Anda di halaman 1dari 8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tingkat Pencegahan pada Praktik Keperawatan Komunitas


1. Prevensi primer ditujukan bagi orang-orang yang termasuk kelompok resiko tinggi,
yakni mereka yang belum menderita tetapi berpotensi untuk menderita. Perawat
komunitas harus mengenalkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya
dan upaya yang perlu dilakukan untuk menghilangkan faktor-faktor tersebut. Sejak
masa prasekolah hendaknya telah ditanamkan pengertian tentang pentingnya latihan
jasmani teratur, pola dan jenis makanan yang sehat, menjaga badan agar tidak terlalu
gemuk, dan resiko merokok bagi kesehatan.
2. Prevensi sekunder bertujuan untuk mencegah atau menghambat timbulnya penyulit
dengan tindakan deteksi dini dan memberikan intervensi keperawatan sejak awal
penyakit. Dalam mengelola, sejak awal sudah harus diwaspadai dan sedapat mungkin
dicegah kemungkinan terjadinya penyulit menahun. Penyuluhan mengenai dan
pengelolaannya secara mandiri memegang peran penting untuk meningkatkan
kepatuhan pasien. Sistem rujukan yang baik akan sangat mendukung pelayanan
kesehatan primer yang merupakan ujung tombak pengelolaan .
3. Prevensi tersier. Apabila sudah muncul penyulit menahun, maka perawat komunitas
harus berusaha mencegah terjadinya kecacatan/komplikasi lebih lanjut dan
merehabilitasi pasien sedini mungkin, sebelum kecacatan tersebut menetap.
Pendidikan kesehatan bertujuan untuk melindungi upaya rekonstitusi, yaitu :
mendorong untuk patuh mengikuti program PKP, pendidikan kesehatan kepada dan
keluarga untuk mencegah hipoglikemi terulang dan melihara stabilitas klien
(Allender & Spradley, 2005).

B. Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas


1. Proses kelompok (group process)
Seseorang dapat mengenal dan mencegah penyakit, tentunya setelah belajar
dari pengalaman sebelumnya, selain faktor pendidikan/pengetahuan individu, media
masa, televisi, penyuluhan yang dilakukan petugas kesehatan dan sebagainya. Begitu
juga dengan masalah kesehatan di lingkungan sekitar masyarakat, tentunya gambaran
penyakit yang paling sering mereka temukan sebelumnya sangat mempengaruhi

3
upaya penangan atau pencegahan penyakit yang mereka lakukan. Jika masyarakat
sadar bahwa penanganan yang bersifat individual tidak akan mampu mencegah,
apalagi memberantas penyakit tertentu, maka mereka telah melakukan pemecahan-
pemecahan masalah kesehatan melalui proses kelompok.
Dalam kasus ini, tenaga kesehatan bersama masyarakat membicarakan tentang
masalah kesehatan di desa, masyarakat juga harus ikut berpartisipasi demi menjaga
kesehatan desa.
2. Pendidikan Kesehatan (Health Promotion)
Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis, dimana
perubahan tersebut bukan hanya sekedar proses transfer materi/teori dari seseorang
ke orang lain dan bukan pula seperangkat prosedur. Akan tetapi, perubahan tersebut
terjadi adanya kesadaran dari dalam diri individu, kelompok atau masyarakat sendiri.
Sedangkan tujuan dari pendidikan kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan
No. 23 Tahun 1992 maupun WHO yaitu ”meningkatkan kemampuan masyarakat
untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan baik fisik, mental dan
sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun secara sosial.
Dalam kasus ini, perawat melakukan pendidikan kesehatan kepada masyarakat
tentang ispa pada anak, merokok pada remaja atau diabetes. Dan diberikan cara untuk
mencegahnya juga dampak buruk bila masalah terus berlangsung. Masyarakat juga
bisa menanyakan apa saja yang kurang paham dari pembahasan pada saat pendidikan
kesehatan.
3. Kerjasama (Partnership)
Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam lingkungan masyarakat jika
tidak ditangani dengan baik akan menjadi ancaman bagi lingkungan masyarakat luas.
Oleh karena itu, kerja sama sangat dibutuhkan dalam upaya mencapai tujuan asuhan
keperawatan komunitas melalui upaya ini berbagai persoalan di dalam lingkungan
masyarakat akan dapat diatasi dengan lebih cepat.
Perawat atau pelayan kesehatan bekerja sama dengan seluruh perangkat yang
ada di masyarakat untuk mengurangi masalah kesehatan. Ini juga merupakan bentuk
agar masyarakat bisa lebih mandiri.

C. Asumsi Dasar dan Keyakinan dalam Keperawatan Komunitas


1. Asumsi
a. Sistem pemeliharaan yang kompleks.

4
b. Komponen sistem pemeliharaan kesehatan primer, sekunder dan tersier.
c. Perawatan subsistem pemeliharaan kesehatan dan produk pendidikan dasar
praktek penelitian.
d. Pemeliharaan kesehatan primer lebih menonjol dari sekunder dan tersier.
e. Perawatan kesehatan menyangkut setting pemeliharaan kesehatan primer.

2. Kepercayaan
a. Pemeliharaan kesehatan harus memadai dan diterima semua orang.
b. Orang yang menerima asuhan harus dilibatkan.
c. Perawat sebagai pemberi dan klien sebagai konsumen pelayanan kesehatan.
d. Lingkungan berdampak terhadap kesehatan populasi dan individu.
e. Pencegahan penyakit bagian esensial dari peningkatan kesehatan.
f. Kesehatan sebagai proses menyangkut kehidupan dalam jangka waktu yang lama.
g. Klien hanya anggota tetap dari tim pemeliharaan kesehatan.
h. Individu dalam sistem kesehatan masyarakat bertanggung jawab secara mandiri
dan aktif berpartisipasi dalam pemeliharaan kesehatan.

D. Sejarah Perkembangan Keperawatan Komunitas


Perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia dimulai pada abad ke 16, yaitu
dimulai dengan adanya upaya pemberantasan penyakit cacat dan kolera yang sangat
ditakuti oleh masyarakat. Penyakit kolera masuk ke Indonesia tahun 1927, dan pada
tahun 1937 terjadi wabah kolera.
Selanjutnya tahun 1948 cacar masuk ke Indonesia melalui singapura dan mulai
berkembang di Indonesia, sehingga berawal dari wabah kolera tersebut pemerintah
belanda melakukan upaya-upaya kesehatan masyarakat. Gubernur jendral deandels pada
tahun 1807 telah melakukan upaya pelatihan dukun bayi dalam praktik persalinan. Upaya
ini dilakukan dalam rangka menurunkan tingkat kematian bayi yang tinggi. Namun,
upaya ini tidak bertahan lama akibat kangkanya tenaga pelatih kebidanan. Baru
kemudian ditahun 1930, program ini dimulai lagi dengan didaftarkannya para dukun bayi
sebagai penolong dan perawat persalinan.
Pada tahun 1851 berdiri sekolah dokter jawa oleh dokter bosch dan dokter bleeker
kepala pelayanan kesehatan sipil dan militer Indonesia. Sekolah ini dikenal dengan nama
STOVIA atau sekolah pendidikan dokter pribumi. Pada tahun 1913, didirikan sekolah

5
dokter kedua di Surabaya dengan nama NIAS. Pada tahun 1947, STOVIA berubah
menjadi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
1. Periode Pertama (1882)
Dimulainya usaha kesehatan oleh Belanda, yaitu Millitair Geness Kundege
Dienst (MDG) & Burgelyke Geness Kudige Dienst (BGD). Dengan tujuan untuk
melancarkan pengobatan kepada orang Belanda pada waktu para pekerja perkebunan
terjangkit penyakit. Kemudian berkembang melayani para pekerja perkebunan
tersebut. Selanjutnya melayani masyarakat umum (saat berdiri Rockefeller
Foundation).
2. Periode Kedua (Zaman Penjajahan Jepang)
Dikenal adanya dinas kesehatan masyarakat atau Dienst Van De Volks
Genzonhei (DVG). Sebagai pengganti, BGD bertugas melaksanakan usaha di bidang
preventif dan kuratif. Kedua usaha ini tidak ada hubungannya dan masing-masing
berjalan sendiri.
3. Periode Ketiga
Dimulai setelah Indonesia merdeka (Bandung Plan) disusun suatu rencana
kesehatan masyarakat, bertujuan untuk menyatukan upaya kuratif dan preventif.
Pelaksanaannya diserahkan kepada inspektur kesehatan Jawa Barat, dipimpin oleh
dr. H. A. Patah. Selanjutnya menyusun pilot project usaha kesehatan masyarakat,
yang kemudian berkembang menjadi konsep Puskesmas.
 Th 1997, World Health Assembly
(Sidang Kesehatan Dunia) Kesepalatan global untuk mencapai “Kesehatan Bagi
Semua (KBS) pada tahun 2000” atau “Health For All By The Year 2000”.
 Th 1978 (konferensi Alma Ata di Uni Sovyet Rusia)
“Primary Health Care” atau PHC sebaga strategi global untuk mencapai
kesehatan bagi semua di tahun 2010 (Indonesia mengikuti persetujuan).
Salah satu bentuk operasional dari PHC di Indonesia adalah PKMD,
Posyandu. Di luar Indonesia dikenal dengan Growth monitoring, Oral
rehydration, Brest feeding, Immunization, Female education, Family planning,
Food supplementation (GOBIFFF).

PERKEMBANGAN KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS DI INDONESIA


1. Pasca Perang Kemerdekaan

6
Pelayanan preventif mulai dipikirkan guna melengkapi upaya (pelayanan)
kuratif, serta lahirnya konsep Bandung Plan sebagai embrio dari konsep Puskesmas.
2. Tahun 1960
Terbit Undang-Undang Pokok Kes No. 9 Th 1960 tentang Pokok-Pokok
Kesehatan tiap-tiap warga Negara berhak mencapai derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya dan wajib diikutsertakan dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh
pemerintah”.
3. Pelita I
Dimulai Pelayanan kesehatan melalui puskesmas
4. Pelita II
Mulai dikembangkan PKMD, sebagai bentuk operasional dari primary heatlh
carea (PHC). Pada saat ini juga mulai timbul kesadaran untuk keterlibatan partisipasi
masyarakat dalam bidang kesehatan
5. Pelita III
Lahir SKN tahun 1982, menekankan pada:
 Pendekatan kesistem
 Pendekatan kemasyarakat
 Kerja sama lintas program (KLP) & lintas sektoral (KS)
 Peran serta masyarakat
 Menekankan pada pendekatan promotive & preventive
6. Pelita IV
PHC/PKMD diwarnai dengan prioritas untuk menurunkan tingkat kematian
bayi, anak dan ibu serta menurunkan tingkat kelahiran, dan menyelanggarakan
posyandu ditiap desa
7. Pelita V
Dilaksanakan dengan upaya peningkatan mutu posyandu, melaksanakan panca
Krida, Posyandu serta Sapta Krida Posyandu
8. Menjelang tahun 2000 (tahun 1998)
Pergeseran visi pembangunan kesehatan di Indonesia, yang semua menganut
paradigma sakit menjadi paradigma sehat. Visi pembangunan kesehatan adalah
“Indonesia Sehat 2010” dengan misi sebagai berikut :
 Menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan.
 Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.

7
 Memelihara dan meningkatkan yankes yang bermutu, merata dan terjangkau.
 Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga, masyarakat dan
lingkungan.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Komunitas sebagai suatu kelompok sosial yang di tentukan oleh batas-batas
wilayah, nilai-nilai keyakinan dan minat yang sama, serta ada rasa saling mengenal
dan interaksi anggota masyarakat yang satu dengan yang lainya.
Keperawatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang
ditujukan pada masyarakat dengan penekanan kelompok risiko tinggi dalam upaya
pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, pemeliharaan rehabilitasi dengan menjamin keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelayanan keperawatan.

B. Saran
Setelah mengerti dan memahami tentang kelompok risiko tinggi diharapkan
mahasiswa mampu menerapkan tingkat pencegahan dalam kehidupan sehari-hari
melalui peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemeliharaan rehabilitasi
dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan
melibatkan klien.

9
DAFTAR PUSTAKA

Efendi, Ferry dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan
Praktek Dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Kasjono Subaris Heru, 2008. Intisari Epidemiologi. Mitra Cendikia ; Yogyakarta.

Mubarak, Iqbal Wahit. 2009. Pengantar dan Teori Ilmu Keperawatan Komunitas 1.
Cv Sagung Seto : Jakarta.

Novalia, Ifa. 2017. Asumsi Dasar. Alamat web :


https://id.scribd.com/document/344117452/3-Ana-Asumsi-Dasar. Diakses tanggal 25
Oktober 2017 pukul 02.00

10

Anda mungkin juga menyukai