Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Diabetes sudah dikenal sejak berabad-abad sebelum Masehi. Pada


Papyrus Ebers di Mesir ± 1500 SM, digambarkan adanya penyakit dengan
tanda-tanda banyak kencing (Miharja, 2008).
Menurut American Diabetes Association (ADA) 2005, Diabetes
melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya. Sedangkan menurut WHO 1980 dikatakan bahwa diabetes
melitus merupakan sesuatu yang tidak dapat dituangkan dalam satu jawaban
yang jelas dan singkat tapi secara umum dapat dikatakan sebagai suatu
kumpulan problema anatomik dan kimiawi yang merupakan akibat dari
sejumlah faktor di mana didapat defisiensi insulin absolut atau relatif dan
gangguan fungsi insulin (Budhiarta, et, al, 2006).
Secara epidemiologi, diperkirakan bahwa pada tahun 2030
prevalensi Diabetes Melitus (DM) di Indonesia mencapai 21,3 juta orang
(Diabetes Care, 2004). Sedangkan hasil Riset kesehatan Dasar (Riskesdas)
tahun 2007, diperoleh bahwa proporsi penyebab kematian akibat DM pada
kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki ranking ke-2
yaitu 14,7%. Dan daerah pedesaan, DM menduduki ranking ke-6 yaitu
5,8%. memperingati Hari Diabetes Sedunia 2009, 5 November 2009 di
Jakarta.
Diabetes Melitus terdiri dari dua tipe yaitu tipe pertama DM yang
disebabkan keturunan dan tipe kedua disebabkan life style atau gaya hidup.
Secara umum, hampir 80 % prevalensi diabetes melitus adalah DM tipe 2.
Ini berarti gaya hidup/life style yang tidak sehat menjadi pemicu utama
meningkatnya prevalensi DM. Bila dicermati, penduduk dengan obes
mempunyai risiko terkena DM lebih besar dari penduduk yang tidak obes
(Susanto, 2009).

1
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian diabetes mellitus ?
2. Bagaimana etiologi dan tipe-tipe diabetes mellitus ?
3. Apa faktor predisposisi diabetes mellitus ?
4. Bagaimana patofisiologi dan pathway diabetes mellitus ?
5. Bagaimana tanda dan gejala diabetes mellitus ?
6. Bagaimana pemeriksaan penunjang diabetes mellitus ?
7. Bagaimana penatalaksanaan diabetes mellitus?
8. Bagaimana komplikasi diabetes mellitus ?
9. Bagaimana dischart planning diabetes mellitus?
10. Bagaimana masalah dan perawatan diabetes mellitus?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian diabetes mellitus.
2. Untuk mengetahui etiologi dan tipe-tipe diabetes mellitus
3. Untuk mengetahui faktor predisposisi diabetes mellitus
4. Untuk mengetahui patofisiologi dan pathway diabetes mellitus
5. Untuk mengetahui tanda dan gejala diabetes mellitus
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang diabetes mellitus
7. Untuk mengetahui Penatalaksanaan diabetes mellitus
8. Untuk mengetahui komplikasi diabetes mellitus
9. Untuk mengetahui dischart planning diabetes mellitus
10. Untuk mengetahui Masalah dan perawatan diabetes mellitus

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1. Pengertian

Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang


ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.
(Brunner dan Suddarth, 2002).
Diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai
berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang
menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan

2
pembuluh darah, disertai lesi/ perlukaan pada membran basalis dalam
pemerisaan dengan menggunakan mikroskop elektron (Arif, et al, 2001)
2.2. Etiologi

Pada lansia cenderung terjadi peningkatan berat badan, bukan


karena mengkonsumsi kalori berlebih namun karena perubahan rasio
lemak-otot dan penurunan laju metabolisme basal.
Proses menua/kemunduran (Penurunan sensitifitas indra pengecap,
penurunan fungsi pankreas, dan penurunan kualitas insulin sehingga
insulin tidak berfungsi dengan baik). Gaya hidup (life style) keberadaan
penyakit lain, sering menderita stress juga dapat menjadi penyebab
terjadinya diabetes mellitus.Selain itu perubahan fungsi fisik yang
menyebabkan keletihan dapat menutupi tanda dan gejala diabetes dan
menghalangi lansia untuk mencari bantuan medis dan infeksi yang sering
merupakan indikator diabetes.
1. Diabetes tipe I:
a. Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah
terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada
individu yang memiliki tipe antigen HLA.

b. Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana
antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi
terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai
jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans
dan insulin endogen.

2. Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik
memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :

3
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65
th)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga

2.3. Faktor Predisposisi

Diabetes melitus disebabkan oleh faktor :


1. Faktor demografi
a. Jumlah penduduk meningkat
b. Penduduk berumur > 40 tahun meningkat
c. Urbanisasi
2. Gaya hidup yang kebarat-baratan
a. Pendapatan perkapita tinggi
b. Restoran cepat saji
c. Hidup santai
3. Berkurangnya penyakit infeksi dan kurang gizi
Beberapa faktor yang sering merupakan faktor pencetus diabetes melitus
adalah:
a. Kurang gerak/malas
b. Makanan berlebihan
c. Kehamilan
d. Kekurangan produksi hormon insulin
e. Penyakit hormon yang kerjanya berlawanan dengan insulin
f. Adanya infeksi virus (pada DM tipe 1)
g. Minum obat-obatan yang bisa menaikkan kadar glukosa darah
h. Proses menua
2.4. Patofisiologi
Pengolahan bahan makanan dimulai dari mulut kemudian ke lambung
dan selanjutnya ke usus. Di dalam saluran pencernaan, makanan yang terdiri dari
karbohidrat dipecah menjadi glukosa, protein dipecah menjadi asam amino dan
lemak menjadi asam lemak.

4
Dalam proses metabolisme insulin memegang peranan penting
yaitu memasukkan glukosa ke dalam sel yang digunakan sebagai bahan
bakar. Insulin adalah suatu zat atau hormon yang dihasilkan oleh sel beta
di pankreas, bila insulin tidak ada maka glukosa tidak dapat masuk sel
dengan akibat glukosa akan tetap berada di pembuluh darah yang artinya
kadar glukosa di dalam darah meningkat.

Pada Diabetes melitus tipe 1 terjadi kelainan sekresi insulin oleh


sel beta pankreas. Pasien diabetes tipe ini mewarisi kerentanan genetik
yang merupakan predisposisi untuk kerusakan autoimun sel beta pankreas.
Respon autoimun dipacu oleh aktivitas limfosit, antibodi terhadap sel
pulau langerhans dan terhadap insulin itu sendiri.

Pada diabetes melitus tipe 2 jumlah insulin normal, tetapi jumlah


reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang sehingga
glukosa yang masuk ke dalam sel sedikit dan glukosa dalam darah menjadi
meningkat.

2.5. Tanda dan Gejala.


Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut
yang sering ditemukan adalah :

1. Katarak
2. Glaukoma
3. Retinopati
4. Gatal seluruh badan
5. Infeksi jamur di kulit
6. Dermatopati
7. Neuropati perifer
8. Neuropati viseral
9. Amiotropi
10. Penyakit ginjal
11. Penyakit pembuluh darah perifer
12. Penyakit koroner

5
13. Hipertensi

2.6. Pemeriksaan Penunjang

1. Glukosa darah sewaktu


2. Kadar glukosa darah puasa
3. Tes toleransi glukosa
Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM
(mg/dl)

Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2


kali pemeriksaan :

1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)


2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200
mg/dl

2.7. Penatalaksanaan

Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan


aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi
komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe
diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal.
Ada komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
a. Diet
prinsip diet pasien DM 3 J jumlah, jam, jenis. Komposisi jumlah
makanan energy 60- 70%, karohidrat 10-15 % dan protein 20-25 %
dari lemak

6
Table Jenis Diet Diabetes Mellitus Menurut Kandungan
Energi, Karbohidrat, Protein Dan Lemak

Jenis diet Energi (kal) Karbohidrat (g) Protein (g) Lemak (g)
I 1100 172 43 30
II 1300 192 45 35
III 1500 235 51,5 36,5
IV 1700 275 55,5 36,5
V 1900 299 60 48
VI 2100 319 62 53
VII 2300 369 73 59
VIII 2500 396 80 62

Keterangan :
1) Jenis diet I s/d III diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk
2) Jenis diet IV s/d V diberikan kepada penderita diabetes tanpa komplikasi
3) Jenis diet VI s/d VIII diberikan kepada penderita yang kurus,diabetes
remaja atau diabetes dengan komplikasi

b. Latihan
Latihan juga diperlukan untuk membantu mencegah diabetes.
Pemeriksaan sebelum latihan sebaiknya dilakukan untuk memastikan bahwa
klien lansia secara fisik mampu mengikuti program latihan kebugaran..
Berjalan atau berenang, dua aktivitas dengan dampak rendah, merupakan
permulaan yang sangat baik untuk para pemula. Untuk lansia dengan
NIDDM, olahraga dapat secara langsung meningkatkan fungsi fisiologis
dengan mengurangi kadar glukosa darah, meningkatkan stamina dan
kesejahteraan emosional, dan meningkatkan sirkulasi, serta membantu
menurunkan berat badan.
i. Pemantauan
Pada pasien dengan diabetes, kadar glukosa darah harus selalu
diperiksa secara rutin. Selain itu, perubahan berat badan lansia
juga harus dipantau untuk mengetahui terjadinya obesitas yang
dapat meningkatkan resiko DM pada lansia.
j. Terapi (jika diperlukan)

7
Sulfoniluria adalah kelompok obat yang paling sering
diresepkan dan efektif hanya untuk penanganan NIDDM.
Pemberian insulin juga dapat dilakukan untuk mepertahankan
kadar glukosa darah

2.8. Komplikasi Diabetes Melitus

1. Komplikasi akut
a. Diabetes ketoasidosis
Diabetes ketoasidosis adalah akibat yang berat dari deficit insulin
yang berat pada jaringan adipose, otot skeletal, dan hepar.
Jaringan tersebut termasuk sangat sensitive terhadap kekurangan
insulin. DKA dapat dicetuskan oleh infeksi ( penyakit)
2. Komplikasi kronis:
a. Retinopati diabetic
Lesi paling awal yang timbul adalah mikroaneurism pada
pembuluh retina. Terdapat pula bagian iskemik, yaitu retina akibat
berkurangnya aliran darah retina. Respon terhadap iskemik retina
ini adalah pembentukan pembuluh darah baru, tetapi pembuluh
darah tersebut sangat rapuh sehingga mudah pecah dan dapat
mengakibatkan perdarahan vitreous. Perdarahan ini bisa
mengakibatkan ablasio retina atau berulang yang mengakibatkan
kebutaan permanen.
sering ditemukan adalah neuropati perifer dan autonomic.
b. .Hipertensi
pada pasien dengan DM tipe 1 menunjukkan penyakit ginjal,
mikroalbuminuria, atau proteinuria. Pada pasien dengan DM tipe
2, hipertensi bisa menjadi hipertensi esensial. Hipertensi harus
secepat mungkin diketahuin dan ditangani karena bisa
memperberat retinopati, nepropati, dan penyakit makrovaskular.
c. Kaki diabetic
Ada tiga factor yang berperan dalam kaki diabetic yaitu
neuropati, iskemia, dan sepsis. Biasanya amputasi harus

8
dilakukan. Hilanggnya sensori pada kaki mengakibatkan trauma
dan potensial untuk ulkus. Perubahan mikrovaskuler dan
makrovaskuler dapat mengakibatkan iskemia jaringan dan sepsis.
Neuropati, iskemia, dan sepsis bisa menyebabkan gangrene dan
amputasi.

2.9. Dischart Planing

Pada Pasien Diabetes Militus Pada Lansia

1. Pertimbangan Pulang Pasien Diabetes Mellitus


a. Perawatan evaluasi
b. Modifikasi diet
c. Program latihan terencana
d. Tanda dan gejala hipoglikemia dengan intervensi
e. Penatalaksanaanterapi insulin
f. Agensi pendukung komunit
g. Pemantauan glukosa darah
2. Penatalaksanaan Diabetes Militus
Pada dasarnya, pengelolaan diabetes mellitus dimulai dengan

pengaturan makan disertai dengan latihan jasmani yang cukup selama

beberapa waktu (2-4 minggu). Bila setelah itu kadar glukosa darah masih

belum dapat memenuhi kadar sasaran metabolik yang diinginkan, baru

dilakukan intervensi farmakologik dengan obat-obat anti diabetes oral atau

suntikan insulin sesuai dengan indikasi. Dalam keadaan dekompensasi

metabolic berat, misalnya ketoasidosis, diabetes dengan stress berat, berat

badan yang menurun dengan cepat, insulin dapat segera diberikan. Pada

keadaan tertentu obat-obat anti diabetes juga dapat digunakan sesuai

dengan indikasi dan dosis menurut petunjuk dokter. Pemantauan kadar

glukosa darah bila dimungkinkan dapat dilakukan sendiri di rumah, setelah


Mendapat pelatihan khusus untuk itu (PERKENI, 2006).
Empat pilar utama dalam penatalaksanaan Diabetes Mellitus

menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Konsensus

9
PERKENI, 2011) meliputi edukasi, terapi nutrisi medis, aktivitas fisik

dan manajemen obat. Berikut 4 pilarutamapenanganan DM:


1. Edukasi
Edukasi dengan tujuan promosi hidupsehat, perlu selalu

dilakukan sebagai bagian dari upaya pencegahan dan merupakan

bagian yang sangat penting dari pengelolaan diabetes mellitus

secara holistik.
2. Terapi nutrisi medis
Terapi Nutrisi Medis (TNM) merupakan bagian dari

penatalaksanaan diabetes mellitus secara total.


Setiap penyandang diabetes mellitus sebaiknya

mendapat TNM sesuai dengan kebutuhannya guna mencapai

sasaran terapi. Prinsip pengaturan makan pada penyandang

diabetes mellitus hampir sama dengan anjuran makan untuk

masyarakat umum yaitu makanan yang seimbang dan sesuai

dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu.

Pada penyandang diabetes mellitus perlu ditekankan pentingnya

keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis, dan jumlah

makanan, terutama pada mereka yang menggunakan insulin.


3. Komposisi makanan yang dianjurkan
a. Karbohidrat
b. Lemak
c. Protein
d. Natrium
e. Serat.
4. Kebutuhan kalori
Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang

dibutuhkan penyandang diabetes mellitus. Di antaranya adalah

dengan memperhitungkan kebutuhan kalori basal yang besarnya

25-30 kalori/kgBB ideal, ditambah atau dikurangi bergantung pada

10
beberapa faktor seperti: jenis kelamin, umur,aktivitas, berat badan,

dll.
Perhitungan berat badan Ideal (BBI) dengan rumus Brocca yang

dimodifikasi adalah sebagai berikut:


a. BBI = 90% x (TB dalam cm - 100) x 1 kg.
b. Bagi pria dengan tinggi badan di bawah 160 cm
Dan wanita di bawah 150 cm, rumus dimodifikasi menjadi :
BBI = (TB dalam cm - 100) x 1 kg.
BB Normal : BB ideal ± 10 %
Kurus :< BBI - 10 %
Gemuk :> BBI + 10 %
Perhitungan berat badan ideal menurut Indeks Massa Tubuh (IMT).

Indeks massa tubuh dapat dihitung dengan rumus: IMT = BB(kg)/

TB(m2)
2.10 Masalah dan Keperawatannya

Perawatan kaki pada penderita diabetes mellitus

Seorang penderita Diabetes Mellitus (DM) harus selalu


memperhatikan dan menjaga kebersihan kaki, melatihnya secara baik
walaupun belum terjadi komplikasi. Jika tidak dirawat, dikhawatirkan suatu
saat kaki penderita akan mengalami gangguan peredaran darah dan kerusakan
syaraf yang menyebabkan berkurangnya sensitivitas terhadap rasa sakit,
sehingga penderita mudah mengalami cedera tanpa ia sadari.

Dengan kadar glukosa darah yang selalu tinggi dan rasa sakit yang
hampir tidak dirasakan, maka luka kecil yang tidak mendapat perhatian akan
cepat menjadi borok yang besar. Tanpa pengobatan cukup dan istirahat total,
borok di kaki bisa menjadi gangren (busuk). Kadangkala kerusakan di kaki
yang makin parah akan berakhir pada amputasi.

Masalah yang sering timbul pada kaki, antara lain kapalan, mata ikan,
melepuh, cantengan (kuku masuk ke dalam), kulit kaki retak, dan luka akibat
kutu air, kutil pada telapak kaki, radang ibu jari kaki (jari seperti martil).

Di bawah ini ada beberapa langkah dalam melakukan perawatan kaki, antara
lain sebagai berikut.

11
a. Periksalah kaki setiap hari untuk menemukan lecet atau luka secara
dini. Lakukan minimal satu kali dalam sehari.

b. Cuci kaki setiap hari dengan air hangat dan sabun, lalu keringkan.
Berikan perhatian khusus pada sela-sela jari kaki.

c. Bila kulit kaki kering dan pecah-pecah, oleskan cream atau lotion
pelembab untuk kulit, tapi hindari sela-sela jari kaki.

d. Jangan berjalan tanpa alas kaki, baik di dalam maupun di luar rumah.

e. Usahakan kaki selalu dalam keadaan hangat dan kering. Untuk itu
gunakan kaos kaki atau stocking dari bahan katun dan sepatu dengan
bahan kulit. Jangan lupa untuk mengganti kaos kaki atau stocking
setiap hari.

f. Jangan memakai sepatu atau kaos kaki yang kekecilan (terlalu sempit)
dan periksa sepatu setiap hari sebelum dipakai, pastikan tidak ada
kerikil atau benda kecil lain di dalam sepatu yang dapat melukai kaki.

g. Gunting kuku secara merata melintang. Bila ada kuku yang tumbuh
ke dalam daging dan terinfeksi segera periksakan ke dokter.

h. Saat kaki terasa dingin, gunakan kaos kaki. Jangan merendam atau
mengompres kaki dengan air hangat atau panas, dan jangan gunakan
botol panas atau peralatan listrik karena respon kaki terhadap rasa
panas sudah berkurang sehingga tidak terasa bila kaki sampai
melepuh.

i. Jangan menggunakan pisau atau silet untuk mengurangi kapalan.

j. Jangan menggunakan obat-obat tanpa anjuran dokter untuk


menghilangkan mata ikan.

k. Jangan membiarkan luka sekecil apapun pada kaki, segera obati dan
periksakan ke dokter

12
Penderita DM juga dianjurkan melakukan latihan kaki untuk
memperbaiki aliran darah tungkai bawah, pergelangan kaki, telapak kaki, dan
jari-jari kaki. Cara melakukan latihan kaki, sebagai berikut.

a. Berjalan cepat setiap hari selama 30-60 menit. Usahakan jarak


tempuhnya setiap hari semakin jauh.

b. Naik tangga dengan menggunakan telapak kaki bagian depan. Kalau


tidak ada tangga, berjalanlah di tempat dengan hanya menggunakan
jari-jari kaki.

c. Duduk tegak pada kursi, kedua tangan dilipat dan disedekapkan pada
dada. Lakukan gerakan duduk dan bangun berulang-ulang.

d. Berdiri tegak di belakang kursi. Kedua tangan memegang sandaran


kursi. Angkat kedua tumit secara serentak ke atas dan kebawah secara
berulang-ulang.

e. Berdiri tegak di samping kursi. Satu tangan memegang sandaran


kursi. Lipat kedua lutut secara serentak sampai paha pada posisi
horisontal dan kedua tumit terangkat. Lakukan gerakan tersebut
kemudian berdiri tegak kembali secara berulang-ulang.

f. Berdiri tegak pada satu kaki di atas sebuah alas setebal 10 cm. Satu
tangan berpegangan pada dinding atau sandaran kursi. Ayunkan kaki
ke depan dan ke belakang secara berulang-ulang. Lakukan juga pada
kaki yang satunya.

g. Duduklah pada lantai sambil bersandar ke dinding. Kedua kaki lurus


ke depan. Naikkan sebelah kaki pada posisi lurus, lalu putar pada
pergelangan kaki searah jarum jam. Lakukan berganti-ganti dengan
kaki yang lain.

Catatan :

13
• Latihan kaki pada point 2 sampai 7, setiap kali dilakukan sampai sepuluh
kali hitungan. Dapat diulang bila perlu dan bila penderita tidak merasa lelah.

• Banyak variasi gerakan yang dapat dipraktekkan, yang penting jari kaki dan
otot-otot kedua kaki beserta persendiannya dilatih setiap hari.

• Hindari berlatih pada suhu terlalu dingin atau terlalu panas.

Jika penderita dm hendak melakukan perjalanan

Kondisi seseorang dengan DM tentunya membutuhkan persiapan khusus


ketika akan melakukan perjalanan, antara lain sebagai berikut.

a. Bawalah kartu identitas diabetes, supaya jika terjadi sesuatu hal yang
tidak diinginkan di perjalanan, orang lain dapat memberikan
pertolongan dengan berpedoman bahwa Anda adalah seorang
penderita DM.

b. Sebelum berangkat, periksa glukosa darah dan kesehatan secara


umum.

c. Gunakan pakaian yang lebih ringan dan menyerap keringat.

d. Gunakan sepatu lama yang paling nyaman, jangan gunakan sepatu


baru untuk menghindari lecet pada kaki.

e. Bawalah obat-obat yang biasa dikonsumsi, dan jika mempunyai,


bawalah alat cek gula darah (glukometer dan stripnya).

f. Bawalah makanan kecil, permen atau kembang gula (bukan permen


rendah kalori) untuk mengatasi jika sewaktu-waktu terjadi
hipoglikemi.

g. Selama perjalanan, usahakan makan dan minum sesuai kebiasaan di


rumah.

14
h. Perjalanan melintasi wilayah dengan perbedaan waktu memerlukan
penyesuaian jadwal makan dan obat-obatan.

i. Tetap perhatikan kesehatan kaki selama perjalanan

Banyaknya kasus DM yang terjadi, tentunya menjadikan kita lebih


waspada, terutama jika kita mempunyai faktor risiko untuk menderita DM.
Sebisa mungkin kita hindari hal-hal yang dapat menyebabkan munculnya
penyakit ini. Yaitu dengan merubah pola makan yang tidak sehat, dan
tentunya disertai dengan latihan (olah raga) secara teratur. (dr. Avie
Andriyani).

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Diabetes mellitus merupakan suatu kumpulan gejala yang timbul
pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula
(glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif. Tipe-
tipe diabetes mellitus ada dua yaitu diabetes mellitus tipe 1 yaitu disebabkan
karena sel beta pada pankreas sedikit atau tidak dapat memproduksi insulin,
sedangkan tipe 2 yaitu pankreas tetap menghasilkan insulin, kadang
kadarnya lebih tinggi dari normal.
Dalam proses metabolisme insulin memegang peranan penting yaitu
memasukkan glukosa ke dalam sel yang digunakan sebagai bahan bakar. Bila

15
insulin tidak ada maka glukosa tidak dapat masuk sel dengan akibat glukosa akan
tetap berada di pembuluh darah yang artinya kadar glukosa di dalam darah
meningkat. Pada Diabetes melitus tipe 1 terjadi kelainan sekresi insulin oleh sel
beta pankreas. Diabetes tipe ini mewarisi kerentanan genetik yang merupakan
predisposisi untuk kerusakan autoimun sel beta pankreas. Pada diabetes melitus
tipe 2 jumlah insulin normal, tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada
permukaan sel yang kurang sehingga glukosa yang masuk ke dalam sel sedikit dan
glukosa dalam darah menjadi meningkat.

3.2 Saran
1. Dengan mengetahui asuahan keperawatan pada penderita diabetes melitus
pada lansia kita dapat melakukan pencegahan agar penyakit yang timbul
tidak menuju keparahan
2. Pada pasien DM pada lansia kita harus mewaspadai adanya perubahan
fungsi fisiologis maupun psikologisnya untuk mengantisipasi komplikasi
maupun kegawat daruratan pada penderita DM seperti hipoglikemi
maupun respon stres yang timbul pada lansia tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih
bahasa I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati, Jakarta : EGC,

Kushariyadi.2010. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia

Jakarta : Salemba Medika

Luecknote, Annette Geisler. 1997. Pengkajian Gerontologi alih bahasa Aniek


Maryunani, Jakarta:EGC.

16
Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1edisi 3, Jakarta :
Media Aesculaius

Mary Baradero, Mary Wilfrid dan Yakobus Siswandi. 2009.Klien Gangguan


Endokrin: Seri AsuhanKeperawatan,Jakarta : EGC

Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal


Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara,
Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC

17

Anda mungkin juga menyukai