Hipotiroidism Dan Hipertiroidism
Hipotiroidism Dan Hipertiroidism
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan Makalah ini dapat diselesaikan.
Makalah ini kami susun sebagai tugas dari mata kuliah “Endokrindigestif”.
Terima kasih kami sampaikan kepada dosen mata kuliah Askep Gadar
Kardiopulmonal yang telah membimbing dan memberikan kuliah demi lancarnya
tugas makalah ini. Dimana makalah ini akan membahas tentang “Manajemen
Askep Kegawatdaruratan Hipotiroidsm dan Hipertiroidism”. Kami mengharap
kritik dan saran untuk memperbaiki makalah kami ini, di karenakan banyak
kekurangan dalam mengerjakan makalah ini.
Kelompok 8
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. . Latar Belakang .................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 5
C. Tujuan .................................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Hipotiroidism dan Hipertiroidism .......................................... 6
B. Etiologi hipotiroidism dan hipertiroidism ............................................. 6
C. WOC ipotiroidism dan hipertiroidism .................................................. 7
D. Manajamen penanganan kegawatan hipotiroidism dan hipertiroidism. 14
E. Asuhan Keperawatan hipotiroidism dan hipertiroidism ....................... 14
F. Algoritma ..............................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipotiroidisme merupakan suatu sindroma klinis akibat penurunan produksi dan
sekresi hormon tiroid. Hal tersebut akan mengakibatkan penurunan laju
metabolisme tubuh dan penurunan glukosaminoglikan di interstisial terutama
dikulit dan otot. Hipotiroidisme biasanya disebabkan oleh proses primer dimana
jumlah produksi hormon tiroid oleh kelenjar tiroid tidak mencukupi. Dapat juga
sekunder oleh karena gangguan sekresi hormon tiroid yang berhubungan dengan
gangguan sekresi Thyroid Stimulating Hormone (TSH) yang adekuat dari
kelenjar hipofisis atau karena gangguan pelepasan Thyrotropin Releasing
Hormone (TRH) dari hipotalamus (hipotiroid sekunder atau tersier). Manifestasi
klinis pada pasien akan bervariasi, mulai dari asimtomatis sampai keadaan koma
dengan kegagalan multiorgan (koma miksedema). Insidensi hipotiroidisme
bervariasi tergantung kepada faktor geografik dan lingkungan seperti kadar
iodium dalam makanan dan asupan zat goitrogenik. Selain itu juga berperan
faktor genetik dan distribusi usia dalam populasi tersebut. Diseluruh dunia
penyebab hipotiroidisme terbanyak adalah akibat kekurangan iodium. Sementara
itu dinegara-negara dengan asupan iodium yang mencukupi, penyebab tersering
adalah tiroiditis autoimun. Di daerah endemik, prevalensi hipotiroidisme adalah
5 per 1000, sedangkan prevalensi hipotiroidisme subklinis sebesar 15 per 1000.
Hipotiroidisme umumnya lebih sering dijumpai pada wanita, dengan
perbandingan angka kejadian hipotiroidisme primer di Amerika adalah 3,5 per
1000 penduduk untuk wanita dan 0,6 per 1000 penduduk untuk pria. The Third
National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES III)
yangmelakukan survey pada 17.353 individu yang mewakili populasi di
Amerika Serikat melaporkan frekuensi hipotiroidisme sebesar 4,6% dari
populasi (0,3% dengan klinis jelas dan 4,3% sub klinis). Lebih banyak
ditemukan pada wanita dengan ukuran tubuh yang kecil saat lahir dan indeks
massa tubuh yang rendah pada masa kanak-kanak. Dan prevalensi
3
hipotiroidisme ini lebih tinggi pada ras kulit putih (5,1%) di bandingkan dengan
ras hispanik(4,1%) dan Afrika-Amerika (1,7%
Hipertiroidisme merupakan salah satu penyakit gangguan kelenjar endokrin
yang disebabkan karena peningkatan produksi hormone tiroid secara berlebihan
oleh kelenjar tiroid. Penyakit ini ditemukan pada 2% wanita dan 0,2% pria di
seluruh populasi dengan insiden munculnya kasus pertahun sebanyak dua puluh
orang penderita tiap satu juta populasi (Fumarola et al, 2010).
Berbagai manifestasi klinik yang muncul akibat penyakit ini dapat mengganggu
aktivitas pasien sehari-hari. Manifestasi klinik yang dirasakan pasien dapat
berupa gangguan psikiatrik seperti rasa cemas berlebihan dan emosi yang mudah
berubah, gangguan pencernaan berupa diare, hingga gangguan kardiovaskuler
berupa takikardi dan palpitasi (Bahn et al, 2011).
Pada pasien hipertiroidisme, terapi yang diberikan dapat berupa terapi
konservatif dengan pemberian obat anti tiroid maupun terapi pengurangan atau
ablasi kelenjar tiroid dengan iodine radioaktif dan tiroidektomi (pengangkatan
kelenjar tiroid) yang disesuaikan dengan etiologi penyakit dan pilihan pasien.
Dari ketiga pilihan terapi tersebut, terapi dengan obat anti tiroid merupakan salah
satu terapi yang banyak digunakan. Obat anti tiroid yang digunakan secara luas
sebagai lini pertama adalah golongan thionamide, yang terdiri dari
propylthiouracil dan methimazole. Obat anti tiroid umumnya digunakan selama
lebih dari enam bulan hingga pasien mencapai remisi dan pengobatan dapat
dihentikan. Selama menggunakan obat anti tiroid pasien dapat mengalami efek
samping berupa munculnya ruam kulit, gangguan hepar dan agranulositosis
(Fumarola et al,2010).Pada penggunaan obat anti tiroid, rasionalitas terapi
memegang peranan penting dalam menjamin penggunaan obat yang tepat, aman
dan efektif. Dengan pemilihan jenis obat anti tiroid dan pemberian dosis yang
tepat, kondisi euthyroid dan remisi dapat lebih cepat tercapai dan memperpendek
durasi terapi. Dan dengan penggunaan obat yang sesuai dengan kondisi pasien
dapat mengurangi risiko efek samping yang muncul.
4
B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari hipotiroidism dan hipertiroidism?
2. Bagaimana etiologi dari hipotiroidism dan hipertiroidism?
3. Bagaimanakah manajemen penanganan kegawatan pada hipotiroidism dan
hipertiroidism?
4. Bagaimanakah asuhan keperawatan hipotiroidism dan hipertiroidism?
C. Tujuan
1. Dapat megetahui dan memahami definisi dari hipotiroidism dan
hipertiroidism
2. Dapat megetahui dan memahami etiologi dari hipotiroidism dan
hipertiroidism
3. Dapat memahami dan mengaplikasikan manajemen penanganan kegawatan
pada hipotiroidism dan hipotiroidism
4. Dapat memahami dan mengaplikasikan asuhan keperawatan hipotiroidism
dan hipertiroidism
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Organ/Sistem Organ Keluhan/Gejala/Kelainan
1. Bradikardia
2. Gangguan kontraktilitas
Kardiovaskuler 3. Penurunan Curah jantung
4. Kardiomegali ( paling
banyak disebabkan oleh
efusi perikard)
1. Sesak dengan aktivitas
2. Gangguan respon ventilasi
terhadap hiperkapnia dan
Respirasi hipoksia
3. Hipoventilasi
4. Sleep apnea
5. Efusi Pleura
1. Anoreksia
2. Penurunan peristaltik usus
Gastrointestinal => konstipasi kronik,
impaksi feses dan
3. ileus
1. Penurunan laju filtrasi
Ginjal (air dan ginjal
elektrolit) 2. Penurunan kemampuan
ekskresi kelebihan cairan
=> intoksikasi
3. cairan dan hiponatremia
Anemia, disebabkan:
1. Gangguan sintesis
Hematologi hemoglobin karena
defisiensi tiroksin
2. Defisiensi besi karena
hilangnya besi pada
menoragia dan
3. gangguan absorbsi besi
4. Defisiensi asam folat karena
gangguan absorbsi asam
folat
5. Anemia pernisiosa
1. Kelemahan otot proksimal
2. Berkurangnya refleks
Neuromuskular 3. Gerakan otot melambat
4. Kesemutan
7
1. Depresi
Psikiatri 2. Gangguan memori
3. Gangguan kepribadian
1. Gangguan pembentukan
estrogen => gangguan
Endokrin
ekskresi FSH dan
2. LH, siklus anovulatoar,
infertilitas, menoragia
Tabel 1. Gejala Klinis Hipotiroidism dan Hipertiroidism
Gejala yang sering dikeluhkan pada usia dewasa adalah cepat lelah,
tidak tahandingin, berat badan naik, konstipasi, gangguan siklus haid dan
kejang otot. Pengaruh hipotiroidisme pada berbagai sistem organ dapat dilihat
pada tabel 1.
8
2. Etiologi Hipertiroidism
9
folikel tiroid yang memiliki fungsi otonom dan fungsinya tidak terpengaruhi
oleh kerja TSH (Sherman dan Talbert, 2008).
Sekitar 2 – 9% kasus hipertiroidisme di dunia disebabkan karena
hipertiroidisme jenis ini. Menurut Gharib et al (2007), hanya 3–7% pasien
dengan nodul tiroid yang tampak dan dapat teraba, dan 20 – 76% pasien
memiliki nodul tiroid yang hanya terlihat dengan bantuan ultra sound.
Penyakit ini lebih sering muncul pada wanita, pasien berusia lanjut,
defisiensi asupan iodine, dan riwayat terpapar radiasi. Pada pasien dengan
toxic adenoma sebagian besar tidak muncul gejala atau manifestasi klinik
seperti pada pasien dengan Graves’ disease. Pada sebagian besar kasus
nodul ditemukan secara tidak sengaja saat dilakukan pemeriksaan kesehatan
umum atau oleh pasien sendiri.
Sebagian besar nodul yang ditemukan pada kasus toxic adenoma bersifat
benign (bukan kanker), dan kasus kanker tiroid sangat jarang ditemukan.
Namun apabila terjadi pembesaran nodul secara progresif disertai rasa sakit
perlu dicurigai adanya pertumbuhan kanker. Dengan demikian perlu
dilakukan pemeriksaan dan evaluasi terhadap kondisi pasien untuk
memberikan tatalaksana terapi yang tepat. Munculnya nodul pada tiroid
lebih banyak ditemukan pada daerah
dengan asupan iodine yang rendah. Menurut Paschke (2011), iodine yang
rendah menyebabkan peningkatan kadar hidrogen peroksida di dalam
kelenjar tiroid yang akan menyebabkan mutasi. Hal ini sesuai dengan
Tonacchera dan Pinchera (2010), yang menyatakan pada penderita
hipertiroidisme dengan adanya nodul ditemukan adanya mutasi pada
reseptor TSH. Pemeriksaan yang perlu dilakukan untuk membantu
menegakkan diagnosis toxic adenoma adalah pemeriksaan TSH, kadar
hormon tiroid bebas, ultrasonography dan fine-needle aspiration (FNA).
Pemeriksaan TSH merupakan pemeriksaan awal yang harus dilakukan
untuk mengevaluasi fungsi kelenjar tiroid, serta perlu dilakukan
pemeriksaan kadar hormon tiroid (T4 dan T3). Ultrasonography merupakan
pemeriksaan yang menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi untuk
10
mendapatkan gambar dan bentuk kelenjar tiroid. Dengan pemeriksaan ini
dapat diidentifikasi bentuk dan ukuran kelenjar tiroid pasien. Sedangkan
pemeriksaan dengan fine-needle aspiration digunakan untuk mengambil
sampel sel di kelenjar tiroid atau biopsi. Dari hasil biopsi dengan FNA dapat
diketahui apakah nodul pada pasien bersifat benign (non kanker) atau
malignant (kanker) (Gharib et al, 2010). Tata laksana terapi bagi pasien
hipertiroidisme akibat toxic adenoma adalah dengan iodine radioaktif atau
tiroidektomi. Sebelum dilakukan tindakan dengan iodine radioaktif atau
tiroidektomi pasien disarankan mendapat terapi dengan obat anti tiroid
golongan thionamide hingga mencapai kondisi euthyroid (Bahn et al, 2011).
Setelah terapi dengan iodine radioaktif dan tiroidektomi perlu dilakukan
evaluasi setiap 1-2 bulan meliputi evaluasi kadar TSH, T4 bebas dan T3 total.
Serta dilakukan tes ultrasonography untuk melihat ukuran nodul (Gharib et
al, 2010).
c. Toxic Multinodular Goiter
Selain Grave’s Disease dan toxic adenoma, toxic multinodular goiter
merupakan salah satu penyebab hipertiroidisme yang paling umum di
dunia.Secara patologis toxic multinodular goiter mirip dengan toxic
adenoma karena ditemukan adanya nodul yang menghasilkan hormon tiroid
secara berlebihan, namun pada toxic multinodular goiter ditemukan
beberapa nodul yang dapat dideteksi baik secara palpasi maupun
ultrasonografi. Penyebab utama dari kondisi ini adalah faktor genetik dan
defisiensi iodine. Tatalaksana utama pada pasien dengan toxic multinodular
goiter adalah dengan iodine radioaktif atau pembedahan. Dengan
pembedahan kondisi euthyroid dapat tercapai dalam beberapa hari pasca
pembedahan, dibandingkan pada pengobatan iodine radioaktif yang
membutuhkan waktu 6 bulan.
d. Hipertiroidisme Subklinis
Graves’ Disease, toxic adenoma, dan toxic multinodular goiter merupakan
penyebab utama hipertiroidisme utama di seluruh dunia dan termasuk dalam
jenis overt hyperthyroidism. Pada hipertiroidisme jenis ini, kadar TSH
11
ditemukan rendah atau tidak terdeteksi disertai peningkatan kadar T4 dan T3
bebas (Bahn et al, 2011).
Selain ketiga jenis di atas, sekitar 1% kasus hipertiroidisme disebabkan
hipertiroidisme subklinis. Pada hipertiroidisme sub klinis, kadar TSH
ditemukan rendah disertai kadar T4 dan T3 bebas atau total yang normal.
Menurut Ghandour (2011), 60% kasus hipertiroidisme subklinis disebabkan
multinodular goiter. Pada pasien yang menderita hipertiroidisme subklinis
dapat ditemukan gejala klinis yang tampak pada pasien overt
hyperthyroidism. Menurut Bahn et al, 2011 prinsip pengobatan
hipertiroidisme sub klinis sama dengan pengobatan overt hyperthyroidism.
12
C. WOC Hipotiroidism dan Hipertiroidism
WOC HIPERTIROID
Sekresi
antibodi TSH TSH
Goiter
Interaksi antara noduler
TSH-R dan TSI
TSH
Hipersekresi
Grave’s hormon tiroid
disease
MK:
hipertiroid ketidakseimbangan
Dysphagia
nutrisi : kurang
dari kebutuhan
13
MK : hipertermi
3
4 Hipermetabolik Efek Simpatomimetik
5
6
7 Konsumsi O2 Efek pada Efek pada sistem
8 cardiovasculer pernafasan
9 Energy
10 expenditure Chronotropic (+) Bronkus mengecil
11
14
15
D. Penatalaksanaan
Algoritma Penanganan Medis
Hipotirioidisme dan Hipertiroidisme
Hipertirioidisme
Etiologi:
Graves’ Disease, Toxic Adenoma, Toxic Multinodular Goiter, Hipertiroidisme Subklinis,
Pemeriksaan Penunjang :
TSH : < 0,01 mU/L
Peningkatan T3 dan T4
Radioactive iodine uptake dan scan
tyroid
USG
FNAB
Tanda-tanda adrenergic :
Tremor, palpitasi, intoleransi panas,
gelisah
Bedah Tiroidektomi
Digunakan pada pasien yang memiliki
kontra indikasi pada pengobatan
lainnya, tidak ada perbaikan, maupun
menolak dengan pengobatan lainnya.
17
Algoritma Penanganan Medis
Hipotirioidisme dan Hipertiroidisme
Hipotiroidisme
Etiologi:
Peradangan Kelenjar Tiroid. Gangguan Autoimun dan Infeksi Virus
18
19
E. Asuhan Keperawatan
Seorang wanita, usia 28 tahun datang ke poli penyakit dalam RS Sakinah
dengan keluhan sesak nafas, sulit menelan, tidak nafsu makan, sembelit dan
intoleransi terhadap dingin. BB 30 kg, tb 160 cm. Riwayat penyakit: dua tahun
yang lalu pasien pernah melakukan pengobatan di puskesmas dengan keluhan
ada benjolan di leher depan dan nyeri tekan,pasien juga merasakan dada sering
berdebar-debar dan badannya tetap kurus.hasil pemeriksaan fisik jantungnya
membesar, nadi <60 kali/menit, matanya exofthalmus, benjolan di leher, dan
rasa nyeri. Hasil pemeriksaan fisik kulit dingin, pucat, kering, bersisik, dan
menebal, rambut kering, kasar, rambut rontok.Saat diajak bicara fungsi
intelektual yang lambat, berbicara lambat dan terbata – bata, gangguan memori,
perhatian kurang, bingung, pertanyaan harus diulang – ulang karena
pendengaran pasien berkurang, parastesia, penurunan refleks tendom. Hasil
pemeriksaan penunjang kadar T3 15pg/dl, dan T4 20 μg/dl dan kadar THS pada
pasien tersebuut yaitu <0,005μIU/ml. Diagnosa medis pasien hipotiroid.
1. Pengkajian
a. Identitas :
Nama :Ny.X
Umur : 28 Tahun
Jenis kelamin : perempuan
b. Keluhan utama : klien mengalami sesak nafas
c. Riwayat kesehatan sekarang : sesak nafas, sulit menelan, tidak nafsu makan,
sembelit dan intoleran terhadap dingin
d. Riwayat kesehatan dahulu : dua tahun yang lalu pasien pernah melakukan
pengobatan di puskesmas dengan keluhan ada benjolan di leher depan dan
nyeri tekan,pasien juga merasakan dada sering berdebar-debar dan
badannya tetap kurus
e. Riwayat kesehatan keluarga : tidak ada riwayat keluarga yang menyertai
f. Pemeriksaan fisik
20
1) Rambut :
Inspeksi : Rambut kering, Rambut rontok
Palpasi : Rambut Kasar
2) Mata :
Inspeksi : mata pasien exofthalmus (melotot)
3) Telinga : pengalami gangguan pendengaran
4) Leher :
Inspeksi : ada benjolan di leher depan
Palpasi : tredapat pada nyeri tekan
5) Dada :
Palpasi : berdebar - debar
6) Integumen:
Inspeksi : pucat, kering, bersisik, pertumbuhan kuku buruk,
Palpasi : Kulit dingin, kuku menebal,
7) Kebiasaan hidup sehari-hari :
1) Pola makan : pasien mengatakan sulit menelan, tidak nafsu makan,
8) Pemeriksaan penunjang:
a) Pemeriksaan kadar T3 dan T4 pada klien : kadar T3 15pg/dl, dan T4
20 μg/dl
b) Pemerisaan kadar THS pada pasien tersebuut yaitu <0,005μIU/ml
A. ANALISA DATA
21
3. Ds : klien mengatakan terdapat Nodul tiroid Nyeri akut
benjolan di leher toksik
Do : derdapat nyeri tekan
4. Ds : klien mengatakan sult Eksoftalmul Gangguan persepsi
menutup kelopak mata sensori
Do : mata klien melotot (penglihatan)
5. Ds : klien mengeluh Hipoksia Gangguan pola
kebingungan fikir
Do :
klien mengalami
gangguan memori
6. Ds : klien mengatakan Fungsi intelektual Gangguan persepsi
pendengaran berkurang meurun sensori
Do : pertanyaan harus di ulang- (pendengaran)
ulang
B. Diagnosis keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kelenjar tiroid membesar
b. Nyeri akut berhubungan dengan nodultiroid toksik
c. Keseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
disfagia gangguan respirasi
d. Gangguanpersepsi sensori (penglihatan) berhubungan dengan eksoftalmus
e. Gangguan pola pikir berhubungan dengan hipoksia
f. Gangguan persepsi sensori (pendengaran) berhubungan dengan fungsi
intelektual menurun
22
C. Perencanaan
23
10 menandakan tingkat nyeri - Untuk memfasilitasi
paling berat) pengkajian yang akurat tentang
3. Berikan obat yang dianjurkan tingkat nyeri pasien.
untuk mengurangi nyeri, - Untuk menentukan kefektifan
bergantung pada gambaran obat
nyeri pasien. - Tindakan ini meningkatkan
4. Atur periode istirahat tanpa kesehatan, kesejahteraan, dan
terganggu. peningkatan tingkat energi,
yang penting untuk
pengurangan nyeri
24
5. Sajikan makanan yang
membutuhkan sedikit dikerat
atau dikunyah
25
pikir pasien setiap pergantian atau penurunan kondisi yang
tugas jaga mendasari
2. Panggil pasien dengan - Untuk memberikan orientasi
namanya, beri tahukan nama realitas
anda, dan informasikan
kembali latar belakang
(tempat, jam, tanggal) - Untuk mengurangi
3. Beri label dan letakkan kebingungan dan menciptakan
barang dan foto pasien tetap lingkungan yang aman
ditempatnya yang tetap
26
D. Implementasi
1) mengkaji dan catat status pernafasan, membantu klien untuk berada pada
posisi yang nyaman dan memungkinkan ekspansi dada maksimal,
memberikan kesempatan pasien beristirahat di antara tindakan untuk
memperlancar pernafasan, memberikan oksigen sesuai program.
2) mengkaji jenis dan tingkat nyeri pasien, meminta pasien untuk
menggunakan sebuah skala 1 sampai 10 untuk menjelaskan tingkat
nyerinya (dengan niali 10 menandakan tingkat nyeri paling berat)
,memberikan obat yang dianjurkan untuk mengurangi nyeri, bergantung
pada gambaran nyeri pasien, mengatur periode istirahat tanpa terganggu.
3) memberi kesempatan pasien mendiskusikan alasan untuk tidak makan
untuk tidak makan, mengobservasi dan catat asupan pasien (cair dan padat),
menentukan makanan kesukaan pasien dan usahakan untuk mendapatkan
makan tersebut, menawarkan suplemen tinggi protein, tinggi kalori, seperti
susu kocok, puding atau es krim, menyajikan makanan yang membutuhkan
sedikit dikerat atau dikunyah
4) mengobserfasi adanya edema periorbital, mengeveluasi ketajaman mata,
menganjurkan pasien menggunakan kaca mata gelap, meninggikan bagian
kepala tempat tidur
5) mendokumentasikan dan laporkan perubahan proses pikir pasien setiap
pergantian tugas jaga, memanggil pasien dengan namanya, beri tahukan
nama anda, dan informasikan kembali latar belakang (tempat, jam,
tanggal), memberi label dan letakkan barang dan foto pasien tetap
ditempatnya yang tetap
6) membiarkan pasien mengungkapkan perasaannya tentang penurunan
pendengaran, menentukan cara yang efektif untuk berkomunikasi dengan
pasien, menggunakan sikap tubu, isyarat, menuliskan kata-kata, dan
membaca bibir, Memberikan orientasi realitas bila pasien mengalami
kebingungan atau disorientasi
27
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hipotiroidisme adalah kumpulan sindroma yang disebabkan oleh
konsentrasi hormon tiroid yang rendah sehingga mengakibatkan penurunan
laju metabolisme tubuh secara umum. Kejadian hipotiroidisme sangat
bervariasi , dipengaruhi oleh faktor geografik dan lingkungan seperti asupan
iodium dan goitrogen, predisposisi genetik dan usia. Gejala yang sering
dikeluhkan pada usia dewasa adalah cepat lelah, tidak tahandingin, berat badan
naik, konstipasi, gangguan siklus haid dan kejang otot.
Menurut American Thyroid Association dan American Association of
Clinical Endocrinologists, hipertiroidisme didefinisikan sebagai kondisi
berupapeningkatan kadar hormon tiroid yang disintesis dan disekresikan oleh
kelenjar tiroid melebihi normal (Bahn et al, 2011).
28
DAFTAR PUSTAKA
29