MEDAN ELEKTROMAGNETIK
UNIT II
NIM : 16/394918/TK/44210
YOGYAKARTA
2018
A. ANALISIS
Pada praktikum kali ini akan dilakukan percobaan mengenai kuat medan listrik
dengan menggunakan software matlab. Kuat medan listrik adalah besaran yang menyatakan
gaya coloumb per satuan muatan di suatu titik. Untuk menghitung besar kuat medan listrik
digunakan persamaan berikut.
=
4Π
Keterangan :
E = kuat medan listrik
Q = muatan
ε0 = permivitas ruang hampa
r = jarak antara pusat muatan listrik dan muatan uji
ar = vector satuan dari jarak pusat muatan dengan muatan uji
Pada percobaan awal diketahui besar muatan Q1 = 3x10-9 C dan besar muatan Q2 = -
3x10-9C, dengan Q1 berada di P1(-1,0,0) dan Q2 berada di P2(1,0,0) di ruang hampa. Karena
berada di ruang hampa maka nilai ε0 = . Lalu setelah di simulasi akan menghasilkan
gambar seperti gambar 1 (terlampir), dapat dilihat pada gambar garis medan listrik dari Q1
mengarah keluar, hal ini karena muatan Q1 bernilai positif dan sebaliknya untuk Q2.
Lalu dilakukan percobaan kedua yaitu memperbesar nilai Q 1 dua kali maka nilai Q1
menjadi 6x10-9C. Setelah program di running maka akan ditampilkan hasil seperti pada
gambar 2 (terlampir). Lalu saat Q1 tiga kali maka nilai Q1 menjadi 9x10-9C, maka akan
didapat hasil simulasi seperti pada gambar 3 (terlampir). Jika dilihat pada gambar 1, 2, dan 3
ada perbedaan, perbedaan tersebut terletak pada muatan Q2, panah di sekitar Q2 semakin
menjauh dari gambar 1 ke gambar 3, ini menandakan bahwa Q2 terpengaruh oleh kuat
medan listrik dari Q1. Saat besar muatan Q1 semakin besar maka kuat medan listrik Q1 juga
semakin besar maka kuat medan yang dirasakan Q2 juga semakin besar. Oleh karena itu,
daerah kuat medan listrik pada Q2 semakin luas dari gambar 1 ke gambar 3. Q2 dapat
terpengaruh kuat medan listrik Q1 karena kuat medan Q1 lebih besar dibanding Q2. Maka
dapat diketahui bahwa nilai muatan berbanding lurus dengan kuat medan listrik karena
semakin besar nilai muatan maka kuat medan listrik juga semakin besar. Berikut
perhitungannya.
, ,
Kuat medan Q1 = x = N/C
. . , , ,
, ,
Kuat medan Q2 = x = N/C
. . , . ,
Dapat terlihat dari perhitungan di atas nilai kuat medan listrik Q1 lebih besar
daripada Q2. Lalu dilakukan percobaan ketiga yaitu mengganti tempatnya bukan di ruang
hampa melainkan di suatu bahan dielektrik dengan nilai permivitas relatif 2,1 dan 4,2.
Karena ada permivitas relative maka menggunakan persamaan berikut.
=
4Πεr
Saat dijalankan maka akan didapatkan hasil seperti pada gambar 4 dan gambar 5 (terlampir).
Dapat dilihat pada gambar 4 dan 5 pada titik yang sama nilai kuat medan listrik nya berbeda pada
gambar 5 nilai kuat medan listrik nya lebih kecil dibanding pada gambar 4, maka dapat diketahui
bahwa semakin besar nilai permivitas relative maka nilai pembagi semakin besar, hal ini
menyebabkan nilai kuat medan listrik semakin kecil. Selain itu, nilai kuat medan listrik berkurang
karena saat nilai permivitas relative semakin besar maka kemampuan bahan tersebut untuk menyerap
medan listrik di sekitarmya semakin besar sehingga kuat medan listrik berkurang. Jadi, nilai
permivitas relative berbanding terbalik dengan nilai kuat medan listrik.
Dilanjutkan percobaan keempat, masih dengan nilai permivitas relative 4.2, praktikan
diminta untuk mencari nilai Ex dan Ez di titik (0,0,1). Hasil Ex dan Ez dapat dilihat pada gambar 6
dan 7 (terlampir). Dengan nilai Ex = 4,54568645048495 N/C dan nilai Ez = 0 N/C, hasil ini
sesuai dengan perhitungan berikut.
Kuat medan Q1 =
Kuat medan Q2 =
B. KESIMPULAN
Dari percobaan ini dapat diambil kesimpulan bahwa :
1. Kuat medan listrik adalah besaran yang menyatakan gaya coloumb per satuan muatan di
suatu titik.
2. Untuk menghitung besar kuat medan listrik digunakan persamaan berikut.
=
4Π
3. Muatan dan kuat medan listrik berbanding lurus, saat muatan bertambah besar maka
kuat medan listrik juga bertambah besar.
4. Muatan yang memiliki muatan yang kecil distribusi kuat medan listriknya akan
dipengaruhi oleh muatan yang lebih besar.
5. Saat muatan tidak berada di ruang hampa maka nilai epsilon = ε0εr, dengan εr adalah
permivitas relative dari bahan dielektrik.
6. Nilai epsilon berbanding terbalik dengan kuat medan listrik, semakin besar nilai epsilon
maka nilai kuat medan listrik juga semakin besar.
7. Ketika antara dua muatan dipasang satu muatan uji yang terletak pada suatu titik maka
kuat medan listrik akan dipengaruhi oleh muatan uji tersebut.
C. DAFTAR PUSTAKA
Amin. 2011. Medan Listrik. http://amingokilb.blogspot.co.id/2011/10/medan-listrik.html.
Diakses pada 13 Maret 2018.
Tienkartina. 2010. Medan Listrik dan Kuat Medan Listrik.
https://tienkartina.wordpress.com/2010/10/14/medan-listrik-kuat-medan-listrik/.
Diakses pada 13 Maret 2018.
D. LAMPIRAN
1. Percobaan 1
b. Q1 diperbesar 3 kali
Gambar 3.
3. Percobaan 3
a. Permivitas relatif 2.1
clear all; close all;
clc;
%parameter yang diketahui
epsilon0 = (1e-9/(36*pi))*(2.1);
Q1=3e-9;
Q2=-3e-9;
p1 = [-1 0 0];
p2 = [1 0 0];
%daerah pengamatan
x=(-2:0.2:2);
y = 0;
z=(-2:0.2:2);
[Px,Pz]=meshgrid(x,z);
%matrik medan
E = zeros(length(x),length(z));
%menghitung medan
for m=1:length(x);
for n = 1:length(z);
xp = Px(m,n);
xy = y;
zp = Pz(m,n);
%medan karena q1
vektorR1x = xp-p1(1);
vektorR1z = zp-p1(3);
R1 = sqrt(vektorR1x^2+vektorR1z^2);
aR1x = vektorR1x/R1;
aR1z = vektorR1z/R1;
E1x=Q1*aR1x/(4*pi*epsilon0*R1^2);
E1z=Q1*aR1z/(4*pi*epsilon0*R1^2);
%medan karena q2
vektorR2x = xp-p2(1);
vektorR2z = zp-p2(3);
R2 = sqrt(vektorR2x^2+vektorR2z^2);
aR2x = vektorR2x/R2;
aR2z = vektorR2z/R2;
E2x=Q2*aR2x/(4*pi*epsilon0*R2^2);
E2z=Q2*aR2z/(4*pi*epsilon0*R2^2);
%medan total
Ex(m,n)= E1x+E2x;
Ez(m,n)= E1z+E2z;
end
end
quiver(Px,Pz, Ex,Ez)
xlim([0-2 2]);
ylim([0-2 2]);
xlabel('sumbu x','FontSize',14);
ylabel('sumbu z','FontSize',14);
hold on;
plot(-1, 0, 'o','color','red','linewidth',2);
plot(1, 0, 'o','color','magenta','linewidth',2);
title('E Field of Two Charges')
str1 = {'Q1'};
text(-1.1,0.1,str1);
str1 = {'Q2'};
text(1.1,0.1,str1);
Gambar 4.
Gambar 6.
Ez
Gambar 7.
5. Percobaan 5
clear all; close all;
clc;
%parameter yang diketahui
epsilon0 = 1e-9/(36*pi);
Q1=3e-9;
Q2=-3e-9;
Q3=2e-9;
p1 = [-1 0 0];
p2 = [1 0 0];
p3 = [0 0 1];
%daerah pengamatan
x=(-2:0.5:2);
y = 0;
z=(-2:0.5:2);
[Px,Pz]=meshgrid(x,z);
%matrik medan
E = zeros(length(x),length(z));
%menghitung medan
for m=1:length(x);
for n = 1:length(z);
xp = Px(m,n);
xy = y;
zp = Pz(m,n);
%medan karena q1
vektorR1x = xp-p1(1);
vektorR1z = zp-p1(3);
R1 = sqrt(vektorR1x^2+vektorR1z^2);
aR1x = vektorR1x/R1;
aR1z = vektorR1z/R1;
E1x=Q1*aR1x/(4*pi*epsilon0*R1^2);
E1z=Q1*aR1z/(4*pi*epsilon0*R1^2);
%medan karena q2
vektorR2x = xp-p2(1);
vektorR2z = zp-p2(3);
R2 = sqrt(vektorR2x^2+vektorR2z^2);
aR2x = vektorR2x/R2;
aR2z = vektorR2z/R2;
E2x=Q2*aR2x/(4*pi*epsilon0*R2^2);
E2z=Q2*aR2z/(4*pi*epsilon0*R2^2);
%medan karena q3
vektorR3x = xp-p3(1);
vektorR3z = zp-p3(3);
R3 = sqrt(vektorR3x^2+vektorR3z^2);
aR3x = vektorR3x/R3;
aR3z = vektorR3z/R3;
E3x=Q3*aR3x/(4*pi*epsilon0*R3^2);
E3z=Q3*aR3z/(4*pi*epsilon0*R3^2);
%medan total
Ex(m,n)= E1x+E2x+E3x;
Ez(m,n)= E1z+E2z+E3z;
end
end
quiver(Px,Pz, Ex,Ez)
xlim([0-2 2]);
ylim([0-2 2]);
xlabel('sumbu x','FontSize',14);
ylabel('sumbu z','FontSize',14);
hold on;
plot(-1, 0, 'o','color','red','linewidth',2);
plot(1, 0, 'o','color','magenta','linewidth',2);
plot(0, 1, 'o','color','blue','linewidth',2);
title('E Field of Two Charges')
str1 = {'Q1'};
text(-1.1,0.1,str1);
str1 = {'Q2'};
text(1.1,0.1,str1);
str1 = {'Q3'};
text(0.1,1.1,str1);
Gambar 8.
a. Mencari nilai Ex dan Ez pada muatan 2nC
Ex = 19,0918830920368
Ez = -4,50000000000000
Gambar 9.
Gambar 10.