Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

2.1.1 Definisi

Secara etimiologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa inggris


yaitu knowledge. Dalam Encyclopedia of Phisolophy dijelaskan bahwa
definisi pengetahuan adalah kepercayaan yang benar (knowledge is justified
true belief). Sedangkan secara terminologi akan dikemukakan beberapa
definisi tentang pengetahuan.
Menurut Drs.Sidi Gazalba, pengetahuan adalah apa yang diketahui
atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal,
sadar, insaf, mengerti, dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua milik atau
isi pikiran. Dengan demikian pengetahuan hasil proses dari usaha manusia
untuk tahu ( Bakhtiar, 2012).
Menurut Notoatmodjo (2011), pengetahuan adalah hasil ‘tahu’, dan ini
terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.
Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, perasa, dan peraba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan dan kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang. Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang
didasarkan oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang
tidak didasari oleh pengetahuan.

2.1.2 Jenis Pengetahuan


Jenis pengetahuan menurut Bakhtiar (2012), pengetahuan yang
dimiliki manusia ada empat yakni:
Pertama, pengetahuan biasa adalah pengetahuan yang dalam filsafat
dikatakan dengan istilah common sense, dan sering diartikan dengan good
sense, karena seseorang memiliki sesuatu dimana ia menerima secara baik.
Common sense diperoleh dari pengalaman sehari-hari, sepertia air dapat
dipakai untuk menyiram bunga, makanan dapat memuaskan rasa lapar, musim
kemarau akan mengeringkan sawah tadah hujan dan sebagainya.
Kedua, pengetahuan ilmu adalah ilmu sebagai terjemahan dari sciene.
Dalam pengertian yang sempit sciene diartikan untuk menunjukkan ilmu
pengetahuan alam, yang sifatnya kuantitatif dan objektif.
Ketiga, pengetahuan filsafat adalah pengetahuan yang diperoleh dari
pemikiran yang bersifat kontemplatif dan spekulatif. Pengetahuan filsafat
lebih menekankan universalitas dan kedalaman kajian tentang sesuatu. Filsafat
biasanya memberikan pengetahuan yang reflektif dan kritis, sehingga ilmu
yang tadinya kaku dan cenderung tertutup menjadi longgar kembali.
Keempat, pengetahuan agama adalah pengetahuan yang diperoleh dari
Tuhan lewat para utusan-Nya. Pengetahuan agama bersifat mutlak dan wajib
diyakini oleh para pemeluk agama.

2.1.3 Hakikat Pengetahuan


Menurut Bakhtiar (2012), ada dua teori untuk mengetahui hakikat
pengetahuan itu, yaitu :
Pertama, realisme, teori ini mempunyai pandangan realistis terhadap
alam. Realisme berpendapat bahwa pengetahuan adalah benar dan tepat bila
sesuai dengan kenyataan.
Kedua, idealisme, ajaran idealisme menegaskan bahwa untuk
mendapatkan pengetahuan yang benar-benar sesuai dengan kenyataan adalah
mustahil. Pengetahuan adalah proses-proses mental atau proses psikologis
yang bersifat subjektif. Subjektif dipandang sebagai suatu yang mengetahui,
yaitu dari orang yang membuat gambaran tersebut.
2.1.4 Sumber Pengetahuan
Menurut Bakhtiar (2012), pengetahuan yang ada pada manusia
diperoleh dengan menggunakan berbagai alat yang merupakan sumber
pengetahuan tersebut. Dalam hal ini ada beberapa pendapat tentang sumber
pengetahuan antara lain.
Pertama, emperisme, kata ini berasal dari kata Yunani emperikos,
artinya pengalaman. Menurut aliran ini manusia memperoleh pengetahuan
melalui pengalamannya. Dalam emperisme, sumber utama untuk memperoleh
pengetahuan adalah data yang diperoleh dari pancaindera.
Kedua, rasionalisme, aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar
kepastian pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur dengan
akal. Bagi aliran ini kekeliruan pada aliran empirisme yang disebabkan
kelemahan alat indera dapata dikoreksi, seandainya akal digunakan.
Rasionalisme tidak mengingkari kegunaan indera dalam memperoleh
pengetahuan.
Ketiga intuisi, yakni hasil pemahaman yang tertinggi. Kemampuan ini
mirip dengan insting, tetapi berbeda dengan kesadaran dan kebebasannya.
Intuisi bersifat personal dan tidak bisa diramalkan. Sebagai dasar untuk
menyusun pengetahuan secara teratur.
Keempat, wahyu, yakni pengetahuan yang disampaikan oleh Allah
kepada manusia lewat perantara para Nabi. Hal inilah yang membedakan
mereka dengan manusia-manusia lainnya. Wahyu Allah (agama) berisikan
pengetahuan, baik mengenai kehidupan seseorang yang terjangkau oelh
pengalaman, maupun yang mencakup masalah transedental, seperti latar
belakang dan tujuan penciptaan manusia, dunia, dan segenap isinya serta
kehidupan di akhirat nanti.
2.1.5 Tingkat Pengetahuan
Munurut Notoatmodjo (2011), pengetahuan yang dicakup dalam
domain kognitif mempunyai enam tingkat, yakni:
Pertama, tahu (know), yaitu mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Oleh sebab itu, ‘tahu’ ini merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang
tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.
Kedua, memahami (comprehension), yaitu suatu kemampuan
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterpretasi materi tersebut secara benar.
Ketiga, aplikasi (application), yaitu kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya serta dapat
diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip,
dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain.
Keempat, analisis (analysis), yaitu kemampuan untuk menjabarkan
materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam
suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja, dapat
menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,
mengelompokkan, dan sebagainya.
Kelima, sintesis (synthesis), yaitu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat
meringkaskan, dapat merencanakan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya
terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada.
Keenam, evaluasi (evaluation), yaitu kemampuan untuk melakukan
jastrifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-
penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau
menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2.1.6 Cara Memperoleh Pengetahuan


Menurut Notoadmodjo (2010), berbagai cara yang telah digunakan
untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1. Cara Tradisional atau Nonilmiah
Cara kuno atau tradisional dipakai orang untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan, sebelumnya ditemukannya metode ilmiah atau metode
penemuan secara sistematik dan logis adalah dengan cara non ilmiah,
tanpa melalui penelitian. Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode
ini meliputi:
Pertama, cara coba salah (Trial and Error), dipakai orang sebelum
adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Cara
coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan beberapa kemungkinan
dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak
berhasil, dicoba kemungkinan yang lain atau seterusnya, sampai masalah
tersebut dapat dipecahkan.
Kedua, secara kebetulan, terjadi karena tidak sengaja oleh orang yang
bersangkutan.
Ketiga, cara kekuasaan atau otoritas, diperoleh berdasarkan pada
pemegang otoritas yakni orang mempunyai wibawa atau kekuasaan, baik
tradisi, otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan atau
ilmuwan yang pada prinsipnya mempunyai mekanisme yang sama
didalam penemuan pengetahuan.
Keempat, berdasarkan pengalaman pribadi, merupakan suatu cara
untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara
mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan
permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.
Kelima, cara akal sehat (common sense), kadang-kadang dapat
menemukan teori atau kebenaran.
Keenam, melalui jalan pikiran, dalam memperoleh kebenaran
pengetahuan, manusia telah mampu menggunakan penalarannya dan jalan
pikirannya.
2. Cara Modern atau Ilmiah
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa
ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian
ilmiah, atau lebih popular disebut metodologi penelitian (research
methodology). Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis Bacon
(1561-1626). Ia mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala-gejala
alam atau kemasyarakatan. Kemudian hasil pengamatan tersebut
dikumpulkan, diklasifikasikan, dan akhirnya diambil kesimpulan umum.

2.1.7 Cara Mengukur Pengetahuan


Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek
penelitian responden (Mubarak, 2012).
Menurut Arikunto (2006), dalam buku Machfoedz (2009), penentuan
tingkat pengetahuan rensponden penelitian tentang sub variabel dan variabel
dengan cara mengkonversikan nilai sub variabel maupun varibel kedalam
kategori kualitatif, sebagai berikut:
a. Baik bila subjek mampu menjawab dengan benar 16-20 (76%-
100%) dari seluruh pertanyaan.
b. Cukup bila subjek mampu menjawab dengan benar 12-15 (56%-
75%) dari seluruh pertanyaan.
c. Kurang bila mampu menjawab dengan benar <12 (40%-55%) dari
seluruh pertanyaan.

2.1.8 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan


Menurut Mubarak (2011), ada tujuh faktor yang mempengaruhi
pengetahuan seseorang, yaitu:
Pertama, pendidikan, berarti bimbingan yang diberikan seseorang
kepada orang lain agar dapat memahami sesuatu hal. Tidak dapat dipungkiri
lagi bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah mereka
menerima informasi, daripada akhirnya pengetahuan yang dimilikinya akan
semakin banyak.
Kedua, pekerjaan, lingkungan pekerjaan dapat membuat seseorang
memperoleh pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung maupun
tidak langsung.
Ketiga, umur, dengan bertambahnya umur seseorang akan mengalami
perubahan aspek fisik dsn psikologis (mental). Perubahan ini terjadi karena
pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental, taraf berfikir
seseorang menjadi semakin matang dan dewasa.
Keempat, minat, sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang
tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan
menekuni suatu hal, sehingga seseorang memperoleh pengetahuan yang lebih
mendalam.
Kelima, pengalaman, suatu kejadian yang pernah dialami seseorang
dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Keenam, kebudayaan, lingkungan sekitar sangat berpengaruh dalam
pembentukan sikap pribadi atau sikap seseorang. Apabila dalam suatu wilayah
mempunyai sikap menjaga kebersihan lingkungan, maka sangat mungkin
masyarakat sekitarnya mempunyai sikap selalu menjaga kebersihan
lingkungan.
Ketujuh, informasi, kemudahan untuk memperoleh suatu informasi
dapat mempercepat seseorang memperoleh pengetahuan yang baru.

2.2 Imunisasi

2.2.1 Pengertian Imunisasi


Menurut Hidayat (2008), imunisasi merupakan usaha memberikan
kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh
agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu.
Sedangkan yang dimaksud dengan vaksin adalah bahan yang dipakai untuk
merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan kedalam tubuh melalui
suntikan (misalnya vaksin BCG, DPT, dan Campak), dan melalui mulut
(misalnya vaksin polio).
Imunisasi yaitu pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit
dengan memasukkan sesuatu kedalam tubuh agar tubuh tahan terhadap
penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya. Imunisasi berasal dari kata
imun yang berarti kebal atau resisten (Lisnawati, 2011).

2.2.2 Tujuan Imunisasi


Menurut Maryunani (2010), tujuan dalam pemberian imunisasi, antara
lain:
a. Mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan
menghilangkan penyakit tertentu di dunia.
b. Untuk melindungi dan mencegah penyakit-penyakit menular yang
sangat berbahaya bagi bayi dan anak.

2.2.3 Manfaat Imunisasi


Menurut Marimbi (2010), manfaat imunisasi ada tiga, yaitu:
Pertama, anak, yaitu untuk mencegah penderitaan yang disebabkan
oleh penyakit, dan kemungkinan cacat atau kematian.
Kedua, keluarga, yaitu untuk menghilangkan kecemasan dan psikologi
pengobatan bila anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang
tua yakin bahwa anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.
Ketiga, Negara, yaitu untuk memperbaiki tingkat kesehatan,
menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan
Negara.

2.2.4 Macam-macam Imunisasi


Imunisasi dibagi menjadi dua macam menurut Maryanti, dkk (2011),
yaitu:
a. Imunisasi Aktif
Imunisasi aktif adalah kekebalan tubuh yang didapat seseorang
karena tubuh yang secara aktif membentuk zat antibodi.
b. Imunisasi Pasif
Imunisasi ini adalah kekebalan tubuh yang bisa diperoleh
seseorang yang zat kekebalan tubuhnya didapatkan dari luar.

2.2.5 Efek Samping Imunisasi


Menurut Maryunani (2010), efek samping imunisasi, yaitu:
Pertama, imunisasi BCG, umungnya tidak ada. Namun, pada beberapa
anak timbul pembengkakan kelenjar getah bening di ketiak atau leher bagian
bawah (diselangkangan bila penyuntikan dilakukan dipaha). Biasanya sembuh
sendiri.
Kedua, imunisasi DPT, biasanya hanya gejala-gejala ringan, seperti
sedikit demam saja dan rewel selama 1-2 hari, kemerahan, pembengkakan,
agak nyeri atau pegal-pegal pada tempat suntikan, yang akan hilang sendiri
dalam beberapa hari, atau bila masih demam dapat diberikan obat penurun
panas bayi. Bisa juga memberikan minuman cairan lebih banyak dan tidak
memakaikan pakaian terlalu banyak.
Ketiga, imunisasi polio, hampir tidak ada efek samping. Hanya
sebagian kecil saja yang mengalami pusing, diare ringan, dan sakit otot.
Kasusnya pun sangat jarang.
Keempat, imunisasi campak, biasanya tidak terdapat reaksi akibat
imunisasi. Mungkin terjadi demam ringan dan terdapat efek kemerahan atau
bercak merah pada pipi dibawah telinga pada hari ke-7-8 setelah penyuntikan.
Kelima, imunisasi hepatitis B, umumnya tidak terjadi. Jikapun terjadi
(namun sangat jarang), berupa keluhan nyeri pada tempat suntikan, yang
disusul demam ringan dan pembengkakan. Namun reaksi ini akan menghilang
dalam waktu dua hari.

2.2.6 Kontraindikasi Imunisasi


Kontraindikasi imunisasi menurut Maryunani (2010), yaitu:
Pertama, BCG, imunisasi BCG tidak dapat diberikan pada anak yang
berpenyakit TB atau menunjukkan uji Mantoux positif atau pada anak yang
mempunyai penyakit kulit yang berat/menahun.
Kedua, DPT, imunisasi DPT tidak dapt diberikan pada anak-anak yang
mempunyai penyakit atau kelainan saraf baik bersifat keturunan atau bukan,
seperti epilepsi, menderita kelainan saraf yang betul-betul berat atau habis
dirawat karena infeksi otak, anak-anak yang sedang demam/sakit keras dan
yang mudah mendapat kejang dan mempunyai sifat alergi, seperti eksim atau
asma.
Ketiga, polio, pada anak dengan diare berat atau yang sedang sakit
parah, seperti demam tinggi (diatas 38°C) ditangguhkan. Pada anak yang
menderita penyakit gangguan kekebalan, penyakit HIV/AIDS, penyakit
kanker atau keganasan, sedang menjalani pengobatan steroid dan pengobatan
radiasi umum, tidak diberikan imunisasi polio.
Keempat, campak, dengan penyakit infeksi akut yang disertai demam,
peyakit gangguan kekebalan, penyakit TBC tanpa pengobatan, kekurangan
gizi berat, penyakit keganasan dan kerentanan tinggi terhadap protein telur,
kanamisin dan eritromisin (antibiotik).
Kelima, hepatitis B, tidak dapat diberikan kepada anak yang menderita
sakit berat.

2.2.7 Pentingnya Imunisasi dan Penyakit yang dapat Dicegah dengan Imunisasi
Menurut Maryanti dkk (2011), imunisasi adalah salah satu cara yang
efektif dan efisien dalam mencegah penyakit. Saat ini ada tujuh penyakit
infeksi pada anak yang dapat menyebabkan kematian dan kecacatan. Ketujuh
penyakit tersebut dimasukkan dalam program imunisasi, yaitu:

1. Tuberkulosis
Tuberkulosis (TBC) yaitu suatu penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis).
2. Difteri
Difteri adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Corybacterium
Diphtheriae merangsang saluran pernafasan terjadi pada balita dan bayi.
3. Pertusis
Pertusis atau batuk rejan adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan
oleh Bordotella pertusis pada saluran pernafasan.
4. Tetanus
Penyakit tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman
Clostridium Tetani. Penyakit ini sering terjadi pada bayi baru lahir
(tetanus neonatum). Penyakit ini terjadi karena kuman clostridium tetani
memasuki tubuh bayi lahir melalui tali pusat yang kurang terawat. Untuk
mencegah kejadian tetanus neonatum ini adalah dengan cara pemberian
imunisasi.
5. Poliomyelitis
Polio merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus polio.
6. Campak
Penyakit campak (measles) merupakan penyakit yang disebabkan oleh
virus campak, dan termasuk penyakit akut dan sangat menular,
menyerang hampir semua anak kecil. Virus ini menular melalui saluran
pernafasan yang keluar saat penderita bernafas, batuk, dan bersin
(droplet).
7. Hepatitis B
Penyakit hepatitis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus
hepatitis B. Pencegahan terhadap penyakit ini adalah melalui
pemberian imunisasi hepatitis pada bayi.

2.2.8 Imunisasi Wajib


Jenis imunisasi yang wajib menurut Marimbi (2010), yaitu:
Pertama, BCG, vaksin BCG memeberikan kekebalan aktif terhadap
penyakit tuberkulosis (TBC). Diberikan sebelum usia 2 bulan. Disuntikkan
intrakutan di daerah deltoid kanan dengan dosis 0,05 ml.
Kedua, hepatitis B, untuk mencegah penyakit yang disebabkan virus
hepatitis B yang berakibat pada hati. Penyakit ini menular melalui darah atau
cairan tubuh yang lain dari orang yang terinfeksi. Diberikan sedini mungkin
setelah lahir yang disuntikkan secara intra muscular di daerah deltoid, dosis
0,5 ml.
Ketiga, polio, imunisasi polio memberikan kekebalan terhadap
penyakit polio. Penyakit ini disebabkan virus, menyebar melalui tinja/kotoran
orang yang terinfeksi. Pemberian secara oral sebanyak 2 tetes (0,1 ml).
Pemberian vaksin polio dapat dilakukan bersamaan dengan BCG, vaksin
hepatitis B, dan DPT.
Keempat, DPT, (Difteri, Pertusis, dan Tetanus), vaksin yang
melindungi terhadap difteri, pertusis, dan tetanus. Difteri disebabkan bakteri
yang menyerang tenggorokan dan dapat menyebabkan komplikasi yang serius
dan fatal. Pertusis (batuk rejan) adalah infeksi bakteri saluran udara yang
ditandai dengan batuk hebat yang menetap serta bunyi pernafasan
melengking, dan juga menimbulkan komplikasi serius, seperti pneumonia,
kejang, dan kerusakan otak. Tetanus adalah infeksi bakteri yang menyebabkan
kekakuan pada rahang saat kejang. Dosisnya 0,5 ml diberikan secara intra
muskular dibagian luar paha.
Kelima, campak, penyakit menular yang dapat disebabkan oleh virus
campak. Penularan melalui udara atau kontak langsung dengan penderita.
Gejalanya adalah demam, batuk, pilek, dan bercak-bercak merah pada kulit 3-
5 hari setelah anak menderita demam. Komplikasi penyakit campak adalah
radang paru-paru, infeksi pada telinga, radang saraf, radang sendi, dan radang
otak yang menyebabkan kerusakan otak permanen (menetap). Imunisasi ini
akan menimbulkan kekebalan aktif dengan tujuan untuk melindungi terhadap
penyakit campak dengan sesekali suntikan, dan diberikan pada usia anak
sembilan bulan atau lebih. Dosisnya 0,5 ml diberikan secara subkutan di
lengan kiri.
Menurut Muryani (2010), lima jenis imunisasi dasar yang diperoleh
bayi sebelum usia setahun, yaitu:
1. Imunisasi BCG, yang dilakukan sekali pada bayi usia 0-11 bulan.
2. Imunisasi DPT, yang diberikan 3 (tiga) kali pda bayi usia 2-11 bulan,
dengan interval minimal 4 minggu.
3. Imunisasi Polio, yang diberikan 4 (empat) kali pada bayi 0-11 bulan,
dengan interval minimal 4 minggu.
4. Imunisasi Campak, yang diberikan 3 (tiga) kali pada bayi usia 1-11 bulan ,
dengan interval minimal 4 minggu.
5. Imunisasi Hepatitis B, yang diberikan 3 (tiga) kali pada bayi usai 1-11
bulan, dengan interval minimal 4 minggu.

2.2.9 Jadwal Pemberian Imunisasi


Menurut Wahyuni (2012), jadwal pemberian imunisasi, yaitu:
MenurutWahyuni (2012), jadwal pemberian imunisasi, yaitu:
Tabel 2.1 jadwal imunisasi

Jadwal Pemberian Imunisasi


Usia Vaksin Keterangan
Saat Hepatitis B HB-1 harus diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir,
lahir dilanjutkan pada usia 1 dan 6 bulan. Apabila status
HbsAg-B ibu positif, dalam waktu 12 jam setelah lahir
diberikan HBlg 0,5 ml bersamaan dengan vaksin HB-1.
Apabila semula status HbsAg ibu tidak diketahui dan
ternyata dalam perjalan selanjutnya diketahui bahwa ibu
HbsAg positif maka masih dapat diberikan HBlg 0,5 ml
sebelum bayi berusia 7 hari.
Polio-0 Polio-0 diberikan saat kunjungan pertama. Untuk bayi
yang lahir di rumah bersalin/rumah sakit polio oral
diberikan saat bayi dipulangkan (untuk menghindari
transmisi virus vaksin kepada bayi lain).
1 bulan Hepatitis B-2 Hb-2 diberikan pada usia 1 bulan, interval HB-1 dan
HB-2 adalah 1 bulan. Bayi premature bila ibu HbsAg (-)
imunisasi di tunda sampai bayi berusia 2 bulan atau
berat badan 2000 gram.
0-2 BCG BCG dapat diberikan sejak lahir. Apabila BCG akan
bulan diberikan pada usia >3 bulan sebaiknya dilakukan uji
tuberculin terlebih dahulu dan BCG diberikan apabila
uji tuberculin negative. Vaksin BCG ulangan tidak
dianjurkan oleh karena manfaatnya diragukan.
2 bulan DPT-1 DPT-1 diberikan pada usia lebih dari 6 minggu, dapat
dipergunakan DTwp dan DTap. DPT-1 dengan interval
4-6 minggu.
Polio-1 Polio-1 dapat diberikan bersamaan dengan DPT-1.
Interval pemberian polio 2, 3, 4 tidak kurang dari 4
minggu. Vaksin polio ulangan diberikan satu tahun
sejak imunisasi polio 4 selanjutnya usia 5-6 tahun.
4 bulan DPT-2 DPT-2 (DTwp atau DTap) dapat diberikan secara
terpisah atau dikombinasikan dengan Hib-2 (PRP-T).
Polio-2 Polio-2 diberikan bersamaan dengan DPT-2.
6 bulan DPT-3 DPT-3 dapat diberikan terpisah atau dikombinasikan
dengan Hib-3. DPT ulangan diberikan 1 tahun setelah
imunisasi DPT-3 dan pada usia 5 tahun. DPT diberikan
pada usia 12 tahun.
Polio-3 Polio-3 diberikan bersamaan dengan DPT-3.
Hepatitis B-3 HB-3 diberikan usia 6 bulan. Untuk mendapatkan
respons imun optimal, interval HB-2 dan Hb-3 minimal
2 bulan, terbaik 5 bulan. Departemen kesehatan mulai
tahun 2005 memberikan vaksin HB-1 monovalen
(uniject) saat lahir, dilanjutkan dengan vaksin kombinasi
DTwP/hepatitis B pada usia 2-3-4 bulan. Imunisasi
ulangan (booster) pada usia 5 tahun tidak diperlukan,
idealnya pada usia ini dilakukan pemeriksaan anti-HBs.
9 bulan Campak-1 Campak-1 diberikan pada usia 9 bulan.

Menurut Proverawati dan Andhini (2010), jadwal imunisasi pada anak, yaitu:

Anda mungkin juga menyukai