Anda di halaman 1dari 26

i

Keterampilan Proses Sains

( Makalah Teori Belajar dan Pembelajaran )

Disusun Oleh :

1. Fathoni Ahmad (1513022045)


2. Leli Hartina (1513022021)
3. Rita Ariska (1513022069)

PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2016

I
ii

KATA PENGANTAR

Terpujilah Allah, dengan segala Kemutlakan-Nya, Penciptaan-Nya, kekuasaan


dan kekuatan-Nya, Kesucian-Nya, Kemurahan-Nya dan segala ke-Maha-an yang
hanya Milik-Nya semata, yang tiada sesuatu kekuatan pun yang bisa menandingi-
Nya. Keagungan, kehormatan dan kesejahteraan tertuju pula kepada pembawa
risalah-Nya, Rasulullah SAW.

Alhamdulillah, dengan segala kerendahan hati, atas rahmat dan karunia yang telah
diberikan Allah SWT, penulis berhasil menyelesaikan penulisan makalah Teori
Belajar dan Pembelajaran yang berjudul “Keterampilan Proses Sains”. Tentu saja
makalah ini masih memiliki keterbatasan dalam berbagai hal. Oleh karena itu
koreksi, saran dan kritik membangun dari para pembaca akan menjadi pendorong
penulis untuk terus menerus melakukan perbaikan dan pengembangan pada masa-
masa yang akan datang.

Pada kesempatan ini juga penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing Mata Kuliah Teori
Belajar dan Pembelajaran dan rekan-rekan mahasiswa dan khususnya yang secara
langsung memberikan dorongan dan dukungan atas terselesaikannya makalah ini.

Akhirnya, dengan segala kelebihan dan kelemahan yang terdapat dalam makalah
ini, kritik dan saran penulis harapkan untuk perbaikan selanjutnya.

Bandarlampung, 25 September 2016

Penulis

II
iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1


1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................2
1.3 Tujuan ..........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Keterampilan Proses Sains .........................................................3
2.2 Pentingnya Keterampilan Proses Sains ........................................................4
2.3 Indikator Keterapilan Proses Sains ..............................................................8
2.4 Langkah-langkah yang dilakukan dalam keterampilan proses Sains .........15
2.5 Komponen Penilaian Keterampilan Proses sains .......................................16
2.6 Pelaksanaan Penilaian Keterampilan Proses sains .....................................17
2.7 Penyusunan Instrumen Penialain Keterampilan Proses Sains ....................18

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan.................................................................................................21
3.1 Saran ...........................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 23

III
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sains terbentuk dan berkembang melalui suatu proses ilmiah. Dalam


pembelajaran sains, proses ilmiah tersebut harus dikembangkan pada siswa
sebagai pengalaman yang bermakna. Sains terdiri dari produk dan proses,
dimana produk meliputi fakta, konsep, prinsip, teori, hukum. Sedangkan
proses terdiri dari keterampilan dasar yang biasa digunakan dalam bekerja
ilmiah. Oleh karena itu, sains sebagai produk dan sebagai proses tidak dapat
dipisahkan satu sama lain.

Berdasarkan hal di atas sains harus disampaikan pada siswa secara utuh baik
sikap ilmiah, proses ilmiah maupun produk ilmiah dengan melibatkan
partisipasi siswa dalam pembelajaran.

Salah satu komponen penting dalam sistem pembelajaran adalah penilaian


atau evaluasi. Oleh karena itu, perangkat penilaian merupakan bagian integral
yang dikembangkan berdasarkan tuntutan tujuan pendidikan. Dalam konteks
pembelajaran di kelas, penilaian dilakukan oleh guru untuk mengukur
perkembangan hasil belajar siswa sebagaimana yang dirumuskan dalam tujuan
pembelajaran. Selain itu, penilaian juga dilakukan untuk mendiagnosis
kesulitan belajar dan memberikan umpan balik kepada siswa. Dengan
demikian, penilaian dilakukan secara terus menerus guna memastikan
terjadinya kemajuan dalam belajar siswa. Hasil penilaian yang diperoleh,
dapat dijadikan sebagai dasar menentukan keputusan tentang upaya perbaikan
pembelajaran. Dalam hal ini upaya bimbingan terhadap siswa, yang
diperlukan untuk memperbaiki hasil pembelajaran.

1
2

Dalam sifat kentetativan ilmu pengetahuan, guru tidaklah mungkin dapat


mengajarkan semua konten dalam ilmu pengetahuan. Siswa dalam
keterbatasannya pun tidak mungkin dapat mengetahui semua fakta-fakta yang
telah ditemukan oleh para ilmuwan. Oleh karena itu, hal yang paling rasional
dapat dilakukan adalah siswa harus memahami metodologi kerja sains dan
memilki keterampilan dalam kerja ilmiah atau keterampilan proses sains.
Dengan hal itu, siswa memiliki kompetensi untuk dapat mengembangkan
sendiri pengetahuannya. Pada suatu saat, siswa mungkin saja dapat memberi
kontribusi dalam perkembangan ilmu pengetahuan.

1.2 Rumusan Masalah

a. Menjelaskan pengertian dari belajar keterampilan proses sains


b. Mendeskripsikan prinsip dan karakteristik belajar keterampilan proses
sains
c. Mengetahui pentingnya keterampilan proses sains
d. Menyebutkan indikator-indikator dalam belajar keterampilan proses sains
e. Mengetahui langkah-langkah penilaian keterampilan proses sains

1.3 Tujuan

a. Dapat mengetahui pengertian dari belajar keterampilan proses sains


b. Dapat mendeskripsikan prinsip dan karakteristik belajar keterampilan
proses sains
c. Dapat mengetahui pentingnya belajar keterampilan proses sains
d. Dapat menyebutkan indikator-indikator dalam belajar keterampilan proses
sains
e. Dapat mengetahui langkah-langkah penilaian keterampilan proses sains

2
3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Keterampilan Proses Sains

Keterampilan merupakan kemampuan menggunakan pikiran, nalar, dan


perbuatan secara efisien dan efektif untuk mencapai suatu hasil tertentu,
termasuk kreativitas. Proses didefinisikan sebagai perangkat keterampilan
kompleks yang digunakan ilmuwan dalam melakukan penelitian ilmiah. Proses
merupakan konsep besar yang dapat diuraikan menjadi komponen-komponen
yang harus dikuasai seseorang bila akan melakukan penelitian.

Menurut Harlen dalam Indrawati (1999: 3) keterampilan proses (prosess skill)


sebagai proses kognitif termasuk didalamnya juga interaksi dengan isinya
(content). Lebih lanjut Indrawati (1999:3) mengemukakan bahwa

“Keterampilan Proses merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah yang


terarah ( baik kognitif maupun psikomotor) yang dapat digunakan untuk
menemukan suatu konsep atau prinsip atau teori, untuk mengembangkan
konsep yang telah ada sebelumnya, ataupun untuk melakukan
penyangkalan terhadap suatu penemuan (falsifikasi)”.

Jadi Keterampilan proses sains merupakan keterampilan-keterampilan yang


dimiliki siswa untuk mencapai pengetahuan. Keseluruhan keterampilan ilmiah
ini menakup keterampilan kognitif, manual, dan sosial. Hal ini seperti yang
diungkapkan oleh Rustaman (2003: 3) bahwa “keterampilan proses sains
melibatkan keterampilan-keterampilan kognitif, manual dan sosial”.
Keterampilan kognitif atau intelektual jelas terlibat karena dalam proses
pembelajaran sains menggunakan pikirannya untuk menentukan tindakan-
tindakan apa saja yang harus diambil. Keterampilan manual terlibat dalam
keterampilan proses sains karena salah satu keterampilan merancang alat dan

3
4

bahan serta melakukan percobaan, dalam merancang alat dan menggunakan


alat ini lah keterampilan manual siswa terlibat. Selain keterampilan kognitif
dan manual, keterampilan sosial tentunya terlibat, karena dalam pembelajaran
yang menggunakan keterampilan proses sains, tentunya siswa harus
berinteraksi satu sama lain dalam mengemukakan hasil temuannya maupun
dalam mengemukakan gagasan hingga diperoleh hasil yang benar.

Dalam beberapa pernyataan di atas keterampilan proses sains adalah


keterampilan yang melibatkan keterampilan kognitif, manual dan soosial dan
diperlukan dalam kerja ilmiah yaitu untuk membuktikan suatu hukum atau
suatu hipotesis melalui eksperimen. Keterampilan proses sains sangat penting
dilatihkan dan dikembangkan dalam pembelajaran, karena dengan memiliki
keterampilan proses sains siswa akan lebih memahami apa yang dipelajari,
karena siswa tidak hanya dipelajari, karena siswa tidak hanya sekedar
memperoleh pengetahuan, akan tetapi menemukan pengetahuan itu sendiri.

2.2 Pentingnya Keterampilan Proses Sains

Keterampilan proses sains (KPS) adalah perangkat kemampuan kompleks yang


biasa digunakan oleh para ilmuwan dalam melakukan penyelidikan ilmiah ke
dalam rangkaian proses pembelajaran.

Penguasaan keterampilan proses dapat diukur dengan tes penampilan. Tes


penampilan (performance assesment) dapat diobservasi, jawabannya dapat
secara tertulis atau lisan. Dalam tes penampilan dapat diketahui keterampilan
dan cara berpikir responden atau siswa. Tes penampilan masih sangat jarang
dilakukan.

Dalam setiap tujuan pembelajaran (umum) untuk masing-masing pokok


bahasan atau konsep terdapat kata kerja berkenaan dengan perilakudan cara
mencapainya. Misalnya rumusan tujuan berikut: siswa memahami
ketergantunganantar makhluk hidup dengan melakukan pengamatan dan
menafsirkan hasil pengamatannya. Dalam rumusan tersebut nampak ada

4
5

konsep dan keterampilan proses sains (melakukan pengamatan, menafsirkan


hasil pengamatan).

Jika rumusan tujuan berikut: siswa mampu melakukan percobaan tentang arus
listrik, energi dan sumber energi listrik serta mampu menerapkan
pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam rumusan tujuan tersebut
tujuan utamanya adalah keterampilan proses (mampu melakukan percobaan,
menerapkan pengetahuan) tentang konsep (arus listrik, energi, dan seterusnya).
Dari kedua contoh rumusan tujuan tersebut, dapat ditarik sebuah kesimpulan
nahwa keterampilan proses sains harus melalui pembelajaran konsep dan
menghasilkan pengalaman belajar siswa (Rustaman,2003)

Menurut Semiawan (1992:14-15) dalam Nuh (2010), terdapat empat alasan


mengapa pendekatan keterampilan proses sains diterapkan dalam proses belajar
mengajar sehari-hari, yaitu :

1. Perkembangan ilmu pengethuan dan teknologi berlangsung semkin cepat


sehingga tidak mungkin lagi guru mengajarkan semua konsep dan fakta
pada siswa.
2. Adanya kecenderungan bahwa siswa lebih memahami konsep-konsep yang
rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh yang konkret. contoh-contoh
yang wajar sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, dengan
mempraktekkan sendiri upaya penemuan konsep melalui perlakuan
terhadap kenyataan fisik, melalui penanganan benda-benda yang benar-
benar nyata.
3. Tugas guru bukanlah memberikan pengetahuan, melainkan menyiapkan
situasi menggiring anak untuk bertanya, mengamati, mengadakan
eksperimen, serta menemukan fakta dan konsep sendiri.
4. Penemuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak
bersifat mutlak 100 %, tetapi bersifat relatif. Suatu teori mungkin terbantah
dan ditolak setelah orang mendapatkan data baru yang mampu
membuktikan kekeliruan teori yang dianut. Muncul lagi, teori baru yang
prinsipnya mengandung kebenaran yang relatif. Jika kita hendak
menanamkan sikap ilmiah pada diri anak, maka anak perlu dilatih untuk

5
6

selalu bertanya, berpikir kritis, dan mengusahakan kemungkinan-


kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah. Dengan perkataan lain anak
perlu dibina berpikir dan bertindak kreatif.
5. Dalam proses belajar mengajar, pengembangan konsep tidak terlepas dari
pengembanga sikap dan nilai dalam diri anak didik. Konsep disatu pihak
serta sikap dan nilai di lain pihak harus dikaitkan.

Menurut Nuh (2010), beberapa hal yang mempengaruhi keterampilan proses


sains yang dituntut untuk dimiliki siswa. Hal-hal yang berpengaruh terhadap
keterampilan proses sains, diantaranya yaitu perbedaan kemampuan siswa
secara genetik, kualitas guru serta perbedaan strategi guru dalam mengajar.
Alasan pentingnya melatihkan/mengembangkan keterampilan proses sains
dalam pembelajaran sains menurut Indrawati (1999: 28) adalah sebagai
berikut:

1. Membantu siswa belajar mengembangkan pikirannya,


2. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan penemuan,
3. Meningkatkan daya ingat,
4. Memberikan kepuasan instrinsik bila anak telah melakukan sesuatu,
5. Membantu siswa mempelajari konsep-konsep sains.
6. Memberikan motivasi belajar kepada siswa karena dalam keterampilan
proses siswa dipacu untuk senantiasa berpartisipasi aktif dalam belajar.
7. Untuk lebih memperdalam konsep pengertian dan fakta yang dipelajari
siswa karena hakekatnya siswa sendirilah yang mencari dan menemukan
konsep tersebut.
8. Untuk mengembangkan pengetahuan atau teori dengan kenyataan hidup
dalam masyarakat sehingga antara teori dan kenyataan hidup akan serasi.
9. Sebagai persiapan dan latihan dalam menghadapi hidup didalam
masyarakat sebab siswa telah dilatih untuk berpikir logis dalam
memecahkan masalah.
10. Mengembangkan sikap percaya diri, bertanggung jawab dan rasa
kesetiakawanan sosial dalam menghadapi berbagai masalah

6
7

Selain itu juga, hasil telaah ahli pendidikan IPA menunjukkan bahwa
perolehan dan pengembangan suatu gagasan tidak dapat berlangsung dari luar
anak seperti ceramah guru atau dari paksaan dan tekanan orang tua. Akan
tetapi, hanya dapat terjadi dari dalam diri anak sendiri, yaitu dari pikiran anak.
Fungsi guru selama pembelajaran hanya berperan sebagai fasilitator (pemberi
kemudahan belajar). Anak sendirilah yang harus membangu
gagasan/pengetahuan. Untuk keperluan ini, mungkin saja mereka harus
menafsirkan kembali informasi, menyusun kesimpulan baru, atau menguji
beberapa gagasan alternatif. Dengan kata lain, senantiasa aktif menggunakan
dan menerapkan keterampilan prose sepanjang hayatnya terutama untuk
dimanfaatkan selam pengembaraannya untuk mengeksplorasialam sekitar.

kelebihan KPS menurut Dimyati (2009) adalah:

1. KPS dapat memberikan rangsangan ilmu pengetahuan, sehingga siswa


dapat memahami fakta dan konsep ilmu pengetahuan dengan baik.

2. Memberikan kesempatan kepada siswa bekerja dengan ilmu pengetahuan,


tidak sekedar menceritakan atau mendengarkan cerita tentang ilmu
pengetahuan. Hal ini menyebabkan siswa menjadi lebih aktif.

3. KPS membuat siswa menjadi belajar proses dan produk ilmu pengetahuan
sekaligus.

Dengan demikian, begitu pentingnya melatih keterampilan proses sains pada


pembelajaran karena dengan keterampilan proses sains belajar siswa menjadi
lebih bermakna sehingga siswa akan mudah dalam mempelajari konsep-konsep
sains dan lebih bisa memahami daripada sekedar menghafal.

Akan tetapi terdapat beberapa hal yang mempengaruhi keterampilan proses


sains yang dituntut untuk dimiliki siswa. Hal-hal yang berpengaruh terhadap
keterampilan proses sains, diantaranya yaitu perbedaan kemampuan siswa
secara genetik, kualitas guru serta perbedaan startegi guru dalam mengajar.

7
8

2.3 Indikator Keterampilan Proses Sains

Dalam pembelajaran IPA hasil belajar proses dikenal dengan keterampilan


proses sains. Keterampilan-keterampilan proses sains adalah keterampilan-
keerampilanyang dipelajari siswa pada saat mereka melakukan inquiri ilamiah
(Nur, 2009). Pada saat mereka terlibat aktif dalam penyelidikan ilmiah, mereka
menggunakn berbagai macam Keterampilan proses, bukan hanya satu metode
ilmiah tunggal. Keterampilan-keterampilan proses tersebut adalah pengamatan,
pengklasifikasian, pengienferesian, peramaln, pengkomunikasian, pengukuran,
penggunaan bilangan, penginterprestasian data, melakukan eksperimen,
pengontrolan variabel, perumusan hipotesis, pendefinisian secara operasional,
dan perumusan model.

1. Pengamatan
Mengamati adalah proses pengumpulan data tentang fenomena atau
peristiwa dengan menggunakan inderanya. Untuk dapat menguasai
keterampilan mengamati, siswa harus menggunakan sebanyak mungkin
inderanya, yakni melihat, mendengar, merasakan, mencium dan mencicipi.
Dengan demikian dapat mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dan
memadai. Beberapa perilaku yang dikerjakan siswa pada saat pengamatan
adalah :
a. Penggunaan indera-indera tidak hanya penglihatan.
b. Pengorganisasian obyek-obyek menurut satu sifat tertentu.
c. Pengidentifikasian banyak sifat.
d. Pengidentifikasian perubahan-perubahan dalam suatu obyek.
e. Melakukan pengamatan kuantitatif (contoh: “5 kilogram” bukan
“berat”), dan
f. Melakukan pengamatan kalutatif (contoh: “baunya seperti susu asam”
bukan “berbau”)
2. Pengklasifikasian
Mengelompokkan adalah suatu sistematika yang digunakan untuk
menggolongkan sesuatu berdasarkan syarat-syarat tertentu. Proses
mengklasifikasikan tercakup beberapa kegiatan seperti mencari kesamaan,

8
9

mencari perbedaan, mengontraskan ciri-ciri, membandingkan, dan mencari


dasar penggolongan. Beberapa perilaku siswa adalah :
a. Pengidentifikasian suatu sifat umum (misalnya: mineral yang
menyerupai logam dan mineral yang tidak menyerupai logam),
b. Memilah-milahkan dengan menggunakan dua sifat atau lebih
(misalnya: mineral yang memiliki celah yang dapat menggores gelas,
dan mineral tanpa celah dan mieral yang tidak dapat menggores gelas).

3. Penginferensial/Penafsiran
Penginferensial atau menafsirkan hasil pengamatan ialah menarik
kesimpulan tentatif dari data yang dicatatnya. Hasil-hasil pengamatan tidak
akan berguna bila tidak ditafsirkan. Karena itu, dari mengamati langsung,
lalu mencatat setiap pengamatan secara terpisah, kemudian menghubung-
hubungkan hasil-hasil pengamatan itu. Selanjutnya siswa mencoba
menemukan pola dalam suatu masalah. penginferensian berlangsung
melampaui suatu pengamatan untuk menafsirkan apa yang telah diamati.
Sebagai contoh: anda melihat suatu petak rumput mati. Suatu inferensi
yang mungkin diajukan adalah bahwa ada cacing tanah di dalam tanah
tersebut yang menyebabkan rumput itu mati. Beberapa perilaku yang
dikerjakan siswa pada saat penginferesian adalah (1) mengaitkan
pengamatan dengan pengalaman atau pengetahuan terdahulu, dan (2)
mengajukan penjelasan berdasarkan pengamatan.

4. Peramalan/prediksi
Peramalan/prediksi adalah pengajuan hasil-hasil yang mungkin dihasilkan
dari suatu percobaan. Ramalan-ramalan didasarkan pada pengamatan-
pengamatan dan inferensi-inferensi sebelumnya. Ramalan merupakan suatu
pernyataan tentang pengamatan apa yang mungkin dijumpai di masa yang
akan datang, sedangkan inferensi berupaya untuk memberikan alasan
tentang mengapa suatu pengamatan terjadi. Apabila siswa dapat
menggunakan pola-pola hasil pengamatannya untuk mengemukakan apa
yang mungkin terjadi pada keadaan yang belum diamatinya, maka siswa

9
10

tersebut telah mempunyai kemampuan proses meramalkan. Beberapa


perilaku siswa adalah:
a. Penggunaan data dan pengamatan yang sesuai,
b. Penafsiran data grafik,
c. Perumusan generalisasi tentang pola-pola,
d. Pengujian kebenaran dari ramalan-ramalan yang sesuai.

5. Pengkomunikasian
Keterampilan ini meliputi keterampilan membaca grafik, tabel, atau
diagram dari hasil percobaan. Menggambarkan data empiris dengan grafik,
tabel, atau diagram juga termasuk berkomunikasi. Menurut Firman (2000),
keterampilan berkomunikasi adalah keterampilan menyampaikan gagasan
atau hasil penemuannya kepada orang lain. Beberapa perilaku yang
dikerjakan siswa pada saat melakukan komunikasi adalah :
a. Pemaparan pengamatan atau dengan menggunakan perbendaharaan
kata yang sesuai,
b. Pengembangan grafik atau gambar untuk menyajikan pengamatan dan
peragaan data,
c. Perancangan poster atau diagram untuk menyajikan data untuk
meyakinkan orang lain.

6. Pengukuran
Mengukur diartikan membandingkan sesuatu yang diukur dengan satuan
ukuran tertentu yang telah ditetapkan. Mengembangkan keterampilan
mengukur dapat dengan cara mengembangkan sesuatu, karena pada
dasarnya mengukur adalah membandingkan, misalnya saja siswa
membandingkan luas kelas, volume balok.
Proses ini digunakan untuk melakukan pengamatan kuantitatif. Beberapa
perilaku siswa adalah:
a. Pengukuran panjang, volume, massa, temperatur, dan waktu dalam
satuan yang sesuai,

10
11

b. Memilih alat dan satuan yang sesuai untuk tugas pengukuran tertentu
tersebut.

7. Penggunaan Bilangan
Penggunaan bilangan meliputi pengurutan, perhitungan, penjumlahan,
pengurangan, perkalian, dan pembagian bilangan. Beberapa perilaku yang
dikerjakan siswa pada saat penggunaan bilangan adalah:
a. Penghitungan,
b. Pengurutan,
c. Penyusunan bilangan dalam pola-pola yang benar,
d. Penggunaan keterampilan matematika yang sesuai.

8. Merumuskan Masalah
Masalah harus dirumuskan secara operasional untuk membantu siswa
merumuskan hipotesis yang dapat dijawab melalui penyelidikan atau bukti-
bukti. Masalah dirumuskan dengan kata tanya yang bersifat terbuka.
Pertanyaan yang diajukan dapat meminta penjelasan tentang apa, mengapa,
bagaimana ataupun menanyakan latar belakang hipotesis. Pertanyaan yang
meminta penjelasan tentang pembahasan ekosistem menunjukkan bahwa
siswa ingin mengetahui dengan jelas tentang hal itu. Pertanyaan yang bisa
diajukan misalnya ”Apa yang menyebabkan terjadinya perubahan warna
pada larutan pada saat proses titrasi?”
Beberapa petunjuk melatih siswa dalam merumuskan masalah adalah
sebagai berikut:
a. Memulai dengan menulis beberapa pertanyaan yang bersifat ilmiah,
b. Menyisihkan pertanyaan-pertanyaan yang tidak dapat dijawab dengan
pengumpulan bukti,
c. Memecah pertanyaan umum menjadi pertanyaan-pertanyaan spesifik
yang dapat diselidiki satu persatu,
d. Merumuskan pertanyaan yang dapat dijawab melalui penyelidikan.

11
12

9. Merumuskan Hipotesis
Merumuskan Hipotesis adalah suatu prediksi berdasarkan pengamatan yang
dapat diuji atau jawaban sementara dari rumusan masalah. Hipotesis
biasanya dibuat pada suatu perencanaan penelitian yang memberikan
prediksi pengaruh yang akan terjadi dari variabel manipulasi terhadap
variabel respon. Hipotesis dapat dirumuskan secara induktif berdasarkan
data hasil pengamatan maupun secara deduktif berdasarkan teori menuju
suatu pernyataan. Beberapa petunjuk melatih siswa dalam merumuskan
hipotesis sebagai berikut:
a. Hipotesis dihasilkan dari masalah-masalah yang telah diidentifikasi
atau pertanyaan-prtanyaan yang telah diajukan,
b. Hipotesis harus dapat diuji melalui suatu penyelidikan, dan
c. Hipotesis dirumuskan dalam bentuk pernyataan (jika... maka...), bukan
dalam bentuk pertanyaan. Contoh hipotesis: jika sumber tegangan
diperbesar maka semakin keras bunyi yang dihasilkan oleh listrik.

10. Merencanakan Eksperimen


Merencanakan eksperimen adalah membuat suatu rencana terorganisasi
untuk menguji suatu hipotesis. Merencanakan eksperimen tidak harus
selalu dalam bentuk penelitian yang rumit, tetapi cukup dilatihkan
bagaimana cara mengidentifikasi variabel yang diperlukan untuk menguji
hipotesis, mengidentifikasi secara operasional variabel tersebut,
merencakan prosedur eksperimen, dan merencanakan tabel data hasil
pengamatan.
a. Identifikasi Variabel
Variabel adalah suatu besaran yang dapat bervariasi atau berubah pada
situasi tertentu. Keterampilan identifikasi variabel dapat diukur
berdasarkan tiga tujuan pembelajaran berikut: a) mengidentifikasi
variabel dari suatu pernyataan tertulis atau dari deskripsi suatu
eksperimen, b) mengidentifikasi variabel manipulasi (suatu variabel
yang secara sengaja diubah atau dimanipulasi dalam suatu situasi) dan
variabel respon (variabel yang berubah sebagai akibat dari variabel

12
13

manipulasi), dan c) mengidentifikasi variabel kontrol (variabel yang


dijaga tetap selama eksperimen) dari suatu pernyataan tertulis atau
deskripsi suatu eksperimen.
Beberapa petunjuk melatih siswa dalam mengidentifikasi variabel
sebagai berikut: a) memulai dengan mendeskripsikan pertanyaan atau
proses yang sedang diselidiki, kemudian mengidentifikasi variabel
manipulasi dan variabel respon dalam eksperimen tersebut,
memprediksi hasil yang dapat diamati pada variabel respon, b)
membuat daftar seluruh variabel lain yang mempengaruhi variabel
respon, c) membuat pertimbangan setiap jenis variabel umum, seperti
waktu, suhu, panjang, masa, volume, jumlah, dan jenis zat yang
digunakan, dan d) menentukan variabel kontrol.

b. Definisi Operasional Variabel


Definisi operasional variabel adalah pernyataan yang mendeskripsikan
bagaimana variabel tertentu harus diukur atau bagaimana suatu
benda/kondisi harus dikenali. Definisi tersebut harus menyatakan
tindakan apa yang akan dilakukan dan pengamatan apa yang akan
dicatat dari suatu eksperimen. Beberapa petunjuk untuk melatih siswa
membuat definisi operasional variabel adalah sebagai berikut: a)
mempelajari seluruh rencana tertulis untuk melaksanakan sebuah
eksperimen atau menulis sebuah rencana bila belum ada, b)
mengidentifiksikan setiap variabel atau istilah yang belum memiliki arti
tunggal yang jelas, dan c) menulis definisi yang jelas dan lengkap
tentang apa yang seharusnya dilakukan atau diukur.

c. Prosedur Eksperimen
Prosedur eksperimen adalah suatu deskripsi langkah demi langkah
tentang bagaimana mengubah variabel manipulasi dan mengamati
pengaruh-pengaruh terhadap variabel respon.

13
14

d. Tabel Data Hasil Pengamatan


Tabel data adalah sususnan informasi terorganisasi dalam baris-baris
dan kolom-kolom berlabel. Tabel data sangat membantu
menginterprestasikan informasi yang telah dikumpulkan orang lain,
menyediakan cara teratur untuk mencatat data hasil pengamatan, dan
mengingatkan data apa saja yang perlu dikumpulkan. Beberapa
petunjuk melatih siswa dalam membuat tabel data sebagai berikut: a)
mempertimbangkan variabel manipulasi dan respon untuk menentukan
pengamatan yang akan dilakukan, b) merencanakan pengamatan sesuai
dengan pola tertentu, misalnya: setiap satu menit atau setiap 10 lilitan
kawat, c) membuat draf tabel data dan sebuah judul tabel yang sesuai,
d) menuliskan satuan kedalam label kolom, e) membandingkan draf
tabel data dengan rencana, dan f) merevisi draf tabel data.

11. Melaksanakan Eksperimen


Eksperimen dilaksanakan untuk menjawab suatu permasalahan atau
menguji suatu hipotesis. Pada kegiatan ini, siswa dilatih bertindak sebagai
peneliti sehingga dituntut bersikap obyektif, sisematis, logis, dan teliti.

12. Menganalisis Data


Menganalisis data adalah menjelaskan atau mengartikan data yang
diperoleh dari hasil eksperimen. Menganalisis data dapat dilakukan dengan
cara membandingkan atau mencari kecenderungan dari data yang
dianalisis.

13. Menyimpulkan Data


Menyimpulkan data adalah pembuatan pernyataan yang mengikhtisarkan
apa yang telah dipelajari dari suatu eksperimen atau pengamatan.
Kesimpulan hasil eksperimen pada umumnya berkaitan dengan hipotesis,
karena setelah siswa melaksanakan eksperimen baru dapat disimpulkan
apakah hipotesis itu diterima atau ditolak. Beberapa petunjuk melatih siswa
menarik kesimpulan sebagai : 1) menjadikan hipotesis sebagai acuan dalam

14
15

eksperimen, 2) mengidentifikasi pola-pola dari data hipotesis sebagai acuan


dalam eksperimen, 2) mengidentifikasi pola-pola dari data yang dianalisi,
3) menentukan apakah data yang diperoleh mendukung hipotesis atau tidak,
dan 4) membuat pertimbangan, apakah perlu merencanakan eksperimen
lain untuk mendukung kesimpulan yang dibuat.

2.4 Langkah-langkah yang dilakukan dalam pendekatan keterampilan proses


Sains

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pendekatan keterampilan proses


dalam pembelajaran IPA antara lain:

1. Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan dimaksudkan untuk mengarahkan peserta didik
pada pokok permasalahan agar peserta didik siap mengikuti kegiatan
belajar mengajar, baik secara mental, emosional maupun fisik. Kegiatan
pendahuluan ini dilakukan dengan pengulasan bahan atau materi yang
pernah dialami peserta didik yang ada keterkaitan atau hubungan dengan
materi atau bahan yang akan diajarkan. Selanjutnya dengan menggugah
dan mengarahkan perhatian peserta didik dengan mengajukan pertanyaan,
pendapat dan saran, menunjukkan gambar yang berhubungan dengan
materi.

2. Inti
Dalam kegiatan inti ini yang perlu dilakukan adalah menjelaskan materi
pelajaran yang diikuti dengan peragaan, demonstrasi, gambar, modal.
Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengembangkan kemampuan mengamati
dengan cepat, cermat dan tepat.
Kegiatan-kegiatan yang tergolong dalam langkah-langkah proses belajar
mengajar atau bagian inti yang bercirikan keterampilan proses, meliputi:
merumuskan hasil pengamatan dengan merinci, mengelompokkan atau
mengklasifikasikan materi pelajaran yang diserap dari kegiatan
pengamatan, menafsirkan hasil pengelompokkan dengan menunjukkan

15
16

sifat, hal dan peristiwa atau gejala yang terkandung pada tiap-tiap
kelompok, meramalkan sebab akibat kejadian atau peristiwa lain yang
mungkin terjadi di waktu lain atau mendapat suatu perlakuan yang
berbeda, menerapkan pengetahuan keterampilan sikap yang diperoleh dari
kegiatan sebelumnya pada peristiwa yang baru atau berbeda,
merencanakan penelitian, serta mengkomunikasikan hasil kegiatan pada
orang lain dengan diskusi, ceramah dan lain-lain.
Guru mengawali kegiatan dengan mengajukan masalah keterampilan
proses. Jika pengetahuan materi siswa belum cukup untuk menjawab
masalah tersebut, maka guru membimbing siswa kearah jawaban yang
benar atau menjelaskan materi yang belum dipahami siswa. Guru
memberikan pekerjaan kepada siswa aecara berkeliling. Kemudian guru
memberikan pertanyaan lanjutan lalu mendorong siswa untuk membuat
kesimpulan dari jawaban yang bervariasi, sampai kepada kesimpulan yang
diinginkan. Guru selalu memantau belajar siswa, untuk mengetahui apakan
materi yang diinginkan sudah dipahami, siswa diberi kesempatan untuk
bertanya dan meminta penjelasan guru.

3. Penutup
Pada kegiatan penutup ini dapat dilakukan dengan cara mengkaji ulang
kegiatan belajar mengajar yang telah dilaksanakan dan menyimpulkan
hasil yang telah diperoleh. Mengadakan tes akhir untuk mengetahui
seberapa dalam siswa menangkap materi yang disampaikan. Dapat dengan
memberikan tugas seperti PR.

2.5 Komponen Penilaian Keterampilan Proses sains

Metode ialah suatu kerangka kerja untuk melakukan suatu tindakan, atau
suatu kerangka berpikir menyusun gagasan, yang beraturan, berarah dan
berkonteks, yang paut (relevant) dengan maksud dan tujuan. Unsur-unsur
metode ialah wawasan intelektual, konsep, cara penghampiran (approach)
persoalan, dan rencana bangun alas data (database), wawasan intelektual

16
17

berkenaan dengan nalar, tanggap rasa, cerapan, pengalaman, dan ilmu


pengetahuan.

Konsep adalah hasil proses intelektual berupa kejadian imajinatif untuk


memperluas atau memperkaya cerapan. Cerapan adalah seni merangkaikan
sesuatu yang terhayati dengan tanggap rasa dengan pengalaman dan
pengetahuan yang dimiliki. Cerapan digolongkan seni karena banyak
melibatkan bakat atau pembawaan. Alas data adalah cerminan citra tentang
kenyataan yang dimiliki seorang peneliti atau cerapan peneliti tentang
kenyataan (Notohadiprawiro, 2006).

Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan atau


pendekatan rasional yang digabungkan dengan pendekatan empirisme.
Menurut Notohadiprawiro (2006), metode ilmiah menggabungkan
rasionalisme dan empirisme. Dengan rasionalisme landasan pemikiran
terpadu dan mantik, dua dengan empirisme diperoleh kerangka pengujian
dalam memastikan kebenaran. Rasionalisme dapat menimbulkan kontroversi
karena hakekat kebenaran tidak sama bagi semua orang. Empirisme bersifat
subjektif karena memberikan arti kepada peristiwa menurut tafsiran atau
pendapat pengamat. Menurut Bashiruddin (2011), perumusan masalah,
penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis, perumusan
hipotesis, pengujian hipotesis, dan penarikan kesimpulan.

2.6 Pelaksanaan Penilaian Keterampilan Proses Sains

Penilaian merupakan proses pemberian atau penentuan nilai kepada objek


berdasarkan kriteria tertentu. Penilaian merupakan tahapan penting dalam
proses pembelajaran. Penilaian dalam pembelajaran sains dapat dimaknai
sebagai membawa konten, proses sains dan sikap ilmiah secara bersama-
sama. Penilaian dilakukan terutama untuk menilai kemajuan siswa dalam
pencapaian keterampilan proses sains.

17
18

Menurut Smith dan Welliver, pelaksanaan penilaian keterampilan proses dapat


dilakukan dalam beberapa bentuk, diantaranya:

1. Pretes dan postes. Guru melaksanakan penilaian keterampilan proses sains


siswa pada awal tahun sekolah. Penilaian ini bertujuan untuk menentukan
kekuatan dan kelemahan dari masing-masing siswa dalam keterampilan
yang telah diidentifikasi. Pada akhir tahun sekolah, guru melaksanakan tes
kembali untuk mengetahui perkembangan skor siswa setelah mengikuti
pembelajaran sains.

2. Diagnostik. Guru melaksanakan penilaian keterampilan proses sains siswa


pada awal tahun ajaran. Penilaian ini bertujuan untuk menentukan pada
bagian mana siswa memerlukan bantuan dengan keterampilan proses.
Kemudian guru merencanakan pelajaran dan kegiatan laboratorium yang
dirancang untuk mengatasi kekurangan siswa.

3. Penempatan kelas. Guru melaksanakan penilaian keterampilan proses


sains siswa sebagai salah satu kriteria dalam penempatan kelas. Misalnya,
criteria untuk memasuki kelas akselerasi, kelas sains atau kelas unggulan.

4. Pemilihan kompetisis siswa. Guru melaksanakan penilaian keterampilan


proses sains siswa sebagai kriteria utama dalam pemilihan siswa yang
akan ikut dalam lomba-lomba sains. Jika siswa memiliki skor tes tinggi,
maka dia akan dapat mengikuti lomba sains dengan baik.

5. Bimbingan karir. Biasanya para peneliti melakukan uji coba menggunakan


penilaian keterampilan proses sains untuk mengidentifikasi siswa yang
memiliki potensi di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat
dibina.

2.7 Penyusunan Instrumen Penialain Keterampilan Proses Sains

Keterampilan proses sebagaimana disebutkan diatas merupakan keterampilan


proses sains yang diaplikasikan pada proses pembelajaran. Pembentukan

18
19

keteerampilan dalam memperoleh pengetahuan merupakan salah satu


penekanan dalam pembelajaran sains. Oleh karena itu, penilaian terhadap
keterampilan proses siswa harus dilakukan terhadap semua keterampilan
proses sains baik secara parsial maupun secara utuh.

Jika membicarakan proses pembelajaran maka tak lepas dari aspek penilaian.
Penilaian merupakan tahapan penting dalam proses pembelajaran. Penilaian
dalam pembelajaran sains dapat dimaknai sebagai membawa konten, proses
sains dn sikap ilmiah secara bersama-sama. Penilaian dilakukan terutama
untuk menilai keajuan siswa dalam pencapaian keterampilan proses sains.
Menurut Smith dan Welliver dalam Mahmuddin (2010:4), pelaksanaan
penilain keterampilan proses dapat dilakukan dalam beberapa bentuk,
diantaranya : pretest dan posttest, diagnostik, penempatan kelas, dan
bimbingan karir.

Penilaian keterampilan proses sains dilakukan dengan menggunakan


instrumen yang disesuaikan dengan materi dan tingkat perkembangan siswa
atau tingkatan kelas. Oleh karena itu, penyususnan instrumen penilaian harus
direncanakan secara cermat sebelum digunakan. Menurut Widodo dalam
Mahmuddin (2010: 5), penyusunn instrumen untuk penilaian terhadap
keterampilan proses siswa dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:

1) Mengidentifikasi jenis keterampilan proses sains yang akan dinilai.


2) Merumuskan indikator untuk setiap jenis keterampilan proses sains.
3) Menentukan dengan cara begaimana keterampilan proses sains tersebut
diukur (misalnya apakah tes unjuk kerja, tes tulis, ataukah tes lisan).
4) Membuat kisi-kisi instrumen.
5) Mengembangkan instrumen pengukuran keterampilan proses sains
berdasarkan kisi-kisi yang dibuat. Pada saat ini perlu mempertimbangkan
konteks dalam item tes keterampilan proses sains dan tingatan
keterampilan proses sains (objek tes).
6) Melakukan validasi instrumen.

19
20

7) Melakukan ujicoba terbatas untuk mendapatkan validitas dan reliabilitas


empiris.
8) Perbaikan butir-butir yang belum valid.
9) Terapkan sebagai instrumen penilaian keterampilan proses sains dalam
pembelajaran sains.

Pengukuran terhadap keterampilan proses siswa, dapat dilakukan


menggunakan instrumen tertulis. Pelaksanaan pengukuran dapat dilakukan
secara tes (paper and pencil test) dan bukan test. Penilaian melalui tes dapat
dilakukan dalam bentuk tes tertulis (paper and pencil test). Sedangkan
penilaian melalui bukan tes dapat dilakukan dalam bentuk observasi atau
pengamatan. Penilaian dalam keterampilan proses agak sulit dilakukan
melalui tes tertulis dibandingkan dengan teknik observasi. Namun demikian,
menggunakan kombinasi kedua teknik penilaian tersebut dapat meningkatkan
akurasi penilaian terhadap keterampilan.

20
21

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa:

1. Keterampilan proses sains adalah keterampilan yang melibatkan


keterampilan kognitif, manual, dan sosial dan diperlukan dalam kerja
ilmiah yaitu untuk membuktikan suatu hukum atau suatu hipotesis
melalui eksperimen.
2. Alasan pentingnya melatihkan/mengembangkan keterampilan proses
sains dalam pembelajaran sains menurut Indrawati (1999: 28) adalah
sebagai berikut:
a. Membantu siswa belajar mengembangkan pikirannya,
b. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan penemuan,
c. Meningkatkan daya ingat,
d. Memberikan kepuasan intrinsik bila anak telah lelah melakukan
sesuatu,
e. Membantu siswa mempelajari konsep-konsep sains.
3. Indikator keterampilan proses sains yaitu pengamatan, pengklafikasian,
penginferensian, peramalan, pengkomunikasian, pengukuran, penggunaan
bilangan, penginterprestasian data, melakukan eksperimen, pengontrolan
variabel, perumusan hipotesis, pendefinisian secara operasional, dan
perumusan model.
4. Komponen penilaian dalam Keterampilan Proses Sains yaitu metode dan
konsep.
5. Pengukuran terhadap keterampilan proses siswa, dapat dilakukan
menggunkan instrumen tertulis. Pelaksanaan pengukuran dapat dilakukan
secara tes (paper and pencil test) dan bukan tes. Penilaian melalui tes
dapat dilakukan dalam bentuk tes tertulis (paper and pencil test).

21
22

Sedangkan penilaian melalui bukan tanpa tes dapat dilakukan dalam


bentuk observasi atau pengamatan.

3.2 Saran

Siswa dalam pembelajaran dituntut untuk memahami konsep dibutuhkan


suatu proses, kegiatan pembelajaran seperti ini sangat cocok diterapkan
model pembelajaran. Keterampilan Proses Sains (KPS) yang dapat
membantu sisa dalam menyelesaikan suatu permasalahan sains. Melalui
keterampilan proses sains, siswa mendapatkan pengalaman belajar. Dalam
hal ini, terbentuknya pengetahuan dalam sains dilakukan melalui proses
yang ilmiah (metode ilmiah). Berdasarkan hal tersebut, maka dalam proses
kegiatan belajar mengajar guru harus senantiasa melatih keterampilan
proses sains yang dimiliki setiap siswa.

22
23

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Abu Hamid. 2011. Pembelajaran Fisika di Sekolah. Yogyakarta: P2IS


FMIPA UNY.

Alpandie, I. (1999). Didaktik Metodik Pendidikan Umum. Surabaya: Usaha


Nasional

Bundu, Patta. 2006. Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah dalam
Pembelajaran Sains. Jakarta : Depdiknas.

Rahman, T. (2006). Pendekatan dan metode dalam Program Pembelajaran


Praktikum. Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi UPI.

Subiyanto. (1988). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Dirjendikti


Depdikbud.

Sumintono, bambang. 2010. Pembelajaran sains, pengembangan keterampilan


sains dan sikap ilmiah dalam meningkatkan kompetensi guru. Johor bahru
: University Teknologi Malaysia.

Supriyadi. 2008. Seri Strategi dan Managemen Pembelajaran Fisika. Yogyakarta:


Tempelsari Books Co.

http://biopointtenten.blogspot.com/2010/08/keterampilan-proses-sains-kps.html
diakses 14 April 2013

http://fisikahappy.wordpress.com/2011/12/12/keterampilan-proses-sains/ diakses
14 April 2013

http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/3408381389.pdf/ diakses 14 April 2013

kamriantiramli.wordpress.com/2011/03/.../keterampilam-proses-sains/ diakses 14
April 2013

23

Anda mungkin juga menyukai