Anda di halaman 1dari 62

1

BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah

Dewasa ini kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang

dengan pesat, hali itu berpengaruh pada pola kehidupan masyarakat

suatu bangsa. Di samping itu perubahan tersebut berpengaruh terhadap

keperibadian.

Untuk mengatisipasi perubahan dunia yang begitu cepat, negara –

negara yang sedang berkembang harus dapat menyesuaikan diri. Negara

RI merupakan negara yang sedang berkembang, karena itu pemerintah

sedang giat – giatanya mnadakan pembangunan di segala bidang, salah

satu diantaranya adalah bidang pendidikan.

Pendidikan merupakan suatu proses pembentukan sikap,

keperibadian dan keterampilan manusia dalam menghadapi masa depan.

Dalam proses pembentukan sikap keperibadian dan keterampilan

dipengaruhi okleh faktor – faktor tertentu, sehingga pada akhirnya proses

pembantukan sikap, kepribadian dan keterampilan memberikan hasil yang

bervariasi.( Abu dan uhbiyanti dalam karuniawati 2007 : 1)

Pertumbuhan dan perkembangan pertumbuhan dan

perkembangan anak merupakan permasalahan yang tidak dapat

dipisahkan dari aktivitas anak. Setiap tahap pertumbuhan da

perkembangan memberikan andil siap tidaknya anak untuk belajar. Tahap

– tahap mana yang memberikan ciri – ciri khas terhadap anak karakteristik

masa anak dan masa remaja mamberikan wawasan kebijakan yang

diambil guru. Pembinanaan secara diri mutlak dilakukan dengan cara


2

memberikan lingkungan sekolah yang kreatif terhadap anak.

Dalam proses belajar mengajar, siswa dituntut untuk disiplin,

tekun, giat dan mengulangi pelajarannya di rumah. Namun kenyataannya

yang sering dilihat bahwa siswa kurang termotivasi dalam kewajibannya.

Misalnya siswa sering disuruh mengerjakan tugas di rumah ternyata tidak

dapat dikerjakan. Dalam hal ini tentu ada masalah – masalah yang tejadi

dalam diri siswa.

Dalam pencapaian hasil belajar, maka cara belajar, kemauan dan

daya pikir siswa sangat berperan. Hal itu juga sangat mempengaruhi

berbagai faktor kejiwaan serta kondisi fisik lainnya. Faktor kejiwaan yang

dimaksud adalah minat serta motivasi dan prestasi yang semuanya

berhubungan dengan jiwa seseorang.

Dalam pencapaian hasil belajar, maka cara belajar kemauan dan

daya pikir siswa sangat berperan. Hal itu juga sangat mempengaruhi

berbagai faktor kejiwaan serta motivasi dan prestasi yang semuanya

berhubungan dengan jiwa seseorang.

Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan

antara diri sendiri dengan suatu diluar diri. Menurut sukadji dalam

karuniawati (2007 : 1) minat mempengaruhi proses dan hasil belajar

siswa. Hal ini berarti seseorang yang tidak berminat untuk mempelajari

sesuatu maka ia tidak dapat diharapkan berhasil dengan baik dalam

mempelajari hal tersebut, sebaliknya jikaseseorang mempelajari sesuatu

sesuai minatnya maka hasil yang dicapai akan lebih baik pula.

Motivasi adalah dorongan dasar darongan dasar yang menggerakkan

seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang
3

menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam

dirinya. Oleh karena itu, perbuatan seseorang yang didasarkan atas motivasi

tertentu mengandung tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya.

Motivasi dapat juga dikatakan sebagai perbedaan antara dapat

melaksanka dan mau malaksanakan. Motivasi lebih dekat pada mau melaksanakan

tugas untuk mencapai tujuan. Motivasi adalah kekuatan, baik dari dalam maupun

dari luar yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah

ditetapkan sebelumnya. Atau dengan kata lain, motivasi dapat diartikan sebagai

dorongan mental terhadap perorangan atau orang – orang sebagai anggota

masyarakat. Motivasi dapat juga diartikan sebagai proses untuk mencoba

memengaruhi orang atau orang – orang yang dipimpimnya agar melakukan hal

yang diinginkannya, sesuai dengan tujuan tertentu yang telah ditetapkan lebih

dahulu.(Hamzah, 2003. Hal : 1)

Menurut Tampubaolon H.R (2001 : 32) dalam penelitiannya yang

berjudul “Hubungan Minat Balajar Terhadap Prestasi Belajar Fisika Pada

Siswa Kelas VII Semester I SMP Katolik Budi Dharma Balige Tahun Ajaran

2005/2006” menyimpulkan bahwa adanya hubungan antara minat dan hasil

belajar hal ini dapat ditinjukkan dari hasil pembahasan dimana setelah pemberian

angket minat maka dapat diketahui tingkat minat belajar siswa dari hasil

penelitian diperoleh sebagian besar 26,5 % dimana tingkat minat belajar tergolong

tinggi.

Menurut Sargi T (1998 : 32) dari hasil penelitiannya yang berjudul

“Hubungan Minat Baca Dengan Motivasi Berprestasi Siswa Dengan Prestasi

Belajar Fisika Kelas II Ilmu – Ilmu Fisik Semester IV Di SMA Negeri 4

Medan Tahun Ajaran 1991/1992” pada taraf α= 0,05 dengan thit = 351,174 dan
4

tta-b = 3,107.

Affri Ernita Karuniawati G. (2007 : 38) dari hasil penelitiannya yang

berjudul “Hubungan Minat Dan Motivasi Terhadap Hasil Belajar Kimia Pada

Siswa Kelas XI SMA Negeri 4 Medan” diketahui bahwa ada hubungan yang

positif antara hasil belajar siswa kelas XI sma negeri 4 medan tahun ajaran

2006/2007 dengan taraf α= 0,05 denag thit = 5,595 dan ttab = 1,67.

Dari uaraiant diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul Hubungan Antara Minat Dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil

Belajar Fisika Siswa Kelas XI Semester Ganjil SMA Swasta Prima Tembung

Tahun Ajaran 2009/2010.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah

tersebut, maka masalah dalam penelitian ini d apat diidentifikasi sbb :

1. Apakah ada pengaruh minat terhadap hasil belajar Fisika siswa kelas

XI SMA Swasta Prima

2. Apakah ada pengaruh motivasi terhadap hasil belajar Fisika siswa

kelas XI SMA Swasta Prima

3. Apakah ada pengaruh antara minat dan motivasi terhadap hasil

belajar fisika siswa kelas XI SMA Swasta Prima

1.3 Batasan Masalah

Untuk lebih mengarahkan penelitian ini sehingga terfokus dan

spesifik maka masalah dibatasi pada :

1. Minat siswa pada ketertarikan siswa pada pelajaran Fisika dan


5

motivasi merupakan dorongan kepada siswa untuk

mempelajari dan mengetahui mata pelajaran Fisika sehingga

menimbulkan keinginan dan perasaan senang terhadap

pelajaran Fisika dari siswa kelas XI SMA Swasta Prima

2. Hasil belajar merupakan tingkah laku yang terjadi pada

individu melalui usaha belajar yang dilakukan dalam datas

tertentu.

1.4 Rumusan Masalah

1. Seberapa besar pengaruh minat terhadap hasil belajar Fisika

siswa ?

2. Seberapa besar penagruh motivasi terhadap hasil belajar

Fisika siswa ?

3. Seberapa besar pengaruh antara minat dan motivasi terhadap

hasil belajar siswa ?

1.5 Tujuan Penelitian

Seuai dengan permasalahan yang dihadapi dalam penelitian,

maka yang menjadi tujuanpenelitian adalah :

1. Untuk menentukan besarnya pengaruh minat terhadap hasil

belajar fisika siswa.

2. Untuk menentukan besarnya pengaruh motivasi terhadap hasil

belajar fisika siswa.

3. Untuk menentukan besarnya pengaruh minat dan motivasi

terhadap hasil belajar fisika siswa.

1.6 Manfaat Penelitian

1. Menambah pengetahuan dan informasi kepada peneliti di


6

dalam meningkatkan hasil belajar siswa setelah menjadi guru

kelas.

2. Secara praktis hasil penelitian ini dapat menjadi perhatian

bagi lembaga pendidikan terutama SMA untuk pencapaian

hasil belajar siswa.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Minat

Tidak adanya minat seseorang anak terhadap suatu pelajaran akan timbul

kesulitan belajar. Belajar yang tidak ada minatnya mungkin tidak sesuai denghan

bakatnya, tidak sesuai dengan kebutuhan, tidak sesuai dengan kecakapan, tidak

sesuai dengan tipe – tipe khusus anak banyak menimbulkan problema pada

dirinya. Karena itu pelajaran pun tidak pernah terjadi proses di dalam otak, akibat

timbul kesulitan. Ada tidaknya minat terhadap sesuatu pelajaran dapat dilihat dari

cara anak mengikuti pelajaran, lengkap tidaknya dalam pelajaran itu.

Minat adalah kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan

aktivitas. Cenderung akan memperhatikan aktivitas itu secara konsisten dengan

rasa senang.

Minat tidak hanya diekspresikan melalui pernyataan yang memunculkan

bahwa anak didik lebih menyukai sesuatu daripada yang lainnya. Anak didik

yang sesuatu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap

sesuatu yang diminati itu dan sama sekali tidak menghiraukan sesuatu yang lain.

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan

mengenai beberapa kegiatan. Kegiatan yang dimiliki seseorang diperhatikan terus


7

menerus yang disertai dengan rasa sayang. Menurut Winkel (1996:24) minat

adalah “kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada

bidang/hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu.”

Selanjutnya Slameto (1995:57) mengemukakan bahwa minat adalah

“kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa

kegiatan, kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus yang disertai

dengan rasa sayang.”

Kemudian Sardiman (1992:76) mengemukakan minat adalah “suatu

kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atai arti sementara situasi

yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya

sendiri.”

Berdasarkan pendapat di atas, jelaslah bahwa minat besar pengaruhnya terhadap

belajar atau kegiatan. Bahkan pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah

dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar. Untuk

menambah minat seorang siswa di dalam menerima pelajaran di sekolah siswa

diharapkan dapat mengembangkan minat untuk melakukannya sendiri. Minat

belajar yang telah dimiliki siswa merupakan salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi hasil belajarnya. Apabila seseorang mempunyai minat yang tinggi

terhadap sesuatu hal maka akan terus berusaha untuk melakukan sehingga apa

yang diinginkannya dapat tercapai sesuai dengan keinginannya.

Belajar timbul karena adanya minat di dalam diri seseorang yang juga dapat

timbul karena adanya pengaruh orang lain sehubungan denagn minat, menurut

slameto dalam kurniawati (2007 : 5) mengemukakan pengertian minat yaitu minat

besar pengaruhnya terhadap belajar, karena jika mengemukakan pengertian minat


8

yaitu minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena jika bahan pelajaran yang

dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik

– baiknya, ia segan untuk belajar karena tidak ada daya tarik baginya. Bahan

pelajaran yang menarik minat siswa, lebih dihafalkan dan disimpan, karena minat

menambah kegiatan untuk belajar.

Berdasarkan kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa minat dapat

diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai

sesuatu hal daripada hal lainnya dan dapat pula dimanifestasikan melalui

partisipasi dalam suatu aktivitas atau siswa yang memiliki minat terhadap subyek

cenderung untuk memberikan perhatian yang besar terhadap subyek tersebut.

2.1.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat

Minat tidak dapat dibentuk secara spontan/tiba-tiba. Minat muncul dari

keadaan hati seseorang setelah adanya stimulus atau rangsangan. Hal ini

sesuai dengan pendapat Bernand (dalam Sardiman, 2000) bahwa minat timbul

tidak secara tiba-tiba melainkan akibat partisipasi, pengalaman, kebiasaan

pada waktu belajar/bekerja.

Banyak faktor yang mempengaruhi timbulnya minat terhadap sesuatu,

secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu yang bersumber

dari dalam individu yang bersangkutan (misal bobot, umur, jenis kelamin,

pengalaman, perasaan maupun kepribadian)dan yang berasal dari luar

mencakup keluarga, sekolah dan masyarrakat.

Crow dan Crow (dalam Sardiman, 2000) berpendapat ada 3 faktor yang

menjadi penyebab timbulnya minat.

 Dorongan dari dalam diri individu, misalnya dorongan

ingin tahu/rasa ingin yang akan membangkitkan minat untuk


9

belajar .

 Motif sosial dapat menjadi faktor yang membangkitkan

minat untuk melakukan suatu aktifitas tertentu. Yang termasuk

motif sosial adalah orang tua, teman sejawat, sarana pendidikan.

 Faktor emosional, minat mempunyai hubungan yang

erat dengan emosi.

2.1.2. Cara Membangkitkan Minat

Menurut Sukmadinata (2001), pembangkit minat belajar pada anak ada

yang bersifat sementara (jangka pendek) dan ada yang lebih bersifat menetap

(jangka panjang). Beberapa hal yang dapat digunakan untuk membangkitkan

minat belajar pada anak yaitu pemilihan bahan pengajaran yang berarti bagi anak,

menciptakan kegiatan belajar yang dapat membangkitkan dorongan untuk

menemukan (discovery), menerjemahkan apa yang akan diajarkan dalam bentuk

pikiran yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak.

Slameto (2002) mengatakan bahwa minat besar pengaruhnya terhadap

hasil belajar. Anak didik yang berminat terhadap suatu pelajaran akan

mempelajarinya dengan sungguh-sungguh, karena ada terik baginya. Anak didik

mudah menghapal pelajaran yang menarik minatnya. Proses belajar akan berjalan

lancar bila disertai minat. Minat merupakan alat motivasi utama yang dapat

membangkitkan kegairahan belajar anak didik dalam rentangan waktu tertentu.

Oleh karena itu, guru perlu membangkitkan minat anak didik agar pelajaran yang

diberikan mudah anak didik pahami. Ada beberapa macam cara yang dapat guru

lakukan untuk membangkitkan minat anak didik sebagai berikut:

 Membangkitkan adanya suatu kebutuhan pada diri anak didik,


10

sehingga dia rela belajar tanpa paksaan.

 Menghubungkan bahan pelajaran yang diberikan dengan

persoalan pengalaman yang dimiliki anak didik, sehingga nak didik

mudah menerima bahan pelajaran.

 Memberikan kesempatan kepada anak didik untuk mendapatkan

hasil belajar yang baik dengan cara menyediakan lingkungan belajar

yang kreatif dan kondusif.

 Menggunakan berbagai macam bentuk dan teknik mengajar

dalam konteks perbedaanindividual anak didik

2.2 Motivasi

Motivasi adalah dorongan dasar darongan dasar yang menggerakkan

seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang

menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam

dirinya. Oleh karena itu, perbuatan seseorang yang didasarkan atas motivasi

tertentu mengandung tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya.

Motivasi dapat juga dikatakan sebagai perbedaan antara dapat

melaksankan dan mau malaksanakan. Motivasi lebih dekat pada mau

melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan. Motivasi adalah kekuatan, baik dari

dalam maupun dari luar yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan

tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Atau dengan kata lain, motivasi dapat

diartikan sebagai dorongan mental terhadap perorangan atau orang – orang

sebagai anggota masyarakat. Motivasi dapat juga diartikan sebagai proses untuk

mencoba memengaruhi orang atau orang – orang yang dipimpimnya agar

melakukan hal yang diinginkannya, sesuai dengan tujuan tertentu yang telah

ditetapkan lebih dahulu.(Hamzah, 2003. Hal : 1)


11

Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai

kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut

bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung tetapi dapat

didinterprestasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan, dorongan, atau

pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu. Dari sudut sumber

yang menimbulkannya, motif dibedakan dua macam, yaitu motif intrinsik dan

motif ekstrinsik. Motif intrinsik, timbulnya tidak memerlukan rangsangan dari

luar karena memang telah ada dalam diri individu sendiri, yaitu sesuai atau sejalan

dengan kebutuhannya. Sedangkan motivasi ekstrinsik timbul karena adanya

rangsangan dari luar individu, misalnya dalam bidang pendidikan terdapat minat

yang positif terhadap kegiatan pendidikan timbul karena melihat manfaatnya.

Motivasi sebagai faktor inner (batin) berfungsi menimbulkan, mendasari,

mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam

mencapai tujuan sehingga semakin besar motivasinya akan semakin besar

kesuksesan belajarnya. Seseorang yang besar motivasinya akan giat berusaha,

tampak gigih tidak mau menyerah, giat membaca buku – buku untuk

meningkatkanprestasinya untuk memecahkan masalahnya. Sebaliknya mereka

yang motivasinya rendah, tampak acuh tak acuh, mudah putus asa, perhatiannya

tidak tertuju pada pelajaran, suka mengganggu kelas, sering meninggalkan

pelajaran akibat banyak mengalami kesulitan belajar. (Ahmad, 2003. Hal : 83)

Motif intrinsik lebih kuat dari motif ekstrinsik. Oleh karena itu,

pendidikan harus berusaha menimbulkan motif intrinsik dengan menumbuhkan

dan mengembangkanminat mereka terhadap bidang - bidang studi yang relevan.

Sebagai contoh, memberitahukan sasaran yang hendak dicapai dalam bentuk

tujuan instruksional pada saat pembelajaran akan dimulai yang menimbulkan


12

motif keberhasilan mencapai sasaran. Berikut beberapa hal yang dapat

menimbulkan motif ekstrinsik, antara lain :

a. Pendidik memerlukan anak didiknya sebagai manusia yang berpribadi,

menghargai pendapatnya, pikirannya, perasaannya, maupun keyakinannya;

b. Pendidik menggunakan berbagai metode dalam melaksanakan kegiatan

pendidikannya;

c. Pendidik senatiasa memberikan bimbingan dan juga pengarahan kepada

anak didiknya dan membantu, apabila mengalami kesulitan, baik yang bersifat

pribadi maupun akademis;

d. Pendidik harus mempunyai pengetahuan yang luas dan penguasaan

bidang studi atau materi yang diajarkan kepada peserta didiknya.

e. Pendidik harus mempunyai rasa cinta kasih dan sifat pengabdian kepada

profesinya sebagai pendidik.

Motivasi adalah proses psikologis yang dapat menjelaskan perilaku

seseorang. Perilaku hakikatnya merupakan orientasi pada satu tujuan. Dengan

kata lain, perilaku seseorang dirancang untuk mencapai tujuan. Untuk mencapai

tujuantersebut diperlukan proses interaksi dari beberapa unsur. Dengan

demikian, motivasi merupakan kekuatan yang mendorong seseorang melakukan

sesuatu untuk mencapai tujuan. Kekuatan – kekuatan ini pada dasarnya

dirangsang oleh adanya berbagai macam kebutuhan, seperti (1) keinginan yang

hendak dipenuhinya;(2) tingkah laku;(3) tujuan;(4) umpan balik. Proses interksi

ini disebut sebagai produk motivasi dasar (basic motivations process), dapat

digambarkan dengan model proses seperti berikut.

Needs, desires, or
Behavior
Expectation

Goals
Feedback
13

Gambar 1.1 Proses Motivasi Dasar

Motivasi intrinsik berisi : (1) penyesuaian tugas dengan minat, (2)

perencanaan yang penuh variasi, (3) umpan balik atas respons siswa, (4)

kesempatan respons peserta didik yang aktif, dan (5) kesempatan peserta didik

untuk menyesuaikan tugas pekerjaannya. Sedangkan motovasi ekstrinsik berisi :

(1) penyesuaian tugas dengan minat, (2) perencanaan yang penuh variasi, (3)

respons siswa, (4) kesempatan peserta didik untuk menyesuaikan tugas

pekerjaannya, dan (6) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.

David McClelland et al., berpendapat bahwa : A motive is the

redintegration by a cue of a change in an affective situation, yang berarti motif

merupakan implikasi dari hasil pertimbangan yang telah dipelajari (redintegration)

dengan ditandai suatu perubahan pada situasi afektif. Sumber utama munculnya

motif adalah dari rangsangan (stimulasi) perbedaan situasi sekarang dengan

situasi yang diharapkan, sehingga tanda perubahan tersebut tampak pada adanya

perbedaan aktif saat munculnya motif dan saat usaha pencapaian yang diharapkan.

Motivasi dalam pengertian tersebut memiliki dua aspek, yaitu adanya dorongan

dari dalam dan dari luar untuk mengadakan perubahan dari suatu keadaan pada

keadaan yang diharapkan, dan usaha untuk mencapai tujuan.

Berdasarkan teori motivasi yang telah dikemukakan diatas dapat

disimpulkan, motivasi merupakan suatu dorongan yang timbul oleh adanya

rangsangandari dalam maupun dari luar sehingga seseorang berkeinginan untuk


14

mengadakan perubahan tingkh laku/aktivitas tertentu lebih baik dari keadaan

sebelumnya. Dengan sasaran sebagai berikut : (a) atas pemenuhan kebutuhan.

Dalam hal ini, motivasi merupakan motor penggerak dari setiap kebutuhan.

Dalam hal ini, motivasi merupakan motor penggerak dari setiap kebutuhan yang

akan dipenuhi, (b) menentukan arh tujuan yang hendak dicapai, dan (c)

menentukan perbuatan yang harus dilakukan.

Atau dapat pula disimpilkan bahwa motivasi adalah dorongan internal

dan eksternal dalam diri seseorang untuk mengadakan perubahan tingkah laku,

yang mempunyai indikator sebagai berikut : (1) adanya hasrat dan keinginan

untuk melakukan kegiatan, (2) adanya dorongan dan kebutuhan melakukan

kegiatan, (3) adanya harapan dan cita – cita, (4) penghargaan dan penghormatan

atas diri, (5) adanya lingkungan yang baik, dan (6) adanya kegiatan yang menarik

Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi

belajar yang sifatnya di luar diri siswa, yaitu beberapa pengalaman-pengalaman,

keadaan keluarga, lingkungan sekitarnya dan sebagainya.

Pengaruh lingkungan ini pada umumnya bersifat positif dan tidak

memberikan paksaan kepada individu. Menurut Slameto (1995:60) faktor ekstern

yang dapat mempengaruhi belajar adalah “keadaan keluarga, keadaan sekolah dan

lingkungan masyarakat.”

2.2.a. Keadaan Keluarga

Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat

seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Slameto

bahwa: “Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama. Keluarga


15

yanng sehat besar artinya untuk pendidikan kecil, tetapi bersifat menentukan

dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia.”

Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan

seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat seseorang akan terdorong untuk

belajar secara aktif, karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong

dari luar yang menambah motivasi untuk belajar.

Dalam hal ini Hasbullah (1994:46) mengatakan: “Keluarga merupakan

lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga inilah anak pertama-

tama mendapatkan pendidikan dan bimbingan, sedangkan tugas utama dalam

keluarga bagi pendidikan anak ialah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak

dan pandangan hidup keagamaan.”

Oleh karena itu orang tua hendaknya menyadari bahwa pendidikan

dimulai dari keluarga. Sedangkan sekolah merupakan pendidikan lanjutan.

Peralihan pendidikan informal ke lembaga-lembaga formal memerlukan

kerjasama yang baik antara orang tua dan guru sebagai pendidik dalam usaha

meningkatkan hasil belajar anak. Jalan kerjasama yang perlu ditingkatkan, dimana

orang tua harus menaruh perhatian yang serius tentang cara belajar anak di rumah.

Perhatian orang tua dapat memberikan dorongan dan motivasi sehingga anak

dapat belajar dengan tekun. Karena anak memerlukan waktu, tempat dan keadaan

yang baik untuk belajar.

2.2. b. Keadaan Sekolah

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat

penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan

sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat. Keadaan
16

sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-

alat pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa kurang baik akan

mempengaruhi hasil-hasil belajarnya.

Menurut Kartono (1995:6) mengemukakan “guru dituntut untuk

menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan, dan memiliki tingkah laku yang

tepat dalam mengajar.” Oleh sebab itu, guru harus dituntut untuk menguasai

bahan pelajaran yang disajikan, dan memiliki metode yang tepat dalam mengajar.

2.2.c. Lingkungan Masyarakat

Di samping orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang

tidak sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa dalm proses pelaksanaan

pendidikan. Karena lingkungan alam sekitar sangat besar pengaruhnya terhadap

perkembangan pribadi anak, sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih

banyak bergaul dengan lingkungan dimana anak itu berada.

Dalam hal ini Kartono (1995:5) berpendapat:

Lingkungan masyarakat dapat menimbulkan kesukaran belajar anak, terutama

anak-anak yang sebayanya. Apabila anak-anak yang sebaya merupakan anak-anak

yang rajin belajar, maka anak akan terangsang untuk mengikuti jejak mereka.

Sebaliknya bila anak-anak di sekitarnya merupakan kumpulan anak-anak nakal

yang berkeliaran tiada menentukan anakpun dapat terpengaruh pula.

Dengan demikian dapat dikatakan lingkungan membentuk kepribadian

anak, karena dalam pergaulan sehari-hari seorang anak akan selalu menyesuaikan

dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan lingkungannya. Oleh karena itu, apabila

seorang siswa bertempat tinggal di suatu lingkungan temannya yang rajin belajar
17

maka kemungkinan besar hal tersebut akan membawa pengaruh pada dirinya,

sehingga ia akan turut belajar sebagaimana temannya.

(http://sunartombs.wordpress.com)

2.3 Hasil Belajar

Istilah hasil belajar berasal dari bahasa Belanda “prestatie,” dalam

bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha. Dalam literature,

prestasi selalu dihubungkan dengan aktivitas tertentu, seperti dikemukakan oleh

Robert M. Gagne (1988 : 65) bahwa dalam setiap proses akan selalu terdapat hasil

nyata yang dapat diukur dan dinyatakan sebagai hasil belajar (achievement)

seseorang.

Muhibbin Syah (1997 : 141) menjelaskan bahwa: “Prestasi belajar

merupakan taraf keberhasilan murid atau santri dalam mempelajari materi

pelajaran di sekolah atau pondok pesantren dinyatakan dalam bentuk skor yang

diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.

Perubahan sebagai hasil belajar bersifat menyeluruh. Menurut

pandangan ahli jiwa Gastalt, bahwa perubahan sebagai hasil belajar

bersifat menyeluruh baik perubahan pada perilaku maupun kepribadian

secara keseluruhan. Belajar bukan semata-mata kegiatan mekanis

stimulus respon, tetapi melibatkan seluruh fungsi organisme yang

mempunyai tujuan-tujuan tertentu.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi

belajar adalah hasil yang dicapai dari suatu kegiatan atau usaha yang

dapat memberikan kepuasan emosional, dan dapat diukur dengan alat

atau tes tertentu. Dalam proses pendidikan prestasi dapat diartikan


18

sebagai hasil dari proses belajar mengajar yakni, penguasaan, perubahan

emosional, atau perubahan tingkah laku yang dapat diukur dengan tes

tertentu.

Hasil belajar sering dipergunakan dalam arti yang sangat luas

yakni untuk bermacam-macam aturan terhadap apa yang telah dicapai

oleh murid, misalnya ulangan harian, tugas-tugas pekerjaan rumah, tes

lisan yang dilakukan selama pelajaran berlangsung, tes akhir catur wulan

dan sebagainya.

Dalam tulisan ini hasil belajar yang dimaksudkan adalah dalam

pengertian yang terakhir, yaitu tes terakhir catur wulan. Oleh karena itu

proposisi yang dipakai adalah sebagai berikut:

Pertama, hasil belajar murid merupakan ukuran keberhasilan guru

dengan anggapan bahwa fungsi penting guru dalam mengajar adalah

untuk meningkatkan prestasi belajar murid;

Kedua, hasil belajar murid mengukur apa yang telah dicapai murid; dan

Ketiga, hasil belajar (achievement) itu sendiri dapat diartikan sebagai

tingkat keberhasilan murid dalam mempelajari materi pelajaran di pondok

pesantren atau sekolah, yang dinyatakan dalam bentuk skor yang

diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.

Pada umumnya, untuk menilai hasil belajar murid, guru dapat

menggunakan bermacam-macam “achievement test,” seperti “oral test,”

“essay test” dan “objective test” atau “short-answer test”. Sedangkan

untuk nilai proses belajar dan hasil belajar murid yang bersifat

keterampilan (skill), tidak dapat dipergunakan hanya dengan tes tertulis

atau lisan, tapi harus dengan ‘performance test’ yang bersifat praktek.
19

Selanjutnya Davis mengatakan bahwa dalam setiap proses belajar

akan selalu terdapat hasil nyata yang dapat diukur. Hasil nyata yang dapat

dikur dinyatakan sebagai prestasi belajar seseorang.

Benjamin S. Bloom (1956 : 1-10) mengklasifikasi hasil belajar

dalam tiga ranah yaitu: ranah kognitif (cognitive domain), ranah

afektif (affective domain), dan ranah psikomotor (psychomotor

domain). Hasil belajar dalam ranah kognitif terdiri dari enam kategori

yaitu: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan

evaluasi.

Sedangkan ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri

dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian,

organisasi dan internalisasi. Dan yang terakhir ranah psikomotorik

berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak.

Hasil belajar yang diidentifikasi dalam tulisan ini mengacu pada

ranah kognitif. Dalam kaitan ini Soedjarto mengemukakan pula bahwa

hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh murid dalam

mengikuti program belajar mengajar, sesuai dengan tujuan yang telah

ditetapkan.

Dari uraian-uraian di atas jelas bahwa suatu proses belajar

mengajar pada akhirnya akan menghasilkan kemampuan seseorang yang

mencakup pengetahuan, sikap dan keterampilan. Dalam arti bahwa

perubahan kemampuan merupakan indikator untuk mengetahui hasil

prestasi belajar murid.. Hasil prestasi belajar murid diukur dengan

menggunakan tes hasil belajar. Tes ini disusun dan dikembangkan dari

pokok-pokok bahasan yang dipelajari oleh murid dalam beberapa materi


20

pelajaran di sekolah (http://spesialis-torch.com - 084 Prestasi Belajar.htm)

2.4 Usaha Dan Energi


2.4.a. Usaha

2.4.a.1 Pengertian Usaha

usaha dalam fisika memiliki penertian yang khas. Usaha fisika

hanya dilakukan oleh gaya yang bekerja pada benda, dan suatu gaya

dikatakan melakukan usaha pada benda hanya jika gaya tersebut

menyebabkan banda berpindah. Sebagai contoh :

1) Hilda mengerahkan gaya ototnya mendorong mobil temannya tetapi

mobil tidak bergerk. Di sini gaya otot Hilda dikatakan tidak melakukan

usaha pada mobil. Ini karena gaya otot Hilda tidak menyebabkan mobil

berpindah.

Gambar:

Usaha tidak akan bernilai bila tidak ada

perpindahan

2) Atlet angkat berat mengerahkan kekuatan ototnya untuk mengengkat barbel

ke atas kepalanya, kemudian menahan barbel itu sejenak di atas kepalanya. Di

sini otot atlet dikatakan melakukan usaha ketika mengangkat barbel dari

lantai ke atas kepalanya. Ini karena gaya otot atlet memindahkan posisi berbel

dari lantai ke kepala.

Gambar

Seorang atlet angkat besi dikatakan melakukan usaha

karena mengangkat barbel ke atas kepalanya


21

2.4.a.2 Rumus Usaha

Usaha berhubungan dengan gaya dan perpindahan. Usaha (diberi

lambang W, berasal dari bahasa Inggris “work”) didefinisikan sebagai hasil kali

komponen gaya searah perpindahan (Fx) dengan besar perpindahannya (∆x).

secara matematis, definisi ini ditulis dengan rumus :

W = Fx . ∆x (1-1a)

Bedakan antara lambang huruf besar W, yang menyatakan usaha, dan

lambang huruf kecil w, yang menyatakan gaya berat benda).

Untuk gaya (F) searah dengan perpindahan (∆x), Fx = F sehingga usaha (W)

dapat dinyatakan sebagai :

W = F . ∆x (1-1b)

Untuk gaya (F) membentuk sudut θ terhadap perpindahan ∆x, Fx = F cos θ,

maka

W = F. ∆x cos θ (1-2)

Dengan gaya 0 < θ < 180° adalah sudut terkecil antara F dan ∆x.

Dalam SI, satuan usaha adalah joule (J), satuan gaya adalah newton, dan

satuan perpindahan adalah meter, sehingga sesuai persamaan (1-1b), diperoleh :


22

1 joule = 1 newton . meter

Dari hubungan diatas dapat didefinisikan satu joule ?

Satu joule adalah usaha yang kecil. Sebagai contoh, usaha melempar bola

adalah 20 J. Karena itu, satuan yang sering digunakan adalah kelipatan

sepuluhnya (1 kJ = 1000 J; 1 MJ = 1.000.000 J). Dalam keseharian, sering juga

dijumpai satuan erg dan kalori, dengan :

1 erg = 10 -7 joule dan 1 kalori = 4,2 joule

2.4.b. Energi

Energi merupakan salah satu konsep yang penting dalam sains. Meski

energi tidak dapat diberikan sebagai suatu definisi umum yang sederhana dalam

beberapa kata saja, namun secara tradisional, energi dapat diartikan sebagai suatu

kemampuan untuk melakukan usaha atau kerja. Untuk sementara suatu pengertian

kuantitas energi yang setara dengan massa suatu benda kita abaikan terlebih

dahulu, karena pada bab ini, hanya akan dibicarakan energi dalam cakupan

mekanika klasik dalam sistem diskrit. Beberapa energi yang akan dibahas dalam

bab ini adalah sebagai berikut.

2.4.b.1. Energi Potensial


23

Energi potensial adalah energi yang berkaitan dengan kedudukan

suatu benda terhadap suatu titik acuan. Dengan demikian, titik acuan

akan menjadi tolok ukur penentuan ketinggian suatu benda. Misalkan sebuah

benda bermassa m digantung seperti di bawah ini.

Energi potensial dinyatakan dalam

persamaan:

Ep = m . g . h (1.4)

Ep = energi potensial (joule)

m = massa (joule)

g = percepatan gravitasi (m/s2)

h = ketinggian terhadap titik acuan (m)

Persamaan energi seperti di atas lebih tepat dikatakan sebagai

energi potensial gravitasi. Di samping energi potensial gravitasi, juga terdapat

energi potensial pegas yang mempunyai persamaan:

Keterangan :

Ep = ½ . k. ∆x2 atau Ep = ½ . F . ∆x (1.5)


24

Ep = energi potensial pegas (joule)

k = konstanta pegas (N/m)

∆x = pertambahan panjang (m)

F = gaya yang bekerja pada pegas (N)

Gambar :

Mobil mainan memanfaatkan energi pegas

diubah menjadi energi kinetik

Di samping energi potensial pegas,

juga dikenal energi potensial gravitasi

Newton, yang berlaku untuk semua benda angkasa di jagad raya, yang

dirumuskan:

(1.6)

Ep = energi potensial gravitasi Newton (joule) selalu bernilai negatif.

Hal ini menunjukkan bahwa untuk memindahkan suatu benda dari

suatu posisi tertentu ke posisi lain yang jaraknya lebih jauh dari pusat

planet diperlukan sejumlah energi (joule)

M = massa planet (kg)

m = massa benda (kg)

r = jarak benda ke pusat planet (m)

G = tetapan gravitasi universal = 6,672 x 10-11N.m2/kg2

2.4.b.2. Energi Kinetik

Energi kinetik adalah energi yang berkaitan dengan gerakan suatu

benda. Jadi, setiap benda yang bergerak, dikatakan memiliki energi kinetik. Meski
25

gerak suatu benda dapat dilihat sebagai suatu sikap relatif, namun penentuan

kerangka acuan dari gerak harus tetap dilakukan untuk menentukan gerak itu

sendiri. Persamaan energi kinetik adalah :

(1.7)

Ek = energi kinetik (joule)

m = massa benda (kg)

v = kecepatan gerak suatu benda (m/s)

Gambar:

Energi kimia dari bahan bakar

diubah menjadi energi kinetik

oleh mobil

2.4.b.3. Energi Mekanik

Energi mekanik adalah energi total yang dimiliki benda, sehingga energi

mekanik dapat dinyatakan dalam sebuah persamaan:

Em = Ep + Ek (1.8)

Energi mekanik sebagai energi total dari suatu benda bersifat kekal,

tidak dapat dimusnahkan, namun dapat berubah wujud, sehingga berlakulah

hukum kekekalan energi yang dirumuskan:

Ep1 + Ek1 = Ep2 + Ek2 (1.9)

Mengingat suatu kerja atau usaha dapat terjadi manakala adanya sejumlah energi,

maka perlu diketahui, bahwa berbagai bentuk perubahan energi berikut

akan menghasilkan sejumlah usaha, yaitu:


26

(1.10)

Dengan mengkombinasi persamaan-persamaan di atas, maka dapat

ditentukan berbagai nilai yang berkaitan dengan energi. Di samping itu perlu

pula dicatat tentang percobaan James Prescott Joule, yang menyatakan

kesetaraan kalor – mekanik. Dari percobaannya Joule menemukan hubungan

antara satuan SI joule dan kalori, yaitu :

1 kalori = 4,185 joule atau

1 joule = 0,24 kalor


27

2.4.c.. Kaitan Antara Energi dan Usaha

Teorema usaha-energi apabila dalam sistem hanya berlaku energi kinetik

saja dapat ditentukan sebagai berikut.

(1.11)

Sedangkan teorema kerja-energi apabila dalam sistem hanya berlaku

energi potensial gravitasi saja dapat ditentukan sebagai berikut.

(1.12)

Sehingga dapat diberlakukan persamaan umum sebagai berikut;

(1.13)
28
29

2.4.d. Daya

Daya adalah kemampuan untuk mengubah suatu bentuk energi menjadi

suatu bentuk energi lain. Sebagai contoh, jika terdapat sebuah lampu 100 watt

yang efisiensinya 100 %, maka tiap detik lampu tersebut akan mengubah 100

joule energi listrik yang memasuki lampu menjadi 100 joule energi cahaya.

Semakin besar daya suatu alat, maka semakin besar kemampuan alat itu

mengubah suatu bentuk energi menjadi bentuk energi lain.

Jika seluruh energi yang masuk diubah menjadi energi dalam bentuk lain,

maka dikatakan efisiensi alat tersebut adalah 100 % dan besar daya dirumuskan :

(1.14)

P = daya (watt)

W = usaha (joule)

t = waktu (sekon)

Namun mengingat dalam kehidupan sehari-hari sukar ditemukan kondisi

ideal, maka dikenalla konsep efisiensi. Konsep efisiensi yaitu suatu perbandingan

antara energi atau daya yang dihasilkan dibandingkan dengan usaha atau daya

masukan.
30

Efisiensi dirumuskan sebagai berikut :

(1.15)

2.5 Kerangka Konseptual

Minat seseorang merupakan suatu hal yang penting dalam diri manusia.

Karena tanpa adanya minat tersebut sulit untuk meraih suatu keberhasilan dalam

mencapai tujuan. Namun dalam menimbulkan minat tersebut tidak bisa

dipaksakan kecuali atas kemauan sendiri.

Dalam mencapai hasil belajar tidak cukup hanya dengan minat, tetapi

motivasi juga merupakan hal yang sangat penting. Karena dalam mencapai hasil

belajar yang maksimal harus memiliki motivasi yang bertujuan untuk memberikan

dorongan dari dsalam diri maupun dari luar. Seseorang yang tidak mempunyai

motivasi bekerja, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini

merupakan pertand bahwa suatu yang akan dikerjakan tidak menyentuh

kebutuhannya.

Keberhasilan dalam belajar tidak cukup dengan menghafal melainkan

dari faktor – faktor yang mempengaruhinya. Misalnya faktor minat dan motivasi

harus dimiliki seseorang agar bisa tercapai tujuan hasil belajar yang maksimal.

Dari faktor tersebut tentu timbul minat bahan pemikiran bahwa bagaimana cara
31

untuk menimbulkan minat dan motivasi sehingga setiap orang dapat memikirnya.

2.6. Hipotesis

1. Terdapat pengaruh yang signifikan antara minat dan hasil belajar

fisika.

2. Terdapat pengaruh yang signifikan antara motivasi dan hasil

belajar fisika.

3. Terdapat pengaruh yang signifikan antara minat dan motivasi

terhadap hasil belajar fisika.


32

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1.Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Swasta Prima

dengan alamat:Jalan. Beringin gg. Prima. Waktu pelaksanaan

penelitian adalah pada Tahun Pembelajaran 2009/2010 di kelas

XI semester I.

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian

3.2.1. Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XI semester I SMA

Swasta Prima T. P. 2009/2010 yang berjumlah 1 kelas.

3.2.2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian ditentukan dengan teknik random

sampling..

3.3 Desain Penelitian

Desain penelitian digunakan untuk menggambarkan urutan

atau sistematika antara variabel-variabel dalam penelitian.

Dengan desain penelitian tersebut dapat dibagun suatu teknik

analisis yang sesuai untuk menjapai tujuan dan pengajuan

hipotesis yang telah dirumuskan. Adapun desain penelitian ini

adalah sebagai berikut :


33

DESAIN PENELITIAN

Keterangan :

X1 : Motivasi Belajar

X2 : Minat Belajar

Y : Hasil Belajar

3.4. Variabel Penelitian

Pada penelitian ini terdiri atas 3 (tiga) variabel yang akan

diteliti, yaitu terdiri dari dua variabel bebas (variable

independent) dan satu variabel terikat (variable dependent)

Variabel-variabel itu adalah :

1. Variabel bebas (X1) yaitu : Motivasi Belajar

2. Variabel bebas (X2) yaitu : Minat Belajar

3. Variabel terikat (Y) yaitu : Hasil Belajar.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data berhubungan erat dengan hasil

penelitian yang diharapkan, untuk itu dalam mengumpulkan data

dilakukan dengan tepat dan cermat untuk menghindari

kesalahan-kesalahan yang mungkin timbul.


34

Adapun cara mengumpulkan data pada penelitian ini

adalah :

1. Data motivasi siswa dijaring melalui angket.

2. Data minat siswa dijaring melalui angket

3. Data hasil belajar dijaring melalui tes.

3.6.Instrumen Penelitian

3.6.1. Instrumen Motivasi Belajar

Untuk memperoleh data motivasi belajar digunakan

angket tertutup. Penggunaan angket tertutup model skala Likert

terdiri dari empat pilihan jawaban. Pengembangan instrumen

penelitian untuk angket disusun sesuai dengan kisi-kisi dari

angket yang terdiri dari 30 butir item yang terdiri dari 4 pilihan

jawaban. Angket motivasi belajar diberi skor sebagai berikut :

Tabel 3.1: Pilihan jawaban angket motivasi belajar

PERNYATAAN POSITIF NEGATIF


Sangat sering 4 1
Sering 3 2
Kadang- 2 3
kadang
Tidak pernah 1 4

Adapun kisi-kisi instrumen Motivasi Belajar, dapat dilihat

pada tabel 2 sebagai berikut :


35

Tabel 3.2: Kisi-Kisi Angket Motivasi Belajar

NO Indikator ANGKET MOTIVASI


Nomor Nomor
pernyataan pernyataan
positif negatif
1. Adanya hasrat dan
keinginan berhasil
2. Adanya dorongan dan
kebutuhan dalam belajar
3. Adanya harapan dan
cita-cita masa depan
4. Adanya penghargaan
dalam belajar
5. Adanya kegiatan
menarik dalam belajar
6. Adanya lingkungan
belajar yang kondusif,
sehingga memungkinkan
seseorang siswa dapat
belajar dengan baik

Rekap skor yang diberikan siswa terhadap

pernyataan-pernyataan dalam Angket Motivasi Siswa dibuat

dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Untuk pernyataan dengan kriteria positif: 1 = tidak pernah, 2

= kadang-kadang, 3 = Sering, 4 = sangat sering.

2. Untuk pernyataan dengan kriteria negatif: 1 = sangat sering,

2 = sering, 3 = kadang-kadang, 4 = tidak pernah.


36

3.6.2. Minat belajar

Tabel kisi – kisi angket

Aspek yang Indikator No. Item Jumlah


diteliti
Internal 1. Perhatian siswa terhadap 1,2,3,4,5 5
siswa pelajaran fisika.
2. Keaktifan siswa dalam
6,7,8,9,10,1 6
pelajaran fisika.
1
3. Cara belajar fisika siswa.
4
4. Persepsi siswa terhadap fisika.
12,13,14,15 4
5. Kehadiran siswa setiap
16,17,18,19 1
pelajaran fisika.
20 1
6. Memilih fisika sebagai profesi.
21
Eksternal 1. Peranan orang tua. 22 1
siswa
2. Pribadi dan profesional guru. 23,24 2

3. Peranan teman sejawat. 25 2

4. Suasana kenyamanan kelas. 26 1

5. Sarana dan prasarana. 27,28 2

Rekap skor yang diberikan siswa terhadap

pernyataan-pernyataan dalam Angket Motivasi Siswa dibuat

dengan ketentuan sebagai berikut:

4 = sangat setuju (SS)


3 = setuju (S)
2 = tidak setuju (TS)
1 = sangat tidak setuju (STS)
37

3.6.3. Tes Hasil belajar pada materi pokok pemuaian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes

hasil belajar siswa yang berjumlah dua puluh lima soal dalam

bentuk pilihan berganda dengan empat pilihan (option) dan

diberikan sebanyak dua kali, yaitu pada saat pretes dan postes.

Tes disusun berdasarkan analisa kurikulum 2006, buku

pegangan guru dan siswa serta soal-soal yang pernah diberikan

untuk semua kelas atau kelompok.

3.7. Uji Coba Instrumen

3.7.1 Angket

Agar dalam penelitian diperoleh data yang benar, kuesioner

yang digunakan sebaiknya menggunakan kalimat yang mudah

dipahami oleh siswa sebagai objek penelitian, jadi sebelum

diedarkan ke siswa angket terlebih dahulu diedarkan ke guru

yang mengerti tentang angket. Angket yang diedarkan ke guru

dilengkapi dengan petunjuk agar melengkapi kekurangan pada

setiap kuesioner yang diberikan.

Suatu instrumen dikatakan reliable apabila instrumen

tersebut menghasilkan ukuran yang relatif tetap meskipun

dilakukan berulang-ulang dalam waktu yang berbeda. Untuk

mengetahui reabilitas angket digunakan rumus koefisien Alpha.

Reliabilitas angket ditentukan melalui rumus alpha yang

diuraikan oleh Arikunto (2007:302 ).


38

Rumus yang digunakan adalah :

Dengan : r1.1 = reliabilitas

= varians total

= jumlah varians butir soal.

3.7.2 Tes

3.7.2.1Validitas Tes

Uji validitas yang digunakan pada penelitian ini adalah

validitas isi, yaitu item-item soal divalidkan oleh tim ahli sebagai

validator. Tes disusun berdasarkan analisa kurikulum 2006, buku

pegangan guru dan siswa serta soal-soal yang pernah diberikan

untuk suatu kelas atau kelompok. Selanjutnya dituangkan dalam

tabel berikut:

Tabel 3.4 Spesifikasi Tes Hasil Belajar


Materi Pokok/Sub Tingkat kemampuan kognitif Jumlah
materi pokok C1 C2 C3 C4 C5 C6
Usaha 24 30 16,19,2 18,2 - 22 12
1,25, 3, 29
1. Usaha oleh 27,28
beberapa

gaya
Energi 1,2,10 3,9, 4, 5,11, 6,7,8 10 - 18
13,2 14,15, , 23
1. Bent 0 26

uk – bentuk

energi dan

sumber –
39

sumbernya

JUMLAH 30

Keterangan :

C1 : Pengetahuan/Ingatan C4 : Analisis

C2 : Pemahaman/Pengertian C5 : Sintesis

C3 : Aplikasi/Penerapan C6 : Evaluasi

Setelah menyusun tes, maka langkah selanjutnya adalah

uji coba tes tersebut. Uji coba ini dilakukan untuk mendapatkan

alat pengumpul data yang sahih dan andal dan dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

3.7.2.2 Reliabilitas Tes

Uji relibilitas tes adalah untuk melihat seberapa jauh alat

pengukur tersebut andal (reliabel) dan dapat dipercaya, sehingga

instrumen tersebut dapat dipertanggungjawabkan dalam

mengungkapkan data penelitian. Karena tes yang digunakan

sebagai instrumen penelitian adalah soal yang pilihan berganda

rumus yang digunakan adalah rumus K – R 20 sebagai berikut :

 k  Vt − ∑ pq 
r11 =  × 
 k − 1  Vt 
40

(∑ y) 2

dengan Vt = ∑y − N (Arikunto, 2007:188)


N

Keterangan:

r11 : Reliabilitas instrumen

k : Banyaknya butir pertanyaan

Vt : Varians total

P : Proporsi subjek yang menjawab betul pada

sesuatu

butir (skor 1)

Q : Proporsi subjek yang menjawab salah pada

sesuatu

butir

Y : Skor total

N : Banyaknya siswa

Masing-masing proporsi dihitung dengan rumus:

banyaknya subjek yang skornya 1


p=
N

banyaknya subjek yang skornya 0


q=
N

Untuk menafsirkan harga reabilitas dari soal, maka harga

tersebut dikorelasikan ke tabel harga product moment dengan α


= 0,05 jika r hitung > r tabel maka soal reabel.

Adapun kriteria reliabilitas suatu tes adalah sebagai berikut

:
41

< 0,20 sangat rendah

0,20 – 0,40 rendah

0,41 – 0,70 sedang

0,71 – 0,90 tinggi

0,91 – 1,00 sangat tinggi.

3.7.3 Indeks Kesukaran

Bilangan yang menunjukkan karakteristik (sukar mudahnya)

suatu soal disebut Indeks Kesukaran. Indeks kesukaran ini

menunjukkan taraf kesukaran soal. Untuk menentukan taraf

kesukaran soal digunakan rumus sebagai berikut :

B
P= (Arikunto, 2007:176)
J

Dengan : P = Indeks kesukaran

B = Subjek yang menjawab dengan benar

J = Jumlah subjek yang ikut mengerjakan

tes.

Dengan klasifikasi taraf kesukaran sebagai berikut :

P = 0,00 – 0,30 sukar

P = 0,31 – 0,70 sedang

P = 0,71 – 1,00 mudah.

3.7.4 Daya Pembeda Soal

Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal

untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan

tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah).

Untuk menghitung daya pembeda soal, digunakan rumus

sebagai berikut :
42

B A BB
D= − (Arikunto, 2007:177)
JA JB

Dengan : D = Daya pembeda soal

BA = Banyak kelompok atas yang menjawab benar

BB = Banyak kelompok bawah yang menjawab

benar

JA = Banyak subjek kelompok atas

JB = Banyak subjek kelompok bawah

Dengan klasifikasi daya pembeda sebagai berikut :

D = 0,00 – 0,20 jelek (poor)

D = 0,21 – 0,40 cukup (satisfactory)

D = 0,41 – 0,70 baik (good)

D = 0,71 – 1,00 baik sekali (excellent).

3. 8. Teknik Analisis Data

Untuk mendeskripsikan data setiap variabel penelitian

digunakan stasitik deskriftif, yaitu mencari distribusi frekuensi,

mean (M), standart deviasi (SD), modus, dan median. Utnuk

mengidentifikasi tingkat kecendrungan setiap variabel penelitian

menggunakan rerata, skor ideal (Mi) dan standart deviasi ideal

(SDi). Berdasarkan Mi dan SDi maka skor setiap ubahan

penelitian dikelompokkan menjadi empat kategori sebagaimana

diberikan oleh Arikunto (1992: 40), sebagai berikut :

(Mi + 1,5 SDi) s/d Ke atas = tinggi

(Mi s/d Mi + 1,5 SDi) = cukup

(Mi) s/d (Mi - 1,5 SDi) = kurang

(Mi - 1,5 SDi) s/d ke bawah = rendah


43

Hasil penelitian yang dianalisis dengan perhitungan

statistik persamaan regresi. Adapun langkah-langkah analisis

yang digunakan adalah sebagai berikut :

3.8.1 Uji Normalitas.

Uji normalitas dimaksud untuk memeriksa apakah dat-

data variabel penelitian berdistribusi normala atau tidak dan

juga untuk mengetahui apakah teknik analisis regresi cocok

digunakan untuk menganalisis data penelitian. Teknik analisis

yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan rumus Chi-

Kuadrat (X2), sebagai berikut :

Keterangan :

Fo = frekuensi yang didapat dari sampel

Fh = frekuensi yang diharapkan dari sampel sebagai

pencerminan dari frekuensi yang diharapkan populasi.

Harga Chi-Kuadrat yang digunakan dengan taraf

signifikansi yang dipergunakan 5 % dan derajat kebebasan

sebesar jumlah kelas frekuensi dikurang tiga (dk = K – 2).

Apabila x2hitung ≤ X2tabel, maka distribusi data adalah normal,

(Sugiyono, 2004: 200).

3.8.2 Uji linieritas

Dalam hal ini terlebih dahulu ditentukan persamaan

umum regresi sederhana antara variabel bebas dengan variabel

terikat seperti ditentukan oleh Sudjana (2005:315)


44

Keterangan :

a = Bilangan konstan

b = Bilangan regresi Y dan X

X = Variabel bebas

Y = Variabel terikat

Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui linier tidaknya

hubungan antara ubahan bebas dengan variabel terikat. Rumus

yang dipakai untuk menghitung linieritas adalah seperti rumus

yang dikemukakan oleh sudjana (1984) :

Dalam pengujian keberartian regresi dari hubungan

variabel digunakan teknik analisis varians dengan taraf signifikan

5 % dengan derajat kebebasan (K-2) dan (N-K). Untuk uji

keberartian regresi, digunakan rumus sebagai berikut :

Hasil dari Fo dikonsultasikan dengan Ftabel. Jika Fo < Ftabel

pada taraf signifikan 5 %, maka garis regresi adalah linear.

Dengan demikian model linieritas diterima.


45

3.8.3 Uji Hipotesis Penelitian

Setelah didapat uji persyaratan analisis maka langkah

selanjutnya adalah menganalisa data dengan menggunakan :

3.8.4 Perhitungan Korelasi Antar Variabel

Untuk menghitung korelasi antar variabel bebas (X)

dengan variabel terikat (Y) digunakan rumus korelasi product

moment seperti yang dikemukakan oleh Arikunto (2006:274)

Hipotesis penelitian diterima apabila harga rhitung > rtabel

pada taraf signifikansi 5% dengan dk = 2

3.8. 5 Perhitungan Korelasi Parsial

Korelasi ini dihitung dengan rumus yang diberikan oleh

sudjana (1986:365) yaitu:

Dengan :

ry1.2 = koefisien korelasi antar hubungan Y dengan ubahan X1

dimana X2 terkontrol

ry2.1 = koefisien korelasi antar hubungan Y dengan ubahan X2

dimana X1 terkontrol
46

Selanjutnya uji keberartian koefisien korelasi dihitung dengan

menggunakan uji t yang dikemukakan oleh Sudjana (2005:377)

yaitu:

3.8.6 Uji Keberartian Persamaan regresi Ganda.

Untuk menguji hipotesis ketiga digunakan dengan mencari

koefisien korelasi ganda. Sebelum perhitungan tersebut maka

terlebih dahulu dicari regresi ganda dengan rumus yang

dikemukakan oleh Sudjana (2005 : 348)

Analisis regresi ganda dinyatakan berarti atau tidak. Untuk

itu diperlukan rumus seperti yang dikemukakan oleh Sudjana

(1986:340) yaitu :

Regresi dinyatakan berarti apabila fo > ft pada taraf

signifikansi 5% dengan derajat kebebasan K lawan (n-k-1).

3.8.7 Perhitungan Korelasi Ganda

Untuk menghitung korelasi ganda digunakan rumus yang

dikemukakan oleh Sudjana (1986: 368) sebagai berikut :

Dengan :

R = koefisein korelasi ganda

Untuk menghitung korelasi ganda apakah berarti, maka


47

selanjutnya dilakukan uji coba keberartian koefisien korelasi

ganda dengan menggunakan rumus :

Koefisien korelasi dianggap berarti apabila Rh > Rt pada

taraf signifikan 5 % dengan derajat kebebasan K lawan (n – k –

1).

1.8.3.5. 3.8.8.Perhitungan Sumbangan Masing-

Masing Variabel Bebas (X) Terhadap Variabel Terikat (Y).

Untuk menentukan besarnya sumbangan-sumbangan

variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan rumus

sebagai berikut :
48

BAB IV
PEMBAHASAN

1. UJI NORMALITAS DENGAN MENGGUNAKAN SPSS 12.0 FOR


WINDOWS

SEBARAN DATA

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
minat 16 100,0% 0 ,0% 16 100,0%
hasil 16 100,0% 0 ,0% 16 100,0%

UJI DESKRIPTIF
Statistic Std. Error
Minat Mean 80,5000 2,47656
95% Confidence Lower Bound 75,2213
Interval for Upper Bound 85,7787
Mean

5% Trimmed Mean 80,2778


Median 78,5000
Variance 98,133
Std. Deviation 9,90623
Minimum 62,00
Maximum 103,00
Range 41,00
Interquartile Range 12,25
Skewness ,599 ,564
Kurtosis ,955 1,091
Hasil Mean 11,8125 ,33190
95% Confidence Lower Bound 11,1051
Interval for Upper Bound 12,5199
Mean

5% Trimmed Mean 11,7917


Median 12,0000
Variance 1,763
Std. Deviation 1,32759
Minimum 10,00
Maximum 14,00
Range 4,00
Interquartile Range 2,00
Skewness ,195 ,564
Kurtosis -,954 1,091
49

UJI NORMALITAS

a. hasil uji liliefors dengan SPSS 12.0 for windows

Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
minat ,133 16 ,200(*) ,960 16 ,660
hasil ,167 16 ,200(*) ,920 16 ,169

Lihat Sig. Kolmogorov-


Smirnov.
Normal apabila Sig. >
0,05
Tidak normal apabila
Sig. < 0,05

Interprestasi
Syarat normalitas dari data diatas menurut SPSS 12.0 windows adalah :
1. Normal bila Sig. > 0,05
2. Tidak Normal bila Sig. < 0,05

Dari data tersebut terlihat bahwa Sig. = 0,200; sehingga lebih besar dari
0,05 Sehingga data tersebut berdistribusi normal.
50

2. Menentukan Koefisien Korelasi Dengan Menggunakan


SPSS 12.0. For Windows

A. PEARSON CORRELATION
o Digunakan untuk data interval & rasio

o Distribusi data normal

o Terdiri dari dua variabel

o 1 Variabel X (Independen)

o 1 Variabel Y (dependen)

o Variabel X1 minat belajar fisika (diukur dengan angket minat)

o Variabel X2 Motivasi belajar fisika (diukur dengan angket


motivasi)

o Variabel Y hasil nelajar fisika (diukur dari nilai Tes)

o Arah hubungan:

• Dilihat dari tanda koefisien korelasi


• Tanda (-) berarti apabila variabel X tinggi maka variabel Y
rendah
• Tanda (+) berarti apabila variabel X tinggi maka variabel Y
juga tinggi

B. SPEARMAN
• Digunakan untuk jenis data ordinal

• Cara analisis dan interpretasi sama dengan Pearson.

• Perbedaan hanya pada waktu memilih box yang


diaktifkan adalah box spearman

C. KORELASI GANDA
51

• Korelasi yang digunakan untuk menguji hubungan dua


atau lebih variabel independen dengan satu variabel
dependen secara bersamaan

1. Korelasi Antara Minat Dan Hasil Belajar Siswa.

melihat koefisien korelasi


person =
-0,630
dan sig.( 2 – tailed) = 0,816

INTERPRESTASI
Untuk pengambilan keputusan statistik, dapat digunakan 2 cara:
1. Koefisien Korelasi dibandingkan dengan nilai rtabel (korelasi tabel)

a. Apabila Koefisien Korelasi > rtabeL Maka ada korelasi yang

signifikan (Ha Diterima)


52

b. Apabila Koefisien Korelasi < rtabeL Maka tidak ada korelasi yang

signifikan (H0 Diterima)

2. Melihat Sig.

a. Apabila nilai Sig. < 0,05 Maka ada korelasi yang signifikan (Ha
Diterima)

b. Apabila nilai Sig. > 0,05 Maka tidak ada korelasi yang signifikan
(H0 Diterima)

3. Arah hubungan:

a. Dilihat dari tanda koefisien korelasi

b. Tanda (-) berarti apabila variabel X tinggi maka variabel Y rendah

c. Tanda (+) berarti apabila variabel X tinggi maka variabel Y juga


tinggi

Dari gambar terlihat bahwa nilai koefisien korelasi rhitung = -0,630


sedangkan rtabel = 0,389 pada taraf signifikan 5% dengan responden N = 16, Dari
sini telihat bahwa rhitung < r tabel; maka tidak ada korelasi yang signifikan antara
minat belajar fisika dengan hasil belajar fisika.

Selain itu nilai sig.= 0,816 > 0,05 Maka tidak ada korelasi yang
signifikan (Ho diterima).
53

Hasil Belajar Fisika


Minat Belajar Fisika

Gambar grafik minat – hasil belajar fisika


54

2. Menentukan Koefisien Korelasi Antara Veriabel Motivasi Belajar


Fisika Dengan Hasil Belajar Fisika Siswa.

Nilai koefisien korelasi


person =
-0,389
dan sig.( 2 – tailed) = 0,137

INTERPRESTASI
Untuk pengambilan keputusan statistik, dapat digunakan 2 cara:
4. Koefisien Korelasi dibandingkan dengan nilai rtabel (korelasi tabel)

a. Apabila Koefisien Korelasi > rtabeL Maka ada korelasi yang

signifikan (Ha Diterima)

b. Apabila Koefisien Korelasi < rtabeL Maka tidak ada korelasi yang

signifikan (H0Diterima)

5. Melihat Sig.

a. Apabila nilai Sig. < 0,05 Maka ada korelasi yang signifikan (Ha
Diterima)

b. Apabila nilai Sig. > 0,05 Maka tidak ada korelasi yang signifikan
(H0 Diterima)

6. Arah hubungan:

a. Dilihat dari tanda koefisien korelasi

b. Tanda (-) berarti apabila variabel X tinggi maka variabel Y rendah


55

c. Tanda (+) berarti apabila variabel X tinggi maka variabel Y juga


tinggi

Dari gambar terlihat bahwa nilai koefisien korelasi rhitung = -0,630


sedangkan rtabel = 0,389 pada taraf signifikan 5% dengan responden N = 16, Dari
sini telihat bahwa rhitung < r tabel; maka tidak ada korelasi yang signifikan antara
minat belajar fisika dengan hasil belajar fisika.

Selain itu nilai sig. = 0,137 > 0,05 Maka tidak ada korelasi yang
signifikan (Ho diterima).

Hasil Belajar Fisika


Motivasi Belajar Fisika

Gambar grafik motivasi – hasil belajar fisika


56

3. Menentukan Koefisien Korelasi Antara Variabel minat Belajar


Fisika Dengan Motivasi Belajar Fisika Siswa.

Nilai koefisien
korelasi person =
0,776
dan sig.( 2 – tailed)
= 0,000

INTERPRESTASI
Untuk pengambilan keputusan statistik, dapat digunakan 2 cara:
1. Koefisien Korelasi dibandingkan dengan nilai rtabel (korelasi
tabel)

b. Apabila Koefisien Korelasi > rtabeL Maka ada korelasi yang

signifikan (Ha Diterima)

c. Apabila Koefisien Korelasi < rtabeL Maka tidak ada korelasi yang

signifikan (H0Diterima)

2. Melihat Sig.

a. Apabila nilai Sig. < 0,05 Maka ada korelasi yang signifikan (Ha
Diterima)
57

b. Apabila nilai Sig. > 0,05 Maka tidak ada korelasi yang signifikan
(H0 Diterima)

3. Arah hubungan:

a. Dilihat dari tanda koefisien korelasi

b. Tanda (-) berarti apabila variabel X tinggi maka variabel Y rendah

c. Tanda (+) berarti apabila variabel X tinggi maka variabel Y juga


tinggi

Dari gambar terlihat bahwa nilai koefisien korelasi rhitung = 0,776


sedangkan rtabel = 0,389 pada taraf signifikan 5% dengan responden N = 16, Dari
sini telihat bahwa rhitung > r tabel; maka ada korelasi yang signifikan antara minat
belajar fisika dengan motivasi belajar fisika.

Selain itu nilai sig. = 0,00 < 0,05 Maka ada korelasi yang signifikan
(Ha diterima).

Motivasi Belajar
Fisika

Minat Belajar Fisika

Gambar Grafik Minat – Motivasi belajar


58

4. Menentukan Koefisien Korelasi Antara Variabel minat Belajar Fisika Dan


Motivasi Belajar Fisika Terhadap Motivasi Belajar Fisika Siswa.

Untuk Korelasi ganda yang


digunakan hanya output
Model
Summary. Lihat koefisien R
output yang lain diabaikan

INTERPRETASI KORELASI GANDA


• Tidak ada menu khusus korelasi ganda dalam SPSS. Untuk itu bisa
digunakan menu regression untuk mencari (R) dan R square

• Untuk menginterpretasi korelasi ganda lihat nilai R, semakin mendekati 1


maka korelasi semakin kuat

• Guna memperkaya analisis, sebelum dianalisis korelasi ganda dapat juga


ditambahkan analisis korelasi pada masing-masing variabel independen
dengan variabel dependen (caranya sama dengan analisis korelasi pearson

Dari sini terlihat bahwa nilai R yang ditunjukkan adalah ; R = 0,542


Sehingga dapat dikatakan cukup.
59

Gambar Hubungan Minat, Motivasi Dan Hasil Belajar Fisika

3. Menentukan Regresi Antara Variabel minat Belajar Fisika


Dan Motivasi Belajar Fisika Terhadap Motivasi Belajar Fisika
Siswa

A.REGRESI
o Analisis regresi adalah analisis lanjutan dari korelasi

o Menguji sejauh mana pengaruh variabel independen terhadap


variabel dependen setelah diketahui ada hubungan antara variabel
tersebut

o Data harus interval/rasio

o Data Berdistribusi normal

Yang akan dibahas disini adalah:


 Regresi sederhana: yaitu regresi untuk 1 variabel independen
dengan 1 variabel dependen

 Regresi ganda: yaitu regresi untuk lebih dari satu variabel

independen dengan 1 variabel dependen


60

B. REGRESI GANDA
• Digunakan untuk analisis regresi dengan jumlah variabel independen

• lebih dari satu dengan satu variabel dependen. Ada tambahan asumsi yang
harus dipenuhi, yaitu tidak boleh ada korelasi antar variabel-variabel
independennya (multikolinearitas)

Dengan menggunakan SPSS 12.0 didapat data sebagai berikut :


Output 1

Model Summary(b)

Model R R Square Adjusted R Std. Error of


Square the Estimate
1 ,542(a) ,294 ,185 1,19858
a Predictors: (Constant), motivasi, minat

b Dependent Variable: hasil

Lihat nilai R = 0,546 ini berarti bahwa korelasi antara variabel X1dan X2 secara
bersamaan dengan Y adalah 0,546

Output 2
ANOVA(b)

Model Sum of Df Mean Square F Sig.


Squares
1 Regressio 7,762 2 3,881 2,701 ,104(a)
n
Residual 18,676 13 1,437
Total 26,438 15

a Predictors: (Constant), motivasi, minat

b Dependent Variable: hasil

Untuk melihat signifikansi persamaan regresi dapat dilihat dari nilai F = 2,701 dan
dibandingkan dengan F tabel
o Apabila nilai F < F tabel maka persamaan garis regresi tidak
dapat digunakan untuk prediksi

o Apabila nilai F > F tabel maka persamaan garis regresi dapat


digunakan untuk prediksi
61

o Selain itu dapat pula dengan melihat nilai Sig. dapat digunakan
untuk prediksi apabila nilai Sig. < 0,05

Dari tabel terlihat bahwa nilai Sig.> 0,05 ; yaitu ; maka persamaan garis
regresi tidak dapat digunakan.

Output 3
Coefficients(a)
Model Unstandardized Standardized t Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta

1 (Constant) 11,222 2,592 4,329 ,001


minat ,080 ,050 ,599 1,620 ,129
motivasi -,080 ,035 -,853 -2,308 ,038

a Dependent Variable: hasil

Untuk membuat persamaan garis regresi dapat dilihat dari kolom B.


• Constan = 11,222
• Minat = 0,080
• Motivasi = -0,08
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
• Berarti persamaan garisnya adalah:
Y = 11,222 + 0,080 Minat - 0,08 Motivasi
Dependent Variable: hasil
1.0
Hasil Belajar Fisika

0.8

0.6
Data Perkiraan

0.4
bm
C
P
ro
uE
td
p
c
e
x

0.2

0.0
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Observed Cum Prob

Data
Pengamatan
62

BAB V
KESIMPULAN
1. Tidak ada hubungan yang signifikan antara minat belajar fisika siswa
dengan minat belajar siswa

2. tidak ada hubungan yang signifikan antara minat belajar fisika siswa
dengan motivasi belajar siswa.

3. ada hubungan yang signifikan antara minat belajar siswa dengan motivasi
belajar siswa

Anda mungkin juga menyukai