Anda di halaman 1dari 2

http://www.enciety.

co/kualitas-hidup-perempuan-pasca-stroke/

Kualitas Hidup Perempuan Pasca Stroke


Lebih Buruk Ketimbang Pria
9 February 2014 |

Sebuah studi menemukan, perempuan memiliki kualitas hidup yang lebih buruk pasca stroke
dibandingkan laki-laki. Penelitian yang dipublikasikan di Neurology, Amerika Serikat, itu
menilai kesehatan mental dan fisik 1.370 pasien selama tiga bulan dan satu tahun pasca stroke.

Hasilnya, perempuan memiliki lebih banyak merasa depresi dan cemas. Juga merasakan
kesakitan dan ketidaknyamanan, serta menganggap mobilitasnya jadi lebih terbatas.

Seperti dikutip oleh BBC, ahli Inggris mengatakan wanita cenderung memiliki stroke beberapa
waktu di akhir usianya. Karena itu, ia memerlukan lebih banyak dukungan. Tetapi studi itu pun
menyatakan, kini lebih banyak orang yang dapat bertahan dari serangan stroke dibandingkan 10
tahun yang lalu. Itu dikarenakan adanya kemajuan pengobatan dan pencegahan.
Para peneliti di Wake Forest Baptist Medical Center, North Carolina, melihat pasien yang
mengalami stroke atau Transient Ischemic Attack (TIA) atau stroke kecil. Kualitas hidup
dihitung menggunakan rumus yang menilai mobilitas, perawatan diri, aktivitas sehari-hari,
depresi atau kecemasan, dan rasa sakit.

Pada tiga bulan pertama, perempuan lebih cenderung melaporkan masalah mobilitas, rasa sakit
dan ketidaknyamanan, kegelisahan dan depresi, dibandingkan pria. Tetapi perbedaan terbesar itu
terjadi pada mereka yang berusia lebih dari 75 tahun. Setelah satu tahun, perempuan masih
memiliki skor kualitas hidup yang lebih rendah secara keseluruhan daripada laki-laki, meski
perbedaan di antara mereka lebih kecil.

Prof Cheryl Bushnell yang memimpin penelitian mengatakan bahwa pihaknya menemukan
perempuan memiliki kualitas hidup yang lebih buruk dibandingkan pria hingga 12 bulan pasca
stroke. “Suasana hati, kemampuan untuk bergerak, dan memiliki rasa sakit atau
ketidaknyamanan, dapat berkontribusi pada kualitas hidup yang lebih buruk bagi perempuan,”
terangnya.

Ia menganalisis, mungkin karena perempuan memiliki massa otot kurang dari laki-laki sebelum
stroke, sehingga mereka lebih sulit untuk pulih. “Karena semakin banyak orang yang dapat
bertahan dari stroke, para dokter dan penyedia layanan kesehatan lainnya harus memperhatikan
isu kualitas hidup dan bekerja untuk mengembangkan intervensi yang lebih baik. Bahkan alat
screening untuk gender tertentu, untuk meningkatkan kehidupan pasien,” ungkap Bushnell.

Dr Madina Kara, seorang neuroscientist di Asosiasi Stroke Inggris juga mengatakan studi ini
menunjukkan bahwa kualitas hidup perempuan lebih buruk pasca stroke dibanding laki-laki.
“Namun, alasan ini tidak sepenuhnya jelas,” cetusnya.

“Dinyatakan bahwa wanita di atas 65 tahun lebih cenderung untuk hidup sendiri. Itu bisa
menjadi faktor yang berkontribusi terhadap kualitas hidup berkurang, karena mereka kurang
memiliki dukungan yang memadai,” paparnya. Ditambah lagi, perempuan cenderung memiliki
stroke pada usia lanjut dibandingkan pria.

Tapi Dr Kara mempertanyakan apa penelitian itu menyoroti terdapat kemungkinan perempuan
tidak mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan untuk meningkatkan kualitas hidup pasca
stroke. “Penting untuk diingat, bahwa semua penderita stroke harus menerima perawatan terbaik
dan dukungan dari keluarga, para pelayan kesehatan dan sosial. Itu untuk memulihkan keadaan
mereka sebaik mungkin,” ujarnya.(wh)

Anda mungkin juga menyukai