Anda di halaman 1dari 14

HEALTH EDUCATION FEBRUARI 2019

“DEMAM BERDARAH DENGUE”

Disusun oleh :

Dita Aridhatamy (N 111 18 042)

Pembimbing Klinik:
dr. Suldiah, Sp.A

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA
PALU
2019
BAB I

PENDAHULUAN

Infeksi virus dengue, merupakan masalah kesehatan global. Dalam tiga


dekade terakhir terjadi peningkatan angka kejadian penyakit tersebut di berbagai
negara yang dapat menimbulkan kematian sekitar kurang dari 1%. Penyakit
dengue terutama ditemukan di daerah tropis dan subtropis dengan sekitar 2,5
milyar penduduk yang mempunyai risiko untuk terjangkit penyakit ini.
Diperkirakan setiap tahun sekitar 50 juta manusia terinfeksi virus dengue yang
500.000 di antaranya memerlukan rawat inap, dan hampir 90% dari pasien rawat
inap adalah anak-anak.1

Infeksi virus dengue ditularkan melalui gigitan vektor nyamuk Stegomiya


aegipty (dahulu disebut Aedes Aegepty) dan Stegomiya albopictus (dahulu disebut
Aedes Albopictus).1 Virus dengue termasuk ke dalam famili Flaviridae dan genus
Flavivirus, terdiri dari 4 serotipe yaitu DENV-1, DENV-2, DENV-3 dan DENV-
4, ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi. 2

Dalam perjalanan penyakit infeksi dengue, terdapat tiga fase perjalanan


infeksi dengue, terdapat tiga fase perjalan infeksi dengue, yaitu :

- Fase demam : viremia menyebabkan demam tinggi

- Fase kritis/perembesan plasma : onset mendadak adanya perembasan plasma


dengan derajat bervariasi pada efusi pleura dan asites.

- Fase penyembuhan : perembesan plasma mendadak berhenti disertai


reabsorpsi cairan dan ekstravasasi plasma.5

Secara umum patogenesis infeksi virus dengue diakibatkan oleh interaksi


berbagai komponen dari respon imun atau reaksi inflamasi yang terjadi secara
terintegrasi. Sel imun yang paling penting dalam berinteraksi dengan virus dengue
yaitu sel dendrit, monosit/makrofag, sel endotel dan trombosit.1

1
Manifestasi klinis menurut kriteria diagnosis WHO 2011, infeksi dengue
dapat terjadi asimtomatik dan simtomatik. Infeksi dengue simtomatik terbagi
menjadi undifferentiated fever (sindrom infeksi virus), demam dengue (DD),
demam berdarah dengue (DBD) dan expanded dengue.5

Tata laksana dengue sesuai dengan perjalanan penyakit yang terbagi


atas 3 fase yakni fase demam, fase kritis dan fase penyembuhan.1

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Infeksi virus dengue ditularkan melalui gigitan vektor nyamuk


Stegomiya aegipty (dahulu disebut Aedes Aegipty) dan Stegomiya albopictus
(dahulu Aedes Albopictus). Transmisi virus tergantung dari faktor biotik dan
abiotik. Termasuk dalam faktor biotik adalah faktor virus, vektor nyamuk dan
pejamu manusia; sedangkan faktor abiotik adalah suhu lingkungan, kelembaban
dan curah hujan.1
Virus dengue termasuk dalam genus flavivirus, famili Flaviviridae
yang mempunyai 4 serotipe yaitu DENV-1, DENV-2, DENV-3 dan DENV-4.
Infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup
terhadap serotipe yang bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap
serotipe yang lain. Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat
terinfeksi dengan 3 atau bahkan 4 serotipe selama hidupnya. Keempat jenis
serotipe virus dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. Di
Indonesia, pengamatan virus dengue yang dilakukan sejak tahun 1975 di beberapa
rumah sakit menunjukkan bahwa keempat serotipe ditemukan dan bersirkulasi
sepanjang tahun.4
Secara umum patogenesis infeksi virus dengue diakibatkan oleh
interaksi berbagai komponen dari respon imun atau reaksi inflamasi yang terjadi
secara terintegrasi. Sel imun yang paling penting dalam berinteraksi dengan virus
dengue yaitu sel dendrit, monosit/makrofag, sel endotel dan trombosit. Akibat
interaksi tersebut akan dikeluarkan berbagai mediator antara lain sitokin,
peningkatan aktivasi sistem komplemen, serta terjadi aktivasi limfosit T. Apabila
aktivasi sel imun tersebut berlebihan, akan diproduksi sitokin (terutama
proinflamasi), kemokin dan mediator inflamasi lain dalam jumlah banyak. Akibat
produksi berlebih dari zat-zat tersebut akan menimbulkan berbagai kelainan yang
akhirnya menimbulkan berbagai bentuk dan gejala infeksi virus dengue.1

3
Manifestasi klinis menurut kriteria diagnosis WHO 2011, infeksi
dengue dapat terjadi asimtomatik dan simtomatik. Infeksi dengue simtomatik
terbagi menjadi undifferentiated fever (sindrom infeksi virus) dan demam dengue
(DD) sebagai infeksi dengue ringan; sedangkan infeksi dengue berat terdiri dari
demam berdarah dengue (DBD) dan expanded dengue. Perembesan plasma
sebagai akibat plasma leakage merupakan tanda patognomonik DBD, sedangkan
kelainan organ lain serta manifestasi yang tidak lazim dikelompokkan ke dalam
expanded dengue syndrome atau isolated organopathy. Secara klinis, DD dapat
disertai dengan perdarahan atau tidak; sedangkan DBD dapat disertai syok atau
tidak. Berikut spektrum klinis infeksi virus dengue5 :

4
Secara teori diagnosis klinis demam berdarah dengue dapat ditegakkan
apabila ditemukan gejala demam ditambah dua atau lebih tanda dan gejala lain,
seperti :
- Demam 2-7 hari yang timbul mendadak, tinggi, terus-menerus, bifasik.
- Manifestasi perdarahan baik spontan seperti peteki, purpura, ekimosis,
epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis dan atau melena; maupun berupa uji
torniquet positif.
- Nyeri kepala, mialgia, artralgia, nyeri retroorbital
- Dijumpai kasus DBD baik di lingkungan sekolah, rumah atau disekitar rumah
- Leukopenia <4.000/mm3
- Trombositopenia <100.000/mm3.1
- Hemokonsentrasi /peningkatan kadar hematokrit >20%
Perlu mendapat perhatian bahwa yang disebut mendadak adalah tidak
didahului oleh demam ringan, seperti misalnya anak pulang sekolah belum
demam, kemudian tidur, bangun tidur anak menderita demam tinggi di atas
38,5oC. Masalah yang timbul dalam menilai pola demam ini adalah tidak selalu
orang tua mengukur tingginya demam dan pengaruh pemberian obat penurun
panas oleh orang tua. Tingginya demam dapat diperkirakan melalui pertanyaan
mengenai akibat demam terhadap pasien, seperti anak rewel/gelisah, kulit
kemerahan terutama wajah (flushing) dan fotofobi.1
Tata laksana dengue sesuai dengan perjalanan penyakit yang terbagi atas 3
fase yakni fase demam, fase kritis dan fase penyembuhan. Pada fase demam
hanya diperlukan pengobatan simtomatik dan suportif. Pada kasus ini pasien
masuk rumah sakit pada hari ke-4 sejak timbulnya demam. Keadaan ini masih
termasuk kedalam fase demam dan akan beralih ke fase kritis. Pengobatan yang
diberikan adalah parasetamol dengan dosis 10 – 15 mg/kgBB/dosis yang dapat
diulang setiap 6 jam bila demam. Cairan intravena diberikan apabila terlihat
kebocoran plasma yang ditandai dengan peningkatan Hematokrit 10 – 20% atau
pasien tidak mau makan dan minum melalui oral.Kebutuhan cairan intravena
berupa ringer laktat dengan kebutuhan cairan diberikan secara bertahap sesuai alur
penanganan DBD. Selain itu diberikan terapi suportif berupa kompres hangat dan
5
anak dianjurkan untuk cukup minum, boleh air putih atau teh, namun lebih baik
jika diberikan cairan yang mengandung elektrolit seperti jus buah, oralit atau air
tajin. Tanda kecukupan cairan adalah diuresis setiap 4-6 jam.1
Setelah fase kritis terlampaui yaitu sekitar hari ke-6 sakit, pasien akan
masuk dalam fase penyembuhan. Cairan intravena harus diberikan sesuai
kebutuhan agar sirkulasi intravaskular tetap memadai.6

Gambar 1. tatalaksana dbd derajat I atau II tanpa peningkatan hematokrit


6
Gambar 2. tatalaksana dbd derajat II dengan peningkatan Hmt 20%

7
Gambar 3. Tatalaksana DBD derajat III-IV

Komplikasi pada infeksi dengue adalah :


- Kelebihan cairan
Kelebihan cairan dapat ditemukan saat fase kritis dan fase konvalesens. Hal
ini serius karena dapat menyebabkan edema paru atau gagal jantung yang

8
akan menyebabkan gagal napas dan kematian. Untuk mencegah hal ini, harus
dilakukan monitor ketat dengan memantau pemberian cairan intravena dari
minimal sampai rumatan.
- Perdarahan masif
Adanya aktivasi koagulasi yang luas menyebabkan pembentukan fibrin
intravaskular dan oklusi pembuluh darah kecil yang mengakibatkan
tumbulnya trombosis. Peningkatan penggunaan trombosit menyebabkan
makin menurunnya jumlah trombosit dan faktor pembekuan sehingga
memicu perdarahan hebat.
- Kelainan ginjal
Gagal ginjal akut umumnya terjadi pada fase terminal syok, sebagai akibat
dari syok yang tidak teratasi dengan baik. Untuk mencegah gagal ginjal maka
setelah syok diatasi dengan mengisi intravaskular, penting diperhatikan
apakah benar syok telah teratasi dengan baik. Diuresis merupakan parameter
penting dan mudah dikerjakan untuk mengetahui apakah syok telah teratasi.
Diuresis diusahakan >1 ml/kgBB/jam. Oleh karena jika syok belum teratasi
dengan baik sedangkan volume cairan telah dikurangi dapat terjadi acute
kidney injury (AKI), ditandai dengan penurunan jumlah urin, dan peningkatan
kadar ureum dan kreatinin.1
Penderita dapat dipulangkan apabila paling tidak dalam 24 jam tidak
terdapat demam tanpa antipiretik, kondisi klinis membaik, nafsu makan baik, nilai
hematokrit stabil, tiga hari setelah syok teratasi jika terjadi syok, tidak ada sesak
napas atau takipnea, dan jumlah trombosit ≥50.000/mm3.6

9
BAB III
KESIMPULAN

 Infeksi virus dengue ditularkan melalui gigitan vektor nyamuk Stegomiya


aegipty (dahulu disebut Aedes Aegepty) dan Stegomiya albopictus (dahulu
disebut Aedes Albopictus).1

 Manifestasi klinis menurut kriteria diagnosis WHO 2011, infeksi dengue


dapat terjadi asimtomatik dan simtomatik. Infeksi dengue simtomatik terbagi
menjadi undifferentiated fever (sindrom infeksi virus), demam dengue (DD),
demam berdarah dengue (DBD) dan expanded dengue.5

 Tata laksana DBD sesuai dengan perjalanan penyakit dan derajat penyakit

10
DAFTAR PUSTAKA

1. IDAI. 2014. Pedoman Diagnosis dan Tata Laksana Infeksi Virus Dengue
Pada Anak. Jakarta : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.
2. Aryu, C. 2010. Demam Berdarah Dengue : Epidemiologi, Patogenesis dan
Faktor Risiko Penularan. Aspirator Vol. 2. Semarang : FK Undip.
3. Andrea, Linda, Lucia. 2013. Hubungan Trombositopenia dan Hematokrit
Dengan Manifestasi Perdarahan Padan Penderita Demam Dengue dan
Demam Berdarah Dengue. Manado : Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedoktran Unsrat.
4. IDAI, 2010. Buku Ajar Infeksidan pediatric tropis. Edisipertama. Jakarta
:BadanPenerbit IDAI.
5. Mulya. 2013. Diagnosis dan Tata Laksana Terkini Dengue. Jakarta :
Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI.
6. FKUI. 2012. Update Management of Infectious Diseases and Gastrointestinal
Disorders. Jakarta : Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI.

11
LAMPIRAN 1

Dokumentasi kegiatan Healt Education “Demam Berdarah Dengue”

12
13

Anda mungkin juga menyukai