Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Pendahuluan
Asam sulfat pertama kali ditemukan di Iran oleh Al- Razi pada abad
ke-9. Pembuatannya melalui pembakaran belerang dengan saltpeter, pertama
kali dijelaskan oleh Valentinus pada abad kelima belas. Pada tahun 1746,
Roebuck dari Birmingham (Inggris) memperkenalkan proses kamar timbal.
Proses yang menarik, namun sekarang sudah kuno.
Proses kontak pertama kali ditemukan pada tahun 1831 oleh Phillips,
seorang Inggris, yang patennya mencakup aspek – aspek penting dari proses
kontak yang modern, yaitu dengan melewatkan campuran sulfur dioksida dan
udara melalui katalis, kemudian diikuti oleh absorpsi sulfur trioksida di dalam
asam sulfat 98,5 % sampai 99 %.
Pada tahun 1889, diketahui bahwa proses kontak dapat ditingkatkan
dengan menggunakan oksigen secara berlebihan di dalam campuran gas
reaksi. Dalam periode 1900 sampai 1925, banyak pabrik asam kontak yang
dibangun dengan menggunakan platina sebagai katalis. Pada tahun 1930,
proses kontak ini telah dapat bersaing dengan proses bilik timbal pada segala
konsentrasi asam yang dihasilkan. Sejak pertengahan tahun 1920-an,
kebanyakan fasilitas yang baru dibangun dengan menggunakan proses kontak
dengan katalis vanadium. Berbagai penyempurnaan telah dilakukan, baik
terhadap peralatan maupun terhadap katalis.
Proses kontak sekarang telah banyak mengalami penyempurnaan dan
dewasa ini telah menjadi suatu proses industri yang murah, kontinu dan
dikendalikan secara otomatis. Semua pabrik asam sulfat yang baru
menggunakan proses kontak.
Salah satu kelemahan proses kamar yang menyebabkan orang tidak
memakainya lagi adalah karena proses ini hanya mampu menghasilkan asam
sulfat dengan konsentrasi sampai 78% saja. Pemekatannya merupakan suatu
operasi yang mahal, sehingga pada tahun 1980, hanya tinggal satu pabrik saja
yang menggunakan proses kamar yang masih beroperasi di Amerika Serikat.
Asam sulfat (H2SO4) merupakan cairan yang bersifat korosif, tidak
berwarna, tidak berbau, sangat reaktif dan mampu melarutkan berbagai
logam. Bahan kimia ini dapat larut dengan air dengan segala
perbandingan, mempunyai titik lebur 10,31˚C dan titik didih pada
336,85˚C tergantung kepekatan serta pada temperatur 300˚C atau lebih
terdekomposisi menghasilkan sulfur trioksida.
Asam sulfat (H2SO4) dapat dibuat dari belerang (S), pyrite (FeS)
dan juga beberapa sulfid logam (CuS, ZnS, NiS). Pada umumnya asam
sulfat diproduksi dengan kadar 78%-100% serta bermacam-macam
konsentrasi oleum.
Sifat – sifat asam sulfat ditunjukkan pada tabel berikut ini :

Sifat kimia asam sulfat :


a. Dengan basa membentuk garam dan air.
Reaksi :
H2SO4 + 2 NaOH → Na2SO4 + H2O
b. Dengan alkohol membentuk eter dan air.
Reaksi :
2C2H5OH + H2SO4 → C2H5OC2H5 + H2O + H2SO4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.Penambangan dan Pembuatan Belerang Sebagai Bahan Baku Asam


Sulfat
1. Pengambilan belerang alam dari dalam tanah (Proses Frasch)
Sebelum proses Frasch dikembangkan, belerang unsur
ditambang dengan cara manual, yaitu belerang dalam bijih
dikonsentrasi dengan membakar sebagian belerang itu dalm tumpukan
agar sebagian belerang lainnya meleburdan zat cairnya ditarik keluar,
kemudian dicetak dalam cetakan. Sejak akhir tahun 1890-an, Herman
Frasch telah menciptakan cara yang cerdik untuk melebur belerang di
bawah tanah atau di bawah laut, untuk kemudian dipompakan ke
permukaan.

Gambar 2. Skema Penambangan Belerang

Lubang-lubang bor digali sampai ke dasar lapisan yang mengandung


belerang dengan menggunakan peralatan pemboran minyak biasa, sampai
kedalaman 150 – 750 m. Kemudian suatu sarangan yang terdiri dari tiga pipa
dengan diameter berkisar antara 3 cm sampai 20 cm dilewatkan melelui strata
yang mengandung belerang dan berhenti di bagian atas anhidrat yang
tidak mengandungnya, seperti pada gambar.
Sebuah pipa 10 cm dimasukkan ke dalam pipa 20 cm, sehingga
terbentuk sebuah ruang anulus di antara keduanya yang menjangkau
sampai hampir ke dasar batuan yang mengandung belerang, dan duduk
pada suatu kalung yang menutup rapat ruang anulus antara pipa 20 cm
dan 10 cm tersebut. Sebuah pipa dengan diameter 3 cm dijulurkan di
tengah-tengah sampai sedikit di atas kalung. Lubang-lubang dibagian
atas digunakan untuk air panas keluar dan lubang dibagian bawah
untuk belerang lebur masuk.
Untuk mengoperasikan proses Frasch ini, air panas bersuhu
160˚C dilewatkan melalui ruang anulus antara pipa 20 cm dan pipa 10
cm. Air itu akan keluar melalui perforasi (lubang-lubang) ke dalam
formasi berpori di dasar sumur. Batuan yang mengandung belerang di
sekitar sumur, yang dilalui oleh sirkulasi air panas tersebut akan
menjadi panas dan suhunya naik sampai di atas titik cair belerang,
yaitu kira-kira 115˚C. Belerang cair yang lebih berat dari air akan
tenggelam dan membentuk suatu kolam di sekitar dasar sumur,
kemudian masuk melalui perforasi sebelah bawah, lalu naik ke atas
melelui ruang antara pipa 10 cm dan pipa 3 cm. belerang cair itu
didorong ke atas oleh tekanan air panas sampai kira-kira separuh
ketinggian ke permukaan. Udara bekanan air panas dipompakan
melalui pipa 3 cm untuk mengaerasi belerang cair dan menurunkan
densitasnya sehingga naik kepermukaan.
Sedangkan air ditarik keluar dari formasi itu dengan laju aliran
kira-kira sama dengan laju injeksinya, agar tidak terjadi peningkatan
tekanan yang dapat menyebabkan pemasukannya terhenti. Setelah
sampai dipermukaan, belerang cair itu dialirkan melalui pipa-pipa yang
dipanaskan dengan uap ke dalam pemisah (separator), dimana udara
dikeluarkan. Belerang itu kemudian dibiarkan memadat di dalam tong-
tong penimbunan atau tetap dalam keadan cair di dalam tangki
penimbunan yang dipanaskan dengan uap.
2.2.Macam-macam Proses Pembuatan asam Sulfat
Proses pembuatan asam sulfat ada 2, yaitu :
1. Proses Kamar Timbal (Pb)
Pada tahun 1746, Roebuck dari Birmingham Inggris,
memperkenalkan proses kamar timbal. Proses ini menarik , namun
sudah kuno.
Gas SO2 dan NO dimasukkan ke menara Glover bersamaan
dengan gas-gas dari menara Gay Lussac, gas yang keluar dari menara
Glover dimasukkan ke dalam kamar timbal dan disemprotkan dengan
air sehingga menghasilkan asam sulfat 60-67%. Hasil ini sebagian
dikembalikan ke menara Glover yang akan menghasilkan asam 77%.
Asam ini sebagian dimasukkan ke dalam menara Gay Lussac untuk
menyerap gas-gas NO dan NO2 (katalisator).
Gas yang terserap ini dimasukkan kembali ke menara Glover
kamar timbal berbentuk silindris volumenya cukup luas. Permukaan
dalamnya dilapisi timbal tipis dan disekat-sekat agar panas dapat
ditransfer dengan baik, dinding bagian luar diberi sirip-sirip.
Sehingga di dalam menara ini terjadi pengembunan uap asam
sulfat. Menara Gay Lussac berfungsi untuk memungut kembali
katalisator gas NO dan NO2 di kamar timbal dengan menggunakan
asam sulfat 77%.
Penyerapan dilakukan pada suhu rendah antara 40-60°C.
Menara Glover bertugas memekatkan hasil asam sulfat dari kamar
timbal. Pemekatan panas ini perlu panas dan ini dapat diambil dari
panas yang dibawa GHP (gas hasil pembakaran) belerang (400-
600°C). (Sherve, 1967)
2. Proses Kontak
Proses kontak pertama kali ditemukan pada tahun 1831 oleh
Peregrine Philips, seorang negarawan Inggris, yang patennya
mencakup aspek-aspek penting dari proses kontak yang modern, yaitu
dengan melewatkan campuran sulfur dioksida dan udara melalui
katalis, kemudian diikuti dengan absorbsi sulfur trioksida di dalam
asam sulfat 98,5 – 99%.
Pada tahun 1889 diketahui bahwa proses kontak dapat
ditingkatkandengan menggunakan oksigen berlebihan di dalam
campuran gas reaksi. Proses kontak sekarang telah banyak mengalami
penyempurnaan dalam rinciannya dan dewasa ini telah menjadi suatu
proses industri yang murah, kontinyu dan dikendalikan otomatis.
Sampai tahun 1900, belum ada pabrik dengan proses kontak
yang dibangun di Eropa, di mana terdapat kebutuhan terhadap oleum
dan asam konsentrasi tinggi untuk digunakan pada sulfonasi, terutama
pada industri zat warna. Dalam periode 1900 sampai 1925, banyak
pabrik asam sulfat dengan proses kontak telah dapat bersaing dengan
proses kamar pada segala konsentrasi asam yang dihasilkan. Sejak
pertengahan tahun 1920-an, kebanyakan fasilitas yang baru dibangun
dengan menggunakan proses kontak dengan katalis hidrogen biasanya
berupa zat padat, antara lain Pt, V2O5 dan Fe2O3. Katalis ini berpori-
pori sehingga cocok untuk pembuatan asam sulfat, karena memiliki
bidang kontak yang besar. Udara yang digunakan untuk membakar
belerang dibersihkan dahulu dengan asam sulfat dalam menara
absorber, hasil pembakaran dibersihkan dalam Waste Heat Boiler
kemudian dimasukkan ke dalam konverter bersama O2, gas hasil
konverter atau reaktor dimasukkan ke dalam menara penyerap atau
absorber. Penyerap yang digunakan adalah asam sulfat 98,5%.
(Sherve, 1967)
Secara garis besar tahapan proses kontak yang terjadi diuraikan
sebagai berikut :
1. Pencairan belerang padat di melt tank
2. Pemurnian belerang cair dengan cara filtrasi
3. Pengeringan udara proses
4. Pembakaran belerang cair dengan udara kering untuk
menghasilkan sulfur dioksida (SO2)
5. Reaksi oksidasi lanjutan SO2 menjadi SO3 dalam empat lapis
bed konverter dengan menggunakan katalis V2O5
6. Pendinginan gas
7. Penyerapan SO3 dengan asam sulfat 93%-98,5% Adapun reaksi
yang terjadi adaalah sebagai berikut (Fairlie, 1951) :
S + O2 SO2 + 31.148 kkal
Reaksi 1 terjadi dalam tangki pembakar, dimana belerang
dikabutkan dan direaksikan dengan udara kering.
SO2 + 1/2 O2 SO3 + 70.960 kkal
Reaksi 2 terjadi dalam converter atau reaktor dengan katalis
V2O5
SO3 + H2O H2SO4 + 23.490 kkal
Reaksi 3 terjadi dalam tanki pengencer, gas belerang trioksida
diserap dengan asam sulfat (93%-98,5%) Katalisator yang
dapat digunakan untuk reaksi pembentukan belerang trioksida
antara lain Pt, V2O5, Fe2O3, Cr2O3, Mn2O3 dan Mn3O4.
katalisator yang baik adalah Pt dan V2O5, tapi yang paling
banyak dipakai adalah Vanadium Pentoksida, karena :
a. V2O5 lebih murah harganya
b. Pt lebih sensitiv terhadap racun
c. V2O5 daya tahan terhadap suhu tinggi lebih baik
d. Konversi relatif lebih tinggi
(Fairlie, Sherve, Kirk Othmer)

Setelah dibandingkan antara proses kontak dengan proses kamar


timbal, maka untuk perancangan pabrik asam sulfat lebih banyak dipilih
Proses Kontak dengan pertimbangan :
a. Konversi yang tinggi dan kualitas produk lebih pekat.
b. Biaya produksi lebih murah.
c. Umur katalis dapat mencapai 10 tahun dalam pemakaian normal.
d. Proses produksi satu kali proses dalam meningkatkan konsentrasi
asam.
2.2.Proses pembuatan asam sulfat dengan Proses Kontak
Salah satu cara pembuatan asam sulfat melalui proses industri
dengan produk yang cukup besar adalah dengan proses kontak. Prinsip
proses kontak adalah reaksi oksidasi gas SO2 dengan oksigen dari udara
dengan memakai katalis padat dilanjutkan dengan absorpsi gas SO3 yang
dihasilkan untuk membentuk asam sulfat. Proses yang dilakukan melalui 3
tahapan, yaitu:
1. Pembakaran Belerang
Proses produksi asam sulfat di awali dengan peleburan sulfur
(S) yang digunakan sebagai bahan baku utama dengan menggunakan
steam yang dialirkan pada coil-coil di Sulfur Melter pada tekanan 4
Kg/cm2. Kemudian sulfur cair dipompakan dari Sulfur Melter melalui
pipa-pipa dan disemprotkan ke dalam Furnace. Di dalam
Furnace terjadi pembakaran belerang dengan udara.

Reaksi :
S(g) + O2(g) → SO2(g)

Udara yang digunakan disuplai oleh Main Blower yang sudah


mengalami proses pengeringan. Proses pengeringan udara dilakukan
di Drying Tower dengan menggunakan asam sulfat sirkulasi dengan
konsentrasi 93%-98%. Proses pengeringan udara tersebut
dimaksudkan untuk mencegah korosi oleh gas pada pembakaran dan
untuk menghilangkan kandungan air dalam udara.
Proses pembakaran belerang cair menjadi SO2 dengan
temperature pembakaran kurang lebih 750-770oC. Gas hasil
pembakaran di Furnace kemudian dialirkan ke Boiler melalui tube-
tube untuk diambil panasnya guna menghasilkan steam yang
digunakan untuk mencairkan belerang di Sulfur Melter, sebagian gas
yang lain dialirkan ke Heat Exchangerbersama dengan gas keluar
dari Boiler yang telah diambil panasnya. Di dalam Heat
Exchanger gas didinginkan dengan menggunakan udara yang di suplai
oleh Blower. Setelah itu aliran gas mengalami proses penyaringan dan
penstabilan suhu gas di Hot Gas Filter.
2. Oksidasi Katalitik SO2 Menjadi SO3 dengan Bantuan Katalis
Dari Hot Gas Filter aliran gas masuk ke Converter. Converter
ini terdiri dari empat bed katalis V2O5. Aliran gas masuk ke setiap bed
diatur pada temperature 425-440oC. Dengan bantuan katalis ini aliran
gas tersebut (SO2) diubah menjadi gas SO3. Reaksi ini merupakan
reaksi eksoterm sehingga gas tersebut harus didinginkan pada tahap-
tahap katalis.
Aliran gas keluar bed I dan bed II didinginkan dalam 1st and
2nd Heat Exchanger.Sedangkan aliran gas dari bed III langsung masuk
ke bed IV karena perbedaan temperature gas keluar dan bed III dan
bed IV sudah kecil.
Reaksi :
SO2(g) + 1/2O2(g) → SO3(g)

Dari converter aliran gas SO3 masuk ke dalam SO3 Cooler A


untuk didinginkan. Kemudian didinginkan lebih lanjut ke SO3 Cooler
B setelah itu aliran gas tersebut masuk ke Absorbing Tower.
3. Absorbsi Gas SO3
Di Absorbing Tower terjadi proses penyerapan gas SO3 dengan
menggunakan sirkulasi asam sulfat dengan konsentrasi 98-99% yang
diatur di AT Pump Tank. Asam resirkulasi tersebut kemudian
diencerkan dengan menambahkan air dan setelah itu baru dialirkan
kembali ke dalam AT Pump Tank. Asam sulfat yang dihasilkan pada
AT Pump Tank setelah mencapai level maksimum yang ditentukan,
kemudian ditransfer dan ditampung di Sulphuric Acid Storage Tank.

Reaksi yang terjadi di absorbing tower yaitu:


SO3(g) + H2SO4(l) → H2SO4.SO3(aq)
H2SO4.SO3(aq) + H2O(l) → 2 H2SO4(aq)

Proses kontak juga dibagi menjadi 2, yaitu proses kontak absorbsi


tunggal dan proses kontak absorbsi ganda.
1. Proses Kontak dengan Absorpsi Tunggal
Bila menggunakan bahan baku seperti bijih sulfida, asam bekas
pakai atau lumpur asam, diperlukan pemurnian gas yang cukup
ekstensif. Kalor yang dilepas pada waktu reaksi katalitik dimanfaatkan
untuk memanaskan gas SO2 di dalam penukar kalor sebelum masuk
konversi katalitik. Kalor yang keluar dalam pemanggangan bijih atau
dalam pembakaran asam bekas biasanya dipulihkan dalam bentuk uap
bertekanan rendah. Bahan yang digunakan pada proses ini adalah
belerang.

Gambar 6. Diagram alir proses kontak absorpsi tunggal


2. Proses Kontak dengan Absorpsi Ganda
Proses kontak kemudian mengalami modifikasi secara
berangsur-angsur dan menggunakan absorpsi ganda (juga disebut
katalis ganda), sehingga hasilnya lebih tinggi dan emisi SO2 yang
belum terkonversi dari cerobong asap berkurang. Dalam konfigurasi
aliran ini, gas yang keluar dari menara absorpsi pertama dipanaskan
lagi melalui pertukaran kalor dengan gas konverter bawah dan masuk
kembali dalam tahap akhir konverter itu. Oleh karena itu, kadar sulfur
trioksidanya rendah, reaksinya:
SO2(g) + ½ O2(g) ↔ SO3(g)

Reaksi dapat berlangsung lebih jauh pada arah yang dihendaki


dan pemulihan dapat lebih tinggi dan mencapai 98,5%. Berikut ini
adalah diagram alir pabrik asam sulfat kontak yang menggunakan
pembakaran belerang dan absorpsi ganda.

Gambar 7. Diagram alir asam sulfat dengan menggunakan absorpsi ganda


2.3.Peralatan Yang Digunakan Pada Proses Pembuatan Asam Sulfat
Proses Kontak
Peralatan yang digunakan dalam proses pembuatan asam sulfat, yaitu:
1. Sulfur Melter
Fungsinya sebagai tempat pencairan atau peleburan belerang dengan
bantuan panas steam pada coil.
2. Pompa Sulfur
Fungsinya sebagai pengalir sulfur cair ke furnace. Pompa ini
mempunyai pipa-pipa penyaluran luar bermantel uap, sehingga
belerang tidak menjadi dingin dan membeku, karena titik lebur
belerang adalah 115oC.
3. Main Blower
Fungsinya sebagai penyuplai udara untuk proses pembakaran ke
furnace. Main blower yang digunakan adalah tipe turbo fun dengan
kapasitas 117 m3/menit dan tekanan operasi 1800 mmHg.
4. Drying Tower
Fungsinya sebagai unit proses tempat terjadinya pengeringan udara
oleh sirkulasi asam sulfat (minimal 93%) dari DT Pump Tank. Drying
Tower yang dipakai adalah tipe packed column dengan tinggi 8,254 m,
diameter dalam 2,62 m dan diameter luar 2,86 m.
5. DT Pump Tank
Fungsinya sebagai tangki penampungan sirkulasi asam sulfat yang dari
atau ke Absorbing Tower. DT pump tank yang digunakan mempunyai
tinggi 1,8 m, diameter dalam 2,76 m, diameter luar 3 m dan kapasitas
8,8 m3/menit.
6. AT Pump Tank
Fungsinya sebagai tangki penampungan sirkulasi asam sulfat yang dari
atau ke absorbing tower dan juga sebagai tangki produksi, yaitu
pengenceran (hidrasi) dengan air. AT Pump Tank yang digunakan
mempunyai tinggi 1,8 m, diameter dalam 2,76 m, diameter luar 3m,
dan kapasitas 8,8 m3/menit.
7. Furnace
Fungsinya sebagai tempat berlangsungnya proses pembakaran belerang
cair dengan udara menjadi gas SO2. Furnace yang dipakai berbentuk
silinder mendatar dengan panjang 7,02 m, diameter luar 2,04 m dan
diameter ruang bakar 1,65 m.
8. Boiler
Fungsinya sebagai tempat memproduksi steam. Boiler yang digunakan
berbentuk silinder mendatar dengan dapur dan pipa-pipa api (fire
tube). Boiler ini mempunyai panjang 4,6 m dan tekanan operasi 4
kg/cm2.
9. Absorbing tower
Fungsinya sebagai unit proses terjadinya proses penyerapan gas
SO3 oleh sirkulasi asam sulfat (98,3%-99%) Absorbing Tower yang
digunakan adalah tipe packed column dengan tinggi 8,875 m, diameter
dalam 2,62 m dan diameter luar 2,86 m.
10. AT Pump
Fungsinya sebagai alat untuk memompakan sirkulasi asam sulfat dari
AT Pump Tank ke Absorbing Tower. AT Pump yang digunakan
mempunyai kecepatan putar 1450 Rpm dan kapasitas 1,2 m3/menit.
11. DT Pump
Fungsinya sebagai alat untuk memompakan sirkulasi asam sulfat dari
DT Pump Tank ke Drying Tower. DT Pump yang digunakan
mempunyai kapasitas 1,2 m3/menit.
12. Plug Valve
Fungsinya sebagai pengatur aliran gas dari furnace dan boiler.
13. Heat exchanger (on gas filter)
Fungsinya sebagai alat untuk mendinginkan aliran gas dari furnace dan
boiler yang akan masuk ke converter. Heat exchanger yang digunakan
adalah tipe shell and tube dengan jumlah tube 109 buah dan panjang
tube 2,47m. Heat exchanger mempunyai tinggi 3m dan diameter
1,40m.
14. Gas filter
Fungsinya sebagai alat penyaring untuk aliran gas yang akan masuk ke
converter. Gas filter mempunyai tinggi 1,53 m dan diameter 3,448 m.
15. Converter
Fungsinya sebagai unit proses berlangsungnya proses perubahan gas
SO2 menjadi gas SO3 dengan bantuan katalis vanadium pentaoksida.
Converter yang digunakan mempunyai jumlah bed 4 buah, tinggi 8,5
m, diameter dalam 2,76 m dan diameter luar 3,002 m.
16. 1st and 2nd Heat exchanger
Fungsinya sebagai tempat mendinginkan aliran gas yang keluar dari
converter khususnya dari bed I dan bed II. Tipe yang digunakan adalah
tipe shell and tube.
17. SO3 Cooler
Fungsinya sebagai tempat pendingin aliran gas SO3 yang akan masuk
ke Absorbing Tower. Cooler yang dipakai adalah tipe shell and tube
dengan tinggi 1,78 m.
18. Distributor
Fungsinya sebagai alat untuk menyebarkan aliran asam sulfat di dalam
absorbing tower dan drying tower.
19. Cooling tower
Fungsinya sebagai tempat pendingin air yang keluar dari acid cooler.
20. Cooling water pump
Fungsinya sebagai alat untuk memompakan sirkulasi pendingin dari
cooling water pit ke acid cooler.
21. Plate Heat exchanger (acid cooler)
Fungsinya sebagai unit mendinginkan sirkulasi asam sulfat dari AT/DT
Pump Tank ke AT/DT. Plate heat exchanger (acid cooler) yang
digunakan adalah tipe plate dengan tekanan operasi 5 kg/cm2.
2.4.Kegunaan Produk
Di bidang industri, asam sulfat merupakan produk kimia yang
paling banyak dipakai, sehingga memperoleh julukan the lifeblood of
industry. Asam sulfat penting sekali terutama dalam produksi:
a. Pupuk
b. Kilang minyak
c. Serabut buatan
d. Bahan kimia industri
e. Plastik
f. Pharmasi
g. Baterai
h. Bahan ledak
i. Semi konduktor
j. Kertas dan pulp
k. Karet sintetis dan alami
l. Cat dan pigmen
(www.genchemcorp.com)
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh mengenai proses pembuatan asam sulfat ini
antara lain sebagai berikut.
1. Proses pembuatan asam sulfat ada 2, yaitu : Proses Kamar Timbal (Pb)
proses kontak
2. Setelah dibandingkan antara proses kontak dengan proses kamar timbal,
maka untuk perancangan pabrik asam sulfat lebih banyak dipilih Proses
Kontak karena:
a) Konversi yang tinggi dan kualitas produk lebih pekat.
b) Biaya produksi lebih murah.
c) Umur katalis dapat mencapai 10 tahun dalam pemakaian normal.
d) Proses produksi satu kali proses dalam meningkatkan konsentrasi
asam.
3. Proses industri asam sulfat proses kontak terdiri dari absorpsi tunggal dan
ganda
4. Kegunaan asam sulfat antara lain dalam produksi:
a) Pupuk
b) Kilang minyak
c) Serabut buatan
d) Bahan kimia industri
e) Plastik
f) Pharmasi
g) Baterai
h) Bahan ledak
i) Dan sebagainya
MAKALAH PROSES INDUSTRI KIMIA
PROSES INDUSTRI KIMIA PEMBUATAN
ASAM SULFAT

Disusun oleh:
Aisyah Dinda Safira (1741420039)
Abdul Hakim (1741420086)
Kelas 2B/D4 Teknologi Kimia Industri

JURUSAN TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI


POLITEKNIK NEGERI MALANG
2018

Anda mungkin juga menyukai