Anda di halaman 1dari 10

Pernikahan dalam Islam

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Bagian dari seri Islam
Ushul fiqih
(Sumber-sumber hukum Islam)

Fiqih

 Al-Qur'an
 Sunnah
 Taklid
 Ijtihad
 Ijma
 Mazhab
 Minhaj
 Qiyas
 Urf
 Bidah
 Madrasah
 Ijazah
 Istihlal
 Istihsan
 Risalah
 Istishhab
 Maslahah
 Dzari'ah

Ahkam

 Wajib
 Sunah
 Mubah
 Makruh
 Haram
 Sah
 Batal

Gelar cendekiawan

 Mujtahid
 Marja
 Alim (jamak: Ulama)
 Mufti
 Mufassir
 Qadi
 Faqih
 Ulum hadis
 Mullah
 Imam
 Mawlawi
 Syekh
 Mujaddid
 Hafiz
 Hujja
 Hakim
 Amir al-Mu'minin
 Maulana

Kotak ini:

 lihat
 bicara
 sunting

Pernikahan atau nikah artinya adalah terkumpul dan menyatu. Menurut istilah lain juga
dapat berarti Ijab Qobul (akad nikah) yang mengharuskan perhubungan antara sepasang
manusia yang diucapkan oleh kata-kata yang ditujukan untuk melanjutkan ke pernikahan,
sesusai peraturan yang diwajibkan oleh Islam.[1] Kata zawaj digunakan dalam al-Quran
artinya adalah pasangan yang dalam penggunaannya pula juga dapat diartikan sebagai
pernikahan, Allah menjadikan manusia itu saling berpasangan, menghalalkan pernikahan dan
mengharamkan zina.

Daftar isi
 1 Hukum nikah
 2 Hikmah pernikahan
 3 Pemilihan calon
o 3.1 Ciri-ciri bakal suami
 4 Penyebab haramnya sebuah pernikahan
 5 Peminangan
 6 Nikah
o 6.1 Rukun nikah
o 6.2 Syarat calon suami
o 6.3 Syarat calon istri
o 6.4 Syarat wali
o 6.5 Syarat-syarat saksi
o 6.6 Syarat ijab
o 6.7 Syarat qobul
 7 Wakil Wali/ Qadi
 8 Lihat juga
 9 Referensi
 10 Pranala luar

Hukum nikah
Hukum pernikahan bersifat kondisional, artinya berubah menurut situasi dan kondisi
seseorang dan lingkungannya.
 Jaiz, artinya boleh kawin dan boleh juga tidak, jaiz ini merupakan hukum dasar dari
pernikahan. Perbedaan situasi dan kondisi serta motif yang mendorong terjadinya
pernikahan menyebabkan adanya hukum-hukum nikah berikut.
 Sunnah, yaitu apabila seseorang telah berkeinginan untuk menikah serta memiliki
kemampuan untuk memberikan nafkah lahir maupun batin.
 Wajib, yaitu bagi yang memiliki kemampuan memberikan nafkah dan ada
kekhawatiran akan terjerumus kepada perbuatan zina bila tidak segera melangsungkan
perkawinan. Atau juga bagi seseorang yang telah memiliki keinginan yang sangat
serta dikhawatirkan akan terjerumus ke dalam perzinahan apabila tidak segera
menikah.
 Makruh, yaitu bagi yang tidak mampu memberikan nafkah.
 Haram, yaitu apabila motivasi untuk menikah karena ada niatan jahat, seperti untuk
menyakiti istrinya, keluarganya serta niat-niat jelek lainnya.

Hikmah pernikahan
 Cara yang halal dan suci untuk menyalurkan nafsu syahwat melalui ini selain lewat
perzinahan, pelacuran, dan lain sebagainya yang dibenci Allah dan amat merugikan.
 Untuk memperoleh ketenangan hidup, kasih sayang dan ketenteraman
 Memelihara kesucian diri
 Melaksanakan tuntutan syariat
 Membuat keturunan yang berguna bagi agama, bangsa dan negara.
 Sebagai media pendidikan: Islam begitu teliti dalam menyediakan lingkungan yang
sehat untuk membesarkan anak-anak. Anak-anak yang dibesarkan tanpa orangtua
akan memudahkan untuk membuat sang anak terjerumus dalam kegiatan tidak
bermoral. Oleh karena itu, institusi kekeluargaan yang direkomendasikan Islam
terlihat tidak terlalu sulit serta sesuai sebagai petunjuk dan pedoman pada anak-anak
 Mewujudkan kerjasama dan tanggungjawab
 Dapat mengeratkan silaturahim

Pemilihan calon
Islam mensyaratkan beberapa ciri bagi calon suami dan calon isteri yang dituntut dalam
Islam. Namun, ini hanyalah panduan dan tidak ada paksaan untuk mengikuti panduan-
panduan ini.

Ciri-ciri bakal suami

 Beriman & bertaqwa kepada Allah


 Bertanggungjawab terhadap semua benda
 Memiliki akhlak-akhlak yang terpuji
 Berilmu agama agar dapat membimbing calon isteri dan anak-anak ke jalan yang
benar
 Tidak berpenyakit yang berat seperti gila, AIDS dan sebagainya
 Rajin bekerja untuk kebaikan rumah tangga seperti mencari rezeki yang halal untuk
kebahagiaan keluarga.

Penyebab haramnya sebuah pernikahan


Perempuan yang diharamkan menikah oleh laki-laki disebabkan karena keturunannya (haram
selamanya) serta dijelaskan dalam surah an-Nisa: Ayat 23 yang berbunyi, “Diharamkan
kepada kamu menikahi ibumu, anakmu, saudaramu, anak saudara perempuan bagi saudara
laki-laki, dan anak saudara perempuan bagi saudara perempuan.”:

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Mahram


o Ibu
o Nenek dari ibu maupun bapak
o Anak perempuan & keturunannya
o Saudara perempuan segaris atau satu bapak atau satu ibu
o Anak perempuan kepada saudara lelaki mahupun perempuan, yaitu semua
anak saudara perempuan

 Perempuan yang diharamkan menikah oleh laki-laki disebabkan oleh susuan ialah:
o Ibu susuan
o Nenek dari saudara ibu susuan
o Saudara perempuan susuan
o Anak perempuan kepada saudara susuan laki-laki atau perempuan
o Sepupu dari ibu susuan atau bapak susuan

 Perempuan mahram bagi laki-laki karena persemendaan ialah:


o Ibu mertua
o Ibu tiri
o Nenek tiri
o Menantu perempuan
o Anak tiri perempuan dan keturunannya
o Adik ipar perempuan dan keturunannya
o Sepupu dari saudara istri
 Anak saudara perempuan dari istri dan keturunannya

Peminangan
Lamaran merupakan suatu ikatan janji pihak laki-laki dan perempuan untuk melangsungkan
pernikahan mengikuti hari yang dipersetujui oleh kedua pihak. Meminang merupakan adat
kebiasaan masyarakat Melayu yang telah dihalalkan oleh Islam. Peminangan juga merupakan
awal proses pernikahan. Hukum peminangan adalah harus dan hendaknya bukan dari istri
orang, bukan saudara sendiri, tidak dalam iddah, dan bukan tunangan orang. Pemberian
seperti cincin kepada wanita semasa peminangan merupakan tanda ikatan pertunangan.
Apabila terjadi ingkar janji yang disebabkan oleh sang laki-laki, pemberian tidak perlu
dikembalikan dan jika disebabkan oleh wanita, maka hendaknya dikembalikan, namun
persetujuan hendaknya dibuat semasa peminangan dilakukan. Melihat calon suami dan calon
istri adalah sunat, karena tidak mau penyesalan terjadi setelah berumahtangga. Anggota yang
diperbolehkan untuk dilihat untuk seorang wanita ialah wajah dan kedua tangannya saja.[2]
Kemudian jika seorang wanita telah ada yang meminang maka haram seorang pria untuk
meminangnya lagi.[3]

Nikah
Rukun nikah

 calon Pengantin laki-laki


 calon Pengantin perempuan
 Wali bagi perempuan
 Dua orang saksi laki-laki yang adil
 Ijab dan kabul (akad nikah)

Syarat calon suami

 Islam
 Laki-laki yang tertentu
 Bukan lelaki mahram dengan calon istri
 Mengetahui wali yang sebenarnya bagi akad nikah tersebut
 Bukan dalam ihram haji atau umroh
 Dengan kerelaan sendiri dan bukan paksaan
 Tidak mempunyai empat orang istri yang sah dalam suatu waktu
 Mengetahui bahwa perempuan yang hendak dinikahi adalah sah dijadikan istri

Syarat calon istri

 Islam atau Ahli Kitab


 Perempuan yang tertentu
 Bukan perempuan mahram dengan calon suami
 Bukan seorang banci
 Akil baligh (telah pubertas)
 Bukan dalam berihram haji atau umroh
 Tidak dalam iddah
 Bukan istri orang

Syarat wali

 Islam, bukan kafir dan murtad


 Lelaki dan bukannya perempuan
 Telah pubertas
 Dengan kerelaan sendiri dan bukan paksaan
 Bukan dalam ihram haji atau umroh
 Tidak fasik
 Tidak cacat akal pikiran, gila, terlalu tua dan sebagainya
 Merdeka
 Tidak dibatasi kebebasannya ketimbang membelanjakan hartanya

Sebaiknya calon istri perlu memastikan syarat wajib menjadi wali. Jika syarat-syarat wali
terpenuhi seperti di atas maka sahlah sebuah pernikahan itu.Sebagai seorang mukmin yang
sejati, kita hendaklah menitik beratkan hal-hal yag wajib seperti ini.Jika tidak, kita hanya
akan dianggap hidup dalam berzinahan selamanya.
Syarat-syarat saksi

 Sekurang-kurangya dua orang


 Islam
 Berakal
 Telah pubertas
 Laki-laki
 Memahami isi lafal ijab dan qobul
 Dapat mendengar, melihat dan berbicara
 Adil (tidak melakukan dosa-dosa besar dan tidak terlalu banyak melakukan dosa-dosa
kecil)
 Merdeka

Syarat ijab

 Pernikahan nikah ini hendaklah tepat


 Tidak boleh menggunakan perkataan sindiran
 Diucapkan oleh wali atau wakilnya
 Tidak diikatkan dengan tempo waktu seperti mut'ah (nikah kontrak atau pernikahan
(ikatan suami istri) yang sah dalam tempo tertentu seperti yang dijanjikan dalam
persetujuan nikah muat'ah)
 Tidak secara taklik (tidak ada sebutan prasyarat sewaktu ijab dilafalkan)

Contoh bacaan Ijab: Wali/wakil wali berkata kepada calon suami: "Saya nikahkan anda
dengan Nisa binti Abdullah dengan mas kawin berupa cincin emas dibayar tunai".

Syarat qobul

 Ucapan mestilah sesuai dengan ucapan ijab


 Tidak ada perkataan sindiran
 Dilafalkan oleh calon suami atau wakilnya (atas sebab-sebab tertentu)
 Tidak diikatkan dengan tempo waktu seperti mutaah(seperti nikah kontrak)
 Tidak secara taklik(tidak ada sebutan prasyarat sewaktu qobul dilafalkan)
 Menyebut nama calon istri
 Tidak ditambahkan dengan perkataan lain

Contoh sebutan qabul (akan dilafazkan oleh bakal suami):"Saya terima nikahnya dengan
Nisa binti Abdullah dengan mas kawin berupa seperangkap alat salat dibayar tunai" atau
"Saya terima Nisa binti Abdullah sebagai istri saya".

Setelah qobul dilafalkan Wali/wakil wali akan mendapatkan kesaksian dari para hadirin
khususnya dari dua orang saksi pernikahan dengan cara meminta saksi mengatakan lafal
"sah" atau perkataan lain yang sama maksudya dengan perkataan itu.

Selanjutnya Wali/wakil wali akan membaca doa selamat agar pernikahan suami istri itu kekal
dan bahagia sepanjang kehidupan mereka serta doa itu akan diAminkan oleh para hadirin

Bersamaan itu pula, mas kawin/mahar akan diserahkan kepada pihak istri dan selanjutnya
berupa cincin akan dipakaikan kepada jari cincin istri oleh suami sebagai tanda dimulainya
ikatan kekeluargaan atau simbol pertalian kebahagian suami istri.Aktivitas ini diteruskan
dengan suami mencium istri.Aktivitas ini disebut sebagai "Pembatalan Wudhu".Ini karena
sebelum akad nikah dijalankan suami dan isteri itu diminta untuk berwudhu terlebih dahulu.

Suami istri juga diminta untuk salat sunat nikah sebagai tanda syukur setelah pernikahan
berlangsung. Pernikahan Islam yang memang amat mudah karena ia tidak perlu mengambil
masa yang lama dan memerlukan banyak aset-aset pernikahan disamping mas kawin,hantaran
atau majelis umum (walimatul urus)yang tidak perlu dibebankan atau dibuang.

Wakil Wali/ Qadi


Wakil wali/Qadi adalah orang yang dipertanggungjawabkan oleh institusi Masjid atau
jabatan/pusat Islam untuk menerima tuntutan para Wali untuk menikahkan/mengahwinkan
bakal istri dengan bakal suami. Segala urusan pernikahan,penyediaan aset pernikahan seperti
mas kawin, barangan hantaran (hadiah), penyedian tempat pernikahan, jamuan makan kepada
para hadirin dan lainnya adalah tanggungjawab pihak suami istri itu. Qadi hanya perlu
memastikan aset-aset itu telah disediakan supaya urusan pernikahan berjalan lancar.
Disamping tanggungjawabnya menikahi suami istri berjalan dengan sempurna, Qadi perlu
menyempurnakan dokumen-dokumen berkaitan pernikahan seperti sertifikat pernikahan dan
pengesahan suami istri di pihak tertinggi seperti mentri agama dan administratif negara.Untuk
memastikan status resmi suami isteri itu sentiasa sulit dan terpelihara. Qadi selalunya dilantik
dari kalangan orang-orang alim(yang mempunyai pengetahuan dalam agama Islam dengan
luas) seperti ustadz, muallim, mufti, sheikh al-Islam dan sebagainya. Qadi juga mesti
merupakan seorang laki-laki Islam yang sudah merdeka dan telah pubertas.

Lihat juga
 Penceraian dalam Islam
 Pernikahan bersama perempuan seagama dan bukan seagama menurut Islam
 Pengangkatan anak angkat menurut Islam

Referensi
1. ^ H. Idris Ahmad, 1983; jil. 2, 54
2. ^ Abu Hurairah berkata, sabda rasullullah kepada seorang laki-laki yang hendak
menikah dengan seorang perempuan: "Apakah kamu telah melihatnya? Jawabnya
tidak(kata lelaki itu kepada rasullullah). Pergilah untuk melihatnya supaya pernikahan
kamu terjamin kekekalan. (Hadis Riwayat Tarmizi dan Nasai).
3. ^ Daripada Ibnu Umar bahwa rasullullah telah bersabda: "Kamu tidak boleh
meminang tunangan saudara kamu sehingga pada akhirnya dia membuat ketetapan
untuk memutuskannya". (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim (Asy-Syaikhan).

Pranala luar
 Portal Informasi dan Direktori Pernikahan Indonesia

Kategori:
 Islam
 Fikih
 Pernikahan

Menu navigasi
 Belum masuk log
 Pembicaraan
 Kontribusi
 Buat akun baru
 Masuk log

 Halaman
 Pembicaraan

 Baca
 Sunting
 Sunting sumber
 Versi terdahulu

Pencarian

 Halaman Utama
 Perubahan terbaru
 Peristiwa terkini
 Halaman baru
 Halaman sembarang

Komunitas

 Warung Kopi
 Portal komunitas
 Bantuan

Wikipedia

 Tentang Wikipedia
 Pancapilar
 Kebijakan
 Menyumbang
 Hubungi kami
 Bak pasir

Bagikan

 Facebook
 Twitter
 Google+
Cetak/ekspor

 Buat buku
 Unduh versi PDF
 Versi cetak

Perkakas

 Pranala balik
 Perubahan terkait
 Halaman istimewa
 Pranala permanen
 Informasi halaman
 Item di Wikidata
 Kutip halaman ini
 Pranala menurut ID

Bahasa lain

 ‫العربية‬
 English
 Español
 Français
 हिन्दी
 Basa Jawa
 Bahasa Melayu
 Русский
 ‫اردو‬

Sunting interwiki

 Halaman ini terakhir diubah pada 31 Januari 2017, pukul 12.59.


 Teks tersedia di bawah Lisensi Atribusi-BerbagiSerupa Creative Commons; ketentuan
tambahan mungkin berlaku. Lihat Ketentuan Penggunaan untuk lebih jelasnya.

Anda mungkin juga menyukai