Anda di halaman 1dari 24

BAB III

KONSOLIDASI TANAH DI DESA CICANGKANGGIRANG KECAMATAN

SINDANGKERTA KABUPATEN BANDUNG BARAT

A. Monografi Desa Cicangkanggirang Kecamatan Sindangkerta

1. Kondisi Umum

a. Kondisi Geografi

Secara geografis Desa Cicangkanggirang Kecamatan Sindangkerta

Kabupaten Bandung Barat merupakan desa perbatasan dengan kabupaten lain

yaitu, Kabupaten Bandung.

Yang terletak 14 Km dari Kecamatan Sindangkerta, dan 47 Km dari Ibu

Kota Provinsi Jawa Barat yaitu Kota Bandung. Adapun perkiraan waktu tempuh

yang harus dilalui ke Desa Cicangkanggirang ini adalah 30 menit dari

Kecamatan Sindangkerta, serta 2 Jam dari Kota Bandung.1

Desa Cicangkanggirang sendiri berbatasan langsung sebelah utara dengan

Desa Celak Kecamatan Gunung Halu Kabupaten Barat, sebelah selatan dengan

Desa Weninggalih Kecamatan Sindangkerta Kabupaten Bandung Barat,

sebelah barat dengan Desa Giri Mukti Kecamatan Cipongkor Kabupaten

Bandung Barat, sebelah timur dengan Desa Cintakarya Kecamatan

Sindangkerta Kabupaten Bandung Barat.2

1
Jurnal Desa Cicangkanggirang Kecamatan Sindangkerta Kabupaten Bandung Barat.
2
Ibid.
Desa dengan luas wilayah 554 Ha ini terdiri dari, 350 Ha daratan,

ketinggian diatas permukaan laut 250 Meter, 136 Ha dipergunakan sebagai

persawahan yang terdiri dari 3 Ha sawah irigasi teknis, 20 Ha sawah irigasi

setengah teknis, 108 Ha sawah tadah hujan, dan 5 Ha sawah pasang surut, 209

Ha luas pemukiman, 0,02 Ha luas perkebunan, 2 Ha luas kuburan, 0.97 Ha luas

pekarangan, 0,858 luas perkantoran.

b. Kondisi Demografi

Dalam pelaksanaan pembangunan jumlah penduduk dapat sebagai penentu

arah kebijakan kegiatan desa, mengingat bahwa aset desa ini, memiliki peran

ganda sebagai subjek maupun objek kegiatan. Struktur penduduk berdasarkan

kelompok umur, jenis kelamin dan penyebaran pada wilayah Desa

Cicangkanggirang adalah sebagai berikut:

1) Potensi Sumber Daya Manusia

Tabel 1.1 Penduduk Menurut Kelompok Umur


Berdasarkan dari data yang didapat penduduk Desa Cicangkanggirang

berjumlah 10.631 orang, yang terdiri dari 2.869 kepala keluarga, 5.431 berjenis

kelamin laki-laki dan 5.281 orang perempuan. Yang apabila dikelompokan

menurut umur dari masing-masing penduduk, maka jumlah mayoritas

penduduk Desa Cicangkanggirang didominasi oleh penduduk dengan rentang

usia 22-49 tahun yaitu sebesar 58,4% dari seluruh jumlah penduduk Desa

Cicangkanggirang. Yang mana dalam rentang usia 22-49 dapat dimasukan ke

dalam kategori usia masa produktif untuk bekerja. Sedangkan penduduk yang

masuk dalam kategori balita sebesar 7,5%, usia anak-anak sebesar 16,5%, usia

remaja sebesar 6,8 %, dan usia lanjut sebesar 17%.3

Perubahan jumlah penduduk dapat dilihat dari adanya proses perubahan.

Proses perubahan tersebut diantaranya ialah kondisi dimana datang dan

pindahnya penduduk dari dan ke Desa Cicangkanggirang, lahir dan

meninggalnya seseorang. Orang yang disebut sebagai pendatang di Desa

Cicangkanggirang berjumlah orang, yang pindah sebanyak 20 orang atau

0,18%, yang lahir sebanyak 41 orang atau 0,38%, dan yang meninggal 21 orang

atau 0,19%.4

3
Ibid.

4
Ibid.
2) Pendidikan

Tingkat pendidikan masyarakat dari tahun ke tahun terus berkembang

ke jenjang lebih tinggi, dengan hasil capaian dalam tahun 2016, yang lulus

dari jenjang tingkatan pendidikan sebagai berikut:

Tabel 1.2 Presentase Tingkat Pendidikan Warga Desa Cicangkanggirang

Dari segi jenjang pendidikan yang ditempuh oleh penduduk Desa

Cicangkanggirang, mayoritas dari mereka hanya bisa mengenyam

pendidikan sampai tingkat sekolah dasar (SD) saja yaitu sebanyak 974

orang atau 61,7% dari jumlah penduduk Desa Cicangkanggirang.

Sedangkan yang bisa tamat SLTP sebanyak 293 orang atau 18,5%, tamat

SLTA sebanyak 127 orang atau 8% dan yang dapat meneruskan ke

perguruan tinggi sebanyak 124 orang atau sebesar 7,8% dari jumlah seluruh

penduduk Desa Cicangkanggirang. Dari data tersebut dapat terindikasi


bahwa masyarakat Desa Cicangkanggirang masih kurang dalam hal

jenjang tempuh pendidikan.5

3) Mata Pencaharian

Tabel 1.3 Presentase Mata Pencaharian Warga Cicangkanggirang

2. Kondisi Ekonomi

a. Potensi Unggulan Desa

Sosial ekonomi masyarakat sebagaimana dimaklumi bahwa Desa

Cicangkanggirang Kecamatan Sindangkerta termasuk ke dalam kategori

berpenghasilan menengah ke bawah. Adapun penyokong atau pendukung

5
Ibid.
bergeraknya perekonomian warga Desa Cicangkanggirang ini dengan cara

bertani, berternak, dan lainlain. Mengingat setiap wilayah atau tempat tinggal

yang ditempati mempunyai potensi unggulan yang dapat dimanfaatkan

keberadaannya untuk ikut mendukung terlaksananya roda perekonomian

warga sekalipun hanya sebagai usaha sampingan warga desa. Desa

Cicangkanggirang sendiri mempunyai beberapa potensi unggulan desa yang

dapat dimanfaatkan oleh warga Desa Cicangkanggirang sendiri sebagai

ladang mata pencaharian tambahan untuk kehidupan sehari-hari, seperti sektor

perkebunan, sektor peternakan, sektor perikanan, dan sektor Industri.6

1) Perkebunan

Komoditi sektor pertanian berupa tanaman dan merupakan usaha

produktif masyarakat yang memberikan sumber pendapatan khususnya

bagi pemiliknya dan masyarakat Desa Cicangkanggirang pada umumnya.

Kepemilikan tanaman rata-rata dimiliki oleh masyarakat atau kepala

keluarga secara perseorangan. Dari sektor perkebunan ini produksi rata-

rata setiap tahun dapat dikatakan cukup untuk memenuhi kebutuhan baik

pasar lokal desa maupun luar desa. Adapun jenis tanaman yang dihasilkan

dari pertanian warga Desa Cicangkanggirang adalah:

6
Ibid.
Tabel 1.4 Tanaman Pangan Desa Cicangkanggirang

NO Jenis Luas (Ha) Hasil (Kw)

1 Padi 2.090 11.113

2 Jagung 70 87

3 Ubi Kayu 66 1.719

4 Kacang Kedelai 147 218

Tabel 1.5 Tanaman Sayuran Desa Cicangkanggirang

NO Jenis Luas (Ha) Hasil (Kw)

1 Tomat 195 51.495

2 Cabe Rawit 140 32.295

3 Sawi 40 9.774

Tabel 1.6 Buah - Buahan Desa Cicangkanggirang

NO Jenis Hasil (Kw)

1 Pisang 660

2 Pepaya 98

3 Alpukat 277

4 Jambu 1.274
2) Peternakan

Sektor peternakan di Desa Cicangkanggirang terdiri dari beberapa

jenis populasi ternak. Seperti sapi dengan jumlah 30 ekor, ayam kampung

11.241 ekor, itik 623 ekor, kambing 365 ekor, domba 695 ekor, dan

kerbau 106 ekor. Hewan dari sektor peternakan ini didominasi oleh ayam

kampung, mengingat perawatannya yang mudah dan tidak terlalu mahal.7

Sektor peternakan menjadi komoditi unggulan Desa

Cicangkanggirang yang menjadi salah satu faktor pendukung berputarnya

roda perekonomian masyarakat Desa Cicangkanggirang baik bagi

pemilik maupun bagi warga desa secara umumnya.

3) Industri

Sektor industri yang dimaksudkan adalah industri rumah tangga

dengan berbagai jenis kegiatan yang dikelola oleh para ibu rumah tangga

dan/atau kelompok. Sektor industri rumahan ini telah dimulai sejak lama

sehingga banyak dari warga Desa Cicangkanggirang yang melakukan

kegiatan usaha sampingan ini. Banyaknya warga yang bergelut dibidang

usaha rumahan ini didukung oleh kebutuhan pasar yang cukup

menjanjikan. Adapun usaha industri yang digeluti oleh warga Desa

Cicangkanggirang antara lain, industri pertukangan, industri pangan, dan

industri kerajinan kulit.

7
Ibid.
b. Pertumbuhan Ekonomi

Sesuai dengan kondisi desa yang merupakan daerah agraris maka struktur

ekonominya lebih dominan kepada sektor pertanian dan/atau peternakan

dibanding sektor-sektor lainnya. Tingkat pertumbuhan sektor lainnya di luar

sektor unggulan, masih kurang berkembang mengingat masih sulitnya jalur

pemasaran, pembinaan untuk keterampilan, dan modal.

B. Latar Belakang Konsolidasi Tanah di Desa Cicangkanggirang Kecamatan

Sindangkerta

Konsolidasi tanah di Desa Cicangkanggirang Kecamatan Sindangkerta Kabupaten

Bandung Barat dengan luas 554 Ha, bermula dari awal dilaksanakannya dalam upaya

perbaikan terhadap batas-batas kepemilikan tanah yang digarap/kelola oleh masyarakat

yang tidak jelas akibat tanah yang turun-temurun dari nenek moyang terdahulu yang

tidak memilik surat-surat atas hak milik. Selain itu tanah lunak yang merupakan faktor

utama dari diadakannya konsolidasi tanah di Desa Cicangkanggirang yang sering

dihadapi oleh masyarakat, sehingga hal itu membuat masyarakat resah karena akan

menimbulkan setlement yang berpotensi mengganggu struktur bangunan di masa yang

akan datang.

Selain itu faktor-faktor lain diadakannya konsolidasi tanah di Desa

Cicangkanggirang Kecamatan Sindangkerta karena perkembangan permukiman yang

tidak teratur, kebutuhan kepastian hukum hak atas tanah, kebutuhan untuk optimalisasi
tanah pertanian dan kebutuhan sarana dan prasana yang kurang memadai di Desa

Cicangkanggirang.

Mengingat akan pentingnya penggunaan tanah, maka Kepala Desa

Cicangkanggirang Ade Rahmat, S. Ag berinisiatif untuk mengajukan permohonan agar

masyarakat merasa nyaman dan aman, permohonan yang diajukan oleh Lurah tersebut

diajukan kepada Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Bandung Barat, lalu

oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Cianjur dirujuk kembali ke

Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat dan ke DPR Komisi I.

Keinginan Kepala Desa Cicangkanggirang akhirnya terwujud dengan

mendapatkan kehormatan untuk menjadi penerima pemanfaatan Kegiatan Sertipikat

Konsolidasi Tanah Kategori V Tahun 2018 sesuai Keputusan Kepala KantorWilayah

Badan Pertanahan Nasional Provinsi Jawa Barat Nomor: 26/Kep-32.12/I/2018 tentang

Penunjukan Lokasi Kegiatan Sertifikat Konsolidasi Tanah Kategori V Tahun 2018

Anggaran 2018 di Kabupaten Bandung Barat, Kuningan, Indramayu, Dan Kabupaten

Karawang.

Dengan adanya Surat Keputusan tersebut dan dengan proses teknis Konsolidasi

Tanah, maka warga yang menggarap/memgelola tanah Negara tersebut yang berjumlah

235 bidang tanah tersebut menjadi Hak Milik dengan dikeluarkannya Sertifikast Tanah

bagi tanah tersebut. Dan hal ini merupakan sejarah bahkan terasa mimpi memiliki

Sertifikat Tanah bagi kepala desa dan masyarakat.

Bagi masyarakat Desa Cicangkanggirang diadakannya konsolidasi tanah ini

mengandung unsur kemanfaatan yang banyak di dalamnya yaitu terwujudnya


penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah yang dapat meningkatkan

kesejahteraan dan kualitas hidup rakyat sekaligus menjamin ketersediaan tanah bagi

berbagai kebutuhan kegiatan pembangunan, dan untuk mendukung memberikan

kepastian hukum atas hasil kegiatan konsolidasi tanah.

Namun pada awalnya sebagian besar masyarakat tidak memahami pelaksanaan

konsolidasi tanah secara teknis, dan akhirnya kepala desa mengadakan musyawarah di

Kantor Desa Cicangakanggirang Kecamatan Sindangkerta mengenai teknis

pelaksanaan konsolidasi tanah, yang diadakan pada Tanggal 19 Maret 2018, dan

pelaksanaan ini dibiayai dari dana sumbangan masyarakat Desa Cicangkanggirang

yang telah disepakati pada saat musyawarah.

C. Tata Cara Konsolidasi Tanah di Desa Cicangkanggirang Kecamatan

Sindangkerta

1. Ketentuan-Ketentuan Yang Terkait Dengan Konsolidasi Tanah

a. Undang-Undang Dasar Tahun 1945.

b. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-

Pokok Agraria.

c. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang.

d. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 Tentang Penatagunaan

Tanah.

e. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 Tentang Hak Guna Usaha,

Hak Guna Bangunan dan Hak Milik.


f. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 4 tahun 1991

Tentang Konsolidasi Tanah.

2. Tata Cara Konsolidasi Tanah di Desa Cicangkanggirang Kecamatan

Sindangkerta

Konsolidasi tanah merupakan kegiatan pembangunan yang dilaksanakan

secara terpadu oleh instansi yang terkait dengan melibatkan partisipasi dari

masyarakat, dalam hal ini masyarakat pemilik tanah yang tanahnya terkena

kegiatan konsolidasi tanah perkotaan. Adapun kegiatan operasional konsolidasi

tanah perkotaan dapat dibagi dalam 3 tahap, yaitu:

1) Tahap Persiapan

a) Tahap Persiapan ini dimulai pada saat diterimanya pengajuan

permohonan kepada Kepala Kantor Pertanahan, untuk kemudian

Kepala Kantor Pertanahan memerintahkan kepada Kepala Seksi

Pengaturan Penguasaan Tanah (PPT) untuk menindak lanjuti.

Adapun syarat-syarat permohonan konsolidasi tanah perkotaan

secara swadaya, adalah:

a. Permohonan konsolidasi dari pemohon (ditandatangani oleh

salah satu perserta yang dikuasakan).

b. Surat Kuasa (dari seluruh peserta kepada salah satu peserta).

c. Fotocopy Kartu Tanda Penduduk yang masih berlaku dari

masing-masing peserta.
d. Bukti pemilikan tanah (Sertipikat/Petok C Desa dan Akta

Jual Beli, serta fotocopy SPPT dan STTS PBB, bukti

pembayaran PBPHTB serta bukti pembayaran Pph)

e. Surat Pernyataan (bermeterai) dari peserta melalui

kuasanya, tentang kesanggupan mengikuti konsolidasi

tanah dan kesanggupan untuk membayar.

f. Surat Pernyataan Pelepasan Hak atas tanah (bermeterai) dari

masing-masing peserta.

g. Gambar Rencana Kapling.

b) Seksi PPT kemudian mengadakan persiapan sidang Tim Koordinasi,

Tim Koordinasi dibentuk dengan Surat Keputusan Walikotamadya

Kepala Daerah Tingkat II Bandung dengan Surat Keputusan Nomor:

26/Kep-32.12/I/2018. Tertanggal 18 Januari 2018, dengan susunan

Keanggotan Tim Koordinasi Konsolidasi Tanah Perkotaan sebagai

berikut:

a. Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Bandung, selaku

Penasehat.

b. Sektretaris Wilayah/Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II

Bandung, selaku Ketua.

c. Kepala Kantor Pertanahan Kotamadya Bandung, selaku

Wakil Ketua merangkap anggota.


d. Ketua BAPPEDA Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung,

selaku Wakil ketua merangkap anggota.

e. Kepala Seksi Pengaturan Penguasaan Tanah (PPT) pada

Kantor Pertanahan Kotamadya Bandung, selaku Sekretaris

merangkap anggota.

f. Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kotamadya Daerah Tingkat

II Bandung, selaku anggota.

g. Kepala Dinas Pertanian Kotamadya Daerah Tingkat II

Bandung, selaku anggota.

h. Kepala Dinas Tata Kota Kotamadya Daerah Tingkat II

Bandung, selaku anggota

i. Kepala Bagian Tata Pemerintahan Setwilda Kotamadya

Daerah Tingkat II Bandung, selaku anggota.

j. Kepala Seksi Penatagunaan Tanah (PGT) pada Kantor

Pertanahan Kotamadya Bandung, selaku anggota.

k. Kepala Seksi Pengurusan dan Pendaftaran Tanah (P dan PT)

pada Kantor Pertanahan Kotamadya Bandung selaku

anggota.

l. Kepala Seksi Hak Atas Tanah (HAT) Kantor Pertanahan

Kotamadya Bandung, selaku anggota.

m. Camat setempat pada lokasi konsolidasi, selaku anggota.


n. Kepala Kelurahan/Desa setempat lokasi konsolidasi, selaku

anggota.

o. Wakil pemilik/peserta konsolidasi (maksimal 2 orang),

selaku anggota.

Surat Keputusan tentang pembentukan Tim Koordinasi tersebut

sampai sekarang masih berlaku dengan menyesuaikan fomasi

kedudukan dan jabatan yang berlaku pada saat ini.

c) Seksi PPT mengundang Tim Koordinasi untuk mengadakan sidang,

dimana dalam sidang ini dibahas mengenai penetapan lokasi

konsolidasi. Dalam Penetapan lokasi konsolidasi yang menjadi dasar

pertimbangan adalah kesesuaian dengan Rencana Tata Ruang

Wilayah Kota Bandung, jika lokasi yang diajukan untuk

dilaksanakan kegiatan konsolidasi tanah telah sesuai dengan Rencana

Tata Ruang berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007

tentang Penataan Ruang.

Setelah Sidang Tim Koordinasi kemudian diadakan penjajagan

lokasi dan jika telah sesuai dengan Rencana Tata Ruang Kota maka

lokasi tersebut ditetapkan sebagai lokasi konsolidasi tanah perkotaan

secara swadaya, dengan dikeluarkannya Surat Keputusan dari Kepala

Kantor Pertanahan tentang Penetapan Lokasi Konsolidasi Tanah

Perkotaan Secara Swadaya.


Tahap penetapan lokasi konsolidasi tanah adalah merupakan

tahap yang sangat menentukan bagi keberhasilan pelaksanaan

konsolidasi tanah secara menyeluruh. Pada umumnya kegagalan

dalam pelaksanaan konsolidasi tanah di beberapa lokasi disebabkan

oleh adanya kesalahan dalam tahap pemilihan lokasi sebelumnya.

Dalam tahap persiapan berdasarkan Petunjuk Teknis Pelaksanaan

Konsolidasi Tanah terdapat kegiatan penyuluhan kepada para peserta

konsolidasi. Pada Konsolidasi Tanah, yang dilakukan pada tanggal

16 Maret 2018.

2) Tahap Pendataan

Kegiatan pendataan subyek dan obyek dalam penyelenggaraan

konsolidasi tanah sangat menentukan bagi keberhasilan kegiatan secara

keseluruhan, hal ini berkait erat dengan bidang tanah dan orang atau peserta.

Oleh karena itu perlu adanya kepastian sejak awal tentang identitas sebelum

pelaksanaan konsolidasi tanah dalam hal subyek pemegang hak atas tanah

sehubungan dengan keterkaitan terhadap tanah sebagai obyek yang ditata.

Kepastian letak tepat bidang tanah diperoleh melalui pengukuran dan

pemetaan bidang tanah hingga penataannya melalui penegasan tanah sebagai

obyek konsolidasi tanah.

Kegiatan pendataan meliputi:

a) Pengukuran dan Pemetaan keliling dan rincikan, Topografi dan

Penggunaan tanah, Penguasaan/Pemilikan tanah.


b) Pendataan subyek dan obyek penguasaan/pemilikan tanah, dilakukan

dengan penelitian pemilikan tanah yang dikaitkan dengan bidang

tanah masing-masing, hasil penelitian tersebut dituangkan dalam

tabel pemilikan dan penguasaan tanah sehingga jelas kaitan antara

bidang tanah dan pemiliknya.

c) Pernyataan Persetujuan dan Pelepasan Hak atau Pernyataan Kuasa

Mengatur, Kegiatan ini diwujudkan dalam pernyataan persetujuan

dan pelepasan hak yang ditandatangani diatas meterai, sebagai tanda

persetujuan menjadi peserta konsolidasi tanah termasuk untuk

memberikan/menyumbangkan sebagian tanahnya untuk

pembangunan.

Dengan ditandatanganinya pernyataan pelepasan hak atas tanah, maka

untuk sementara waktu sampai selesainya sertipikasi, secara hukum status

tanah menjadi tanah negara. Pelepasan hak dalam konsolidasi tanah perkotaan

memiliki pengertian yang berbeda dengan pelepasan hak dalam tindakan

pengadaan tanah.

Adapun syarat-syarat usulan penegasan obyek konsolidasi tanah kepada

Kepala Kantor Wilayah Propinsi Jawa Barat, adalah:

a. Surat Keputusan Penetapan Lokasi Konsolidasi Tanah oleh Kepala

Kantor Pertanahan.

b. Daftar Peserta Konsolidasi Tanah.


c. Daftar Persetujuan peserta mengenai keikutsertaan dalam

konsolidasi tanah.

d. Daftar Pelepasan Hak masing-masing peserta konsolidasi tanah.

e. Riwayat tanah yang dibuat oleh Kepala Kantor Pertanahan

berdasarkan keterangan dari Kepala Kelurahan lokasi konsolidasi.

f. Surat Keterangan Pendaftaran Tanah atau Surat Keterangan Tanah.

g. Permohonan konsolidasi tanah dari pemohon.

h. Surat-surat tanah (bukti kepemilikan tanah: Petok C Desa/ Sertipikat

dan Akta Jual Beli).

i. Peta-peta lampiran:

- Peta Petunjuk Lokasi.

- Peta Penggunaan Tanah Sekitar.

- Peta Topografi.

- Peta dasar teknik (lampiran SK. Penetapan lokasi).

- Peta Tata Ruang (Rencana Umum Tata Ruang Kota).

- Peta penggunaan tanah.

- Peta Keliling.

- Peta Rincikan.

- Peta Rencana Blok Plan.

- Peta Desain Konsolidasi Tanah.

j. Berita Acara Sidang Tim Koordinasi Konsolidasi Tanah.


3) Tahap Penataan

Dalam konsolidasi tanah secara konseptual ada dua kegiataan yang

dilakukan secara bersamaan, yaitu, penataan kembali penguasaan dan

penggunaan tanah dan pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan.

Penataan kembali penguasaan dan penggunaan tanah dimaksudkan bahwa

dalam kegiatan konsolidasi tanah dilakukan penataan terhadap aspek

kepemilikan dan penggunaan tanah secara bersamaan.

Pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan disini dimaksudkan

untuk pembangunan jalan/irigasi, fasilitas umum/sosial dan lain-lain.

Penataan disini meliputi penataan:

a) Sumbangan Tanah Untuk Pembangunan (STUP)

Sumbangan Tanah Untuk Pembangunan (STUP) ini adalah sebagai

wujud nyata dari partisipasi masyarakat dalam pembangunan pertanahan.

Dalam pelaksanaan konsolidasi tanah di Desa Cicangkanggirang

dalam menentukan Sumbangan Tanah Untuk Pembangunan berdasarkan

hasil kesepakatan musyawarah yang dilaksankan pada Tanggal 16 Maret

2018.

b) Penyusunan Blok Plan dan Desain Konsolidasi Tanah.

Setelah dari tanah obyek konsolidasi tanah diambil sumbangan tanah

untuk pembangunan (STUP) maka tahap berikutnya adalah penyusunan

Blok Plan. Blok Plan merupakan kegiatan yang merencanakan penataan


blok kapling, fasilitas umum dan sosial lainnya. Sedangkan Desain

Konsolidasi Tanah lebih mengarah kepada penataan setiap bidang tanah

(kapling) secara menyeluruh termasuk tata letak fasilitas umum dan sosial

lainnya secara lebih khas. Dimana setelah blok plan mendapat

persetujuan dari peserta konsolidasi tanah, maka selanjutnya dituangkan

dalam Desain Konsolidasi Tanah yang selanjutnya akan ditata dalam

bentuk kapling-kapling bagi para peserta.

c) Re-alokasi

Setelah desain konsolidasi tanah berikut perhitungan luas atas

masing-masing kapling baru, sarana dan prasarana, maka dilaksanakan

re-alokasi (penempatan kapling baru) dilapangan dengan mengacu pada

desain konsolidasi tanah yang telah disetujui.

Pekerjaan re-alokasi tersebut meliputi:

a. Pengukuran dan penempatan patok batas persil.

b. Pengukuran dan penempatan patok batas sarana umum.

c. Penentuan batas badan jalan dan saluran air.

d. Cheking lapangan masing-masing peserta untuk penempatan

kapling baru.
d) Penerbitan Surat Keputusan Pemberian Hak Atas Tanah

Penerbitan Surat Keputusan Pemberian Hak Atas Tanah ini

dilaksanakan setelah adanya Surat Penegasan Tanah Obyek Konsolidasi

Tanah dari Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Propinsi Jawa

Barat, maka dilakukan pendaftaran dan pengukuran oleh Kepala Seksi

Pengurusan dan Pendaftaran Tanah Kantor Pertanahan Kota Bandung,

selanjutnya Kepala Seksi Pengaturan Penguasaan Tanah bekerjasama

dengan Kepala Seksi Pengurusan dan Pendaftaran Tanah menyiapkan

Surat Keputusan Pemberian Hak Atas Tanah obyek konsolidasi,

selanjutnya berdasarkan Surat Keputusan Pemberian Hak Atas Tanah

tersebut, Kepala Kantor Pertanahan Kota Bandung menerbitkan sertipikat

kepada masing-masing peserta.

Pada umumnya para peserta konsolidasi tanah merasakan bahwa

pelaksanaan konsolidasi tanah di Indonesia tidak lebih dari sekedar upaya

persertipikatan tanah secara massal.

Dengan diterbitkannya sertipikat kepada masing-masing peserta

maka proses konsolidasi dianggap telah selesai dan Kepala Seksi

Pengaturan Penguasaan Tanah membuat laporan atas seluruh rangkaian

hasil kerja konsolidasi tanah sampai dengan penerbitan sertipikat untuk

disampaikan kepada Kepala Kantor Pertanahan.


e) Tahap Konstruksi.

Berdasarkan Petunjuk Teknis Konsolidasi Tanah Nomor: 4101978

tanggal 18 April 1996 yang dimaksud dengan Pekerjaan konstruksi

adalah pekerjaan yang bersifat fisik seperti pembangunan fisik badan

jalan, penggalian parit, pengerasan, sarana/fasilitas umum dan lainnya.

f) Sertifikasi

Berdasarkan Petunjuk Teknis Konsolidasi Tanah Nomor 4101978.

Tanggal 18 April 1996 setelah tahap sertipikasi selesai dan telah

dilakukan pelaporan, maka untuk kelanjutan proses konsolidasi tanah

masih harus dilakukan Monitoring Tindak Lanjut Konsolidasi Tanah agar

pelaksanaan konsolidasi sesuai dengan tujuan dan sasaran yang ingin

dicapai dalam pelaksanaan konsolidasi tanah pada lokasi ini yang

diharapkan ditindak lanjuti melalui pemanfaatan tanahnya, baik oleh

pemerintah maupun oleh para peserta konsolidasi sesuai dengan

peruntukan yang digariskan dalam Desain Konsolidasi Tanah.

Pemanfaatan tersebut diwujudkan dalam bentuk pembangunan fisik

seperti pembangunan fisik jalan, rumah, fasilitas umum/sosial dan utilitas

yang diperuntukan lokasi tersebut sesuai dengan konsolidasi tanah.

Dalam tahap monitoring Kantor Pertanahan sifatnya hanya

menghimbau dengan menginventarisir lokasi-lokasi konsolidasi tanah

yang pernah dilakukan, mengevaluasi hasil inventarisir dan terhadap

lokasi konsolidasi tanah yang belum ditindak lanjuti, Kantor Pertanahan


hanya bisa mengingatkan dan menghimbau agar para peserta

menggunakan tanahnya sesuai dengan hak yang diberikan dan

memeliharanya untuk kelestarian lingkungan.

D. Hambatan-Hambatan dan Upaya Konsolidasi Tanah Di Desa

Cicangkanggirang Kecamatan Sindangkerta

Hambatan-Hambatan dalam Konsolidasi Tanah di Desa Cicangkanggirang

Kecamatan Sindangkerta, yaitu:

1. Adanya pembiayaan kegiatan yang tidak berjalan dengan lancar dikarenakan

kurangnya koodinasi antara Kantor Pertanahan dengan Pemerintah Desa

Cicangkanggirang.

2. Kurang wawasan mengenai konsolidasi tanah dari pihak masyarakat/peserta

konsolidasi tanah di Desa Cicangkanggirang.

3. Keadaan tanah yang lunak sehingga sering terjadi pergeseran tanah.

Upaya-Upaya dalam Konsolidasi Tanah di Desa Cicangkanggirang Kecamatan

Sindangkerta, yaitu:

1. Meningkatkan koordinasi antara Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung Barat

dengan Kantor Desa Cicangkanggirang.

2. Memberikan penyuluhan dan saran-saran dalam melaksanakan konsolidasi

tanah oleh pihak Kantor Desa Cicangkanggirang.

3. Memperhatikan tata letak tanah dan kegunaannya dalam membangun

infastruktur sehingga tidak terjadi kerugian dimasa yang akan datang.

Anda mungkin juga menyukai