepat
- Perbaikan oksigenasi adekuat: PaO2 atau yang
akral hangat, peningkatan menimbulkan
kesadaran ketidaknyaman
- BGA dalam batas normal dalam pernafasan
- Bebas distres pernafasan - Catat adanya
sianosis
- Observasi - Penanganan
kecenderungan agar sekret
hipoksia dan keluar
hiperkapnia
- Agar jalan nafas
- Berikan bantuan
tidak tersumbat
nafas dengan
ventilator mekanik
- Kaji seri foto dada
- Penanganan
- Awasi BGA /
tindakan secara
saturasi oksigen
tepat
(SaO2)
33
- Laborat Hb, protein dalam batas gizi tubuh atau
normal kolaborasi tim gizi
- Penanganan
- Makanan dapat masuk sesuai - Pertahankan
agar kebutuhan
dietnya asupan kalori
nutrisi terpenuhi
dengan makan per
sonde atau nutrisi
perenteral sesuai
indikasi
- Sesuai advis
- Periksa laborat
dokter
darah rutin dan
protein
D. Penatalaksanaan
Pada tahap pelaksanaan ini, pada dasarnya disesuaikan dengansusunan
perencanaan , dengan maksud agar semua kebutuhan pasien dapat terpenuhi
secara optimal. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan ini, penulis
melibatkan pasien, keluarga dan tim kesehatan lain sehingga dapat bekerja sama
dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sumbatan jalan nafas
dan kurangnya ventilasi sekunder terhadap retensi lendir
Independen: mencatat karakteristik bunyi nafas
Intredependen: lendir dapat keluar
Dependen: lakukan hisap lendir
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan akumulasi protein dan cairan
dalam interstitial / area alveolar
Independen: mencatat penurunan PaO2
Intredependen: -
Dependen: observasi hipoksia dan hiperkapnia
3. Perubahan pola makan berhubungan dengan ketidakmampuan menelan
Independen: kebutuhan gizi terpenuhi
Interdependen: -
Dependen: kolaborasi diit dengan ahli gizi
34
E. Evaluasi
Diagnosa teratasi sebagian
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sumbatan jalan nafas
dan kurangnya ventilasi sekunder terhadap retensi lendir
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan akumulasi protein dan cairan
dalam interstitial / area alveolar
Diagnosa belum teratasi
1. Perubahan pola makan berhubungan dengan ketidakmampuan menelan
35
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gagal nafas terjadi bilamana pertukaran oksigen terhadap karbondioksida
dalam paru paru tidak dapat memelihara laju komsumsi oksigen dan pembentukan
karbon dioksida dalam sel-sel tubuh. Gagal nafas penyebab terpenting adalah ventilasi
yang tidak adekuat dimana terjadi obstruksi jalan nafas atas.
Gagal nafas adalah kegagalan sistem pernafasan untuk mempertahankan pertukaran
oksigen dan karbondioksida dalam jumlah yang dapat mengakibatkan gangguan pada
kehidupan. Gagal nafas ada dua macam yaitu gagal nafas akut dan gagal nafas kronik
dimana masing masing mempunyai pengertian yang berbeda.
Indikator gagal nafas telah frekuensi pernafasan dan kapasitas vital, frekuensi
penapasan normal ialah 16-20 x/mnt. Bila lebih dari20x/mnt tindakan yang dilakukan
memberi bantuan ventilator karena “kerja pernafasan” menjadi tinggi sehingga timbul
kelelahan. Kapasitasvital adalah ukuran ventilasi (normal 10-20 ml/kg).
B. Saran
Semoga makalah yang kami susun dapat dimanfaatkan secara maksimal,
sehingga dapat membantu proses pembelajaran, dan dapat mengefektifkan
kemandirian dan kreatifitas mahasiswa. Selain itu, diperlukan lebih banyak referensi
untuk menunjang proses pembelajaran.
36
DAFTAR PUSTAKA
Mutaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.
Potter, Patricia A. 2005. Buku Ajar Fudamental Keperawatan: Konsep, Proses, Dan
Praktik. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Reksoprodjo Soelarto. 2004. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta: Binarupa Aksara.
Somantri, Irman. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan sistem
Perpanasan. Jakarta: Salemba Medika.
37