Anda di halaman 1dari 11

TUGAS FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN

DISUSUN OLEH:
MOH AINUN ROSIDI
NIM 1762041019

PROGAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
B. Pengetahuan dan Pengetahuan Ilmiah
Pengetahuan ilmiah itu dibangun dengan tujuan untuk memecahkan problem-problem ilmiah.
Menurut Bahm, ilmu itu sendiri adalah suatu nama bagi usaha manusia untuk mampu memahami
sifat dasar berbagai hal dengan jalan merumuskan hipotesis-hipotesis atau teori-teori tentang
sifat-sifat dasar dan mengujinya secara pengamatan atau percobaan untuk mengetahui apakah
masih berlaku atau tidak. Oleh karena itu, untuk dapat memecahkan masalah ilmiah diperlukan
sikap-sikap yang ilmiah juga.
Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, dan pemahaman yang dimiliki manusia
tentang dunia dan segala isinya, termasuk manusia dan kehidupannya. Sebelum filsafat dan ilmu
pengetahuan berkembang, lebih dulu berkembang mitos dan pengetahuan pra-ilmiah sebagai
jawaban atas berbagai masalah yang dihadapi manusia. Tatkala jawaban yang diberikan mitos
dan pengetahuan sehari-hari itu tidak lagi memuaskan (memadai), muncul upaya untuk
menjelaskan fenomena alam dengan penjelasan rasional
dan kemudian penjelasan yang didasarkan atas pengalaman (empiri) untuk memberikan jawaban
terhadap fenomena alam dan pengalaman hidup manusia. Dalam perkembangan selanjutnya, kita
mengenal bermacammacam jenis pengetahuan (pengetahuan agama, pengetahuan sehari-hari,
pengetahuan ilmiah). Sedangkan pengetahuan ilmiah merupakan jenis pengetahuan yang
memiliki ciri-ciri dan metode serta sistematika tertentu. Dengan demikian, cukup jelas bahwa
pengetahuan (knowledge) lebih luas dari pengetahuan ilmiah (science). Pengetahuan ilmiah atau
ilmu pengetahuan hanya salah satu jenis pengetahuan yang memiliki ciri-ciri khusus. Thomas
Huxley mengemukakan bahwa inti sains tidak lebih dari akal sehat yang terlatih clan tertata.
Perbedaannya, seperti perbedaan antara seorang veteran dengan seorang prajurit baru; dan
metode ilmiah berbeda dari akal sehat, seperti perbedaan antara serangan seorang prajurit yang
memiliki senjata dan teknologi modern dengan serangan primitif yang bersenjata pentungan
(Calne, 2004: 206).
Filsafat Ilmu Pengetahuan merupakan filsafat khusus yang membahas berbagai macam hal yang
berkenaan dengan ilmu pengetahuan. Sebagai filsafat, Filsafat Ilmu Pengetahuan berusaha
membahas ilmu pengetahuan sebagai obyeknya secara rasional (kritis, logis, dan sistematis),
menyeluruh dan mendasar. Filsafat Ilmu Pengetahuan berusaha memperoleh pemahaman
tentang ilmu pengetahuan secara jeas, benar dan lengkap, serta mendasar untuk dapat
menemukan kerangka pokok serta unsur-unsur hakiki yang kiranya menjadi ciri khas dari ilmu
pengetahuan yang sebenarnya. Sehinga kita dapat menentukan identitas ilmu pengetahuan
dengan benar, dapat menentukan mana yang termasuk ilmu pengetahuan, dan mana yang tidak
termasuk dalam lingkup ilmu pengetahuan.

C. Pengetahuan Sehari-hari dan Pengetahuan Ilmiah ( ilmu Pengetahuan )


Pengetahuan sehari-hari adalah bentuk pengetahuan yang digunakan untuk kepentingan sehari-
hari. Karena itu, disebut juga dengan pengetahuan eksistensial. Dalam kehidupan sehari-hari
misalnya banyak ditemukan cara pengobatan yang termasuk pengetahuan eksistensial dan
diwariskan secara turun-temurun. Umpamanya daun-daunan, akar-akaran, umbi-umbian yang
digunakan untuk mengobati suatu penyakit. Contoh yang jelas dan sederhana adalah berbagai
jenis jamu yang digunakan (oleh masyarakat tradisional) tanpa pembuktian laboratorium
(pembuktian ilmiah), sehingga tidak dapat diketahm dan dij elaskan oleh mereka mengapa akar-
akaran atau daun-daunan itu bisa mengobati suatu penyakit. Akan tetapi, sebagian masyarakat
awam percaya begitu saja bahwa jamu itu sanggup mengobati penyakit, tanpa dapat menjelaskan
alasannya (Suriasumantri, 2001).
Berbeda dengan pengetahuan sehari-hari, tujuan ilmu pengetahuan/ pengetahuan ilmiah adalah
(1) untuk menjelaskan mengapa suatu peristiwa terjadi. Menjawab pertanyaan “mengapa"
merupakan inti kegiatan ilmiah. Penjelasan (Erklaeren atau eksplanasi) adalah pemaparan yang
bersifat kausalitas, misalnya, air jika dipanaskan pada temperatur 100°C, maka akan mendidih.
Penjelasan kausalitas merupakan tujuan ilmu pengetahuan yang penting (terutama pada ilmu-
ilmu alam dan ilmu pengetahuan sosialhumaniora yang menggunakan metode ilmu pengetahuan
alam). Ilmu pengetahuan yang menjelaskan atau berupaya mencari hukum-hukum alam disebut
nomotetis. Pada psikologi behaviorisme, “stimulus-respons” merupakan penjelasan kausalitas
terkait tingkah laku manusia.
Ernest Nagel (dalam Amheru Staff Gunadarma) secara rinci membedakan pengetahuan dengan
ilmu pengetahuan. Perbedaan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Dalam pengetahuan informasi tentang suatu fakta jarang disertai penjelasan tentang
mengapa dan bagaimana. Pengetahuan tidak melakukan pengujian kritis hubungan sebab-
akibat antara fakta yang satu dengan yang lain. sedangkan dalam ilmu pengetahuan, di
samping diperlukan uraian yang sistematik, juga dapat dikontrol dengan sejumlah fakta
sehingga dapat dilakukan pengorganisasian dan pengklarifikasian berdasarkan prinsip-
prinsip atau dalil-dalil yang berlaku
2. Pengetahuan tidak memberikan penjelasan yang sistematis dari berbagai fakta.
Pengetahuan juga mengumpulkan data secara subjektif. Sedangkan ilmu pengetahuan
berpedoman pada teori-teori yang dihasilkan dalam penelitian-penelitian terdahulu.
3. Kebenaran yang diakui oleh pengetahuan bersifat tetap, sedangkan kebenaran dalam ilmu
pengetahuan selalu dilakukan pengujian kritis. Kebenaran dalam ilmu pengetahuanselalu
dihadapkan pada pengujian melalui observasi maupun eksperimen dan sewaktu-waktu
dapat diperbaharui atau diganti.
4. Pengetahuan biasanya mengandung pengertian ganda atau samar, sedangkan ilmu
pengetahuan merupakan konsep-konsep yang dapat diverifikasi secara empirik
5. Pengetahuan didapat hanya melalui pengamatan panca indera sedangkan ilmu
pengetahuan berdasar pada metode ilmiah.
Di samping perbedaan tujuan dan metode, ada perbedaan antara pengetahuan sehari-hari dengan
ilmu pengetahuan (pengetahuan ilmiah) yakni dalam sarana bahasa yang dipakai. Pengetahuan
sehari-hari menggunakan bahasa sehari-hari, sementara ilmu pengetahuan atau pengetahuan
ilmiah memakai bahasa ilmiah. Jika bahasa sehari-hari digunakan tanpa mempertimbangkan
ketepatan sehingga bisa bermakna ganda atau tidak jelas, maka bahasa ilmiah digunakan dengan
lugas dan jelas (ketat). Oleh karena itu, dalam bahasa ilmiah, konsep-konsep penting biasanya
dirumuskan dalam bentuk definisi, sehingga ada kesepakatan tentang pengertian konsep/teori
yang digunakan.
D. Ciri Ilmu Pengetahuan/Pengetahuan Ilmiah
Berdasarkan penjelasan sebelumnya dapat dikatakan bahwa ilmu pengetahuan (pengetahuan
ilmiah) adalah pengetahuan yang memiliki ciriciri tertentu serta cara (metode) bagaimana
memperoleh dan membuktikan kebenarannya. Beerling (1986) mengemukakan beberapa ciri
ilmu pengetahuan: pertama, anggapan bahwa pengetahuan berlaku umum; kedua, ilmu
pengetahuan mempunyai kedudukan mandiri (otonom) dalam mengembangkan normanorma
ilmiah; ketiga, pengetahuan ilmiah mempunyai dasar pembenaran (misalnya: verifikasi, dan
falsifikasi); keempat, pengetahuan ilmiah bersifat sistematik; dan kelima, pengetahuan ilmiah
bersifat objektif (intersubjektif) (Beerling, 1986: 4-8).
Sedangkan Van Melsen mengemukakan ciri-ciri pengetahuan ilmiah (ilmu pengetahuan) sebagai
berikut:
1. Metodis (memiliki metode (logis dan koheren) sebagai dasar pembenaran (justifikasi)
teorinya).
2. Memiliki sistem (sistematis).
3. Universal (berlaku di mana saja).
4. Objektif /intersubjektif.
5. Progresif (dinamis, teori bersifat tentatif).
6. Dapat digunakan (ada kaitan antara teori dengan praktik).
7. Tanpa pamrih (prinsip ilmu demi ilmu).

E. Metodologi dan Filsafat Ilmu Pengetahuan


Ilmu atau bidang filsafat yang membahas tentang cara-cara untuk memperoleh ilmu pengetahuan
disebut metodologi. Metodologi (juga logika) termasuk bidang yang disebut dengan “tool
studies” atau mata pelajaran
mengenai “alat”, maksudnya mata pelajaran itu berguna sebagai "alat" bagi mata pelajaran lain.
Sedangkan mata pelajaran yang membahas bahan. materi atau isi pelajaran disebut “content
studies". Mata pelajaran mengenai isi (content studies) adalah mata pelajaran yang mengajarkan
fakta-fakta, bahan-bahan atau informasi tentang mata pelajaran/kuliah tertentu. Menurut Auguste
Comte mengajukan tiga tahapan pembebasan Ilmu pengetahuan . pertama ilmu Pengetahuan
melepaskan diri dari lingkungan teologik yang bersifat mistis, kedua ilmu pengetahuan
melepaskan diri dari lingkungan yang bersifat abstrak, ketiga ilmu pengetahuan menemuka
otonominya dalam lingkungan positivistic.
Metodologi (termasuk bahasa dan logika) adalah mata pelajaran alat yang diperlukan oleh semua
bidang ilmu pengetahuan. Terkait metodologi dan logika, keduanya adalah dua cabang filsafat
yang memiliki kedekatan, musabab itu terkadang metodologi dimasukkan dalam kajian logika.
Logika membicarakan bagaimana cara untuk memperoleh (menarik) kesimpulan dengan valid
(benar). Dalam dunia ilmu pengetahuan ada dua model penalaran (logika) yang dominan, yaitu:
induktif dan deduktif. Penalaran induktif adalah penarikan kesimpulan yang bertolak dari
sejumlah data (sample); kita menarik kesimpulan (generalisasi) mengenai semua fakta yang
bercorak demikian (lihat Bab 2). Adapun penalaran deduktif adalah penalaran yang bertolak dari
hal-hal yang umum, lantas menarik kesimpulan yang lebih khusus (lihat bab 2). Induksi dan
deduksi adalah proses penalaran, atau aturan untuk menarik kesimpulan. Metodologi adalah ilmu
yang membahas tentang berbagai macam cara/metode yang digunakan untuk menemukan teori
atau kesimpulan dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan (metode ilmu alam, biologi, sosiolog,
psikologi, politik, sejarah, sastra, dan lain-lain). Metodologi membicarakan hal-hal yang bersifat
umum (observasi, hipotesis, hukum, teori, langkah eksperimen), akan tetapi juga bisa
membicarakan hal yang lebih bersifat khusus. Misalnya, pembahasan mengenai dasar pemikiran,
asumsi, dan cara penerapan metode fenomenologi pada sosiologi seperti yang dilakukan Alfred
Schultz, atau dasar pemikiran dan penerapan metode interpretasi pada sosiologi interpretatif
Peter Berger.
Terkait dengan filsafat ilmu pengetahuan, filsafat ilmu pengetahuan dapat dikelompokkan pada
(1) filsafat ilmu pengetahuan umum dan (2) filsafat ilmu pengetahuan khusus. Filsafat ilmu
pengetahuan umum membahas problem filsafat ilmu yang terdapat pada ilmu pengetahuan pada
umumnya, sementara filsafat ilmu pengetahuan khusus membahas problem filsafat pada
kelompok ilmu tertentu. Misalnya, filsafat ilmu pengetahuan alam membahas problem filsafat
yang berkaitan dengan kelompok ilmu-ilmu pengetahuan alam, dan filsafat ilmu pengetahuan
sosial membahas problem filsafat pada ilmu pengetahuan sosial-humaniora. Filsafat ilmu
pengetahuan alam sendiri masih dapat dibahas lagi secara lebih khusus, sesuai dengan bidang
ilmu yang termasuk pada kelompok ilmu pengetahuan alam. Umpamanya untuk filsafat ilmu
pengetahuan alam ada filsafat fisika, filsafat matematika, filsafat biologi dan lain-lain.

F. lstilah-istilah yang Penting dalam Filsafat Ilmu Pengetahuan

Berikut akan dijelaskan secara ringkas beberapa istilah (konsep) penting yang dibicarakan dalam
filsafat ilmu pengetahuan. Istilah-istilah yang dijelaskan berikut ini akan dikemukakan secara
ringkas sebagai pemahaman dasar saja, karena konsep ini umumnya dibahas secara mendalam
pada kuliah metodologi atau metode penelitian. Adapun istilah-istilah itu adalah (1) Fakta, (2)
Konsep, (3) Definisi Konseptual dan Definisi Operasional, (4) Postulat, (5) Asumsi, (6)
Hipotesis, dan (7) Teori.
1. Fakta
Bertrand Russell menyatakan bahwa fakta adalah segala sesuatu yang ada di alam ini. Fakta
memiliki peran sangat penting dalam ilmu pengetahuan. Fakta adalah sesuatu yang dapat
diobservasi sehingga pernyataan tentang fakta itu dapat dibuktikan benar-salahnya secara
empiris. Fakta mengenai fenomena alam fisis, sosial, budaya, ekonomi dijadikan sebagai sumber
bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
2. Konsep
Dalam berpikir dan menyatakan suatu fakta, kita menggunakan bahasa dan simbol (konsep).
llmu pengetahuan diawali dengan menciptakan konsepkonsep untuk mendeskripsikan fakta atau
dunia empiris. Semua bidang ilmu memiliki konsep-konsep untuk mendeskripsikan dunia
empiris yang menjadi fokus kajiannya. Adapun konsep itu merupakan abstraksi yang mewakili
objek, sifat-sifat satu fenomena tertentu. Misalnya konsep "demokrasi", “feminis",
“modernisme", “Struktur", “ruang", "waktu", dan lain-lain.
Konsep dalam ilmu pengetahuan sosial-budaya mengacu pada sifatsifat dari objek yang
dipelajari. Konsep (1) membantu seseorang untuk menentukan sifat-sifat mana dari
kenyataan/fenomena yang menjadi fokus kajian atau penelitiannya. Konsep itu memiliki fungsi
untuk memberikan pemahaman yang sama di antara kelompok ilmuwan, sehingga membantu
anggota (komunitas) ilmuwan untuk berkomunikasi di antara mereka. Konsep bukan fenomena
yang aktual, akan tetapi abstraksi tentang objek/ fenomena. Konsep (2) memberi kita sudut
pandang (standpoint) yang mengarahkan dan membantu kita untuk mengamati hal-hal tertentu.
Konsep juga (3) berfungsi sebagai sarana untuk membantu mengorganisir gagasan, data, dan
pengklasifikasian serta menggeneralisasi fenomena yang diamati. Misalkan, Anda mau
menulis/meneliti tentang globalisasi. Anda tentu harus menjelaskan terlebih dahulu atau
membuat definisi tentang globalisasi itu, dengan menjelaskan sifat-sifat esensi dan empiris dari
globalisasi. Fungsi konsep selanjutnya adalah konsep (4) sebagai bahan dasar bagi teori. Konsep
merupakan unsur penting dalam teori, sebab konsep menentukan isi dan bentuk teori. Konsep-
konsep yang dihubungkan secara sistematis dan logis dapat membentuk teori.
3. Definisi Konseptual dan Operasional
Definisi konseptual adalah defmisi yang menggunakan konsep-konsep tertentu untuk
mendefinisikan konsep lain. Misalnya ”power” didefinisikan secara konseptual sebagai
"kemampuan aktor (individu, kelompok atau negara) memengaruhi pikiran dan tingkah laku
orang lain sehingga mau melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak disukainya” (Muktar
Mas'oed, 1990: 98). Defmisi konseptual berperan untuk memperlancar komunikasi di kalangan
ilmuwan. Karena itu, definisi konseptual tidak bisa dinilai benar atau salah, walaupun tetap dapat
dipertanyakan baik-buruk definisinya, dan apakah seseorang menggunakan definisi yang
dirumuskannya secara konsisten atau tidak. Definisi konseptual biasanya berkaitan dengan
konsep yang abstrak atau yang tidak dapat diobservasi secara langsung, misalnya: ideologi,
kepentingan, sikap, persepsi, motivasi, dan lain-lain. Agar konsep yang abstrak dapat
ditingkatkan ke wilayah observasional atau ke tingkah laku (fenomena empiris), maka konsep
abstrak itu mesti dirumuskan dalam bentuk definisi operasional (masalah ini dibahas dalam
metode penelitian).
4. Postulat
Postulat dalam ilmu pasti sama maksudnya dengan aksioma, yaitu konsensus yang
dianut/diterima secara arbitrer. Postulat berfungsi sebagai dasar/fundasi dalam ilmu pasti.
Postulat dan aksioma ialah sebagai suatu kebenaran dasar (dalil) yang tidak perlu dipertanyakan
dan dibuktikan lagi. pada paradigma positivisme misalnya, terkandung aksioma bahwa realitas
bersifat homogen, tunggal, dapat diteliti secara terpilah (atomistik), dan ilmu bebas nilai. Contoh
postulat banyak kita temukan pada logika dan matematika (akar. jumlah sudut segitiga). Adapun
Immanuel Kant menyatakan keberadaan Tuhan adalah sebagai postulat yang perlu, agar
kehidupan manusia bermoral (lihat Endang Syaifuddin Anshari, 1987: 64).
5. Asumsi
Asumsi (atau anggapan dasar) ialah anggapan yang menjadi titik tolak penelitian. Asumsi secara
implisit terkandung dalam paradigma, perspektif, dan kerangka teori yang digunakan dalam
penelitian. Asumsi umumnya diterima begitu saja sebagai suatu yang benar dengan sendirinya.
Asumsi bisa berasal dari postulat, yaitu kebenaran (dalil-dalil) a priori yang tidak dapat
dibuktikan kebenarannya. Michel Polanyi menyebut asumsiasumsi itu sebagai “dimensi yang
tidak terungkap atau tersembunyi dalam ilmu pengetahuan”. Misalnya, dalam empirisme
terkandung asumsi bahwa alam ini ada, fenomena alam seragam dan sama di mana saja, alam
dapat diketahui melalui pengamatan dan rasio atau metode empiris-eksperimental, fenomena
alam ditentukan oleh hukum-hukum alam (deterministik) dan seterusnya.
6. Hipotesis
De Groot, sebagaimana dikutip Wuisman (1996), mengemukakan tentang ilmu pengetahuan
sebagai satu susunan bertingkat, yang bermula dari keterangan tentang fakta (fenomena) yang
diteliti. Keterangan tentang fakta ini berperan sebagai “keterangan dasar” dalam ilmu
pengetahuan. Selanjutnya adalah “tingkat tengah” yang sudah bersifat abstraksi dari sekelompok
fakta/fenomena yang disebut dengan “hipotesis". Hipotesis adalah pernyataan dalam bentuk
fundasi atau pengandaian. Hipotesis juga dapat berarti pernyataan yang dipakai sebagai
jawaban/penjelasan sementara, yang kebenarannya harus dibuktikan melalui konfirmasi faktual.
Misalnya. jika air dipanaskan 100°C, maka air akan mendidih; jika logam dipanaskan maka
logam itu memuai. Pernyataan (hipotesis) ini dapat dibuktikan benar
7. Teori
Istilah teori berasal dari bahasa Yunani, yang artinya “melihat” atau “memerhatikan". Dalam
konteks ini, teori berarti suatu pandangan atau persepsi tentang apa yang terjadi. Teori adalah
penjelasan tentang apa yang terjadi, atau penjelasan mengapa gejala (proses) tertentu terjadi.
Karena itu, teori dapat dikatakan sebagai jawaban (pernyataan) terhadap pertanyaan "mengapa".
Misalnya, mengapa penggunaan jarum suntik yang berulangkali dapat menjadi faktor
pengembangbiakan penyakit HIV? Mengapa bakteri flu babi kurang berkembang pada daerah
tropis? (Pada ilmu pengetahuan alam atau ilmu deduktif-nomologis ada kecenderungan untuk
membatasi teori pada penjelasan kausalitas).
Namun, ada yang memberikan definisi teori lebih longgar lagi dengan mengartikan teori sebagai
pernyataan (proposisi) tentang sesuatu. Pada ilmu pengetahuan sosial-budaya teori umumnya
bukanlah penjelasan kausalitas, karena itu dalam kelompok ilmu idiografis (yang memiliki
keunikan, kekhasan) tidak berpretensi untuk menemukan teori umum (universal), akan tetapi
berupa deskripsi tentang gejala tertentu. Ketika sejarawan memaparkan tentang revolusi (Prancis,
kemerdekaan Indonesia, dan lain-lain) misalnya, tidak ada sebab-akibat yang sama pada semua
revolusi, masing-masing memiliki kekhasannya tersendiri.
Teori memegang peran penting dalam dunia ilmiah. Ada beberapa peran/ fungsi teori itu antara
lain:
a. Untuk mengarahkan observasi.
b. Untuk merangkum pengetahuan.
c. Untuk memprediksi atau mengontrol fakta (Nasution, 1991).
G. Metode llmiah dan Asumsl-asumsi Ilmiah

Metode ilmiah (seperti empiris-eksperimental) adalah hasil penemuan yang telah diupayakan
manusia dalam waktu yang cukup lama. Dasar-dasamya sudah ada pada masa Yunani.
dikembangkan oleh sarjana Muslim pada masa kejayaan Peradaban islam dan kemudian
dirumuskan langkah-langkahnya lebih cerpennci pada masa Modern. Mengingat betapa
pentingnya peran metode penelitian bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
Theodore Newcomb menyatakan, tidak ada temuan penelitian yang lebih bagus daripada metode
yang digunakan untuk memperolehnya (Chadwick Cs., 1991: 6).
Metode ilmiah didasarkan pada sejumlah asumsi-asumsi yang biasanya diterima begitu saja.
(Michel Polanyi menyebut asumsi-asumsi itu sebagai asumsi yang tersembunyi atau yang tidak
terungkap). Soberg dan Nett mengemukakan beberapa asumsi-asumsi yang terdapat dalam
metode ilmiah, antan lain:
1. Ada peristiwa atau fenomena yang terjadi secara berulang kembali atau peristiwa yang
mengikuti alur/pola tertentu.
2. Ada keyakinan bahwa ilmu pengetahuan adalah lebih utama dari kebodohan.
3. Ada keyakinan bahwa pengalaman memberikan dasar yang dapat dipercaya bagi kebenaran
ilmu pengetahuan.
4. Ada tatanan kausalitas dalam fenomena alam dan fenomena sosial dan manusia.
5. Ada asumsi yang berkaitan dengan pengamat (peneliti), antara lain: a. Dorongan untuk
memperoleh pengetahuan sebagai alat memperbaiki kehidupan manusia. b. Pengamat/peneliti
mampu menarik hakikat yang ada pada fenomena yang diteliti. c. Masyarakat ilmiah mendukung
metode empiris sebagai dasar pencarian ilmu pengetahuan (Chadwick, 1991: 14).

H. Epistemologi dan Filsafat llmu Pengetahuan

Karl Raimund Popper adalah profesor fisika dan ahli logika yang awalnya dipengaruhi
paradigma positivisme, namun kemudian pemikirannya yang dikenal dengan rasionalisme kritis
melakukan beberapa kritik terhadap pandangan positivisme ilmiah. Salah satu yang menarik dari
pemikirannya adalah ia tidak membedakan dengan tegas antara epistemologi
l. Logika dan Metodologi
Logika, seperti yang sudah disampaikan sebelumnya, adalah cabang filsafat yang membicarakan
bagaimana cara untuk menarik kesimpulan dengan benar/tepat. Ada aturan-aturan/prinsip-prinsip
yang harus diikuti apabila kita melakukan penarikan kesimpulan. Dengan demikian, logika
sesungguhnya adalah metode/cara berpikir lurus/tepat. Dalam logika dibahas cara penarikan
kesimpulan yang bersifat umum, seperti logika induktif dan logika deduktif.
Sementara itu, metodologi, seperti juga yang sudah sempat diutarakan pada pembahasan
sebelumnya, membicarakan tentang berbagai cara untuk
memperoleh/mengembangkan ilmu pengetahuan. Istilah metodologi berasal dari kata "methodos
dan logos”. Methodos dibentuk dari dua kata yakni mm yang berarti: mengatasi. sesudah; dan
hodos berarti jalan, cara, arah. Dengan demikian, metodologi berarti ilmu yang membicarakan
berbagai macam cara, jalan, atau metode untuk memperoleh/mengembangkan ilmu pengetahuan.
Karena ada berbagai metode yang dibicarakan dalam metodologi (metode kuantitatif dan
kualitatif dengan berbagai variannya). maka metodologi membicarakan aturan/cara yang
ditempuh dalam mencapai pengertian baru pada bidang ilmu pengetahuan tertentu. Penggunaan
metode tentu tidak bersifat fragmentaris, akan tetapi mencoba mengemukakan bagaimana
rangkaian langkah-langkah penelitian dilakukan mulai dari masalah/problem sampai seorang
ilmuwan menemukan pengertian atau teori baru.
Bila logika membicarakan bagaimana proses penarikan kesimpulan secara umum, maka
metodologi (metode-metode) membahas secara lebih rinci Iangkah-langkah yang ditempuh
dalam melakukan penelitian pada bidang ilmiah tertentu. Jadi, ada kaitan yang erat antara logika
dan metodologi, karena itu metode-metode dapat juga dipandang sebagai bagian dari logika.
Mengingat betapa pentingnya metode (penelitian) dalam mengembangkan ilmu pengetahuan,
beberapa ilmuwan mengidentikkan metode penelitian itu dengan ilmu pengetahuan. Bertrand
Russell, seorang ahli fisika dan matematika dan filsafat ilmu pengetahuan, mengemukakan
betapa pentingnya bagi seorang ilmuwan untuk memahami permasalahan filsafat (khususnya
filsafat ilmu pengetahuan), dan demikian pula sebaliknya, seorang filsufperlu memahami
perkembangan ilmu pengetahuan. Jika tidak, maka mereka akan menjadi ilmuwan atau filsuf
yang menyedihkan. Lebih jauh, Umberto Eco menyatakan, seorang profesor yang tidak dapat
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan (setidaknya sesuai dengan bidangnya), maka lebih
baik ia pensiun saja.

]. Klasifikasi Ilmu Pengetahuan

Dalam mengklasifikasi ilmu pengetahuan, umumnya klasifikasi tersebut didasarkan atas


perbedaan ciri-ciri atau sifat objek (ontologi) yang diteliti. Berdasarkan urutan/strata objek yang
menjadi fokus kajian, maka ilmu (pengetahuan) dapat diklasifikasi atas:
1. llmu-ilmu yang mempelajari strata fisio-kimiawi (organis dan anorganis) seperti: ilmu
pasti alam, ilmu kimia, geologi. astronomi, teknik, dan lain-lain.
2. Ilmu-ilmu yang mempelajari strata biotik, yang mempelajari organisme yang hidup.
seperti: ilmu hayat, ilmu pertanian, kehutanan, peternakan, dan ilmu medis.
3. Ilmu Yang mempelajari strata psikis; ilmu yang mempelajari psike (jiwa: persepsi, naluri,
emosi, kognisi, afeksi, motivasi) dan tingkah laku manusia
4. Ilmu-ilmu yang mempelajari strata khas manusia, yaitu kenyataan manusia sebagai
makhluk yang unik dan multidimensional.

K. Pandangan Seputar Ilmu Pengetahuan

Tidak sedikit tokoh, pemikir atau ilmuwan yang telah melahirka pandangan dan ilmu
pengetahuan yang baru (setidaknya para era mere hidup). Nama-nama pemikir atau ilmuwan itu
(untuk menyebutkanny saja) misalnya adalah Francis Bacon, Copernicus, Galileo, Newton dan
Ren Descartes. Dan Lain -lain
Francis Bacon, seorang tokoh yang dipengaruhi Ibnu Rusyd, misalnya menekankan pentingnya
metode baru (Novum Oganon), yaitu metode eksperimen untuk pengembangan ilmu
pengetahuan. Bacon juga telah mengemukakan peran ilmu pengetahuan untuk menciptakan
kemajuan dan kemakmuran bagi umat manusia. Bagi Bacon, ilmu pengetahuan adalah
kekuasaan/kekuatan (knowledge/science is power). Bacon berpendapat bahwa Tuhan telah
menciptakan alam secara rasional, sehingga gejala-gejala alam dapat dijelaskan berdasarkan
pengalaman (ingatlah Pythagoras yang menyatakan bahwa bilangan sebagai arkhe alam
semesta).
Teori pengenalan dan pengetahuan Empedocles juga didasarkan atas hukum penggabungan yang
di atur dalam dua kekuatan berlawanan yaitu cinta (filotes) dan benci ( neikos), keduanya di
pandang sebagai Cairan halus yang meresapi semua benda. Sedangkan dalam bukunya yang
kedua yang berjudul Penyucian, Emoedocles mengajarkan tentang peroindahan jiwa, caranya
membebaskan diri penjara ragawi/bendawi, yaitu dengan menyucikan diri.
Sementara itu, Copernicus (1473-1543) terkenal dengan revolusi Copernicannya menyatakan
bahwa bumi dan planet-planet mengelilingi matahari (heliosentrisme). Revolusi Copernican ini
mengganti pandangan dunia yang geosentris menjadi heliosentris. Copernicus mengemukakan
bahwa fenomena alam tergantung pada satu sistem tunggal dan pada
beberapa aksioma geometris. Gagasan Copernicus ini mendapat tentangan dari kalangan gereja
yang menerima pandangan geosentris dari Ptolemeus. oleh pihak kalangan gereja pandangan
Ptolemeus dianggap lebih tepat dibandingkan dengan pandangan heliosentris. Kalangan gereja
sadar jikalau pandangan Copernicus diterima berarti semua tatanan dan kehidupan manusia akan
rusak (Santoso, 1977: 68).
Teori pengenalan dan pengetahuan Empedocles juga didasarkan atas hukum penggabungan yang
di atur dalam dua kekuatan berlawanan yaitu cinta (filotes) dan benci ( neikos), keduanya di
pandang sebagai Cairan halus yang meresapi semua benda. Sedangkan dalam bukunya yang
kedua yang berjudul Penyucian, Emoedocles mengajarkan tentang peroindahan jiwa, caranya
membebaskan diri penjara ragawi/bendawi, yaitu dengan menyucikan diri.
Galileo dan Newton memperkuat gagasan Copernicus. Galileo menggunakan teleskop dalam
observasi gerakan planet. Alam, menurutnya, adalah sebuah “buku besar” dan kita dapat
membacanya jika kita menguasai bahasanya. Bahasanya adalah segitiga. lingkaran (bahasa
geometri). Alam seperti bola dan segenap benda-benda angkasa bergerak secara teratur dalam
satu lintasan (circular uniform motion). Galileo mengemukakan bahwa Venus dan Mercurius
seperti bulan, tidak memancarkan cahaya sendiri, melainkan mendapat pantulan cahaya dari
matahari. Galileo menemukan lintasan peluru, hukum gerak dan menemukan Yupiter. Adapun
Newton (16431727) menemukan teori gravitasi, perhitungan calculus dan optik. Galileo dan
Newton telah melakukan prinsip kerja ilmiah melalui pengamatan yang teliti, penyingkiran hal
yang tidak termasuk hal yang diamati, idealisasi, penyusunan teori yang spekulatif yang
didasarkan atas fakta, pengukuran, prediksi serta pengujian teori yang didasarkan atas
perhitungan matematis (Santoso, 1977: 75-77).
Tokoh lain, Rene Descartes, setelah mengemukakan metodenya, berkeyakinan bahwa dengan
metodenya itu manusia akan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan dengan itu umat.
manusia akan menjadi penguasa dan pemilik alam (maitres et posseseuors de la nature). Rene
Descartes menempati posisi istimewa dalam dunia filsafat sebagai Bapak Pemikir Modem. Ia
dianggap membawa suatu revolusi pemikiran yang dikenal dengan revolusi Cartesian. Melalui
kesangsian metodis, ia menemukan gagasan ”cogito ergo sum" (saya berpikir, maka saya ada). Ia
menempatkan rasio sebagai ukuran dan penentu kebenaran. Sesuatu benar, jika rasional. Ia
mencari dan membentuk satu ilmu induk melalui satu prosedur (metode ilmiah), yaitu metode
rasional-deduktif yang ia peroleh dari metode keraguannya. Pandangannya tentang alam semesta
sebagai sebuah mesin yang bergerak secara mekanis menggantikan pandangan alam yang
teleologis pada Aristotelian.

Daftar Pustaka
Wahana Paulus. 2016. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta : Pustaka Diamond
Syahrul kirom. 2011, Filsafat dan Arah Perkembangan Pancasila
Salam, Burhanuddin. 2003. Pengantar Filsafat. Jakarta: Bumi Aksara
Maksum Ali. 2016. Pengantar Filsafat Dari Klasik Hingga Postmodernisme. Yogyakarta : AR-
Ruzz Media
Magnis Franz,Suseno. 2016.Filsafat Sebagai Ilmu Kritis . Yogjakarta : PT Kanisius
Ahmad Charris Zubair. 2015. Etika dan Estetiks Ilmu. Bandung : Nuasa Cendekia

Anda mungkin juga menyukai