Anda di halaman 1dari 26

8. a. Terangkan tentang Dermatomikosis dan Penatalaksanaanya?

Dermatomikosis merupakan penyakit jamur pada kulit yang disebabkan


oleh dermatofita dan beberapa jamur oportunistik seperti Malasezzia, Candida
(kecuali C. albicans), Trichosporon, Rhodutorula, Cryptococcus atau Aspergillus,
Geotrichum, Alternaria, dan lainnya.
Berdasarkan lingkungan hidupnya, dermatomikosis terbagi menjadi tiga
golongan yakni : (1) superfisial, yang berkembang pada stratum corneum, rambut,
kuku, (2) subcutaneus, yang berkembang pada dermis dan/atau jaringan subkutan,
dan (3) deep/systemic, yang dapat menyebar melalui hematogen serta
menyebabkan infeksi oportunistik pada host dengan immunocompromised

Mikosis superfisial juga dibagi menjadi dua, yaitu dermatofitosis (tinea)


dan non dermatofitosis. Dermatofitosis merupakan infeksi jamur dermatofita
(spesies microsporum, trichophyton, dan epidermophyton) yang menyerang
epidermis bagian superfisial (stratum korneum), kuku dan rambut. Dermatofitosis
terdiri dari tinea capitis, tinea barbae, tinea cruris, tinea pedis et manum, tinea
unguium dan tinea corporis. Sedangkan non dermatofitosis terdiri dari pitiriasis
versikolor,piedra hitam, piedra putih, tinea nigra palmaris, otomikosis dan kerato
mikosis.

Ada dua golongan jamur yang menyebabkan mikosis superfisialis yaitu


non dermatofita dan dermatofita

Jamur Lokasi Penyakit

Dermatofita

Microsporum canis rambut, kulit

Microsporum audouini rambut

Microsporun gypseum kulit, rambut

Trychophyton tonsurans rambut, kulit, buku

Trychophyton rubrum rambut, kulit, kuku


Trychophyton mentagrophytes rambut, kulit

Trychophyton violaceum Rambut,kulit,kuku

Epidermophyton flocosum kulit

Non-Dermatofita

Pityrosporum orbiculare kulit Tinea


vesikolor

(Malasezia furfur)

Clasdoporium werneckii kulit Tinea nigra

Piedraia rambut Piedra


hitam

Trichosporon beigelii rambut Piedra putih

A. Dermatofitosis
adalah infeksi jaringan yang mengandung zat tanduk (keratin) misalnya
stratum korneum pada epidermis, rambut, dan kuku, yang disebabkan oleh
golongan jamur dermatofita.
Dermatofita yang menginfeksi manusia diklasifikasikan berdasarkan
habitat mereka antara lain sebagai berikut :
I. Antrophophilic dermatophyta merupakan kelompok spesies dermatofita
yang hanya berkembang pada host manusia dan transmisi secara kontak
langsung. Kulit yang terinfeksi atau rambut pada pakaian, topi, sisir, kaus
kaki, dan handuk juga dapat menjadi sumber reservoir.
II. Zoophilic dermatophyta merupakan kelompok spesies dermatofita yang
menular ke manusia melalui hewan (Kucing, anjing, kelinci, babi,
unggas, kuda, binatang ternak, dan binatang lainnya merupakan sumber
infeksi pada umumnya). Penularan dapat terjadi melalui kontak langsung
dengan hewan tersebut atau secara tidak langsung melalui rambut hewan
terinfeksi. Area terbuka seperti kulit kepala, janggut, wajah, dan lengan
menjadi tempat infeksi tersering. Microsporum canis sering menular
pada manusia melalui kucing dan anjing, sementara babi dan kelinci
sering sebagai sumber infeksi dari T. interdigitale. Adaptasi tubuh host
terhadap infeksi dermatofita zoofilik memungkinkan terjadinya infeksi
tersembunyi (silent infections), namun dermatofita ini cenderung
menimbulkan respon inflamasi akut pada manusia
III. Geophilic dermatophyta merupakan fungi yang menyebabkan infeksi
saat manusia kontak langsung dengan tanah. Microsporum gypseum
merupakan dermatofita geofilik tersering yang menginfeksi manusia.
Ada kemungkinan penyebaran epidemik dikarenakan tingginya virulensi
dari golongan geofilik serta kemampuan untuk membentuk spora yang
dapat hidup lama dan berada di selimut atau alat kosmetik. Seperti
infeksi zoofilik, dermatofita geofilik cenderung menimbulkan respon
inflamasi
a. Etiologi
Dermatofitosis disebabkan oleh jamur golongan dermatofita yang
teridiri dari tiga genus, yaitu genus Microsporum, Trichophyton, dan
Epidermofiton. Kemampuan dermatofita untuk terikat dan menginvasi
jaringan keratin pada binatang dan manusia serta memanfaatkan produk
degradasi untuk menjadi sumber nutrisi pada infeksi fungi superfisial di
kulit, rambut, dan kuku, dinamakan dermatofitosis
b. Faktor yang mempengaruhi

Disamping cara penularan, timbulnya kelainan-kelainan di kulit


bergantung pada beberapa faktor :
i. Faktor virulensi dari dermatofita

Virulensi ini bergantung pada afinitas, jamur, apakah jamur


Antropofilik, Zoofilik, atau Geofilik. Selaian afinitas ini, masing-
masing jenis jamur tersebut berbeda pula satu dengan yang lain dalam
afinitas terhadap manusia maupun bagian-bagian tubuh, misalnya
Trichophyton rubrum jarang menyerang rambut, Epidermophyton
floccosum yang paling sering menyerang lipat paha bagian dalam.
Faktor yang terpenting dalam virulensi ini ialah kemampuan
spesies jamur menghasilkan keratinasi dan mencerna keratin di kulit.

ii. Faktor trauma

Kulit yang utuh tanpa lesi-lesi kecil, lebih susah untuk terserang
jamur.

iii. Faktor suhu dan kelembaban

faktor ini sangat jelas berpengaruh terhadap infeksi jamur, tampak


pada lokalisasi atau lokal; tempat yang banyak keringat seperti lipat
paha dan sela-sela jari paling sering terserang penyakit jamur ini.

iv. Keadaan sosial serta kurangnya kebersihan

Faktor ini memegang peranan penting pada infeksi jamur.


Insiden panyakit jamur pada golongan sosial dan ekonomi yang lebih
rendah lebih sering ditemukan dari pada golongan sosial dan ekonomi
yang lebih baik.

v. Faktor umur dan jenis kelamin


Penyakit tinea kapitis lebih sering ditemukan pada anak-anaak
dibandingkan pada orang dewasa. Pada wanita lebih sering ditemukan
infeksi jamur di sela-sela jari dibandingkan pada pria, dan hal ini
banyak berhubungan dengan pekerjaan. Di samping faktor-faktor tadi
masih ada faktor-faktor lain, seprti faktor perlindungan tubuh, (topi,
sepatu, dan sebagainya), faktor transpirasi serta penggunaan pakaian
yang serba nilon dapat memudahkan timbulnya penyakit jamur ini.
c. Bentuk–Bentuk gejala klinis Dermatofitosis
i. TineaKapitis
Adalah kelainan kulit pada daerah kepala rambut yang
disebabkan jamur golongan dermatofita. Disebabkan oleh species
dermatofita trichophyton dan microsporum. Gambaran klinik keluhan
penderita berupa bercak pada kepala, gatal sering disertai rambut
rontok ditempatlesi. Ditemukan juga Grey patch ring worm, kerion,
blck dot, dan favus.
Mikosis pada rambut dapat dibedakan sebagai penyakit rambut ;

a) ektoriks (fungi ada di bagian luar rambut) misalnya; Microsporum


audouinii, M, canis, M. ferrugineum, Trichophyton verrucosum, T.
mentagrophytes, T. megnini, dan T. rubrum.
b) endotriks (fungi ada di dalam rambut) misalnya; Trichophyton
tonsurans, t. violaceum, T. soudanensis, T. gourvilli, dan T.
youndei.
Penyakit favus disebabkan oleh T. schoenleinii, yaitu skutula
dibentuk di dalam folikel rambut, sedangkan hifa tumbuh di dalam
rambut

Diagnosis ditegakkan berdasar gambaran klinis, pemeriksaan


lampu wood dan pemeriksaan mikroskopis dengan KOH, pada
pemeriksaan mikroskopis terlihat spora diluar rambut atau didalam
rambut.

Pengobatan pada anak peroral griseofulvin10-25 mg/kg BB


perhari, pada dewasa 500 mg/hr selama 6 minggu.

ii. Tinea Favosa


Adalah infeksi jamur kronis terutama oleh trychophiton
schoen lini, trychophithon violaceum, dan microsporum gypseum.
Penyakit ini mirip tinea kapitis yang ditandai oleh skutula warna
kekuningan bau seperti tikus pada kulit kepala, lesi menjadi sikatrik
alopecia permanen. Gambaran klinik mulai dari gambaran ringan
berupa kemerahan pada kulit kepala dan terkenanya folikel rambut
tanpa kerontokan hingga skutula dan kerontokan rambut serta lesi
menjadi lebih merah dan luas kemudian terjadi kerontokan lebih
luas, kulit mengalami atropi sembuh dengan jaringan parut
permanen.

Gambaran tinea Favosa


Diagnosis dengan pemeriksaan mikroskopis langsung. Prinsip
pengobatan tinea favosa sama dengan pengobatan tinea kapitis
yaitu pengobatan pada anak peroral griseofulvin 10-25 mg/kg BB
perhari, pada dewasa 500 mg/hr selama 6 minggu. Higienitas harus
dijaga.

iii. TineaKorporis
Adalah infeksi jamur dermatofita pada kulit halus
(globurusskin) di daerah muka, badan, lengan dan glutea. Penyebab
tersering adalah T.rubrum dan T. mentagropytes. Gambaran klinik
biasanya berupa lesi terdiri atas bermacam-macam efloresensi kulit,
berbatas tegas dengan konfigurasi anular, arsinar, atau polisiklik,
bagian tepi lebih aktif dengan tanda peradangan lebih jelas. Daerah
sentral biasanya menipis dan terjadi penyembuhan, sementara tepi lesi
meluas sampai keperifer. Kadang bagian tengahnya tidak
menyembuh, tetapi tetap meninggi dan tertutup skuama sehingga
menjadi bercak yang besar.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinik dan
lokalisasinya serta kerokan kulit dengan mikroskop langsung dengan
larutan KOH10-20% untuk melihat hifa atau spora jamur.

Pengobatan sistemik berupa griseofulvin 500 mg sehari


selama 3-4minggu, itrakenazol 100mg sehari selama 2minggu, obat
topical salep whit field.

iv. TineaImbrikata
Adalah penyakit yang disebabkan jamur dermatofita yang
memberikan gambaran khas berupa lesi bersisik yang melingkar-
lingkar dan gatal. Disebabkan olehd ermatofita T.concentricum.
Gambaran klinik dapat menyerang seluruh permukaan kulit halus,
sehingga sering digolongkan dalam tinea korporis. Lesi bermula
sebagai macula eritematosa yang gatal, kemudian timbul skuama
agak tebal terletak konsensif dengan susunan seperti genting, lesi
tambah melebar tanpa meninggalkan penyembuhan dibagian
tangahnya.
Diagnosis berdasar gambaran klinis yang khas berupa lesi
konsentris. Pengobatan sistemik griseofulvin 500mg sehari selama 4
minggu, sering kambuh setelah pengobatan sehingga memerlukan
pengobatan ulang yang lebih lama, ketokonazol 200 mg sehari, obat
topical tidak begitu efektif karena daerah yang terserang luas.

v. TineaKruris
Adalah penyakit jamur dermatifita didaerah lipat paha,
genitalia dan sekitar anus, yang dapat meluas kebokong dan perut
bagian bawah. Penyebab E. floccosum, kadang-kadang disebabkan
oleh T. rubrum. Gambaran klinik lesi simetris dilipat paha kanan dan
kiri mula-mula lesi berupa bercak eritematosa, gatal lama kelamaan
meluas sehingga dapat meliputi scrotum, pubis ditutupi skuama,
kadang-kadang disertai banyak vesikel-vesikel kecil.

Diagnosis berdasar gambaran klinis yang khas dan ditemukan


elemen jamur pada pemeriksaan kerokan kulit dengan mikroskopis
langsung memakai larutan KOH 10-20%.

Pengobatan sistemik griseofulvin 500mg sehari selama 3-4


minggu, ketokonazol, obat topical salp white field, tolsiklat,
haloprogin, siklopiroksolamin, derivat azol dan naftifin HCL

vi. Tinea Manus et Pedis


Merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur
dermatofita didaerah kilit telapak tangan dan kaki, punggung
tangandan kaki,jari-jaritan gandan kaki serta daerah interdigital.
Penyebab tersering T.rubrum, T.mentagrophytes, E.floccosum.
Gambaran klinik ada 3 bentuk klinis yang sering dijumpai yaitu:

a) Bentuk intertriginosa berupa maserasi, deskuamasi, danerosi pada


sela jari tampak warna keputihan basah terjadi fisura terasa nyeri
bila disentuh, lesi dapat meluas sampai ke kuku dan kulit jari. Pada
kaki lesi sering mulai dari selajari III,IV danV.
b) Bentuk vesikular akut ditandai terbentuknya vesikula-vesikula dan
bila terletak agak dalam dibawah kulit sangat gatal, lokasi yang
sering adalah telapak kaki bagian tengah melebar serta vesikulanya
memecah.
c) Bentuk moccasinfoot pada bentuk ini seluruh kaki dan telapak tepi
sampai punggung kaki terlihat kulit menebal dan berskuama,
eritema biasanya ringan terutama terlihat pada bagian tepi lesi.

Diagnosis ditegakkan berdasar gambaran klinik dan


pemeriksaan kerokan kulit dengan larutan KOH 10-20% yang
menunjukkan elemen jamur.

Pengobatan cukup topical saja dengan obat-obat antijamur


untuk interdigital dan vesikular selama 4-6 minggu.
vii. Tineaunguium
Adalah kelainan kuku yang disebabkan infeksi jamur
dermatofita. Penyebab tersering adalah T. mentagrophites, T.
rubrum. Gambaran klinik biasanya menyertai tinea pedis atau
manus penderita berupa kuku menjadi rusak warna menjadi suram
tergantung penyebabnya, destruksi kuku mulai dari distal,lateral,
ataupun keseluruhan.

Penyakit ini dapat dibedakan dalam 3 bentuk tergantung jamur


penyebab dan permulaan dari dekstruksi kuku. Subinguinal proksimal
bila dimulai dari pangkal kuku, Subinguinal distal bila di mulai dari
tepi ujung dan Leukonikia trikofita bila dimulai dari bawah kuku.
Permukaan kuku tampak suram tidak mengkilat lagi, rapuh dan
disertai oleh subungual hiperkeratosis. Dibawah kuku tampak adanya
detritus yang banyak mengandung elemen jamur.

Diagnosis ditegakkan berdasar gejala klinis pada


pemeriksaan kerokan kuku dengan KOH 10-20% atau biakan untuk
menemukan elemen jamur.

Pengobatan infeksi kuku memerlukan ketekunan, pengertian


kerja sama dan kepercayaan penderita dengan dokter karena
pengobatan sulit dan lama. Pemberian griseofulvin 500mg sehari
selama 3-4 bulan untuk jari tangan untuk jari kaki 9-12 bulan. Obat
topical dapat diberikan dalam bentuk losion atau krim.

viii. Kandidiasis
Adalah suatu penyakit kulit akut atau subakut, disebabkan jamur
intermediate yang menyerang kulit, kuku, selaput lender dan alat-
alat dalam. Penyebab jamur golongan candida yang pathogen dan
merupakan kandidiasis adalah candida albicans. Gambaran klinik
berbentuk kandidiasis sistemik dan lokal.

Kandidiasis local terdiri dari:

a ) Kandidiasis oral dimana kelainan ini sering terjadi pada bayi


berupa bercak putih seperti membran pada mukosa mulut dan
lidah bila membran tersebut diangkat tampak dasar kemerahan
dan erosif.

b) Perleche berupa retakan sudut mulut, pedih dan nyeri bila


tersentuh makanan atau air.
c) Kandidiasis vaginal kelainan berupa bercak putih diatas mukosa
yang eritematosa erosif, mulai dari servik sampai introitus
vagina, didapatkan fluoralbus putih kekuningan disertai semacam
butiran tepung kadang seperti susu pecah terasa gatal serta
dispareunikarena ada erosi.
d) Balanitis biasanya terjadi pada laki-laki yang tidak sunat, terasa
gatal disertai timbulnya membran atau bercak putih pada
gland penis.

Kandidiasis kulit terdiri dari:

a ) Kandidiasis intertriginosa sering terjadi pada orang gemuk


menyerang lipatan kulit yang besar seperti inguinal, aksila, lipat
payudara, yang khas adalah bercak kemerahan agak lebar dengan
dikelilingi oleh lesi-lesi satelit.

b ) Kandidiasis kuku infeksi jamur pada kuku dan jaringan sekitar


terasa nyeri dan peradangan sekitar, kuku rusak dan menebal lesi
berwarna kehijauan.
c ) Kandidiasis granulomatosa bentuk ini jarang dijumpai,
manifestasi berupa granuloma terjadi akibat penumpukan krusta
serta hipertropi setempat, biasa terdapat dikepala atau
ektremitas.
d ) Kandidid adalah suatu alergi terhadap elemen jamur atau
metabolit candida SSP.

Diagnosis dengan pemeriksaan langsung kerokan kulit atau


usap mukokutan dengan larutan KOH 10% atau pewarnaan gram
yang terlihat sel ragi, blastospora atau hifa semu. Pengobatan
kandidiasis kulit dan kandidiasis selaput lendir yang lokal dengan
memberi obat anti jamur topikal.

Pengobatan kandidiasis oral berupa lozenges atau oral gel


yang mengandung nistatin atau mikonazole, pengobatan kandidiasis
vaginal obat yang dipakai adalah preparat khusus intravaginal yang
mengandung imidasol selama 1-5hari, terapi oral juga diberikan 1-5
hari.

d. Pengobatan
Pengobaratan dermatofitosis sering tergantung pada klinis. Sebagai
contoh lesi tunggal pada kulit dapat diterapi secara adekuat dengan anti
jamur topikal. walaupun pengobatan topikal pada kulit kepala dan kuku
sering tidak efektif dan biasanya membutuhkan terapi sistemik untuk
sembuh. Infeksi dermatofitosis yang kronik atau luas, tinea dengan
implamasi akut dan tipe "moccasin" atau tipe kering jenis t.rubrum
termasuk tapak kaki dan dorsum kaki biasanya juga membutuhkan terapi
sistemik. Idealnya, konfirmasi diagnosis mikologi hendaknya diperoleh
sebelum terapi sistemik anti jamur dimulai. Pengobatan oral, yang dipilih
untuk dermatofitosis adalah:

Infeksi Rekomendasi Alternatif

Tinea unguium Terbinafine 250 Itraconazole 200 mg/hr /3-5


(Onychomycosis) mg/hr 6 minggu bulan atau 400 mg/hr seminggu
untuk kuku jari per bulan selama 3-4 bulan
tangan, 12 minggu berturut-turut.
untuk kuku jari kaki Fluconazole 150-300 mg/ mgg
s.d sembuh (6-12 bln)
Griseofulvin 500-1000 mg/hr
s.d sembuh (12-18 bulan)

Tinea capitis Griseofulvin Terbinafine 250 mg/hr/4 mgg


500mg/day Itraconazole 100 mg/hr/4mgg
(≥ 10mg/kgBB/hari) Fluconazole 100 mg/hr/4 mgg
sampai sembuh (6-8
minggu)

Tinea corporis Griseofulvin 500 Terbinafine 250 mg/hr selama


mg/hr sampai 2-4 minggu Itraconazole 100
sembuh (4-6 mg/hr selama 15 hr atau
minggu), sering 200mg/hr selama 1 mgg.
dikombinasikan Fluconazole 150-300 mg/mggu
dengan imidazol. selama 4 mgg.

Tinea cruris Griseofulvin 500 Terbinafine 250 mg/hr selama


mg/hr sampai 2-4 mgg Itraconazole 100 mg/hr
sembuh (4-6 selama 15 hr atau 200 mg/hr
minggu) selama 1 mgg. Fluconazole 150-
300 mg/hr selama 4 mgg.

Tinea pedis Griseofulvin Terbinafine 250 mg/hr selama


500mg/hr sampai 2-4 mgg Itraconazole 100 mg/hr
sembuh (4-6 selama 15 hr atau 200mg/hr
minggu) selama 1 mgg. Fluconazole 150-
300 mg/mgg selama 4 mgg.

Chronic and/or Terbinafine 250 Itraconazole 200 mg/hr selama


widespread mg/hr selama 4-6 4-6 mgg. Griseofulvin 500-1000
non-responsive minggu mg/hr sampai sembuh (3-6
tinea. bulan).
B. Non Dermatofitosis
a. Pitiriasis versikolor (Panu)
Adalah penyakit jamur superfisial yang kronik biasanya tidak
memberikan keluhan subjektif berupa bercak skuama halus warna putih
sampai coklat hitam, meliputi badan kadang-kadang menyerang ketiak,
lipat paha, lengan, tungkai atas, leher, muka, kulit kepala yang berambut.
Disebabkan oleh malassezia furfur robin. Gambaran klinik kelainan
terlihat bercak- bercak warna warni, bentuk teratur sampai tidak teratur
batas jelas sampai difus kadang penderita merasa gatal ringan.

Diagnosis pada sediaan langsung kerokan kulit dengan larutan


KOH 20% terlihat campuran hifa pendek dan spora-spora bulat yang dapat
berkelompok.

Pengobatan harus dilakukan menyeluruh tekun dan konsisten.


Obat yang dapat dipakai suspense selenium sulfida ( selsun) dipakai
sebagai sampo 2-3 x seminggu. Obat lain derivate azol missal
mikonazole,jika sulit disembuhkan ketokonazole dapat dipertimbangkan
dengan dosis 1x200mg sehari selama 10 minggu.
Pilihan terapi oral untuk infeksi jamur pada kulit

Pada pengobatan kerion stadium dini diberikan kortikosteroid


sistemik sebagai anti inflamasi, yakni prednisone 3x5 mg atau
prednisolone 3x4 mg sehari selama dua minggu, bersamaaan dengan
pemberian grisiofulvine yang diberikan berlanjut 2 minggu setelah lesi
hilang. Terbinafine juga diberikan sebagai pengganti griseofulvine selama
2-3 minggu dosis 62,5-250 mg sehari tergantung berat badan.

Efek samping griseofulvine jarang dijumpai, yang merupakan


keluhan utama ialah sefalgia yang didapati pada 15% penderita. Efek
samping lain berupa gangguan traktus digestifus yaitu: nausea, vomitus,
dan diare. Obat tersebut bersifat fotosensitif dan dapat mengganggu fungsi
hepar.

Efek samping terbinafine ditemukan kira-kira 10% penderita, yang


tersering gangguan gastrointestinal diantaranya nausea, vomitus, nyeri
lambung, diarea, konstipasi, umumnya ringan. Efek samping lain berupa
ganguan pengecapan, persentasinya kecil. Rasa pengecapan hilang
sebagian atau keseluruhan setelah beberapa minggu minum obat dan
hanya bersifat sementara. Sefalgia ringan dilaporrkan pula 3,3%-7% kasus.

Pada kasus resisten terhadap griseofulvin dapat diberikan


ketokonazol sebagai terapi sistemik 200 mg per hari selam 10 hari sampai
2 minggu pada pagi hari setelah makan. Ketokonazol kontraindikasi untuk
kelainan hepar.
9. Jelaskan sediaan generic dan paten cream,PO,topical,injek untuk anti
histamine?

A. Pengertian
Antihistamin adalah zat-zat yang dapat mengurangi atau menghalangi
efek histamin terhadap tubuh dengan jalan memblok reseptor –histamin
(penghambatan saingan). Pada awalnya hanya dikenal satu tipe
antihistaminikum, tetapi setelah ditemukannya jenis reseptor khusus pada
tahun 1972, yang disebut reseptor-H2,maka secara farmakologi reseptor
histamin dapat dibagi dalam dua tipe , yaitu reseptor-H1 da reseptor-H2.
Berdasarkan penemuan ini, antihistamin juga dapat dibagi dalam dua
kelompok, yakni antagonis reseptor-H1 (singkatnya disebut H1-blockers atau
antihistaminika) dan antagonis reseptor H2 ( H2-blockers atau zat
penghambat-asam
a. H1-blockers (antihistaminika klasik)
Mengantagonir histamin dengan jalan memblok reseptor-H1 di otot
licin dari dinding pembuluh,bronchi dan saluran cerna,kandung kemih dan
rahim. Begitu pula melawan efek histamine di kapiler dan ujung saraf
(gatal, flare reaction). Efeknya adalah simtomatis, antihistmin tidak dapat
menghindarkan timbulnya reaksi alergi Dahulu antihistamin dibagi secara
kimiawi dalam 7-8 kelompok, tetapi kini digunakan penggolongan dalam
2 kelompok atas dasar kerjanya terhadap SSP, yakni zat-zat generasi ke-1
dan ke-2.
Obat generasi ke-1: prometazin, oksomemazin, tripelennamin,
(klor) feniramin, difenhidramin, klemastin (Tavegil), siproheptadin
(periactin), azelastin (Allergodil), sinarizin, meklozin, hidroksizin,
ketotifen (Zaditen), dan oksatomida (Tinset). Obat-obat ini berkhasiat
sedatif terhadap SSP dan kebanyakan memiliki efek antikolinergis
Obat generasi ke-2: astemizol, terfenadin, dan fexofenadin,
akrivastin (Semprex), setirizin, loratidin, levokabastin (Livocab) dan
emedastin (Emadin). Zat- zat ini bersifat khasiat antihistamin hidrofil dan
sukar mencapai CCS (Cairan Cerebrospinal), maka pada dosis terapeutis
tidak bekerja sedative. Keuntungan lainnya adalah plasma t⅟2-nya yang
lebih panjang, sehingga dosisnya cukup dengan 1-2 kali sehari. Efek anti-
alerginya selain berdasarkan, juga berkat dayanya menghambat sintesis
mediator-radang, seperti prostaglandin, leukotrin dan kinin.
b. H2-blockers (Penghambat asma)
Obat-obat ini menghambat secara efektif sekresi asam lambung
yang meningkat akibat histamine, dengan jalan persaingan terhadap
reseptor-H2 di lambung. Efeknya adalah berkurangnya hipersekresi asam
klorida, juga mengurangi vasodilatasi dan tekanan darah menurun.
Senyawa ini banyak digunakan pada terapi tukak lambug usus guna
mengurangi sekresi HCl dan pepsin, juga sebagai zat pelindung tambahan
pada terapi dengan kortikosteroida. Lagi pula sering kali bersama suatu zat
stimulator motilitas lambung (cisaprida) pada penderita reflux.
Penghambat asam yang dewasa ini banyak digunakan adalah simetidin,
ranitidine, famotidin, nizatidin dan roksatidin yang merupakan senyawa-
senyawa heterosiklis dari histamin.

Obat Sediaan Dosis


Peroral Injeksi Topikal
AKRIVASTIN 3 x 8
Semprex 8 mg kap mg/hari,
kecuali pd
anak < 12
thn dan
lansia
ASTEMIZOL Maks : 10
Hismanal 10 mg tab mg/hari 6-
5mg/5mL 12 thn
Ikazol syr maks 5
Scanthis 10 mg tab mg/hari
10 mg tab
Talensip 5mg / 5mL
susp
10 mg tab
AZATADIN MELEAT 2 x 1-2 mg
Bufazad /hari
Zadin 1 mg kap 1-6thn : 2x
1 mg tab 250
0,1 mg/mL mikrogram
syr / hr , 6-
12th: 2x
0,5-1 mg
/hari
DEKSBROMFENIRAMIN Dewasa : 2
MELEAT mg, anak :
Bufarasmin 2 mg kap 2-6thn : 0,5
Dece 2 mg tab mg, 6-12
Dexteem 2 mg tab thn 1 mg.
Fentika 2mg kaptab Berikan 3 –
Histaclor 2mg tab 4 x/hari
Polaris 2 mg tab
Vilergi 2 mg tab
Ramahist 2 mg tab
Polaramin 2 mg tab
2 mg /5 mL
syr
DEFENHIDRAMIN 12,5 10mg/mL Dewasa : 3
HIDROCLORIDA mg/5mL x 25–
Adidryl 10mg/mL 50mg/hari
Drimpy anak: 5 mg
Neo Utradip 25 mg tabsal / kgBB/
Novadryl 50mg kap 10mg/mL hari
Otede
Recodryl 50 mg tab 10mg/mL
DENEBHIDRINAT 50 mg tab 2-3 x50-
Amnum 50 mg tab 100mg /
Antimab 50mg tab hari, anak
Antimo 50mg tab 7-12 thn
12,5mg/5mL 25-50mg
susp
Dramamim 50 mg tab 50 mg/
mL
KLOFERAMIN MELEAT 4mg tab ORAL :
CTM (generik) 4 mg tab 4mg tiap 4-
4 mg kaptab 6 jam, max
Aficitom 4 mg tab 24mg/hr, 1-
Allergen 4 mg kaptab 2thn
Alleron 4 mg kaptab 2x1mg, 2-
Bephenon 10 mg/mL 5tn 1 mg
Bernamin 2mg/5mL tiap 4-
Ceteem syr 6jam, 6-12
Chlophenon 4 mg kap 10 mg/mL thn 2mg
Cohistan 4 mg tab tiap 4-6
Decaphenon 4 mg tab 10 mg/mL jam. Inj.
Defemin 4 mg tab Subk / IM
Histacure 4 mg tab 10-20 mg,
Hufaphenon 4 mg tab max 40mg
Metachlor 4 mg tab dalam 24
Paraphenon 4 mg tab jam. Inj. IV
4 mg tab lambat
1menit :
10-20 mg
dalam spuit
dengan
NaCl 0,9%
LORATADIN 10 mg tab 10 mg /hari
10 mg kap Anak; 1-12
1 mg / mL thn < 30
syr kg,
Alernitis 5 mg / 5mL 5mg/hari, >
Allohex syr 30mg 10
10 mg tab mg/hari
Claradin 10 mg tab
Dinazen 5mg/5mL
Folerin syr
10 mg tab
Imunex 10 mg tab
10 mg tab
5 mg/5mL
syr
5 mg/5mL
syr
10 mg tab
SETIRIZIN HCL Dewasa
Cetirizin (generik) 10mg dan anak >
kapsalsel 6thn 10 mg
10mg / hr malam
Alergin tabsalsel hari
Cerini 10 mg kap bersama
Cetymin 10 mg tap makanan.
Cetryn 10 mg kap
10 mg tab
5 mg/mL syr
Rydian 10 mg tabsal
10mg/mL
drop
10 mg
tabsalsel
10. A Terangkan dan Penatalaksanaan Psoriasis

A. Definisi
Psoriasis adalah penyakit inflamasi kulit kronik yang umum dijumpai,
bersifat rekuren dan melibatkan beberapa faktor misalnya; genetik, sistem
imunitas, lingkungan serta hormonal. Psoriasis ditandai dengan plak
eritematosa yang berbatas tegas dengan skuama berlapis berwarna keputihan.
Penyakit ini umumnya mengenai daerah ekstensor ekstremitas terutama siku
dan lutut, kulit kepala, lumbosakral, bokong dan genitalia.
Walaupun psoriasis terjadi secara universal, namun prevalensinya pada
tiap populasi bervariasi di berbagai belahan dunia. Studi epidemiologi dari
seluruh dunia memperkirakan prevalensi psoriasis berkisar antara 0,6 sampai
2
4,8%. Prevalensi psoriasis bervariasi berdasarkan wilayah geografis serta
etnis. Di Amerika Serikat, psoriasis terjadi pada kurang lebih 2% populasi
dengan ditemukannya jumlah kasus baru sekitar 150,000 per tahun. Pada
sebuah studi, insidensi tertinggi ditemukan di pulau Faeroe yaitu sebesar
2,8%. Insidensi yang rendah ditemukan di Asia (0,4%) misalnya Jepang dan
pada ras Amerika-Afrika (1,3%). Sementara itu psoriasis tidak ditemukan
pada suku Aborigin Australia dan Indian yang berasal dari Amerika Selatan.
Pria dan wanita memiliki kemungkinan terkena yang sama
besar.Beberapa pengamatan terakhir menunjukkan bahwa psoriasis sedikit
lebih sering terjadi pada pria dibanding wanita. Sementara pada sebuah studi
yang meneliti pengaruh jenis kelamin dan usia pada prevalensi psoriasis,
ditemukan bahwa pada pasien yang berusia lebih muda (<20 tahun) prevalensi
psoriasis ditemukan lebih tinggi pada wanita dibandingkan pria.
Psoriasis dapat mengenai semua usia dan telah dilaporkan terjadi saat
lahir dan pada orang yang berusia lanjut. Penelitian mengenai onset usia
psoriasis mengalami banyak kesulitan dalam hal keakuratan data karena
biasanya ditentukan berdasarkan ingatan pasien tentang onset terjadinya dan
rekam medis yang dibuat dokter saat kunjungan awal. Beberapa penelitian
berskala besar telah menunjukkan bahwa usia rata-rata penderita psoriasis
episode pertama yaitu berkisar sekitar 15-20 tahun, dengan usia tertinggi
2
kedua pada 55-60 tahun. Sementara penelitian lainnya misalnya studi
prevalensi psoriasis di Spanyol, Inggris dan Norwegia menunjukkan bahwa
3
terdapat penurunan prevalensi psoriasis dengan meningkatnya usia. Auspitz,
dan Kobner. Psoriasis ini juga disebut dengan psoriasis vulgaris.
Psoriasis bentuk berat adalah psoriasis yang luas, psoriasis pustulosa
generalisata, psoriasis eritroderma, dan psoriasis arthritis,dan umumnya 1/3
kasus termasuk dalam kategori ini. Kualitas hidup pasien menjadi perhatian
utama, walaupun seseorang dengan lesi tidak luas namun mengganggu
kualitas hidupnya dapat dikategorikan berat. Lesi sering terasa gatal, panas
dan kering. Garukan atau trauma akan memicu reaksi Koebner, yaitu timbul
lesi baru pada daerah tersebut. Berbagai faktor dapat menimbulkan
kekambuhan antara lain: trauma, infeksi, faktor endokrin, hipokalsemia, stress
emosional, obat-obatan (antimalaria, litium, beta andrenergic blocking agent)
dan alkohol.
B. Diagnosis psoriasis
Biasanya ditegakkan berdasarkan anamnesis dan gambaran klinis lesi
kulit. Pada kasus-kasus tertentu, dibutuhkan pemeriksaan penunjang seperti
pemeriksaan laboratorium darah dan biopsi histopatologi.
Pemeriksaan penunjang yang paling umum dilakukan untuk
mengkonfirmasi suatu psoriasis ialah biopsi kulit dengan menggunakan
pewarnaan hematoksilin-eosin. Pada umumnya akan tampak penebalan
epidermis atau akantosis serta elongasi rete ridges. Terjadi diferensiasi
keratinosit yang ditandai dengan hilangnya stratum granulosum. Stratum
korneum juga mengalami penebalan dan terdapat retensi inti sel pada lapisan
ini yang disebut dengan parakeratosis. Tampak neutrofil dan limfosit yang
bermigrasi dari dermis. Sekumpulan neutrofil dapat membentuk mikroabses
Munro. Pada dermis akan tampak tanda-tanda inflamasi seperti
hipervaskularitas dan dilatasi serta edema papila dermis. Infiltrat dermis
terdiri dari neutrofil, makrofag, limfosit dan sel mast.
Selain biopsi kulit, abnormalitas laboratorium pada penderita psoriasis
biasanya bersifat tidak spesifik dan mungkin tidak ditemukan pada semua
pasien. Pada psoriasis vulgaris yang luas, psoriasis pustular generalisata, dan
eritroderma tampak penurunan serum albumin yang merupakan indikator
keseimbangan nitrogen negatif dengan inflamasi kronis dan hilangnya protein
pada kulit. Peningkatan marker inflamasi sistemik seperti C-reactive protein,
α-2 makroglobulin, dan erythrocyte sedimentation rate dapat terlihat pada
kasus-kasus yang berat. Pada penderita dengan psoriasis yang luas dapat
ditemukan peningkatan kadar asam urat serum. Selain daripada itu penderita
psoriasis juga menunjukkan gangguan profil lipid (peningkatan high density
lipoprotein, rasio kolesterol-trigliserida serta plasma apolipoprotein- A1)
C. Penatalaksanaan
Saat ini terdapat berbagai pengobatan psoriasis yang aman dan efektif.
Pengobatan tersebut memperbaiki keadaan kulit serta mengurangi keluhan
gatal. Dari banyaknya jenis pengobatan, hanya sebagian kecil saja pengobatan
psoriasis dapat membersihkan kelainan kulit. Proses tersebut
dinamakan clearance atau remisi. Setelah remisi masih diperlukan pengobatan
lanjutan (pengobatan pemeliharaan) yang diberikan dalam jangka waktu lama
untuk mempertahankan remisi atau mengontrol timbulnya kelainan kulit baru.
Sampai saat ini belum ada obat yang dapat menyembuhkan psoriasis secara
total. Semua pengobatan yang ada hanya dapat menekan gejala psoriasis.
Sebagian besar penderita tidak pernah mencapai suatu keadaan remisi yang
bebas pengobatan.

Tujuan pengobatan pada psoriasis ialah mengurangi keparahan (derajat


kemerahan, tebal dan sisik) dan luas kelainan kulit sedemikian rupa sehingga
penyakit tidak lagi menunggu pekerjaan, kehidupan pribadi dan sosial, dan
kesejahteraan penderita. Agar perawatan ini berhasil, diperlukan kerjasama
antara dokter dan penderita.
Hal lain yang harus diperhatikan sebelum memilih pengobatan psoriasis
adalah derajat keparahan yang diderita. Juga lokasi penyakit, tipe, usia dan
jenis kelamin juga riwayat kesehatan penderita. Langkah pertama yang
dilakukan adalah pengobatan luar (topical). Langkah ini dapat dilakukan untuk
penderita psoriasis ringan dengan luas kelainan kulit kurang dari 5 persen. Obat
yang bisa digunakan antara lain ter batubara, kortikosteroid, calcipotriol,
antralim, retinoid topical (tazaroten), asam salisilat, pimekrolimus, emolien dan
keratolitik.

Langkah kedua atau fototerapi biasanya dipakai untuk mengobati


psoriasis yang berhasil dengan pengobatantopical. Langkah ketiga adalah
pengobatan sistemik, yaitu obat yang dimakan atau dimasukkan melalui suntik.
Obat tersebut akan diserap dan masuk ke dalam aliran darah kemudian tersebar
ke seluruh tubuh.

Obat sistemik biasanya disediakan khusus untuk psoriasis sedang


sampai berat, atau psoriasis arthritis berat (disertai dengan cacat tubuh). Juga
dipakai untuk psoriasis eritroderma atau psoriasis pustulosa. (AS/E-5)

Cara pengobatan ortodoks, biasanya menggunakan pengolesan obat


luar, seperti salf, krim, dan lotion, tetapi teknik pelaksanaan bisa berbeda beda
dari mulai dengan mandi ter (tar). Sampai fotokemoterapi. Dengan
menggunaka senar lesser. Sekali lagi hasilnya tidak selalu konsisten dari
berhasil sampi gagal dan tidak ada gunanya. Zalf campuran steroid dan flourin,
injeksi steroid, dan glukokortikosteroid sering juga digunakan, namun harus
diawasi dan dipantau oleh dokter dengan ketat, sebab sering mengakibatkan
efek samping yang buruk.

i. Penjelasan tentang penyakit, jenis obat yang dapat mengatasi dan tersedia
di wilayah kerja, efek samping obat-obatan. Kompromi pengobatan
dengan pasien agar mendapat kepatuhan yang tinggi
ii. Psoriasis ringan bila luas lesi < 15% luas permukaan tubuh.
iii. Terapi topikal:
a) Pelembab: vaselin album, urea 10%
b) Terlikuor karbonis detergen 5-10%, (untuk kulit dan skalp) dan asam
salsilat 3% tidak boleh untuk daerah lipatan
c) Kortikosteroid poten-superpoten (tidak lebih dari 50gram/minggu),
dalam waktu kurang dari dua minggu), untuk daerah lipatan pakai
kortiko-steroid lemah –sedang tergantung ketebalan lesi.
d) Antralin 2%
e) Kalsipotriol (vitamin D3 analog) topical
f) Tazaroten
g) Lebih dari 15% atau bila rekalsitran
h) Fototerapi UVB, PUVA
Psoriasis berat
a) Fototerapi: UVB/PUVA
b) Pengobatan sistemik: metotreksat, asitretin, siklosporin,terapi biologi
antara lain infliximab, alefacept, etanercept dan efalizumab.

Gambar. Psoriasis

Anda mungkin juga menyukai