Disusun oleh :
Pembimbing Klinik:
dr. Suldiah, Sp.A
PENDAHULUAN
1
Manifestasi klinis menurut kriteria diagnosis WHO 2011, infeksi dengue
dapat terjadi asimtomatik dan simtomatik. Infeksi dengue simtomatik terbagi
menjadi undifferentiated fever (sindrom infeksi virus), demam dengue (DD),
demam berdarah dengue (DBD) dan expanded dengue.5
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Manifestasi klinis menurut kriteria diagnosis WHO 2011, infeksi
dengue dapat terjadi asimtomatik dan simtomatik. Infeksi dengue simtomatik
terbagi menjadi undifferentiated fever (sindrom infeksi virus) dan demam dengue
(DD) sebagai infeksi dengue ringan; sedangkan infeksi dengue berat terdiri dari
demam berdarah dengue (DBD) dan expanded dengue. Perembesan plasma
sebagai akibat plasma leakage merupakan tanda patognomonik DBD, sedangkan
kelainan organ lain serta manifestasi yang tidak lazim dikelompokkan ke dalam
expanded dengue syndrome atau isolated organopathy. Secara klinis, DD dapat
disertai dengan perdarahan atau tidak; sedangkan DBD dapat disertai syok atau
tidak. Berikut spektrum klinis infeksi virus dengue5 :
4
Secara teori diagnosis klinis demam berdarah dengue dapat ditegakkan
apabila ditemukan gejala demam ditambah dua atau lebih tanda dan gejala lain,
seperti :
- Demam 2-7 hari yang timbul mendadak, tinggi, terus-menerus, bifasik.
- Manifestasi perdarahan baik spontan seperti peteki, purpura, ekimosis,
epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis dan atau melena; maupun berupa uji
torniquet positif.
- Nyeri kepala, mialgia, artralgia, nyeri retroorbital
- Dijumpai kasus DBD baik di lingkungan sekolah, rumah atau disekitar rumah
- Leukopenia <4.000/mm3
- Trombositopenia <100.000/mm3.1
- Hemokonsentrasi /peningkatan kadar hematokrit >20%
Perlu mendapat perhatian bahwa yang disebut mendadak adalah tidak
didahului oleh demam ringan, seperti misalnya anak pulang sekolah belum
demam, kemudian tidur, bangun tidur anak menderita demam tinggi di atas
38,5oC. Masalah yang timbul dalam menilai pola demam ini adalah tidak selalu
orang tua mengukur tingginya demam dan pengaruh pemberian obat penurun
panas oleh orang tua. Tingginya demam dapat diperkirakan melalui pertanyaan
mengenai akibat demam terhadap pasien, seperti anak rewel/gelisah, kulit
kemerahan terutama wajah (flushing) dan fotofobi.1
Tata laksana dengue sesuai dengan perjalanan penyakit yang terbagi atas 3
fase yakni fase demam, fase kritis dan fase penyembuhan. Pada fase demam
hanya diperlukan pengobatan simtomatik dan suportif. Pada kasus ini pasien
masuk rumah sakit pada hari ke-4 sejak timbulnya demam. Keadaan ini masih
termasuk kedalam fase demam dan akan beralih ke fase kritis. Pengobatan yang
diberikan adalah parasetamol dengan dosis 10 – 15 mg/kgBB/dosis yang dapat
diulang setiap 6 jam bila demam. Cairan intravena diberikan apabila terlihat
kebocoran plasma yang ditandai dengan peningkatan Hematokrit 10 – 20% atau
pasien tidak mau makan dan minum melalui oral.Kebutuhan cairan intravena
berupa ringer laktat dengan kebutuhan cairan diberikan secara bertahap sesuai alur
penanganan DBD. Selain itu diberikan terapi suportif berupa kompres hangat dan
5
anak dianjurkan untuk cukup minum, boleh air putih atau teh, namun lebih baik
jika diberikan cairan yang mengandung elektrolit seperti jus buah, oralit atau air
tajin. Tanda kecukupan cairan adalah diuresis setiap 4-6 jam.1
Setelah fase kritis terlampaui yaitu sekitar hari ke-6 sakit, pasien akan
masuk dalam fase penyembuhan. Cairan intravena harus diberikan sesuai
kebutuhan agar sirkulasi intravaskular tetap memadai.6
7
Gambar 3. Tatalaksana DBD derajat III-IV
8
akan menyebabkan gagal napas dan kematian. Untuk mencegah hal ini, harus
dilakukan monitor ketat dengan memantau pemberian cairan intravena dari
minimal sampai rumatan.
- Perdarahan masif
Adanya aktivasi koagulasi yang luas menyebabkan pembentukan fibrin
intravaskular dan oklusi pembuluh darah kecil yang mengakibatkan
tumbulnya trombosis. Peningkatan penggunaan trombosit menyebabkan
makin menurunnya jumlah trombosit dan faktor pembekuan sehingga
memicu perdarahan hebat.
- Kelainan ginjal
Gagal ginjal akut umumnya terjadi pada fase terminal syok, sebagai akibat
dari syok yang tidak teratasi dengan baik. Untuk mencegah gagal ginjal maka
setelah syok diatasi dengan mengisi intravaskular, penting diperhatikan
apakah benar syok telah teratasi dengan baik. Diuresis merupakan parameter
penting dan mudah dikerjakan untuk mengetahui apakah syok telah teratasi.
Diuresis diusahakan >1 ml/kgBB/jam. Oleh karena jika syok belum teratasi
dengan baik sedangkan volume cairan telah dikurangi dapat terjadi acute
kidney injury (AKI), ditandai dengan penurunan jumlah urin, dan peningkatan
kadar ureum dan kreatinin.1
Penderita dapat dipulangkan apabila paling tidak dalam 24 jam tidak
terdapat demam tanpa antipiretik, kondisi klinis membaik, nafsu makan baik, nilai
hematokrit stabil, tiga hari setelah syok teratasi jika terjadi syok, tidak ada sesak
napas atau takipnea, dan jumlah trombosit ≥50.000/mm3.6
9
BAB III
KESIMPULAN
Tata laksana DBD sesuai dengan perjalanan penyakit dan derajat penyakit
10
DAFTAR PUSTAKA
1. IDAI. 2014. Pedoman Diagnosis dan Tata Laksana Infeksi Virus Dengue
Pada Anak. Jakarta : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.
2. Aryu, C. 2010. Demam Berdarah Dengue : Epidemiologi, Patogenesis dan
Faktor Risiko Penularan. Aspirator Vol. 2. Semarang : FK Undip.
3. Andrea, Linda, Lucia. 2013. Hubungan Trombositopenia dan Hematokrit
Dengan Manifestasi Perdarahan Padan Penderita Demam Dengue dan
Demam Berdarah Dengue. Manado : Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedoktran Unsrat.
4. IDAI, 2010. Buku Ajar Infeksidan pediatric tropis. Edisipertama. Jakarta
:BadanPenerbit IDAI.
5. Mulya. 2013. Diagnosis dan Tata Laksana Terkini Dengue. Jakarta :
Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI.
6. FKUI. 2012. Update Management of Infectious Diseases and Gastrointestinal
Disorders. Jakarta : Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI.
11
LAMPIRAN 1
12
13