Sistem Permesinan
Bangunan Lepas Pantai
TUGAS 1 ARTIKEL OFFSHORE INDONESIA
PRASETYO ADI WIBOWO
42 13 100 024
Sistem Permesinan Bangunan Lepas Pantai
Bukan hanya berjaya di sektor gas alam. Natuna juga diselimuti minyak bumi
yang seolah tiada pernah ada habisnya. Sumur-sumur off shore yang berada di bagian
timur Natuna itu terus memancarkan minyaknya.
Jadi, wajar saja kalau sektor migas di Kabupaten Natuna ini menjadi
penyumbang terbesar bagi perekonomian di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri). Migas
yang berasal dari pelapukan fosil binatang laut selama jutaan tahun silam itu memberi
kontribusi sekitar 10,11 persen dari perekonomian Kepri Pengeboran minyak lepas
pantai.
Sayangnya, sebagian besar hasil eksplorasi tersebut dikuasai oleh perusahaan swasta
asing. Maklum, baik modal, tenaga ahli, maupun peralatan hampir seluruhnya disuplai
oleh Exxon Mobil, Conoco Philips, Star Energy, dan Primer Oil.
Bayangkan, dari total pendapatan yang mencapai puluhan triliun rupiah itu,
Kabupaten Natuna hanya kecipratan Rp 225 miliar. Sementara itu, pemerintah pusat
kebagian sekitar Rp 525 miliar. Sedangkan triliunan rupiah lainnya menjadi hak milik
perusahaan asing .
Selain banyak pantai dan pulau masih “perawan” Natuna juga super kaya
dengan kandungan gas maupun minyak bumi. Terasa tak lengkap jika membicarakan
Natuna tanpa kandungan alam gas alam yang disebutkan oleh para ahli, memiliki
cadangan terbesar Asia Pasifik bahkan di dunia.
Yaitu Blok Natuna D-Alpha merupakan blok gas dan minyak yang menyimpan
sekitar 500 juta barel. Total potensi gas diperkirakan mencapai 222 triliun kaki kubik,
dan inilah cadangan terbesar di dunia yang tidak akan habis dieksplorasi 30 tahun ke
depan. Potensi gas yang recoverable sebesar 46 tcf (46,000 bcf) atau setara dengan
8,383 miliar barel minyak (1 boe, barel oil equivalent = 5.487 cf ).
Dengan potensi sebesar itu, dan asumsi harga rata-rata minyak US$ 75 / barel
selama periode eksploitasi, nilai potensi ekonomi gas Natura adalah US$ 628,725 miliar
atau sekitar Rp 6.287,25 triliun (kurs US$/Rp = Rp 10.000). Bandingkan dengan APBN
2010 yang hanya Rp 1.047,7 triliun. Terhitung 2 November 2010 hingga 2 Maret 2011,
Premier Oil telah mendeteksi kandungan minyak dan gas di kawasan Blok D Alpa
Natuna.
Premier Oil perusahaan pengeboran minyak dan gas yang berkantor pusat di
Inggris itu bakal melakukan pengeboran selama 30 tahun sesuai dengan kontrak kerja
dengan pemerintah Indonesia mulai tahun 2007. Pelaksanaannya secara bertahap,
masa penjajakan potensi 10 tahun jika tidak menemukan potensi Migas yang bernilai
ekonomis, maka pengeboran dihentikan.
Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan gas (BP. Migas), Elan Biantoro
bersama jajaran Kontraktor Premier Oil.
Terkait hal itu, guna menunjang pelaksanaan proses eksploitasi, Premier Oil
meminta kepada pemerintah Natuna untuk menyiapkan kelengkapan. Misalnya kantor
Bea Cukai, Sah Bandar, Petugas Karantina dan Imigrasi, karena awal November ini
kapal-kapal pembawa logistik dan lain nya mulai beroperasi di Natuna.
Plt Bupati Natuna, Raja Amirullah menyambut baik kunjungan kerja BP Migas dan
Premier Oil ke daerahnya.(dari berbagai sumber/pulo lasman simanjuntak)
Berdasarkan artikel diatas, potensi akan kekayaan minyak dan gas yang ada di
Natuna sangatlah besar. Sehingga diperlukan adanya upaya agar potensi itu dapat
dimanfaatkan secara optimal. Sehingga tidak menimbulkan hal-hal yang tidak
diinginkan. Selain itu juga diperlukan adanya peningkatan mutu SDM yang mumpuni
untuk mengolah potensi tersebut. Peningkatan mutu SDM ini diharapkan dapay
menghasilkan tenaga-tenaga ahli yang dianggap sanggup untuk memanfaatkan
potensi tersebut. Sehingga potensi yang ada tersebut dapat dirasakan oleh bangsa
Indonesia sebagai pemilik hak kekayaan alam tersebut.
Dalam upaya pemanfaatan potensi itu, sebenarnya hal yang membuat ganjal.
Yaitu investasi pengeboran yang dilakukan oleh asing. Dalam berbagai pandangan
banyak yang menyatakan bahwa investasi tersebut berguna untuk pertumbuhan
ekonomi di daerah yang ada bahkan untuk negara. Tapi sangat disayangkan apabila
bangsa ini hanya mendapatkan keuntungan yang sangat kecil padahal Indonesia