Anda di halaman 1dari 13

AGAMA ISLAM DAN RUANG LINGKUPNYA

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Dosen pengampu:

H. Faishal Agil Almunawar, LC, M.Hum


Disusun oleh:

Kelompok 2

1. MUTIA ANNISAA’ FIRADUS

2.RACHMAT MUJIYANTO

3.RAFIF RABBANI TAHIR

PRODI SISTEM INFORMASI

Mahasiswa Unusa
UNIVERSITAS NADHLATUL ULAMA SURABAYA
TAHUN AJARAN 2018/2019
Kata pengantar

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji syukur kami
panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga
kami dapat merampungkan penyusunan makalah pendidikan agama islam dengan judul "AGAMA
ISLAM DAN RUANG KINGKUPNYA

Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung bantuan berbagai
pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak dan sumber yang telah membantu kami dalam
merampungkan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan lapang
dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberi saran maupun
kritik demi memperbaiki makalah ini.

Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat diambil
manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca untuk mengangkat
permasalahan lain yang relevan pada makalah-makalah selanjutnya.

Surabaya,6 september 2018

Pengantar

Rafif rabbani

Rachmat mujianto

Mutia annisaa’ firdaus


DAFTAR ISI
Kata pengantar ......................................................................................................................i
Daftar isi...............................................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan ..............................................................................................................1
1.1 Latarbelakang..............................................................................................................1
1.2 .Rumusan masalah.......................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................2
2.1 Makna dinul islam............................................................................................................2
2.2 Kerangka dinul islam.....................................................................................................2
2.3Sumber ajaran islam........................................................................................................4
2.4 Karakteristik ajaran islam..................................................................................................6
2.5Metode dan Pedoman mempelajari islam............................................................................

BAB III PENUTUP....................................................................................................................


3.1 Kesimpulan .....................................................................................................................
DAFTAR PUSAKA.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar belakang
Pendidikan agama islam sangat penting untuk di pelajari,di amalkan,dan dilaksanakan
dalam kehidupan sehari-hari, oleh karena itu kita harus lebih memahami agama islam terutama yang
mencakup didalamnya , hal ini sangat penting untuk di pelajari karena di dalamnya terdapat
pelajaran yang sangat berharga yang dapat menjadi panutan kita.

B.Rumusan masalah
1.Apa makna dari dinul islam?
2.Apa saja kerangka dari dinul islam?
3.Apa saja sumber ajaran islam?
4.Apa saja karakteristik ajaran islam?
5.Apa saja metode & pedoman dalam mempelajari agama islam?
BAB II
1.MAKNA DINUL ISLAM
Dinul Islam memiliki arti “Agama Islam” adalah agama yang ajarannya sangat sempurna
karena datang langsung dari Allah SWT. Dinul islam dibawa dan diajarkan oleh para Nabi
dan Rasul, sejak Nabi Adam AS, hingga Nai Muhammad SAW. Sebagai nabi terakhir.
Bersumber dari kitab-kitab Allah dan sunnah para Nabi yang bersangkutan. Dinul Islam yang
dibawa Nabi Muhammad SAW. Bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW.
Oleh karena itu Dinul Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Merupakan Din
(Agama) yang paling lengkap serta satu-satunya agama yang di ridhoi Allah SWT.

A. Pengertian Dinul Islam

1. Kalimat Din dalam Bahasa Arab berasal dari kata

‫دينا –يدين –دان‬

Artinya : “agama, jalan hidup, peraturan atau undang-undang”

2. Kata Islam dalam Bahasa Arab berasal dari kata

‫اسالما –يسلم –اسلم‬

Artinya : tunduk, menyerah, patuh selamat dan damai

Dengan demikian Islam memiliki arti senantiasa tunduk, patuh dan meyerahkan diri kepada
allah SWT. Islam juga dapat berarti keselamatan dan kedamaian, karena orang yang telah
masuk Islam akan selamat dan damai di dunia maupun di akhirat.

3. Adapun arti Islam menurut istilah adalah senantiasa tunduk, patuh dan menyerah
kepadaAllah lahir maupun bathin dengan melaksanakan perintah-perintahNya dan menjauhi
segala larangannya.

2.KERANGKA DINUL ISLAM

A. KERANGKA DASAR AJARAN ISLAM

Islam pada hakikatnya adalah aturan atau undang – undang Allah yang terdapat dalam
kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya yang meliputi perintah dan larangan serta petunjuk supaya
menjadi pedoman hidup dan kehidupan umat manusia guna kebahagiaannya di dunia dan
akhirat. Secara umum aturan itu dibagi menjadi 3 hal pokok, yaitu Aqidah, Syari’ah dan
Akhlaq.
1.Aqidah
Secara etimologis, aqidah berarti ikatan, sangkutan, keyakinan. Aqidah secara teknis juga
berarti keyakinan atau iman. Dengan demikian, aqidah merupakan asas tempat mendirikan
seluruh bangunan (ajaran) Islam dan menjadi Kerangka Dasar Ajaran Islam sangkutan semua
hal dalam Islam. Aqidah juga merupakan sistem keyakinan Islam yang mendasar seluruh
aktivitas umat Islam dalam kehidupannya. Aqidah atau sistem keyakinan Islam dibangun atas
dasar enam keyakinan atau yang biasa disebut dengan rukun iman yang enam. Dengan
pengertian ini, berarti iman tidak hanya terkait dengan pembenaran dengan hati atau sekedar
meyakini adanya Allah saja, misalnya.
Iman kepada Allah berarti meyakini bahwa Allah itu ada ; membuktikannya dengan ikrar
syahadat atau mengucapkan kalimat-kalimat Dzikir kepada Allah; dan mengamalkan semua
perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya. Inilah makna iman yang sebenarnya,
sehingga orang yang beriman berarti orang yang hatinya mengakui adanya Allah (dzikir hati),
lidahnya selalu melafalkan kalimat-kalimat Allah (dzikir lisan), dan anggota badannya selalu
melakukan perintah-perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya (dzikir perbuatan).
Dari uraian di atas dapat juga dipahami bahwa iman tidak hanya tertumpu pada ucapan lidah
semata. Kalau iman hanya didasarkan pada ucapan lidah semata, berarti iman yang setengah
setengah atau imannya orang munafiq seperti yang ditegaskan al-Quran dalam surat al-
Baqarah (2) ayat 8-9:
Iman juga tidak hanya diwujudkan dengan keyakinan hati semata. Dalam hal ini al-Quran
surat al-Naml (27) ayat 14 menegaskan:
Dan iman juga tidak dapat ditunjukkan dalam bentul amal (perbuatan) semata. Kalau hal itu
saja yang ditonjolkan, maka tidak ubahanya seperti perbuatan orang munafik sebagaimana
yang disebutkan dalam al-Quran surat al-Nisa’ (4) ayat 142:
2. Syariah

Secara etimologis, syariah berarti jalan yang harus diikuti, yakni jalan kearah sumber pokok bagi
kehidupan. Orang-orang Arab menerapkan istilah ini khususnya pada jalan setapak menuju palung
air yang tetap dan diberi tanda yang jelas terlihat mata (Ahmad Hasan, 1984: 7). Adapun secara
terminologis syariah berarti semua peraturan agama yang ditetapkan oleh Allah untuk kaum Muslim
baik yang ditetapkan dengan al-Quran maupun Sunnah Rasul (Muhammad Yusuf Musa, 1988: 131).
Mahmud Syaltut mendefinisikan syariah sebagai aturan-aturan yang disyariatkan oleh Allah atau
disayariatkan pokok-pokoknya agar manusia itu sendiri menggunakannya dalam berhubungan
dengan Tuhannya, dengan saudaranya sesama Muslim, dengan saudaranya sesama manusia, dan
alam semesta, serta dengan kehidupan (Syaltut, 1966: 12Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa
kajian syariah tertumpu pada masalah aturan Allah dan Rasul-Nya atau masalah hukum.

Aturan atau hukum ini mengatur manusia dalam berhubungan dengan Tuhannya (hablun
minallah) dan dalam berhubungan dengan sesamanya (hablun minannas). Kedua hubungan manusia
inilah yang merupakan ruang lingkup dari syariah Islam. al-a’mal al-shalihah (amal-amal shalih).
Untuk lebih memperdalam kajian syariah ini para ulama mengembangkan suatu ilmu yang kemudian
dikenal dengan ilmu fikih atau fikih Islam. Ilmu fikih ini mengkaji konsep-konsep syariah yang
termuat dalam al-Quran dan Sunnah dengan melalui ijtihad. Dengan ijtihad inilah syariah
dikembangkan lebih rinci
dan disesuaikan dengan perkembangan yang terjadi ditengah-tengah masyarakat manusia.
Sebagaimana dalam kajian aqidah, kajian ilmu fikih ini juga menimbulkan berbagai perbedaan yang
kemudian dikenal dengan mazhab-mazhab fikih. Jika aqidah merupakan konsep kajian terhadap
iman, maka syariah merupakan konsep kajian terhadap islam. Islam yang dimaksud di sini adalah
islam sebagaimana yang dijelaskan dalam hadis Nabi saw.

3. Sumber Ajaran Islam: Al-Quran, Hadits, Ijtihad


SUMBER Ajaran Islam itu ada tiga, yakni Al-Quran, Hadits (As-Sunnah), dan Ijtihad. Ajaran yang
tidak bersumber dari ketiganya bukan ajaran Islam. Sumber ajaran Islam yang pertama dan kedua
(Al-Quran dan Hadits/As-Sunnah) langsung dari Allah SWT dan Nabi Muhammad Saw. Sedangkan
yang ketiga (ijtihad) merupakan hasil pemikiran umat Islam, yakni para ulama mujtahid (yang
berijtihad), dengan tetap mengacu kepada Al-Quran dan As-Sunnah.

A. Sumber Ajaran Islam: Al-Quran

Secara harfiyah, Al-Quran artinya “bacaan” (qoroa, yaqrou, quranan), sebagaimana firman Allah
dalam Q.S. 75:17-18:

“Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengum-pulkannya dan ‘membacanya’. Jika Kami telah
selesai membacakannya, maka ikutilah ‘bacaan’ itu”.

Al-Quran adalah kumpulan wahyu atau firman Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad
Saw, berisi ajaran tentang keimanan (akidah/tauhid/iman), peribadahan (syariat), dan budi pekerti
(akhlak). Al-Quran adalah mukjizat terbesar Nabi Muhammad Saw, bahkan terbesar pula
dibandingkan mukjizat para nabi sebelumnya. Al-Quran membenarkan Kitab-Kitab sebelumnya dan
menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkan sebelumnya.

Al-Quran dalam wujud sekarang merupakan kodifikasi atau pembukuan yang dilakukan para
sahabat. Pertama kali dilakukan oleh shabat Zaid bin Tsabit pada masa Khalifah Abu Bakar, lalu pada
masa Khalifah Utsman bin Affan dibentuk panitia ad hoc penyusunan mushaf Al-Quran yang diketuai
Zaid. Karenanya, mushaf Al-Quran yang sekarang disebut pula Mushaf Utsmani.

B. Sumber Ajaran Islam: Hadits/As-Sunnah

Hadits disebut juga As-Sunnah. Sunnah secara bahasa berarti "adat-istiadat" atau "kebiasaan"
(traditions). Sunnah adalah segala perkataan, perbuatan, dan penetapan/persetujuan serta
kebiasaan Nabi Muhammad Saw. Penetapan (taqrir) adalah persetujuan atau diamnya Nabi
Muhammad Saw terhadap perkataan dan perilaku sahabat. Kedudukan As-Sunnah sebagai sumber
hukum Islam dijelaskan Al-Quran dan sabda Nabi Muhammad Saw.

“Demi Tuhanmu, mereka pada hakikatnya tidak beriman sehingga mereka menjadikanmu
(Muhammad) sebagai hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, lalu mereka tidak merasa
berat hati terhadap putusan yang kamu berikan dan mereka menerima sepenuh hati”(Q.S. 4:65).

“Apa yang diberikan Rasul (Muhammad) kepadamu maka terimalah dan apa yang dilarangnya
maka tinggalkanlah” (Q.S. 59:7).

Sunnah merupakan “penafsir” sekaligus “juklak” (petunjuk pelaksanaan) Al-Quran. Sebagai


contoh, Al-Quran menegaskan tentang kewajiban shalat dan berbicara tentang ruku’ dan sujud.
Sunnah atau Hadits Rasulullah-lah yang memberikan contoh langsung bagaimana shalat itu
dijalankan, mulai takbiratul ihram (bacaan “Allahu Akbar” sebagai pembuka shalat), doa iftitah,
bacaan Al-Fatihah, gerakan ruku, sujud, hingga bacaan tahiyat dan salam.

Ketika Nabi Muhammad Saw masih hidup, beliau melarang para sahabatnya menuliskan apa yang
dikatakannya. Kebijakan itu dilakukan agar ucapan-ucapannya tidak bercampur-baur dengan wahyu
(Al-Quran). Karenanya, seluruh Hadits waktu itu hanya berada dalam ingatan atau hapalan para
sahabat.

Kodifikasi Hadits dilakukan pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz (100 H/718 M), lalu
disempurnakan sistematikanya pada masa Khalifah Al-Mansur (136 H/174 M). Para ulama waktu itu
mulai menyusun kitab Hadits, di antaranya Imam Malik di Madinah dengan kitabnya Al-Mutwaththa,
Imam Abu Hanifah menulis Al-Fqhi, serta Imam Syafi’i menulis Ikhtilaful Hadits, Al-Um, dan As-
Sunnah.

3. Sumber Ajaran Islam: Ijtihad

Ijtihad adalah berpikir keras untuk menghasilkan pendapat hukum atas suatu masalah yang tidak
secara jelas disebutkan dalam Al-Quran dan As-Sunnah. Pelakunya disebut Mujtahid. Kedudukan
Ijtihad sebagai sumber hukum atau ajaran Islam ketiga setelah Al-Quran dan As-Sunnah,
diindikasikan oleh sebuah Hadits (Riwayat Tirmidzi dan Abu Daud) yang berisi dialog atau tanya
jawab antara Nabi Muhammad Saw dan Mu’adz bin Jabal yang diangkat sebagai Gubernur Yaman.

“Bagaimana memutuskan perkara yang dibawa orang kepada Anda?”

“Hamba akan memutuskan menurut Kitabullah (Al-Quran.”

“Dan jika di dalam Kitabullah Anda tidak menemukan sesuatu mengenai soal itu?”

“Jika begitu, hamba akan memutuskannya menurut Sunnah Rasulillah.”

“Dan jika Anda tidak menemukan sesuatu mengenai hal itu dalam Sunnah Rasulullah?”

“Hamba akan mempergunakan pertimbangan akal pikiran sendiri (Ijtihadu bi ra’yi) tanpa bimbang
sedikit pun.”

“Segala puji bagi Allah yang telah menyebabkan utusan Rasulnya menyenangkan hati Rasulullah!”

Ijtihad adalah “sarana ilmiah” untuk menetapkan hukum sebuah perkara yang tidak secara tegas
ditetapkan Al-Quran dan As-Sunnah. Pada dasarnya, semua umat Islam berhak melakukan Ijtihad,
sepanjang ia menguasai Al-Quran, As-Sunnah, sejarah Islam, juga berakhlak baik dan menguasai
berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Lazimnya, Mujtahid adalah para ulama yang integritas keilmuan
dan akhlaknya diakui umat Islam. Hasil Ijtihad mereka dikenal sebagai fatwa. Jika Ijtihad dilakukan
secara bersama-sama atau kolektif, maka hasilnya disebut Ijma’ atau kesepakatan.
4.Karateristik ajaran islam

Islam turun sebagai penyempurna agama-agama sebelumnya. Penjelasannya, saat Rasulullah


diutus untuk membawa ajarannya, masyarakat pada waktu itu telah jauh dari ajaran agama-agama
Allah sebelumnya. Maka Islam bertujuan meluruskan hal itu, membawa manusia kembali ke jalan-
Nya agar selamat hidupnya, di dunia dan akhirat.

Berikut ini beberapa karakteristik ajaran Islam yang perlu kita semua ketahui, seperti yang
dijabarkan M. Quraish Shihab dalam Membumikan Al-Qur’an Jilid 2:

A. Rabbânîyah/ Ketuhanan – Ajarannya bersumber dari Allah swt., bukan manusia. Maka
dari itu ia disebut al-Islam,
B. Insânîyyah/ Kemanusian – Semua tuntunannya sesuai dengan fitrah manusia. Pengaturan
yang dilakukan bertujuan untuk menjaga agar fitrah tidak membawa pada runtuhnya nilai
kemanusiaan, namun tidak berlawanan dengannya
C. Asy-Syumûl/ Ketercakupan semua aspek – Ajarannya menyangkut segala aspek
kehidupan
D. Al-Waqi’îyyah/ Realistis – Ajarannya bisa diamalkan oleh semua manusia, terlepas dari
status sosial, ekonomi, ras, lokasi, atau masanya.
E. Al-Wasathîyyah/ Moderasi – Tuntunannya bersifat pertengahan. Tidak hanya fokus pada
dunia, tapi juga tidak mengabaikannya,
F. Al-Wudhûh/ Kejelasan – Ajarannya jelas dan logis. Tidak ada yang bertentangan dengan
akal. Walau ada hal-hal yang tidak mampu diterjemahkan dengan nalar manusia
G. Qillat At-Taklîf/ Sedikitnya tugas-tugas keagamaan – Islam tidak membebani manusia
dengan tugas yang berat dan banyak. Semua disesuaikan dengan kemampuan manusia itu
sendiri.
H. At-Tadarruj/ Penahapan dan Keberangsuran – Ajaran Islam diturunkan secara
bertahap. Diawali dengan hal yang berkaitan dengan akidah kemudian persoalan hukum.
I. ‘Adam Al-Haraj/ Tidak memberatkan – Islam bertujuan menyelamatkan manusia, bukan
memberatkannya. Jika ada kondisi tertentu yang menyulitkan seseorang dalam menjalankan
ajarannya, maka ada keringanan yang dapat diperolehnya. Misalnya
F. Sesuai dengan semua tempat dan situasi – Adanya Al-Khair, nilai-nilai universal, yaitu
prinsip dan ketentuan berkaitan dengan fitrah dan keperluan tetap manusia, misalnya kasih
sayang orangtua, kebutuhan akan makanan, dan pakaian. Juga mengenal Al-Ma’ruf, kebaikan
yang boleh jadi berbeda bentuk sesuai perkembangan zaman. Sehingga, ajarannya fleksibel
selama tidak bertentangan dengan prinsip dasarnya
5.METODE DAN PEDOMAN MEMPELAJARI ISLAM
A.Metode dalam mempelajari agama islam
Menurut Ali Syari’ati,Metode memahami Islam harus melibatkan beberapa dimensi.
Mengkaji Islam hanya dengan satu dimensi atau satu sudut pandang saja dan mengabaikan
dimensi yang lain tidak akan berhasil menangkap makna Al-Qur’an secara utuh dan padu,
Adapun metode metode dalam memahami ajaran islam secara lebih rinci dapat dijabarkan
sebagai berikut :
1.Metode Diakronis
Metode Diakronis Adalah metode mempelajari Islam yang menonjolkan aspek sejarah.
Metode ini memberi kemungkinan adanya studi komparasi tentang berbagai penemuan dan
pengembangan ilmu pengetahuan dalam Islam.
2.Metode Sinkronik-Analitis
Adalah metode mempelajari Islam yang memberikan kemampuan analisis teoritis yang
sangat berguna bagi perkembangan keimanan dan mental intelek umat Islam.
3.Metode Problem solving (hallu al-musykilat)
Metode problem solving Adalah Suatu Metode yang mempelajari Islam dan mengajak
pemeluknya untuk berlatih menghadapi berbagai masalah dari suatu cabang ilmu
pengetahuan dengan menggunakan solusi atau cara penyelesaian masalah secara bersama
sama.
4.Metode Emperis (Tajribiyah)
Metode Emperis adalah Suatu metode mempelajari Islam yang memungkinkan Umat
Islam mempelajari ajarannya melalui proses aktualisasi dan internalisasi norma-norma dan
kaidah Islam dengan suatu proses aplikasi yang menimbulkan suatu interaksi sosial,
kemudian secara deskriptif proses interaksi dapat dirumuskan dalam suatu sistem norma baru.
5.Metode Deduktif ( Al-Manhaj Al Istinbathiyah )
Suatu metode mamahami Islam dengan cara menyusun kaidah-kaidah secara logis dan
filosofis dan selanjutnya kaidah tersebut diaplikasikan untuk menentukan masalah - masalah
yang dihadapi.
6.Metode Induktif (al - Manhaj al-Istiqraiyah)
Suatu metode memahami Islam dengan cara menyusun kaidah-kaidah hukum untuk
diterapkan kepada masalah-masalah furu` yang disesuaikan dengan madzhabnya terlebih
dahulu.Metode pengkajiannya dimulai dari masalah-masalah khusus , lalu dianalisis,
kemudian disusun kaidah hukum dengan catatan setelah terlebih dahulu disesuaikan dengan
madzhabnya.
B.Pedoman dalam mempelajari agama islam
Sudah terang bahwa Al-Qur’an al-Karim dan Al-Hadis Rasulullah SAW merupakan
sumber ajaran Islam sekaligus pedoman hidup setiap muslim yang mesti dipegangi. Di dalam
khazanah keislaman, al-Qur’an lazim disebut sebagai sumber utama (pertama) dan hadis
sebagai sumber kedua ajaran Islam setelah al-Qur’an.
1.Al-Qur’an sebagai pedoman dalam mempelajari islam
Berimam kepada al-Qur’an artinya mengikuti ajaran yang terkandung di dalamnya,
menjadikannya panutan dan acuan serta referensi dalam berucap, berbuat dan lainnya. Imân
tidak hanya ditujukan kepada orang, ia juga bisa berarti sesuatu yang membuat lurus dan
memperbaiki perkara bisa berarti Al-Qur’an, Nabi Muhammad SAW dan sebagainya.
Perintah berimam kepada al-Qur’an dan mengikutinya merupakan konsekuensi logis
dari rukun iman yang ke tiga yaitu iman kepada kitab. Di samping konsekuensi dari iman,
berimam kepada al-Qur’an juga merupakan khitab (perintah) dari Allah SWT, karena al-
Qur’an diturunkan untuk menjadi petunjuk dan rahmat bagi umat Manusia (Q.S. al-Baqarah:
185).
Al-Qur’an adalah petunjuk Allah SWT yang bila dipelajari akan membantu kita
menemukan nilai-nilai yang dapat dijadikan pedoman bagi penyelesaian problem hidup.
Apabila dihayati dan diamalkan akan menjadikan pikiran, rasa dan karsa kita mengarah
kepada realitas keimanan, stabilitas dan ketentraman hidup pribadi dan masyarakat.
2.Al-Hadis sebagai pedoman dalam mempelajari islam
Berimam kepada Hadis Rasulullah SAW artinya menjadikan hadis Rasul sebagai
pedoman dan acuan serta referensi dalam berucap, berbuat dan lainnya atau mengikuti ajaran
yang terkandung di dalamnya dan merupakan konsekuensi logis dari beriman kepada Rasul.
Di dalam al-Qur’an Allah SWT menetapkan barometer seseorang cinta kepada Allah
SWT ditandai dengan seberapa cintanya ia kepada Rasul atau hadis-hadisnya. Allah SWT
berfirman dalam surat Ali Imran ayat 31 yang berbunyi :

‫ُق ْل ِإ ْلن ُق ْلن ُق ْلم ُق ِإ ُّب نَن َهَّللا َن َنا َهَّللا ِإ ُق وِإ يُق ْل ِإ ْل ُق ُقم َهَّللا ُق َن يَن ْل ِإ ْل َن ُق ْلم ُق وُق وَن ُق ْلم َن َهَّللا ُق َن ُق ٌرو َنو ِإ ٌرم‬
Artinya : Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah
mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(Q.S. Ali Imran : 31)
Kesimpulan
Berdasarkan uraian ringkas di atas, dapat disimpulkan bahwasanya sudah tegas Allah dan
Rasul menjelaskan bahwa al-Qur’an dan hadis merupakan pedoman hidup umat Islam, tata
cara dan strategi memperlakukan keduanya sebagai pedoman hidup dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1. Menjadikan al-Qur’an dan hadis sebagai imam (ikutan) disetiap tindak tanduk dan aktifitas
kehidupan.
2. Berimam kepada al-Qur’an secara totalitas (kaaffah) dengan mengamalkan segala isi dan
kandungannya tampa membeda-bedakan antara satu ayat dengan ayat lain atau antara satu
surat dengan surat lainnya.
3. Berimam kepada semua hadis sahih dan hasan dengan menjadikan keduanya sebagai dalil
dalam segenap perilaku kehidupan.
4. Berimam kepada sebahagian hadis dha’if dalam arti mengamalkannya untuk menjadi
motifasi dan dorongan agar semakin taqwa kepada Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA
https://asepprasetio.wordpress.com/2015/09/29/kerangka-dasar-islam/
https://anshorimujahid.wordpress.com/2011/02/19/pengertian-dinul-islam-agama-islam/

https://www.risalahislam.com/2013/10/sumber-ajaran-islam-al-quran-hadits.html?m=1

https://bdkpadang.kemenag.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=526:al-quran-
dan-hadis-sebagai-pedoman-hidup-umat-islam-serial-materi-ajar-al-quran-hadis-mts&catid=41:top-
headlines
Endang Saifuddin Anshari, Kuliah Al-Islam, Pustaka Bandung, 1978.
Drs. Nasruddin Razak, Dienul Islam, Maarif Bandung, 1989
Zainab Al-Ghazali, Menuju Kebangkitan Baru, Gema Insani Press Jakarta, 1995
H. Djarnawi Hadikukusam, “Ijtihad”, dalam Amrullah Achmad dkk. (Editor), Persepektif
Ketegangan Kreatif dalam Islam, PLP2M Yogyakarta, 1985

Anda mungkin juga menyukai