Anda di halaman 1dari 11

KONTRIBUSI SISTEM BUDAYA DALAM POLA ASUH GIZI BALITA

PADA LINGKUNGAN RENTAN GIZI


(Studi Kasus di Desa Pecuk, Jawa Tengah)

CONTRIBUTION SYSTEMS IN CULTURAL PATTERNS CHILDREN


NUTRITION VULNERABLE TO ENVIRONMENTAL NUTRITION
(CASE STUDY IN PECUK VILLAGE, CENTRAL JAVA)

Oktia Woro Kasmini H'


Dosen Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat FIK, Universitas Negeri Semarang
Email: oktiaworo@yahoo.com

Diterima: 12 April 2012; Disetujui: 4 Agustus 2012

ABSTRACT

Factors that greatly affect the nutritional status is nutrition parenting children through food, which will
respond to and practiced by caregivers differently in each culture. Issues that were examined in this study is
the extent to which contributions will form a cultural system that supports parenting nutritional status of
children better nutrition in vulnerable environments in the Village Pecuk. This study used a qualitative
approach with a focus on aspects of the culture system consisting of the elements of the norms, habits,
values, beliefs and myths. Instrument in this study are the author's own and one researcher, questionnaire,
food recall and the supporting instruments such as observation, interviews and FGDs. The results showed
that: 1) the vulnerable environment in the Village Pecuk nutrition, the nutritional status of children to be
good because of the support system of the existing culture, 2) Elements of culture systems that support
parenting nutrition in the form of values, norms and practices, 3) patterns parental nutrition focuses on the
high value of children.

Keywords: cultural system, nutrition, environment, child Value

ABSTRAK

Faktor yang sangat mempengaruhi status gizi adalah pola asuh gizi anak melalui makanan, yang akan
direspon dan dipraktekan oleh pemberi perawatan secara berbeda-beda pada masing-masing budaya.
Permasalahan yang dikaji pada penelitian ini adalah sejauh mana kontribusi sistem budaya akan
membentuk pola asuh yang dapat mendukung status gizi balita yang lebih baik pada lingkungan rentan gizi
di Desa Pecuk. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan fokus pada aspek sistem budaya
yang terdiri dari unsur-unsur norma, kebiasaan, nilai, kepercayaan dan mitos. Instrumen dalam penelitian
ini adalah penulis sendiri beserta satu orang anggota tim peneliti, kuesioner, food recall dan instrumen
pendukung berupa pedoman observasi, wawancara dan FGD. Hasil penelitian menunjukan bahwa: 1) pada
lingkungan rentan gizi di Desa Pecuk, maka status gizi balita menjadi baik, karena dukungan sistem budaya
yang ada, 2) Unsur sistem budaya yang mendukung pola asuh gizi balita berupa nilai, norma dan
kebiasaan, 3) pola asuh gizi balita berfokus pada nilai anak yang tinggi.

Kata kunci: Sistem budaya, gizi, pola asuh, Lingkungan, Nilai anak

PENDAHULUAN Gibson, 2005). Sedangkan status gizi adalah


keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi
Gizi adalah suatu proses
makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Status
penggunaan makanan yang dikonsumsi
gizi dapat dibedakan antara status gizi
melalui proses digesti, absorbsi, transportasi,
buruk, kurang, baik dan lebih (Almatsier,
penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran
2003; Gibson, 2005).
zat-zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan Peningkatan status gizi memainkan
dan fungsi normal dari organ-organ serta peran fundamental dalam peningkatan
menghasilkan energi (Supariasa, 2002; sumber daya manusia. Akhir-akhir ini

240
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 11 No 3, September 2012: 240 — 250

dampak dari status gizi telah menjadi dan perawatan kesehatan. Penelitian oleh
perhatian dalam pencegahan penyakit, Cantu, A.G & Fleuriet, K.J (2008), yang
peningkatan kemampuan belajar dan dalam dilakukan pada wanita tradisional Amerika-
meningkatkan produktivitas (Unicef, 1998; Mexico yang hidup dalam lingkungan
ACC/ SCN/ IFPRI, 2000). Disamping itu berpenghasilan rendah, menemukan bahwa
berbagai manfaat ekonomi dari pencegahan para wanita mengajarkan kepada
kurang gizi akan memberikan manfaat keluarganya tentang kepedulian mereka
jangka panjang yang baru disadari setelah terhadap keluarga dan hubungan
dewasa, sehingga investasi pencegahan kekeluargaan sehingga kemudian
kurang gizi adalah investasi yang bersifat memberikan pola yang sama dalam
jangka panjang, sebagaimana investasi pada lingkungannya, termasuk pola dalam
pendidikan (Phillips and Sanghri, 1996; perawatan kesehatan dan pola asuhnya.
Bouis and Hunt, 1999; Masson, J.B. Sedangkan hasil penelitian Dunkley, T L.
Pareker, J D and Jonson, U, 2001). Wertheim, E H. and Paxton, S J. (2001),
menemukan bahwa adanya pengaturan
Menurut Jekkiffe dan Solon (2002) makanan atau diet ketat disebabkan oleh
dalam Zoer'Aini (2003), menyatakan bahwa karena pengaruh dari multi sosiobudaya
status gizi di negara sedang berkembang dan yang hidup dalam suatu lingkungan sub
proses patogenesis munculnya penyakit kultur tertentu. Sistem budaya yang
kurang gizi disebabkan oleh, faktor dimaksud dalam penelitian ini mencakup
lingkungan dan faktor manusia (host). unsur-unsur yang diwujudkan dalam bentuk
Faktor manusia dapat berupa umur, jenis kebudayaan sebagai suatu kompleks dari
kelamin, status faali, kegiatan, keturunan ide-ide, gagasan, konsep-konsep, nilai-nilai,
dan status penyakit. Sedangkan faktor norma, peraturan, kepercayaan, kebiasaan,
lingkungan adalah sejumlah unsur-unsur dan tradisi, mitos (Koentjaraningrat, 1990).
kekuatan-kekuatan di luar individu yang
mempengaruhi kehidupannya. Indonesia yang terdiri dari berbagai
suku dan budaya, mempunyai kondisi
Menurut UU No. 23/1997, yang
sosiobudaya yang beraneka ragam.
dimaksud lingkungan hidup adalah kesatuan
Sosiobudaya yang merupakan hubungan
ruang dengan semua benda, daya, keadaan, manusia dengan manusia, sering
makhluk hidup, termasuk makhluk hidup
dipengaruhi oleh mitos, norma, nilai,
dan perilakunya, yang mempengaruhi
kepercayaan, kebiasaan yang berkaitan
kelangsungan perikehidupan dan
dengan pola budaya dan merupakan efek
kesejahteraan manusia serta makhluk lain. dari berbagai akses, yang dapat berupa akses
Komponen-komponen interaktif lingkungan
pangan, akses informasi dan akses
hidup tersebut dapat dikelompokkan ke pelayanan serta modal yang dipunyai.
dalam tiga aspek, yaitu aspek alam (natural Kondisi ini memunculkan bentuk pola asuh
aspect), aspek sosial (sosial aspect), dan yang pada akhirnya mempengaruhi status
aspek binaan (man-made aspect) gizi. Pola asuh atau perawatan adalah
(Soetaryono, 2002). Lingkungan yang rentan
perilaku-perilaku dan praktek-praktek
gizi adalah lingkungan hidup yang tidak pemberi perawatan (ibu, saudara sedarah,
mendukung terciptanya status gizi yang ayah dan penyedia layanan perawatan anak)
baik. Dalam penelitian ini lingkungan rentan untuk menyediakan makanan, perawatan
gizi yang dimaksud, sesuai dengan
kesehatan, stimulasi dan dukungan semangat
banyaknya fokus penelitian dan usaha-usaha yang penting bagi tumbuh kembang anak
perbaikan status gizi yang dilakukan, yaitu yang sehat (Engle and Lhotska, 1999).
berupa lingkungan pendidikan, pendapatan Sehingga kondisi sosiobudaya yang
dan ketersediaan pangan. beraneka ragam, akan berpengaruh terhadap
Hasil penelitian yang dilakukan oleh pola asuh yang berbeda-beda dan perlu
Horowitz, C R. Davis, M. H. etc. (2000), mendapat perhatian berkaitan dengan
Garces (2006), dan Mitra (2007), prevalensi gizi buruk yang terjadi.
menemukan bahwa ada perbedaan antara Disamping itu Indonesia yang terdiri dari
ras, etnik, tradisi dan kondisi sosio ekonomi banyak pedesaan juga merupakan daerah
terhadap pola asuh atau perlakuan kesehatan dengan prevalensi penyakit pada balita yang

241
Kontribusi sistem budaya dalam...(Oktia Woro Kasmini H)

tinggi atau sekitar 57,9% yang dapat lapangan studi kasus, yang dilakukan di
mempengaruhi status gizi balitanya (Senewe Desa Pecuk, Kecamatan Mijen, Kabupaten
F P. Musadad, A.D dan Manalu H. 2011) Demak, Jawa Tengah, yang merupakan
daerah dengan lingkungan rentan gizi.
Penelitian yang mendukung dalam
rangka perbaikan status gizi telah banyak Fokus sistem budaya. yang dipelajari
dilakukan, antara lain penelitian tentang terdiri dari ide-ide, gagasan-gagasan, nilai,
"Pemetaan daerah yang mempunyai norma, kepercayaan, kebiasaan, tradisi,
:kesenjangan antara status gizi balita dan mitos yang berkaitan dengan pola asuh gizi.
lingkungannya di Kabupaten Kendal dan Instrumen dalam penelitian ini adalah
Demak". Penelitian ini mendapatkan bahwa penulis sendiri beserta satu orang anggota
Desa Pecuk, yang termasuk dalam wilayah tim peneliti, kuesioner, food recall dan
kerja Puskesmas Mijen II, merupakan instrumen pendukung berupa pedoman
daerah dengan lingkungan rentan gizi yaitu observasi, wawancara dan FGD (Focus
daerah dengan pendapatan relatif rendah, Group Discussion).
rawan ketersediaan pangan dan dengan Informan awal, yang terdiri dari
tingkat pendidikan yang sebagian besar kepala desa, kepala puskesmas, bidan desa,
hanya sampai SD, tetapi mempunyai kader posyandu maupun keluarga balita
keadaan status gizi yang relatif baik (85%) ditentukan berdasar kriteria sebagai berikut:
berdasarkan pemeriksaan BB/TB, yang
berada diatas dari rata-rata di tingkat 1. Untuk Kepala Desa Pecuk, Kepala
kabupatennya (Handayani, 2008). Hasil Puskesmas Mijen II, Bidan Desa Pecuk,
penelitian tersebut menimbulkan pertanyaan dan Kader Posyandu adalah yang masih
"faktor-faktor apa atau potensi apa yang aktif, atau yang dinilai mengetahui
dimiliki oleh masyarakat Desa Pecuk yang keadaan Desa Pecuk.
memiliki lingkungan rentan gizi tetapi 2. Sedangkan untuk informan dari keluarga
gambaran status gizinya relatif baik". Hasil balita mempunyai syarat-syarat:
penelitian yang sudah dilakukan tersebut
memungkinkan bahwa potensi masyarakat a) Keluarga yang mempunyai balita
yang berupa social budaya di Desa Pecuk yang berumur 1 sampai 5 tahun
dapat mempengaruhi gambaran status gizi dengan status gizi baik, mempunyai
balitanya, dan diperlukan penelitian serta lingkungan yang rentan gizi yaitu
pengkajian lebih lanjut. merupakan keluarga dengan rentan
pendapatan atau termasuk dalam
Berkaitan dengan hal tersebut diatas, keluarga prasejahtera dan rentan
penelitian ini mengkaji sejauh mana ketersediaan pangan yang sesuai
kontribusi sistem budaya akan membentuk dengan kriteria penelitian Handayani
pola asuh yang dapat mendukung status gizi (2008).
balita yang lebih baik pada lingkungan
rentan gizi. Penelitian akan dilakukan di b) Bertempat tinggal di Desa Pecuk
Desa Pecuk, Kecamatan Mijen, Kabupaten sejak balita tersebut lahir sampai
Demak Provinsi Jawa Tengah yang dengan penelitian ini berlangsung.
mempunyai lingkungan rentan gizi tetapi c) Informan keluarga balita dapat terdiri
status gizinya relatif baik. dari Bapak, Ibu, Nenek, Kakek atau
pembantu/pengasuh balita.

BAHAN DAN CARA Sehubungan Kepala Desa Pecuk


pada saat penelitian berlangsung masih
Penelitian ini membutuhkan dijabat oleh Pejabat dari Kecamatan Mijen
pemahaman yang menyeluruh dan (Kepala Seksi Pemerintahan) sebagai yang
mendalam mengenai aspek sistem budaya melaksanakan tugas, maka sebagai informan
dalam mendukung status gizi balita di yang mengetahui dan menguasai keadaan
masyarakat Desa Pecuk. Oleh karena itu Desa Pecuk adalah H. Abdullah Mukti, yang
penelitian ini menggunakan pendekatan mempunyai kedudukan sebagai Sekretaris
kualitatif. Strategi yang digunakan pada Desa Pecuk yang sudah menjabat selama
penelitian ini adalah strategi penelitian kurang lebih 38 tahun serta dianggap

242
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 11 No 3, September 2012: 240 — 250

sebagai keturunan dan pendiri Desa Pecuk (display) data dan penarikan kesimpulan
yang juga sebagai juru kunci makam pendiri (verifikasi).
Desa Pecuk. Informan yang merupakan
Kepala puskesmas Mijen II adalah dr.
Abdurahman, sedangkan informan Bidan HASIL
Desa Pecuk adalah Bidan Tantri, yang Berdasarkan hasil observasi,
kemudian memberikan masukan dan wawancara dan FGD didapatkan data bahwa
bersama-sama menentukan informan yang tidak semua unsur-unsur dalam sistem
mewakili kader posyandu yang aktif yaitu budaya yang ada di Desa Pecuk
Ibu Hasunah, dengan pertimbangan: mempengaruhi pola asuh gizi yang pada
• Merupakan kader yang aktif akhirnya menentukan status gizi balita.
Gambaran sistem budaya di Desa Pecuk
• Mempunyai kedudukan sebagai adalah sebagai berikut:
sekretaris Posyandu Desa Pecuk,
sehingga mempermudah pengambilan 1. Kontribusi Norma
data baik dan dokumen maupun Berdasarkan data yang didapat di
membantu pengambilan data dilapangan Desa Pecuk, norma-norma yang berkaitan
yang diperlukan dengan pola asuh gizi adalah sebagai
• Mempunyai waktu dan bersedia untuk berikut, pada saat ibu balita sedang bekerja,
membantu penelitian baik bekerja untuk mencari tambahan
penghasilan diluar rumah, maupun sedang
• Mempunyai tempat tinggal di jalan mengerjakan pekerjaan rumah, seperti
utama Desa Pecuk sehingga mencuci pakaian dan memasak, maka
mempermudah akses komunikasi biasanya balita yang sudah berjalan akan
Informan keluarga balita ditentukan bermain bersama dengan teman sebayanya
berdasarkan rekomendasi dari Bidan Desa di halaman rumahnya sendiri atau rumah
dan Kader Posyandu yang sangat tetangga. Pada saat ini maka tetangga yang
mengetahui keadaan balita di wilayah ada disekitar balita tersebut akan mengawasi
kerjanya. Data yang berkaitan dengan umur, kegiatan bermain balita. Misalnya melarang
status gizi dan lingkungan balita di rujuk balita untuk memanjat pagar bambu,
dari data buku laporan posyandu. Hasil yang bermain di selokan rumah, bahkan mengajak
didapat tersebut kemudian diverivikasi si balita untuk bersama-sama bermain di
dilapangan sehingga semua syarat informan dalam rumah mereka supaya lebih mudah
bagi keluarga balita terpenuhi, dan sebagai diawasai. Pada saat ada kegiatan
tahap awal kemudian ditentukan 5 keluarga penimbangan balita, pembagian vitamin A,
balita. Informan keluarga balita terdiri dari kegiatan imunisasi atau kegiatan lain yang
ibu balita, nenek balita dan pengasuh balita. berkaitan dengan balita, maka ibu-ibu balita
di sekitarnya akan saling mengingatkan.
Dari informan tahap awal yang Bahkan jika ibu balita pada saat tersebut
berjumlah 9 orang ini kemudian ditentukan berhalangan, mungkin karena bekerja, sakit
informan selanjutnya dengan teknik atau tak ada nenek dan pengasuh yang dapat
snowball sampling yang dipertimbangkan membawa balitanya, maka tetangga
akan memberikan data yang lebih lengkap, disekitarnya bersedia dengan sukarela
sehingga jumlah informan akan semakin membawanya serta ke posyandu. Pada
besar sampai tidak lagi diperoleh tambahan pengamatan juga sering didapat ibu balita
informasi baru yang berarti. Jumlah akhir yang menyuapi (memberi makan) anaknya
dari informan adalah sebanyak 15 orang, dan anak tetangganya bersamaan pada saat
dengan penambahan pada 4 keluarga balita jam makan siang atau makan sore hari.
dan 2 orang kader posyandu.
2. Kontribusi Nilai
Teknik analisa data menggunakan
model analisis dari Miles and Huberman Nilai-nilai yang ada di masyarakat
(Basrowi & Suwanda, 2008), yaitu Desa Pecuk sudah terdapat pergeseran atau
mencakup tiga kegiatan yang bersamaan dapat dikatakan nilai lama diganti dengan
yang terdiri dari reduksi data, penyajian nilai baru. Sebagai contoh:

243
Kontribusi sistem budaya dalam... (Oktia Woro Kasmini H)

a. Adanya perubahan nilai anak. Awalnya menyusui sambil berjualan makanan


pada kebanyakan masyarakat desa di kecil di depan sekolahan atau ibu
Indonesia menganut semboyan "banyak menyusui sambil mencuci pakaian,
anak, banyak rejeki", sehingga hal bahkan terlihat juga ibu menyusui
tersebut juga mempengaruhi nilai balita sembari berjalan dari satu tempat ke
yang ada di masyarakat, baik yang tempat lainnya di jalan desa. Sedangkan
berkaitan dengan nilai positif maupun pada ibu yang bekerja diluar desa, maka
nilai negatif. Misalnya secara ekonomi ASI diberikan pada saat balita bangun
banyak anak akan lebih menguntungkan, tidur atau ibu akan berangkat bekerja
oleh karena masing-masing anak dan setelah pulang bekerja pada siang
membawa rejeki sendiri-sendiri. Tetapi hari. ASI ini merupakan makanan utama
saat ini masyarakat mengatakan bahwa bagi balita sampai umur enam bulan.
banyak anak menyebabkan beban Setelah itu maka ASI merupakan asupan
ekonomi yang ditanggung keluarga protein dari susu yang utama, oleh
semakin besar. karena ibu tidak mampu setiap hari
menyediakan susu formula, yang
b. Adanya perubahan pemanfaatan
harganya relatif mahal.
pekarangan, yang semula untuk
menanam sayur menjadi sepenuhnya b. Kebiasaan makan sehari 3 kali, tetapi
untuk memelihara ayam atau bebek, untuk balita, kapanpun balita minta
yang rata-rata mempunyai 5 sampai makan selalu diberikan, termasuk
dengan 10 ekor, yang tidak keinginan balita untuk jajan selalu
dikandangkan. dipenuhi. Keadaan ini bertentangan
dengan kondisi masyarakat Desa Pecuk
c.' Adanya perubahan pada pandangan
yang masih serba kekurangan, sehingga
tentang pemilihan bidang pekerjaan. Di
penghasilan yang didapat difokuskan
Desa .Pecuk perbandingan tanah
untuk kebutuhan makanan balita,
pekarangan dan persawahan adalah 1 :
bahkan jika diperlukan berbagai cara
5, disini terlihat tanah persawahannya
dilakukan misalnya dengan menukar
sangat luas, tetapi orang Desa Pecuk
padi dengan ikan atau meminjam uang
sendiri kurang berminat mengerjakan
pada tetangga.
lahannya dan diserahkan kepada orang
dari desa lain. Sedangkan orang Desa c. Mengutamakan makan, seperti yang
Pecuk lebih banyak memilih bekerja dikatakan oleh Ibu Hasunah, yang
sebagai buruh di Jepara atau Kudus. merupakan salah satu Ibu balita, kader
Masyarakat menganggap bekerja posyandu dan penjaja sayur keliling,
sebagai buruh lebih menguntungkan, yang telah meninggal oleh karena sakit
mendapatkan penghasilan yang lebih pada saat penelitian ini masih
baik dan mendapatkan pengalaman atau berlangsung, yaitu :
pengetahuan yang baru dibandingkan Biarpun rumah jelek, orang tak
hanya bersawah saja, yang telah punya tapi makanan tetap harus enak,
dilakukan sejak orang tuanya dulu. buktinya belanja sehari bisa 15.000, kadang
Perubahan pandangan nilai pada bidang juga dengan " ijol beras njalo iwak"
pekerjaan ini merupakan perubahan nilai (menukar beras dengan ikan).
budaya, walaupun tidak lepas dari
konsep-konsep ekonomi. Oleh karena Ibu Hasunah bekerja
sebagai penjaja sayur keliling, maka beliau
3. Kontribusi Kebiasaan sangat hafal dengan kebiasaan ibu balita di
Kebiasaan - kebiasaan yang Desa Pecuk sebagai konsumennya dalam
dilakukan oleh ibu balita di Desa Pecuk memenuhi kebutuhan makan keluarga.
yang berkaitan dengan pola asuh gizi adalah: Walaupun ibu balita tak mempunyai uang,
sering mereka tetap berusaha membeli
a.x Ibu selalu memberikan ASI pada
paling sedikit ikan dan sayur dengan cara
balitanya, sampai dengan ASI tak keluar
berhutang atau menukar beras dengan ikan.
lagi, kapan dan dimanapun anak
Hal ini sesuai dengan pandangan mereka
memintanya, sehingga sering terlihat ibu
tentang makan enak. Makan enak menurut

244
Jumal Ekologi Kesehatan Vol. 11 No 3, September 2012: 240 — 250

mereka adalah makan dengan lank ikan, yang mempengaruhi pola asuh gizi, yaitu
daging sapi atau daging ayam, yang sosiobudaya, keadaan politik dan keadaan
merupakan makanan mahal untuk ekonomi. Pada penelitian ini, dari ketiga
masyarakat Desa Pecuk. Lauk yang paling faktor tersebut faktor politik dianggap
sering dibeli adalah ikan, oleh karena mempunyai keadaan atau gambaran yang
harganya masih terjangkau dibandingkan sama dengan daerah-daerah di wilayah
dengan daging sapi atau daging ayam. Propinsi Jawa Tengah pada umumnya dan
Kabupaten Demak khususnya. Faktor
✓ Masyarakat yang kebanyakan bekerja ekonomi sudah tergambarkan pada saat
sebagai buruh tani selalu mempunyai penentuan lokasi penelitian, dimana daerah
beras dalam bentuk gabah, yang Pecuk mempunyai keadaan ekonomi yang
kemudian di slep (di kupas) sedikit- tidak mendukung timbulnya status gizi yang
sedikit atau seperlunya, baik untuk baik, sehingga faktor keadaan sosiobudaya
dimakan maupun untuk ditukar dengan setempat yang belum didapat gambaran
bahan pangan lainnya, yang biasanya serta kaitannya dengan pola asuh gizi yang
ditukar dengan ikan. Fakta yang ada dapat mempengaruhi status gizi balita di
dapat diketahui terutama dari informan daerah tersebut, yang kemudian di fokuskan
Ibu Hasunah sebagai penjaja sayur pada penelitian ini adalah pada sistem
keliling yang sering menerima budayanya.
penukaran beras dengan barang
dagangannya. Paling sering adalah Sistem budaya adalah bagian dari
menukarnya dengan ikan. Balita di Desa kebudayaan yang dalam Bahasa Indonesia
Pecuk sangat menyenangi ikan yang di lebih lazim disebut adat istiadat. Wujud
goreng, kadang ikan dimakan tanpa nasi kebudayaan sebagai suatu kompleks dari
dan ibu tak merasa keberatan, selama ide-ide, gagasan, konsep-konsep, nilai-nilai,
balita menyukainya dan ibu mampu norma, peraturan dan sebagainya. Ide-ide
mengusahakannya. dan gagasan-gagasan manusia banyak yang
hidup bersama dalam suatu masyarakat,
memberi jiwa kepada masyarakat itu.
PEMBAHASAN Gagasan-gagasan itu tidak berada lepas satu
dari yang lain, melainkan selalu berkaitan,
Status gizi balita akan termanifestasi
menjadi suatu sistem, yang disebut sistem
pada tingkat masing-masing individu yang budaya. Fungsi dari sistem budaya adalah
dipengaruhi oleh asupan makanan serta menata dan memantapkan tindakan-tindakan
status kesehatan (penyakit), yang keduanya I aku manusia
serta tingkah
merupakan penyebab langsung. Faktor-
(Koentjaraningrat, 1990).
faktor ini saling terkait, seorang anak
dengan asupan makanan yang kurang Salah satu unsur dalam sistem
mencukupi diduga lebih rentan penyakit. budaya adalah norma, dimana norma adalah
Penyakit akan menekan nafsu makan, juga aturan atau ketentuan yang mengikat warga
dapat menghalangi absorbsi gizi. Asupan kelompok di masyarakat, dipakai sebagai
makanan harus mencukupi baik secara panduan, tatanan, dan pengendali tingkah
kuantitas dan kualitas. Sehingga baik laku yang sesuai dan diterima sehingga
penyakit maupun asupan makanan secara setiap warga masyarakat harus mentaatinya.
sendiri-sendiri, apalagi bersamaan dapat Norma budaya adalah suatu konsep yang
mempengaruhi status gizi. Asupan makanan diharapkan ada atau seperangkat perilaku
dan penyakit yang diderita seseorang yang diharapkan, suatu citra kebudayaan
muncul akibat dari bagaimana pola perilaku tentang bagaimana seharusnya seseorang
atau pola asuh gizinya. bersikap (Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan 2001; Horton and Hunt 1984).
Pola asuh gizi yang juga merupakan Berdasarkan data yang didapat di Desa
pola perilaku adalah praktek pemberi Pecuk, norma-norma yang berkaitan dengan
perawatan yang dilakukan baik oleh orang pola asuh gizi yang kemudian
tua, nenek, pengasuh, tenaga perawat atau mempengaruhi status gizi balita adalah
bahkan tetangga dan saudara balita yang norma yang merefleksikan kebiasaan saling
berkaitan dengan status gizi. Ada tiga faktor memberi didalam keluarga dan masyarakat,

245
Kontribusi sistem budaya dalam...(Oktia Woro Kasmini H)

seperti saling merawat dan mengawasi anak- penjelasan rasionalisasi yang mereka dapat
anak di sekelilingnya, terutama anak yang melalui: (1) media televisi, (2) adanya
masih kecil (balita). Seolah-olah mereka perpindahan penduduk, baik yang bersifat
juga bertanggung jawab terhadap sementara maupun menetap dari luar daerah,
perkembangan anak-anak disekitarnya. terutama dari kota/desa yang lebih besar
Norma semacam ini diperkuat dengan hasil (migrasi), (3) adanya penduduk yang bekerja
penelitian yang dilakukan oleh Franzini, L. keluar desa dan (4) adanya kemudahan
Elliott, M.N. Cuccaro, P. et al. (2009), transportasi, (5) serta adanya peran institusi
tentang pengaruh dari lingkungan fisik dan kesehatan setempat. Perubahan nilai-nilai
sosial disekitar tempat tinggal terhadap yang mempengaruhi pola asuh gizi berupa:
status gizi anak di UK. Adanya norma-
1. Adanya nilai balita yang tinggi pada
norma yang sehat yang terdapat pada masyarakat Desa Pecuk, sehingga balita
jaringan dari orangtua yang saling mengenal dimanjakan dengan berbagai fasilitas
clan bersedia menjaga anak-anak atau keluarga mempunyai kepedulian
dilingkungannya yang mempengaruhi yang tinggi terhadap balitanya,
obesitas atau status gizi anak di UK. Norma- khususnya yang berkaitan dengan pola
norma tersebut mempengaruhi sistem asuh gizi balita, yaitu pada penyediaan
keakraban sosial yang ada dan telah terbukti makanan dan pelayanan
mempengaruhi kesehatan pada tingkat kesehatan/pengobatan pada balita.
lingkungan tempat tinggal. Peningkatan
kentak sosial dan transaksi sosial antar 2. Pemanfaatan pekarangan untuk beternak
masyarakat dapat membantu penerapan dianggap mempunyai nilai yang lebih
perilaku yang lebih sehat. Dapat dikatakan tinggi dibandingkan dengan menanam
bahwa norma semacam ini dapat terjadi sayuran di pekarangan rumah. Keadaan
tidak hanya di daerah pedesaan saja, tetapi ini mangakibatkan lingkungan rumah
memungkinkan juga terjadi di Negara yang yang tidak sehat. Halaman rumah
sudah maju, dengan model yang berbeda- bahkan didalam rumahpun kadang
beda yang dipengaruhi oleh banyak faktor, terdapat kotoran ternak. Dari sisi lain
antara lain unsur-unsur sistem budaya yang ternak yang dipelihara merupakan
ada. ketersediaan bahan pangan protein yang
sangat berarti bagi balita. Ayam atau
Nilai yang merupakan unsur sistem bebek yang dipelihara kebanyakan
budaya adalah gagasan mengenai apakah hanya untuk keperluan makan keluarga,
pengalaman berarti atau tidak berarti. Dalam baik berupa telurnya maupun dagingnya.
setiap masyarakat beberapa nilai memiliki Pada saat keluarga kehabisan uang,
penghargaan yang lebih tinggi dari nilai- maka ayam atau bebek ini akan dijual
nilai lainnya, nilai dapat berubah dari waktu untuk membeli beras atau kadang
ke waktu. Perubahan nilai-nilai juga digunakan untuk biaya pengobatan
mempengaruhi kebiasaan dan tata kelakuan balitanya. Hal tersebut mengakibatkan
(Horton and Hunt 1984). Sedangkan nilai- program dari institusi kesehatan yang
nilai budaya merupakan konsep-konsep banyak digalakan berupa kebun gizi,
mengenai apa yang hidup dalam alam tidak berjalan dengan baik atau kurang
pikiran sebagian besar dari warga suatu diminati masyarakat.
masyarakat mengenai apa yang mereka
anggap bernilai, berharga dan penting dalam 3. Banyaknya masyarakat Desa Pecuk
hidup, sehingga dapat berfungsi sebagai yang bekerja ke luar daerah termasuk
suatu pedoman yang memberi arah dan ibu balita, menyebabkan perawatan
orientasi kepada kehidupan para warga balita diserahkan kepada keluarga
masyarakat. Berdasarkan data yang didapat, (nenek atau saudara lainnya yang ada di
nilai-nilai yang ada di masyarakat Desa desa), atau membayar orang lain untuk
Pecuk sudah terdapat pergeseran atau dapat dapat mengganti merawat balitanya.
dikatakan nilai lama diganti dengan nilai Biasanya orang lain yang dipilih
baru. Perubahan nilai-nilai yang ada di dipercayakan kepada tetangganya. Disisi
masyarakat Desa Pecuk ini dipengaruhi oleh lain bekerja sebagai buruh di Jepara atau
informasi-informasi, pengarahan serta Kudus memberikan pendapatan yang

246
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 11 No 3, September 2012: 240 — 250

dapat diterima setiap minggu, yang menjadi salah satu kebiasaan (Horton and
kemudian dapat segera digunakan untuk Hunt 1984). Kebiasaan-kebiasaan yang
keperluan perawatan balitanya, misalnya dilakukan oleh ibu balita di Desa Pecuk
untuk uang jajan, membeli susu formula, yang berkaitan dengan pola asuh gizi adalah:
bubur bayi atau untuk keperluan asupan 1. Pemberian ASI setiap saat anak
makanan balita lainnya termasuk juga meminta pada ibu menyusui,
untuk membayar pengasuh selama balita menunjukan kepedulian ibu yang tinggi
ditinggal bekerja. Ibu balita biasanya kepada balitanya, sehingga segala
bekerj a sebagai buruh rokok, sedangkan fasilitas yang dipunyai diberikan, tetapi
laki-laki biasanya sebagai supir pabrik untuk pemberian ASI eksklusif di Desa
atau buruh bengkel. Pada kenyataannya Pecuk masih rendah, yaitu sebesar 44%.
setelah dihitung-hitung pemasukan yang Beberapa penyebab ibu tidak dapat
didapat ibu balita yang bekerja sebagai memberikan ASI eksklusif adalah
buruh rokok habil untuk menutupi karena ibu bekerja, ibu sakit sehingga
kebutuhan jajan dan makan balita serta tidak dapat memberikan ASInya, anak
membayar pengasuhnya. Dalam hal ini sakit sehingga tidak dapat menerima
ibu merasa puas karena sudah ASI dan ketidak tahuan ibu atau
melakukan tanggung jawab memenuhi pemberian makanan padat sebelum
kebutuhan untuk balitanya. Selain itu waktunya.
dampak dari Ibu balita yang bekerja di
Jepara dan Kudus adalah mendapat 2. Nilai balita yang tinggi serta adanya
informasi, pengetahuan dari lingkungan kepedulian atau perhatian yang tinggi
kerjanya. Hal ini dapat dipahami oleh terhadap balita, menyebabkan semua
karena daerah Jepara dan Kudus daya upaya dilakukan untuk dapat
merupakan daerah yang lebih maju memenuhi kebutuhan balitanya. Hasil
dibandingkan dengan Desa Pecuk. observasi menemukan balita yang
Informasi tersebut berkaitan dengan sedang makan pada saat-saat diluar jam
pemberian vitamin kepada balita untuk makan yang seharusnya, yaitu pada
menambah nafsu makan, yang kemudian pukul 10.00 dan pukul 15.00, dan dari
dapat dibeli dengan mudah di toko-toko hasil wawancara ibu balita mengatakan
yang ada di Jepara dan Kudus. Dampak bahwa, dalam sehari kadang balita
lainnya berupa didapatnya informasi makan dua kali ditambah jajan atau
yang berkaitan dengan aneka macam kadang lima kali ditambah jajan dan
makanan tambahan dalam kemasan semuanya dituruti demi anak yang sehat.
untuk balita, yang sangat mudah didapat Pemenuhan kebutuhan makan dari
di toko-toko kecil sekitar pabrik. makanan jajanan pada balita terlihat
sangat dominan.
Berdasarkan nilai-nilai yang
terdapat di masyarakat Desa Pecuk, dapat Berdasarkan penjelasan serta uraian
dikatakan penentu pola asuh gizi balita di tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
Desa Pecuk berfokus pada adanya nilai unsur norma, nilai dan kebiasaan yang ada
balita yang tinggi. Hal tersebut kemudian di Desa Pecuk merupakan faktor yang
menyebabkan unsur-unsur sistem budaya mempengaruhi pola asuh gizi balita, baik
tampak ikut mendukung. yang berkaitan dengan asupan makanan
maupun perawatan kesehatan yang diberikan
Sistem budaya lainnya adalah pada balita, yang pada akhirnya menentukan
kebiasaan yang merupakan suatu cara yang status gizi balita. Unsur-unsur dalam sistem
lazim, yang wajar dan diulang-ulang dalam budaya tidak dapat dipisahkan secara tegas.
melakukan sesuatu oleh sekelompok orang. Masing-masing unsur dapat saling
Melalui coba-coba, situasi kebetulan, atau mempengaruhi sesuai dengan perspektif dari
beberapa pengaruh yang tidak disadari Koentjaraningrat. Unsur nilai balita yang
sekelompok orang sampai pada salah satu tinggi menimbulkan kepedulian orang tua
kemungkinan ini, mengulang dan dan sekelilingnya menjadi tinggi juga. Hal
menerimanya sebagai cara yang wajar untuk ini membentuk unsur kebiasaan pada
memenuhi kebutuhan tertentu. Kejadian ini masyarakat Desa Pecuk yang berkaitan
diturunkan pada generasi berikutnya dan
247
Kontribusi sistem budaya dalam...(Oktia Woro Kasmini H)

dengan pola asuh gizi. Pemenuhan Psikologi perilaku makan, dimana perilaku
kebutuhan makanan, perawatan dan jaj an selalu difasilitasi oleh orangtuanya,
pelayanan pengobatan pada balita di Desa oleh karena jika tidak maka balita akan
Pecuk sangat diperhatikan, termasuk dalam menangis menyebabkan orang tua merasa
hal kebiasaan jajan pada balita. Bahkan bersalah tak dapat memenuhi kebutuhan
kebiasaan jajan cenderung merupakan anaknya, atau orang tua merasa malu kepada
pemenuhan kebutuhan makanan balita yang tetangganya. (3) Faktor komersial, oleh
dorninan. karena banyaknya penawaran berbagai jenis
makanan dari media televise, radio dan lain-
Nilai balita yang tinggi di Desa
lain yang memicu keinginan balita untuk
Pecuk berfungsi sebagai pedoman yang
jajan. Pemilihan asupan makanan dari
memberi arah dan orientasi kepada
makanan jajanan ini lebih
kehidupan keluarga bahkan masyarakat di
mempertimbangkan keinginan makan
Desa Pecuk. Nilai balita yang tinggi
dibandingkan kebutuhan makan yang
kemudian menyebabkan orangtua berusaha
memenuhi syarat-syarat sehat bagi balita,
membentuk balita yang sehat, yang salah
terutama berkaitan dengan resiko makanan
satu indikatornya adalah balita yang
jajanan yang terjadi dalam jangka panjang,
mempunyai status gizi baik. Hal ini sesuai
sehingga pada saat penelitian belum terlihat
dengan teori nilai anak secara sosial, yang
efek resikonya.
menyatakan bahwa nilai anak yang tinggi
akan diperkuat dengan adanya respon positif Hasil penelitian ini dapat
terhadap balitanya yang berasal dari menggambarkan adanya keadaan positive
lingkungannya. Respon positif tersebut deviance di daerah penelitian. Daerah
muncul apabila balita dalam kondisi positive deviance adalah daerah yang
kesehatan yang baik secara maksimal. mempunyai penyimpangan dari normal atau
keadaan yang seharusnya dapat
Pemenuhan makan balita dari
menyebabkan kerugian tetapi pada daerah
makanan jajanan merupakan hal yang
positive deviance hal tersebut sebagai
diutamakan dari segi penyediaan dana dan
pendukung kearah yang positive. Dalam
sering menggantikan porsi makan untuk
penelitian ini berupa:
siang atau sore hari bagi balitanya. Perilaku
jajan merupakan salah satu bentuk pilihan 1. Kebiasaan jajan balita yang masih
asupan makan yang kemudian merupakan diragukan keamanannya baik dari segi
pola kebiasaan makan pada balita di Desa higienis dan kandungan bahan
Pecuk. Perilaku jajan ini berkaitan dengan berbahaya bagi balita.
food ideology yang berdasarkan sudut
2. Banyaknya ibu balita yang bekerja,
pandang spesifik dari penentu pemilihan
sehingga perawatan balita dilakukan
makanan dalam rumahtangga di masyarakat
oleh orang lain yang dapat
Desa Pecuk (biasanya adalah ibu). Food
mempengaruhi hubungan psikologis
ideology tersebut berupa balita harus orang tua dan balita serta pemberian
mencapai kesehatan yang maksimum.
ASI ekslusif terganggu.
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut,
maka orang tua memfasilitasi semua Keadaan tersebut ternyata
kebutuhan balita termasuk keinginan jajan. merupakan penyimpangan yang positive dan
Harapan orang tua dengan memenuhi dapat terjadi oleh karena berfokus pada
kemauan makan balita, maka asupan makan adanya nilai balita yang tinggi, seingga
balita juga terpenuhi, yang kemudian dapat semua diarahkan untuk kepentingan
menjadikan balita dengan status gizi yang balitanya.
baik dan sehat. Pilihan makan berupa jajan
bagi balita di Desa Pecuk dipengaruhi oleh:
(1) Faktor karakteristik lingkungan, dalam KESIMPULAN DAN SARAN
hal ini lingkungan budaya, yang berupa Desa Pecuk, Kecamatan Mijen,
hampir semua balita setiap hari jajan dan Kabupaten Demak, Provinsi Jawa Tengah
banyaknya penjaja jajan yang menawarkan merupakan daerah dengan lingkungan rentan
dagangannya di depan rumah, sehingga gizi, karena pendapatan masyarakatnya yang
memacu balita untuk selalu jajan. (2)
248
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 11 No 3, September 2012 : 240 — 250

relatif rendah, pendidikan kebanyakan memperbaiki lingkungan rentan gizi


sampai dengan SD dan rawan ketersediaan yang ada di Desa Pecuk.
pangan. Penelitian ini menemukan bahwa:
1. Pada lingkungan rentan gizi di Desa UCAPAN TERIMA KASIH
Pecuk, maka status gizi balita menjadi
baik oleh karena dukungan sistem Ucapan terimakasih sebesar-
budaya yang ada. besarnya kami sampaikan kepada Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten Demak, Kepala
2. Unsur sistem budaya yang berupa Puskesmas Mijen II, Pemda Kecamatan
norma, nilai dan kebiasaan yang Mijen dan masyarakat Desa Pecuk , serta
mendukung status gizi balita yang baik seluruh tim peneliti yang membantu
berfokus pada nilai anak yang tinggi.
terlaksananya penelitian ini.
Nilai anak atau dalam penelitian ini
adalah nilai balita akan mempengaruhi
bentuk pola asuh gizi, yang berupa DAFTAR PUSTAKA
penyediaan makanan dan pelayanan ACC/SCN and IFPRI. 2000. Report on the World
kesehatan/pengobatan pada balita. Nilai Nutrition Situation: Nutrition Throughout
anak ini juga menjadi dasar peranan dari the Life Cycle. Geneva: ACC/SCN in
unsur-unsur sistem budaya lainnya dalam Collaboration With IFPRI.
Almatsier, S. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta :
menjalankan pola asuh gizi di masyarakat, PT Gramedia Pustaka Utama.
atau dapat dikatakan nilai anak Basrowi & Suwandi. 2008. Memahami Penelitian
tnengarahkan perilaku dan pertimbangan Kualitatif. Jakarta: PT Rineke Cipta, 104-
keluarga (orang tua) terhadap pola asuh gizi 110p.
Bouis, H.E. and Hunt, J. 1999. Linking Food and
balita. Unsur-unsur tersebut adalah: 1) Nutrition Study: Past Lessons and Future
kebiasaan, yang berupa pemberian ASI Opportunities, Asian Development Review
sampai dengan ASI tak keluar lagi, Vol. 17 No. 12.
mengutamakan makanan untuk balita, Cantu, A. G., Fleuriet, K. J. 2008. The Sociocultural
menyimpan gabah untuk penyediaan makan Context of Physical Activity in Oldei-
Mexican American Women. Hispanic
balita, memenuhi kebutuhan jajan balita 2) Health Care International Vol 6. No.1 .
norma, berupa saling memberi di Departemen Pendidikan dan Kebydayaan, 2001,
masyarakat, saling merawat dan mengawasi Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:
balita dilingkungannya, balita seolah-olah Balai Pustaka.
Dunkley, T. L., Wertheim, E. H. and Paxton, S. J.
menjadi tanggung jawab bersama. . 2001. Examination of A Model of Multiple
Saran yang dapat diajukan adalah: Sociocultural Influences On Adolescent
Girls Body Dissatisfaction And Dietary
1. Bagi pembuat kebijakan berkaitan Restraint. Adolescence Vol 36 No. 142.
dengan usaha-usaha perbaikan gizi di Engle, P.L. and Lhotska, L. 1999. The Role of Care in
Programmatic Actions For Nutrition:
masyarakat, maka program yang Designing Programmes Involving Care.
ditetapkan perlu dilandasi potensi dari Food Nutrition Bulletin Vol.20, 35-121p.
unsur-unsur sistem budaya yang ada di Franzini, L., Elliott, M. N., Cuccaro, P. 2009.
masyarakat. Influences of Physical and Social
Neighborhood Environments on Childrens
2. Bagi institusi yang berkaitan dengan Physical Activity and Obesity. American
jajan anak yang beredar di Desa Pecuk Journal of Public Health Vol. 99 No.2, 271-
khususnya, perlu dilakukan pemeriksaan 278p.
Garces, I. C., Scarinci Isabel C, Harrison Lynda. 2006.
mendalam berkaitan dengan kandungan An Axamination of Sociocultural Factors
zat gizi dan keamanan nya, mengingat Associated With Health and Health Care
kebiasaan jajan balita di Desa Pecuk Seeking Among Latina Immigrants. Journal
juga merupakan pendukung status gizi Immigrant Health Vol 8 , 377-385p.
Gibson, R.S. 2005. Principles of Nutritional
balita di masyarakat Desa Pecuk Assessment. Oxford University Press.
Handayani, 0. W. 2008. Pemetaan Daerah Bergap
3. Bagi Pemerintah Daerah setempat perlu
Antara Status Gizi dan Lingkungannva di
mengupayakan perbaikan ekonomi dan Kabupaten Kendal dan Demak. Lemlit
pendidikan masyarakat untuk UNNES.
Horowitz, C. R., Davis, M. H. etc. 2000. Approaches
to Eliminating Sociocultural Disparities in
249
Kontribusi sistem budaya dalam...(Oktia Woro Kasmini H)

Health. Health Care Financing Review Vol Senewe Felly P, Musadad Anwar D, Manalu Helper
21, Edisi 4, 57-72p. SP. 2011. Pengaruh Lingkungan Terhadap
Horton, P. B., Hunt, C. L., Alih Bahasa Aminuddin, R. Status Morbiditas Balita di Daerah
dan Tita, S. 1984. Sosiologi. Erlangga , 58- Tertinggal 2008. Jurnal Ekologi Kesehatan
71p. Vol 10 No 1, 54-64p.
Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Soetaryono, Retno. 2002. Dimensi Operasional
Antropologi.Jakarta, Rineka Cipta, 190- Konsep Lingkungan Hidup Sosial Dalam
195p. Kisi Kisi Pengelolaan Lingkungan Hidup,
Masson, J.B. Pareker, J D. and Jonson, U. 2001. Disampaikan Pada Lokakarya Pengelolaan
Improving Child Nutrition in Asia. Food and Lingkungan Sosial Yang Diselenggarakan
Nutrition Bulletin Supplement. Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup.
Mitra, M., Sahu, P. K. etc. 2007. Nutritional and Jakarta.
Health Status of Gond and Kawar Tribal Supariasa, I.D.N. dkk. 2002. Penilaian Status Gizi.
Pre-school Children of Chhattisgarh, India. Jakarta: EGC.
Journal Hum. Ecol. Vol 21 No 4 , 293-299p. Unicef. 1998. State of the World's Children. New
Phillips, M. and Sanghri, T.G. 1996. The Economic York: UNICEF.
Analysis of Nutrition Projects. Washington Zoer'aini, D.I. 2003. Prinsip Prinsip Ekologi dan
DC: World Bank. Organisasi Ekosistem Komunitas dan
Lingkungan. Jakarta: Bumi Aksara.

250

Anda mungkin juga menyukai