LONG CASE
PUSKESMAS PURWOJATI
SKABIES
Oleh:
Naufal Sipta Nabilah
G4A016112
Pembimbing:
dr.
dr.
2018
HALAMAN PENGESAHAN
Oleh:
Naufal Sipta Nabilah
G4A016112
dr. dr.
NIP. 19730301.200701.2.010 NIP. 19771215.200501.2.015
2
I. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA
3
A. PENDAHULUAN
Laporan ini disusun berdasarkan kasus yang diambil dari seorang anak
berusia tahun yang datang ke Puskesmas Purwojati diantar oleh ibunya.
Pasien ini datang dengan keluhan gatal-gatal pada tangan.
B. IDENTITAS PENDERITA
Nama : An. L
Usia : 6 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Belum menikah
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Kewarganegaraan : Indonesia
Pekerjaan : Tidak bekerja
Pendidikan : Pelajar TK
Penghasilan/bulan :-
Alamat : Desa Purwojati RT 04/ RW 08
Kecamatan Purwojati, Kabupaten Banyumas
Pengantar (Pasien) : Pasien datang diantar ibu
Tanggal Periksa : Rabu, 26 Desember 2018
4
pertama kali dirasakan dua bulan yang lalu setelah pasien bermain tanah
dekat kandang rumah pasien. Saat ini gatal dirasa semakin memberat
disertai bentol-bentol dan luka pada telapak, punggung, dan sela-sela jari
kedua tangan pasien. Gatal dirasa sangat mengganggu dan nyeri hingga
mengganggu aktivitas pasien untuk bersekolah. Awalnya, gatal bermula
dari paman pasien yang juga gatal sebelumnya kemudian sudah sembuh.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat mengalami keluhan yang sama : disangkal
- Riwayat mondok : disangkal
- Riwayat operasi : disangkal
- Riwayat kecelakaan : disangkal
- Riwayat darah tinggi : disangkal
- Riwayat jantung : disangkal
- Riwayat kencing manis : disangkal
- Riwayat asma : disangkal
- Riwayat alergi makanan/obat : disangkal
5. Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat mengalami keluhan yang sama : diakui, pada ibu pasien dan
paman pasien.
- Riwayat kencing manis : disangkal
- Riwayat darah tinggi : disangkal
- Riwayat jantung : disangkal
- Riwayat asma : disangkal
6. Riwayat Sosial dan Exposure
- Community : Pasien dalam kesehariannya tinggal dalam
lingkungan extended family yang di dalamnya
terdapat seorang ayah, ibu, dan paman pasien.
- Home : Rumah An. L memiliki luas sekitar 10X15 m2,
memiliki ventilasi udara berupa lubang angin
berukuran 10x3cm, cahaya matahari yang masuk
ke rumah cukup, lantai rumah terbuat dari keramik
dan sebagian plesteran tanah, dinding terbuat dari
5
tembok, Rumah An. L tidak berplafon, sehingga
debu dari atap mudah jatuh ke dalam rumah.
Jendela terdapat dua buah di setiap ruang dan
jarang dibuka. Pencahayaan kurang baik, kebersihan
rumah kurang dijaga dengan baik. Atap rumah
terbuat dari genting dan susunan kayu. Tingkat
kelembapan rumah sangat lembab. Rumah terdiri
dari ruang tamu, ruang keluarga, tiga tempat tidur,
kamar mandi, gudang dan ruang dapur. Keluarga
pasien memasak menggunakan kompor gas.
Sumber air bersih berasal dari air sanyo (sungai).
Jarak septitank dengan rumah sekitar 8 m. Di
samping rumah pasien terdapa kandang bebek dana
yam.. Jarak dengan tetangga terdekat sekitar 2
meter. Sampah keluarga dibakar di belakang rumah
atau kadang dibuang di sungai dekat rumah pasien.
- Hobby : Pasien memiliki hobi bermain tanah bersama
teman-temannya di dekat kandang pasien dan
sehari-hari tidur bersama sang ibu di rumah.
- Occupational : Pasien adalah pelajar taman kanak-kanak.
- Diet : Pasien makan 2-3 kali sehari dengan nasi dan lauk
seadanya, sering mengonsumsi lauk tahu, tempe,
dan sayur yang di masak ibunya. Pasien memiliki
kebiasaan jarang mandi setelah pulang bermain
dengan teman-temannya.
- Drug : Pasien sebelumnya sudah menggunakan obat
minum untuk mengurangi gatal yang di dapat dari
puskesmas dekat rumahnya, namun tidak kunjung
sembuh sehingga setiap minggu pasien datang
untuk kontrol ke puskesmas.
6
7. Riwayat Psikologi :
Sejak kecil pasien hidup dengan ibunya. Pasien merupakan anak
tunggal. Menurut pengakuan ibunya bahwa ayah pasien bekerja di Jakarta
sebagai pekerja konveksi dan pulang selama kurang lebih 1 bulan sekali
untuk bertemu pasien. Pasien lebih sering menghabiskan waktu bersama
ibunya semenjak kecil bahkan sudah dirawat semenjak bayi. Setiap
masalah yang dihadapi pasien dan anggota keluarganya selalu
didiskusikan bersama-sama dengan keluarga di rumah saja.
8. Riwayat Ekonomi
Pasien berasal dari keluarga ekonomi kelas menengah ke atas.
Ayah pasien bekerja sebagai pekerja konveksi dengan penghasilan tidak
tetap (Rp.3.000.000 – Rp3.600.000,00 per bulan). Ibu pasien bekerja
sebagai ibu rumah tangga. Pendapatan perkapita pada keluarga ini adalah
Rp.3.000.000-Rp 3.600.000.
9. Riwayat Demografi
Pasien merupakan siswa taman kanak-kanak dan tinggal bersama
ibu dan paman pasien. Pasien merupakan anak tunggal dari kedua
orangtua yang ayahnya tinggal di luar kota.
10. Riwayat Sosial
Saat sakit ini, pasien sulit melakukan aktivitas sehari-hari. Pasien
biasanya sering bermain dan berkomunikasi dengan teman-temannya.
Hubungan pasien dengan tetangga sekitarnya cukup baik.
11. Anamnesis Sistemik
a. Keluhan Utama : Gatal
b. Kulit : Bentol-bentol dan luka di lipatan jari
tangan dan punggung
c. Kepala : Tidak ada keluhan
d. Mata : Tidak ada keluhan
e. Hidung : Tidak ada keluhan
f. Telinga : Tidak ada keluhan
g. Mulut : Tidak ada keluhan
h. Tenggorokan : Tidak ada keluhan
7
i. Pernafasan : Tidak ada keluhan
j. Sistem Kardiovaskuler : Tidak ada keluhan
k. Sistem Gastrointestinal : Tidak ada keluhan
l. Sistem Saraf : Tidak ada keluhan
m. Sistem Muskuloskeletal : Tidak ada keluhan
n. Sistem Genitourinaria : Tidak ada keluhan
o. Ekstremitas Atas : Gatal-gatal, nyeri
Bawah : Tidak ada keluhan
D. PEMERIKSAAN FISIK
1. KU/ KES
Tampak tenang, kesadaran compos mentis.
2. Tanda Vital
a. Nadi : 104 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
b. Pernafasan : 24 x/menit, thorakal, reguler
c. Suhu : 36,6 oC
3. Status gizi
a. BB : 18 kg
b. TB : 130 cm
c. IMT : 17.16 kg/m2
d. Kesan status gizi : Baik
4. Kulit
Turgor kulit kembali dalam satu detik.
5. Kepala
Kepala dalam batas normal.
6. Mata
Konjungtiva, sklera, kornea, pupil, iris, lensa dalam batas normal.
7. Hidung
Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), deformitas hidung (-),
massa (-)
8. Mulut
Mukosa bukal basah.
8
9. Telinga
Telinga luar, tengah, dalam dalam batas normal
10. Tenggorokan
Tonsil dan faring dalam batas normal. Hiperemis (-).
11. Leher
Trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran kelenjar limfe
(-), distensi vena jugularis (-).
12. Thoraks
Simetris, retraksi interkostal (-), retraksi subkostal (-)
a. Cor : Inspeksi : ictus cordis tak tampak
Palpasi : ictus cordis tak kuat angkat
Perkusi : batas kiri atas : SIC II LPSS
batas kiri bawah : SIC V LMCS
batas kanan atas : SIC II LPSD
batas kanan bawah : SIC IV LPSD
batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi: S1>S2, regular, gallop (-), murmur (-)
b. Pulmo :
1) Statis (depan dan belakang)
I : pengembangan dada kanan = kiri
Pal : fremitus raba kanan = kiri
Per : sonor/sonor
A : suara dasar vesikuler (+/+)
suara tambahan RBH (-/-), wheezing (-/-)
2) Dinamis (depan dan belakang)
I : pergerakan dada kanan = kiri
Pal : fremitus raba kanan = kiri
Per : sonor/sonor
A : suara dasar vesikuler (+/+)
suara tambahan RBH (-/-), wheezing (-/-)
13. Abdomen
I : dinding perut sejajar dengan dinding dada
9
A : bising usus (+) normal
Per : timpani, pekak alih (-), pekak sisi (-)
Pal : supel, nyeri tekan (-) , hepar dan lien tak teraba
14. Sistem Collumna Vertebralis
I : deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-)
Pal : nyeri tekan (-), krepitasi (-)
15. Ektremitas: palmar eritema (-/-) capilarry refill <1 detik.
akral dingin - -
- -
Ujud Kelainan Kulit (UKK) :
Papula milier sampai lentikular pada regio palmaris dextra et sinistra,
interdigitalis manus dextra et sinistra, regio dorsum, abdomen, dan
genitalia.
Articulatio genue dextra et sinistra :
I : oedem (-), eritema (-), hambatan dalam berjalan (-).
P : nyeri (-), hangat (-), krepitasi (-).
16. Sistem genitalia: Papula milier sampai lentikular
17. Pemeriksaan Neurologik
Fungsi Luhur : dalam batas normal
Fungsi Vegetatif : dalam batas normal
Fungsi Sensorik : dalam batas normal
Fungsi Motorik :
K 5 5 T N N RF + + RP -
-
5 5 N N + + -
-
10
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang pada pasien ini.
G. RESUME
Pasien datang ke Puskesmas Jatilawang hari Rabu tanggal 26 Desember
2018 dengan keluhan gatal-gatal pada tangan sejak 2 bulan yang lalu. Gatal
dirasakan terus-menerus, tidak membaik dengan pemakaian obat, dan semakin
gatal pada malam hari. Terdapat 1 anggota keluarga yang mengalami keluhan
serupa.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital dalam batas normal, status
generalis dalam batas normal, status lokalis sistem integumen ditemukan
UKK berupa Papula milier sampai lentikular pada regio palmaris dextra
et sinistra, interdigitalis manus dextra et sinistra, regio dorsum, abdomen,
dan genitalia.
H. DIAGNOSIS HOLISTIK
1. Aspek Personal
Idea : Pasien mengeluhkan gatal-gatal pada tangan.
Concern : Pasien merasa gatal semakin memberat, ibu pasien
khawatir kondisi pasien semakin memburuk.
Expectacy : Pasien dan ibu pasien mempunyai harapan agar penyakit
pasien dapat segera sembuh.
11
Anxiety : Pasien tidak nyaman terasa gatal serta nyeri, karena sering
menggaruk-garuk terutama pada malam hari sehingga sulit
tidur, selain itu karena luka pada tangannya pasien menjadi
tidak bisa beraktivitas seperti menulis sehingga kadang
mengganggu sekolah dan ibu pasien khawatir penyakit
pasien menjadi kambuh-kambuhan.
2. Aspek Klinis
a. Diagnosis
i. Skabies
ii. Status gizi baik
b. Gejala klinis yang muncul
Gatal pada tangan, memberat pada malam hari, tidak mereda
dengan pemakaian obat, ibu pasien mengalami keluhan serupa.
c. Diagnosa banding
Dermatitis venenata, cutaneus larvae migran, mikosis
supervisialis, eczema.
3. Aspek Faktor Risiko Intrinsik Individu
a. Seorang anak perempuan 6 tahun, pelajar
TK.
b. Jarang mandi setelah beraktivitas bermain di
luar.
c. Setiap hari bermain tanah di dekat kandang
rumah pasien.
4. Aspek Faktor Risiko Ekstrinsik Individu
a. Pendidikan keluarga pasien tidak cukup memadahi untuk mengetahui
tentang penyakit yang diderita pasien.
b. Kondisi hunian tidak memenuhi kriteria rumah sehat dan buruknya
lingkungan, antara lain pencahayaan, ventilasi, dinding, lantai, dan
plafon, kebersihan dan keadaan lingkungan rumah secara umum yang
kurang sehat.
5. Aspek Skala Penilaian Fungsi Sosial
Skala penilaian fungsi sosial pasien adalah 4, karena pasien kadang
12
mengalami kesulitan dalam aktivitas sekolah, dalam hal ini belajar mulai
terganggu namun pasien masih dapat melakukan pekerjaan ringan sehari-
hari didalam dan di luar rumah.
I. PENATALAKSANAAN
1. Personal Care
a. Initial Plan
Untuk menegakkan diagnosis Skabies dan menentukan terapi,
pasien dianjurkan untuk melakukan beberapa pemeriksaan laboratorium
yaitu:
13
menggunakan barang pribadi seperti alat mandi, baju, handuk
dengan penderita yang sama.
c) Merendam semua pakaian dan alat mandi denagn air panas
untuk membunuh tungau.
d) Menjemur bantal, guling, dan kasur secara teratur.
e) Menjelaskan mengenai syarat-syarat rumah sehat secara
lengkap.
f) Menjelaskan pentingnya menjaga nutrisi melalui makanan
yang sehat dan bergizi, memenuhi kebutuhan karbohidrat,
lemak, protein, vitamin, dan mineral.
c. Aspek Preventif
1) Menjelaskan mengenai higienitas personal.
2) Menjelaskan mengenai kriteria rumah sehat serta memberi saran-
saran yang dapat diterapkan dan tepat guna.
3) Memberikan anjuran pola hidup bersih dan sehat.
d. Aspek Promotif
1) Memberi informasi mengenai penyebab dan cara penularan
mikroorganisme penyebab skabies, serta pencegahan dan
penanganan skabies secara mudah dan komprehensif.
2) Memberi informasi mengenai infeksi bakteri sebagai komplikasi
skabies serta pentingnya penanganan tepat dan dini dalam kasus
skabies.
e. Aspek Rehabilitatif
Monitoring keluhan gatal dan respon terhadap pemberian obat.
2. Family Care
a. Memotivasi keluarga untuk menjaga lingkungan yang sehat dan bersih.
b. Memberikan edukasi pengetahuan kepada keluarga mengenai
perjalanan penyakit skabies, pencegahan penularan dan pemantauan
skabies berulang, sehingga mendukung kontrol dan pengobatan pasien
dan keluargan yang kontak langsung dengan pasien (tidak tidur
bersama penderita yang sama, tidak menggunakan barang pribadi
seperti alat mandi, baju, handuk dengan penderita yang sama).
14
c. Dukungan moral dari keluarga dalam pengendalian dan penyembuhan
penyakit pasien.
d. Memberikan anjuran kepada anggorta keluarga lainnya yang berisiko
tinggi untuk pola hidup sehat.
3. Community Care
a. Memotivasi peningkatan sanitasi lingkungan untuk menjaga
lingkungan yang sehat dan bersih, karena lingkungan yang tidak sehat
akan menjadi faktor risiko terjadinya skabies.
b. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai penyakit
skabies, baik tanda gejala penyakit tersebut dan perjalanan alamiahnya
melalui penyuluhan.
c. Memotivasi komunitas untuk memberikan dukungan psikologis
terhadap pasien mengenai penyakitnya.
d. Memberikan pengetahuan mengenai pencegahan penularan skabies
dengan tidak tidur bersama penderita yang sama, tidak menggunakan
barang pribadi seperti alat mandi, baju, handuk dengan penderita yang
sama.
J. Flow Sheet
Tabel 2.1. Flow Sheet An. L (6 tahun)
No Tanggal Problem Tanda Vital Planning Target
1 Rabu, 26 Gatal pada kedua N : 100 x/menit Krim permethrin Membunuh
Desember telapak tangan RR : 24 x/menit 5% parasite
0
2018 dan sela-sela jari S : 36.5 C PO CTM 2x1 tab Sarcoptes
Gatal Diet TKTP scaibei,
terutama pada hilangkan
malam hari, luka keluhan
lecet yang terasa
Perih
15
A. Fungsi Holistik
1. Fungsi Biologis
Bentuk keluarga An. L adalah extended family dengan Tn. M (30
tahun) sebagai kepala keluarga yang bekerja sebagai pekerja konveksi. An.
L (6 tahun) adalah anak tunggal dari Tn. M dan Ny. N. Pada keluarga ini
terdapat ayah, ibu, 1 orang anak, dan 1 orang paman yang tinggal bersama.
Ayah pasien bekerja di luar kota.
2. Fungsi Psikologis
Hubungan antara pasien dengan keluarga di rumahnya cukup
harmonis. Pasien merukapan anak tunggal yang cukup dimanja
dirumahnya oleh ibu pasien, ayah pasien bekerja di luar kota dan jarang
bertemu dengan pasien sehingga pasien lebiha akrab dan dekat dengan
ibunya. Pasien merasa resah karena akhir-akhir ini sering susah tidur
akibat gatal yang berlebihan pada malam hari.
3. Fungsi Sosial
Saat sakit ini, pasien sulit melakukan aktivitas sehari-hari. Pasien
biasanya sering bermain dan berkomunikasi dengan teman-temannya.
Hubungan pasien dengan teman-teman dan tetangga sekitarnya cukup
baik.
4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Pasien berasal dari keluarga ekonomi kelas menengah ke atas. Ayah
pasien bekerja sebagai pekerja konveksi dengan penghasilan tidak tetap
(Rp.3.000.000 – Rp3.600.000,00 per bulan). Ibu pasien bekerja sebagai
ibu rumah tangga. Pendapatan perkapita pada keluarga ini adalah
Rp.3.000.000-Rp 3.600.000.
Pasien dan keluarga pasien hidup sedehana dalam mencukupi
keperluan hidup sehari-hari. Biaya pengobatan di sarana pelayanan kesehatan
menggunakan BPJS.
Dapat disimpulkan bahwa bentuk keluarga An. L adalah extended
family. Keluarga An. L adalah keluarga yang cukup harmonis, dan
merupakan keluarga dengan perekonomian kelas menengah kebawah.
16
B. Fungsi Fisiologis (A.P.G.A.R Score)
ADAPTATION
Dalam menghadapi masalah selama ini penderita mendapatkan
dukungan berupa nasehat dari keluarganya. Jika penderita menghadapi suatu
masalah pasien akan lebih sering menceritakan kepada ibunya.
PARTNERSHIP
Komunikasi terjalin satu sama lain. Setiap ada permasalahan didiskusikan
bersama dengan anggota keluarga lainnya, komunikasi dengan anggota keluarga di
dalam rumah berjalan dengan baik.
GROWTH
Antar anggota keluarga selalu mendukung pasien. Anggota keluarga
selalu mendukung pola makan, dan pengobatan yang dianjurkan demi
kesehatan An. L.
AFFECTION
Pasien merasa hubungan kasih sayang dan interaksi dengan ibu dan
pamannya berjalan dengan lancar. Akan tetapi pasien kurang berinteraksi dan
berhubungan dengan ayahnya. Pasien juga sangat menyayangi keluarganya, begitu
pula sebaliknya. Dalam hal mengekspresikan perasaan atau emosi, antar
anggota keluarga berusaha untuk selalu jujur. Apabila ada hal yang tidak
berkenan di hati, maka anggota keluarga akan mencoba untuk segera
menyampaikan tanpa dipendam, sehingga permasalahan dapat segera selesai.
Keluarga saling menyayangi tampak dari percakapan mereka yang luwes dan
sering bercanda saat peneliti melakukan home visit.
RESOLVE
Rasa kasih sayang yang diberikan kepada pasien cukup, baik dari keluarga
maupun dari saudara-saudara. Pasien merasa senang apabila ayahnya pulang dan
berkumpul di rumah bersama.
Untuk menilai fungsi fisiologis keluarga ini digunakan A.P.G.A.R Score
dengan nilai hampir selalu = 2, kadang = 1, hampir tidak pernah = 0.
A.P.G.A.R Score dilakukan pada masing-masing anggota keluarga dan
kemudian dirata-rata untuk menentukan fungsi fisiologis keluarga secara
17
keseluruhan. Nilai rata-rata 1-4 = jelek, 4-6 = sedang, 7-10 = baik. Penilaian
A.P.G.A.R.
Rerata nilai skor APGAR keluarga An. L adalah (7+8+7)/3 = 7.3. Secara
keseluruhan total poin dari skor APGAR keluarga pasien adalah 22, sehingga
rata-rata skor APGAR dari keluarga pasien adalah 7.3. Hal ini menunjukkan
bahwa fungsi fisiologis yang dimiliki keluarga pasien berada dalam keadaan
baik.
18
sekitar.
Cultural Dalam sehari-hari keluarga ini menggunakan kultur Banyumas, -
hal ini terlihat pada pergaulan mereka sehari – hari yang
menggunakan bahasa Jawa daerah Banyumasan.
Religion Pemahaman agama baik. Penerapan ajaran juga baik, hal ini dapat -
dilihat dari pasien dan keluarga rutin menjalankan sholat lima
waktu di rumahnya, walaupun pasien kadang masih belum lengkap
sholatnya.
Economic Ekonomi keluarga ini tergolong kelas menengah kebawah, untuk +
kebutuhan primer sudah bisa terpenuhi, meski belum mampu
mencukupi kebutuhan sekunder, diperlukan skala prioritas untuk
pemenuhan kebutuhan hidup.
Education Pendidikan anggota keluarga kurang. Latar belakang pendidikan
kakek dan nenek pasien adalah SD. Pengetahuan keluarga pasien +
tentang penyakit yang diderita pasien kurang baik.
Medical Dalam mencari pelayanan kesehatan keluarga menggunakan -
pelayanan puskesmas dengan jenis pembiayaannya menggunakan
KIS.
Keterangan :
1. Economic (+) artinya keluarga An. E tergolong ekonomi menengah
kebawah dengan pendapatan total satu juta rupiah perbulan (pendapatan
perkapita ± Rp200.000,00).
2. Education (+) dalam arti keluarga An. E mempunyai pendidikan dan
pengetahuan yang kurang mengenai penyakit yang diderita oleh pasien.
Kesimpulan :
Pada keluarga An. E fungsi patologis yang positif adalah fungsi ekonomi
dan pendidikan/ edukasi.
D. Family Genogram
Keterangan:
: Pasien
19
: Perempuan
: Laki-laki ----- : tinggal satu rumah
: skabies
20
E. Pola Interaksi Keluarga
An. E
Tn. S Ny.W
Sdr. R Nn. J
Kesimpulan :
Hubungan antara anggota keluarga di keluarga An. E dinilai harmonis
dan saling mendukung.
IV. IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KESEHATAN
A. Masalah medis :
1. Skabies
B. Masalah nonmedis :
1. Pendapatan perkapita yang relatif rendah (Rp200.000,00).
2. Pasien jarang mandi setelah bermain di luar dan sering bermain di tempat
yang kotor.
3. Pasien dan keluarga belum mengetahui faktor resiko, pola penularan, dan
pengobatan skabies.
4. Perilaku keluarga pasien yang jarang membuka jendela rumah dan
membersihkan rumah, serta membakar sampah rumah tangga.
Kurangnya
pengetahuan baik
pasien maupun
keluarga mengenai
skabies
Mengevaluasi pengetahuan
dan pemahaman pasien
dan keluarga tentang
penyakitnya.
G. Hasil Evaluasi
1. Evaluasi Formatif
Pelaksanaan kegiatan dilakukan pada 5 orang yang terdiri dari,
pasien An. E, kakek pasien Tn. S, nenek pasien Ny. W, paman pasien Sdr.
R dan tante pasien Nn. J. Metode yang digunakan berupa konseling
edukasi tentang penyakit skabies mulai dari definisi, etiologi, faktor risiko,
cara pemakaian obat, cara penularan, edukasi PHBS serta pencegahan bagi
orang yang berada di sekitar An. E terutama yang tinggal serumah dengan
pasien.
2. Evaluasi Promotif
Sasaran konseling sebanyak 5 orang yaitu, pasien, kakek pasien,
nenek pasien, paman pasien dan tante pasien.Waktu pelaksanaan kegiatan
pada 9 Oktober 2018 di rumah pasien. Konseling berjalan dengan lancar
dan pasien merasa puas karena merasa lebih diperhatikan dengan adanya
kunjungan ke rumahnya untuk memberikan edukasi tentang penyakit yang
sedang di derita An. E
3. Evaluasi Sumatif
Sebelum dilakukan konseling pasien dan keluarga mengaku belum
memahami penyakit yang diderita An. E (30%) sehingga dengan adanya
konseling pasien merasa puas dan senang karena menjadi lebih paham
tentang penyakitnya (80%).
VII. TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh investasi dan
sensitisasi terhadap Sarcoptes scabei var. hominis dan produknya. Nama lain
skabies adalah the itch, kudis, budukan dan gatal agogo (Handoko, 2013).
Skabies merupakan infestasi ektoparasit yang disebabkan oleh tungau
Sarcoptes scabei var. hominis yang termasuk pada kelas Arachnida. Transmisi
skabies terjadi akibat transfer tungau betina fertil melalui kontak kulit secara
langsung yang bersifat prolong (sekitar 5 menit) dengan orang yang telah
terinfeksi skabies (CLAPH, 2009; Oakley, 2012).
B. Epidemiologi
Skabies ditemukan hampir di semua negara dengan prevalensi
bervariasi. Prevalensi skabies di negara berkembang sekitar 6-27% populasi
umum dan cenderung tinggi pada anak-anak dan remaja. Skabies merupakan
penyakit endemik pada banyak masyarakat. Penyakit ini dapat mengenai semua
ras dan golongan di seluruh dunia. Penyakit skabies banyak dijumpai dengan
insidensi sama pada pria dan wanita. Insiden skabies di negara berkembang
menunjukkan siklus fluktuasi yang belum dapat dijelaskan (Harahap, 2000).
Menurut Departemen Kesehatan RI, prevalensi skabies pada tahun 1986
adalah 4,6-12,9% dan skabies menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit kulit
tersering. Pada bagian kulit dan kelamin FKUI/RSCM pada tahun 1988,
dijumpai 734 kasus skabies (5,77%) dari seluruh kasus baru. Prevalensi skabies
sangat tinggi pada lingkungan dengan tingkat kepadatanpenduduk yang tinggi
dan kebersihan yang kurang memadai (Depkes RI, 2000).
Saat ini, transmisi skabies dapat terjadi pada semua tingkat sosioekonomi
dan bukan merupakan akibat dari higien yang buruk. Hal ini lebih berkaitan
dengan kesejahteraan dan kepadatan penduduk. Pada anak, transmisi skabies
umum terjadi di tempat penitipan anak dan sekolah, sementara pada orangtua
umum terjadi di panti jompo (Oakley, 2012).
C. Etiopatogenesis
Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo
Ackarina, superfamili Sarcoptes. Secara morfologik, Sarcoptes scabiei
merupakan tungau kecil, berbentuk oval dengan punggung cembung dan perut
rata. Tungau ini transient, berwarna putih, kotor, dan tidak bermata. Ukuran
tungau betina antara 330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan tungau
jantan berukuran lebih kecil, yaitu 200-240 mikron x 150—200 mikron.
Bentuk tungau dewasa memiliki 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai
alat melekat dan 2 pasang kaki kedua berakhir dengan rambut pada tungau
betina dan berakhir dengan pelekat pada tungau jantan (Handoko, 2013).
Secara umum, tungau ini memerlukan kulit manusia untuk
menyelesaikan siklus hidupnya dan tidak dapat bertahan hidup di luar tubuh
pejamu pada suhu ruangan lebih dari 3-4 hari. Siklus hidup tungau ini melalui
stadium telur, larva, nimfa, dan dewasa. Telur diletakkan di sepanjang rambut
dan mengikuti tumbuhnya rambut. Setelah kopulasi yang terjadi di atas kulit,
tungau jantan akan mati sementara tungau betina akan hidup hingga 4-6 hari
dan menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan
kecepatan 2-3 mm/hari dan sambil meletakkan telur sebayak 2 atau 4 butir/hari
sampai berjumlah 40 atau 50. Telur kemudian akan menetas dalam waktu 3-5
hari dan kemudian menjadi larva. Larva dapat bertahan hidup dalam
terowongan atau keluar ke permukaan kulit. Setelah 2-3 hari, larva akan
menjadi nimfa jantan atau betina dan memiliki 3 pasang kaki. Seluruh siklus
hidup tungau ini dari mulai telur hingga dewasa memerlukan waktu 8-12 hari
(Handoko, 2013). Kelainan kulit yang muncul disebabkan karena pengaruh liur
dan ekskreta dari kutu yang dimasukkan ke dalam kulit saat menghisap darah
dan perilaku pasien yang menggaruk lesi (CLAPH, 2009; Handoko, 2013).
Gambar. Siklus hidup Sarcoptes scabiei (CLAPH, 2009).
D. Gejala Klinis
Penderita skabies selalu merasa gatal, terutama pada malam hari.
Predileksi biasanya pada sela jari tangan, pergelangan tangan, ketiak, sekitar
pusat, paha bagain dalam, genitalia pria, areola mammae wanita, perut bagian
bawah dan bokong. Pada bayi sering pada kepala, telapak tangan, dan kaki
(Siregar, 2005).
Gejala klinis didasarkan pada jenis skabies yang diderita (CLAPH,
2009):
1. Skabies tipikal
Pasien dengan skabies tipikal biasanya hanya memiliki 10-15 tungau
betina hidup pada tubuh dalam waktu tertentu. Hanya sekitar 2 atau 3
tungau, lebih sering tidak ada tungau yang ditemukan dari kerokan kulit.
Pruritus hebat, memberat saat malam hari dan lesi papular dengan atau
tanpa kanalikuli ditemukan pada kulit pasien. Lesi dan pruritus muncul
sebagai reaksi hipersensitivitas lambat yang dimediasi sistem imun terhadap
tungau, telur, dan material fecal tungau. Area tubuh yang umumnya terkena
adalah pergelangan tangan, sela jari, lipat siku, ketiak, sekitar payudara dan
genital, pinggang, perut bawah, serta bokong.
Gambar. Lesi pada skabies tipikal (CLAPH, 2009)
2. Skabies atipikal
Ketika diagnosis dan pengobatan ditunda, skabies dapat memiliki
penampakan tidak umum atau atipikal, dengan infestasi ratusan hingga
ribuan tungau. Penampakan klinis skabies atipikal sering didapatkan pada
orang-orang di suatu institusi atau pasien dengan kondisi supresi imun
akibat penyakit lain atau terapi obat tertentu. Lesi kulit berupa
hiperkeratotik luas dengan pembentukan krusta atau skuama dan sering
disebut skabies krustosa atau skabies Norwegia. Skabies jenis ini sangat
infeksius karena ribuan tungau terdapat pada krusta tebal yang mudah lepas
dari kulit. Rasa gatal yang dialami biasanya bersifat minimal (CLAPH,
2009).
G. Penatalaksanaan
1. Konseling dan edukasi
Edukasi yang dapat diberikan bertujuan untuk memberi pemahaman
bersama agar upaya eradikasi skabies dapat tercapai. Salah satu bentuk
edukasi yang diberikan adalah mengenai perbaikan higien diri dan
lingkungan seperti (Handoko, 2013):
a. Tidak menggunakan peralatan pribadi secara bersma-sama dan alas tidur
diganti bila ternyata pernah digunakan oleh penderita skabies.
b. Menghindari kontak langsung dengan penderita skabies.
c. Membersihkan semua benda yang berpotensi menjadi tempat penyebaran
penyakit.
Edukasi lain adalah mengenai pengobatan skabies yang memiliki
prinsip mengobati seluruh anggota keluarga, termasuk penderita yang
hiposensitisasi serta penggunaan masing-masing obat(Handoko, 2013).
2. Obat topikal
Obat topikal yang umum diberikan kepada pasien skabies antara lain
(Handoko, 2013):
a. Belerang endap (sulfur presipitatum) dengan kadar 4-20% dalam bentuk
salep atau krim. Preparat ini tidak efektif terhadap stadium telur, maka
penggunaannya tidak boleh kurang dari 3 hari. Kekurangan lain adalah
berbau dan mengotori pakaian dan kadang menimbulkan iritasi. Sediaan
ini dapat dipakai pada bayi berumur kurang dari 2 tahun.
b. Emulsi benzil-benzoas 20-25% efektif terhadap semua stadium,
diberikan setiap malam selama 3 hari. Obat ini sulit diperoleh, sering
menyebabkan iritasi, dan kadang makin gatal setelah dipakai.
c. Gama benzena heksa klorida (gameksan) 1% dalam bentuk krim atau
losion, efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan, dan jarang
menimbulkan iritasi. Obat ini tidak dianjurkan untuk ibu hamil dan anak
di bawah 6 tahun karena toksis terhadap susunan saraf pusat. Pemberian
cukup sekali, kecuali jika masih ada gejala pemberian diulang seminggu
kemudian.
d. Krotamiton 10% dalam krim atau losion, mempunyai dua efek sebagai
antiskabies dan antipruritus. Obat ini tidak boleh terkenan mata, mulut,
dan urethra.
e. Permethrin 5% dalam sediaan krim, kurang toksik dibandingkan
gameksan, efektivitas sama dengan gameksan, aplikasi hanya satu kali
dan dihapus dalam waktu 10 jam. Bila belum sembuh dapat diulang
setelah seminggu. Tidak dianjurkan untuk bayi di bawah 2 bulan.
H. Prognosis
Prognosis skabies baik apabila memperhatikan pemilihan dan cara
pemakaian obat, syarat pengobatan, dan menghilangkan faktor predisposisi
(higiene). Penyakit skabies dapat diberantas dengan melakukan
penatalaksanaan terhadap lingkungan (Handoko, 2013).
VII. PENUTUP
A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa An. E adalah seorang pasien yang
didiagnosis skabies.
1. Aspek Personal
Idea : Pasien mengeluhkan gatal-gatal pada tangan.
Concern : Pasien merasa gatal semakin memberat, nenek pasien
khawatir kondisi pasien semakin memburuk.
Expectacy : Pasien dan nenek pasien mempunyai harapan agar
penyakit pasien dapat segera sembuh dan dapat segera
bersekolah kembali.
Anxiety : Pasien tidak nyaman terasa gatal serta nyeri, karena sering
menggaruk-garuk terutama pada malam hari sehingga sulit
tidur, selain itu karena luka pada tangannya pasien menjadi
tidak bisa beraktivitas seperti menulis sehingga
mengganggu sekolah dan nenek pasien khawatir penyakit
pasien menjadi kambuh-kambuhan.
2. Aspek Klinis
a. Diagnosis
i. Skabies
ii. Status gizi baik
b. Gejala klinis yang muncul
Gatal pada tangan, memberat pada sore dan malam hari, tidak
mereda dengan pemakaian obat, nenek pasien mengalami keluhan
serupa.
c. Diagnosa banding
Dermatitis venenata, cutaneus larvae migran, mikosis
supervisialis, eczema.
3. Aspek Faktor Risiko Intrinsik Individu
a. Seorang anak laki-laki 11 tahun, pelajar SD.
b. Jarang mandi setelah beraktivitas bermain di
luar.
4. Aspek Faktor Risiko Ekstrinsik Individu
a. Pendidikan keluarga pasien tidak cukup memadahi untuk mengetahui
tentang penyakit yang diderita pasien.
b. Pendapatan dan keadaan ekonomi keluarga pasien termasuk menengah
ke bawah.
c. Kondisi hunian tidak memenuhi kriteria rumah sehat dan buruknya
lingkungan, antara lain pencahayaan, ventilasi, dinding, lantai, dan
plafon, kebersihan dan keadaan lingkungan rumah secara umum yang
kurang sehat.
5. Aspek Skala Penilaian Fungsi Sosial
Skala penilaian fungsi sosial pasien adalah 3, karena pasien
mengalami kesulitan dalam aktivitas sekolah, dalam hal ini belajar mulai
terganggu namun pasien masih dapat melakukan pekerjaan ringan sehari-
hari didalam dan di luar rumah.
6. Identifikasi Masalah dan Pembinaan
Berdasarkan identifikasi masalah pada An. E dan keluarganya
mengacu pada permasalahan edukasi sebagai faktor utama. Pembinaan
mengarah pada pengetahuan tentang penyakit yang diderita oleh An. E dan
dilakukan terhadap pasien serta keluarga dengan awal presentase sebelum
pembinaan adalah sebesar 30% atau masih belum mengetahui tentang
skabies, dan presentase setelah pembinaan sebesar 80% yang berarti
pembinaan berlangsung dengan hasil yang baik.
B. Saran
1. Pemberian penyuluhan dengan materi utama yang diberikan
kepada pasien dan keluarga adalah mengenai pengertian, penyebab, cara
penularan, tanda dan gejala, serta penanganan dan pencegahan skabies
secara komprehensif.
2. Penyuluhan materi selanjutnya adalah mengenali tanda-tanda
komplikasi berupa infeksi bakteri.
3. Menyarankan untuk menjaga higienitas personal dengan mandi
minimal 2 kali sehari, membersihkan tempat tidur dan alat mandi untuk
mencegah berulangnya scabies, dan sering membuka jendela agar
pencahayaan baik dan rumah tidak lembab.
DAFTAR PUSTAKA
Country of Los Angeles Public Health. 2009. Scabies Prevention and Control
Guidelines Acute and Sub-Acute Care Facilities. Los Angeles: Los
Angeles Country Department of Public Health Acute Communicable
Disease Control Program.
Siregar, R.S. 2005. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi 2. Jakarta: EGC.
DOKUMENTASI KEGIATAN
Keterangan :
Jika menjawab benar skor 10
Jika tidak bisa menjawab/ menjawab salah skor 0
Presentase nilai : Total skor x 100%
Interpretasi nilai : Buruk (<50%), Kurang (50%-70%), Baik (80%-100%).
Brosur Skabies :