Perkembangan Administrasi Negara Di Indonesia
Perkembangan Administrasi Negara Di Indonesia
PENDAHULUAN
1 Wiyasti Dwiandini
Pada 1957 dibentuk Lembaga Administrasi Negara (LAN) sebagai lembaga
yang hingga kini punya peran yang menentukan terhadap penampilan birokrasi
Indonesia, pada 1962 dibentuk Panitian Retooling Aparatur Negara (PARAN) dan
pada 1964 Komando Tertinggi Retooling Aparatur Revolusi (KOTRAR). Retooling
atau "pembersihan" dalam dua kepanitian terakhir bernuansa politis:
menyingkirkan pegawai yang tak sehaluan dengan partai yang sedang memerintah
(the ruling party). Dengan kata lain birokrasi di Indonesia pada dua dasawarsa
pertama ini bersifat spoil system --situasi yang juga sangat dominan selama tahun
tahun pertama pemerintahan Amerika Serikat abad-18. Sementara itu pada 1958,
sebagai imbas dari politik luar negeri Indonesia yang berusaha untuk membangun
solidaritas regional Asia Tenggara, Indonesia mengikuti sebuah konferensi di
Manila yang kemudian membentuk organisasi Eastern Regional Organisation for
Public Administration (EROPA). Kecuali itu Indonesia juga menjalin hubungan
dengan International Institute for Administrative Science (IIAS) di Brussel. Ide
tentang penyempurnaan administrasi dan administrative reform itu berkembang
sebagai bagian dari konsep administrasi pembangunan. Yang ke-tiga sebagai.
2 Wiyasti Dwiandini
adalah memelihara stabilitas Negara, baik dalam pengertian keutuhan wilayah
maupun keutuhan politik. Secara ekonomi, peranan Administrasi Negara adalah
menjamin adanya kemampuan ekonomi nasional untuk menghadapi dan mengatasi
persaingan global.
Ada beberapa hal yang akan dibahas oleh penulis terkait perkembangan
Administrasi Negara Indonesia, yaitu:
1
Tjokrowinoto, 1993
3 Wiyasti Dwiandini
I.3. Tujuan Penulisan
4 Wiyasti Dwiandini
BAB II
LANDASAN TEORI
Ilmu Administrasi adalah cabang kesatuan atau disiplin ilmu sosial yang
secara khas mempelajari Administrasi sebagai salah satu fenomena masyarakat
modern2. Administrasi sendiri mempunyai arti sesuatu yang terdapat dalam suatu
organisasi modern, yang memberi hajat hidup orang banyak kepada organisasi
tersebut, sehingga organisasi itu dapat berkembang, tumbuh dan bergerak dalam
melaksanakan kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi.
Asal kata Administrasi dari kata latin : “ad” yang berarti intensiv dan
“ministrate” yang berarti melayani, membantu, memenuhi. Secara etimologis
administrasi berarti melayani yang intensiv3. Dari kata kerja tersebt lahir kata sifat
administrativus dan kata benda administrator yang merupakan human yang
mengelola administrasi.
5 Wiyasti Dwiandini
a. Dalam arti sempit : yang mencakum pekerjaan tata usaha warkat, tulis-
menulis, clrical work. Pengertian ini dari kata bahasa Belanda
“administratie”.
b. Dalam arti luas : Segala kegiatan sekelompok orang yang bekerja sama
secara rasional untuk mencapai tujuan bersama. Kegiatan administrasi
sebagai proses, fungsional dan intitusional (kepranataan).
a. Luther Gulik : Administration has to do with getting things done, with the
accomplishment of defined objectives. (Administrasi bertalian dengan
pelaksanaan penyelesaian pekerjaan untuk mencapai tujuan-tujuan yang
diinginkan).
f. Prof. S.P. Siagian : Administrasi adalah keseluruhan proses kerja sama dua
orang atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas yang telaj ditentukan.
6 Wiyasti Dwiandini
3) Adanya kerjasama;
4) Adanya pembagian tugas;
5) Dilakukan secara rationalitas;
6) Adanya pelayanan yang baik;
7) Adanya komunikasi yang baik;
8) Adanya pengurusan/ Pengelolaan yang baik.
7 Wiyasti Dwiandini
pimpinan. 5. Upaya yang dianjurkan oleh Henry Fayol untuk mengembangkan
teori administrasi. Hasil Penelitian Henry Fayol 1.
4
Prof. Dr. Mr. S. Prajudi Atmosudirdjo, Dasar-Dasar Administrasi Negara, Jakarta, Ghalia
Indonesia
8 Wiyasti Dwiandini
menjalankan Administrasi Negara. Jadi setiap pejabat pemerintah secara
otomatis berfungsi sekaligus sebagai Administrasi Negara.
9 Wiyasti Dwiandini
g. Arifin Abdulrachman : Administrasi Negara merupakan ilmu yang
mempelajari pelaksanaan dari politik negara.
Administrasi Negara sebenarnya sudah ada semenjak dahulu kala, asal mula
Administrasi Negara yakni di Eropa dan Amerika Serikat. Administrasi negara
akan timbul dalam suatu masyarakat yang terorganisir. Dalam catatan sejarah
peradaban manusia di Asia Selatan termasuk di Indonesia, Cina dan Mesir Kuno,
dahulu sudah didapatkan suatu sistem penataan pemerintahan. Sistem penataan
tersebut pada saat ini dikenal dengan sebutan Administrasi Negara.
Apa yang dicapai dan diberikan oleh administrasi negara sekarang, tidak
lepas dari upaya-upaya yang tidak kenal lelah yang telah dilakukan oleh para
peletak dasar dan pembentuk administrasi yang dahulu. Administrasi modern
penuh dengan usaha untuk lebih menekan jabatan publik agar mempersembahkan
segala kegiatannya untuk mewujudkan kemak-muran dan melayani kepentingan
umum. Karena itu, administrasi negara tidak dipandang sebagai administrasi “of
the public”, tetapi sebaliknya adalah administrasi “for the public”.
Ide ini sebenarnya bukanlah baru. Orientasi semacam ini telah dicanangkan
dengan jelas dalam ajaran Confusius dan dalam “Pidato Pemakaman” Pericles,
10 Wiyasti Dwiandini
bahkan dalam kehidupan bangsa Mesir kuno. Bukti – bukti sejarah dengan jelas
membuktikan upaya-upaya yang sistematis, yang dikobarkan oleh tokoh-tokoh
seperti Cicero dan Casiodorus. Selama abad ke-16 – 18 tonggak kemapanan admi-
nistrasi negara Jerman dan Austria telah dipancangkan oleh kaum Kameralis yang
memandang administrasi sebagai teknologi. Administrasi negara juga memperoleh
perhatian penting di Amerika, terutama setelah negara ini merdeka. Apa yang
dikemukakan oleh Cicero dalam De Officiis misalnya, dapat ditemukan dalam
kode etik publik dari kerajaan-kerajaan lama. Hal yang umum muncul di antara
mereka adalah adanya harapan agar administrasi negara melakukan kegiatan demi
kepentingan umum dan selalu mengembangkan kemakmuran rakyat. Dengan kata
lain, administrasi negara tidak seharusnya mengeruk kantong kantornya (korupsi)
demi kepentingan dirinya sendiri.
Administrasi Negara modern yang dikenal saat ini merupakan produk dari
suatu masyarakat feodal yang tumbuh subur di negara-negara Eropa. Negara-
negara di daratan Eropa yang semuanya dikuasai oleh kaum feodal, bangsawan dan
kaum ningrat kerajaan berusaha untuk mengkokohkan pemerintahannya. Dengan
semakin tumbuhnya perkembangan masyarakat, sentralisasi kekuasaan dan
pertanggungjawaban dalam pemerintahan monarki menimbulkan suatu kebutuhan
untuk mendapatkan korps administrator yang cakap, penuh dedikasi, stabil, dan
integritas. Korps administrator ini pada gilirannya nanti akan menjadi tenaga
spesialis pada masing-masing bidang dan jabatan yang beraneka pada tataran
pemerintahan nasional. Kebutuhan akan suatu sistem mulai dirasakan, yakni suatu
sistem untuk menata sentralisasi kekuasaan dan pertanggungjawaban
pemerintahan.
11 Wiyasti Dwiandini
seperti di Prusia dan Austria tersebut, kemudian diperkuat di prancis sekitar abad
ke-18 dengan usaha-usaha untuk mengembangkan teknologi dan enjinering .
“Negara adalah berkuasa, sentralisasi dan abasi (durable), Adapun birokrasi yang
berorientasi legalistik haruslah mengabdikan kepada fungsi yang menjamin adanya
stabilitas yang langgeng dan mampu menyatakan untuk melindungi keinginan-
keinginannya”
Pandangan yang legalistik dari sistem negara dan birokrasinya ini terdapat
pada hampir sebagian besar negara-negara Eropa Barat, dan dalam kadar
derajatnya yang lebih kecil terdapat pula pada negara-negara Eropa Timur
demikian pula pada negara-negara baru bekas jajahan dari negara-negara Eropa
tersebut.
12 Wiyasti Dwiandini
daratan Eropa tersebut. Kedua negara ini tidak maumengadopsi pandangan mistik
Eropa mengenai negara dan meninggalkan tradisi kodifikasi tata hukumnya.
Inggris telah lama mempercayakan tanggungjawab administrasi pemerintahannya
pada cara perwakilan dari para bangsawan dan orang-orang yang berpindidikan
tinggi. Sampai dengan akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19 sebagian besar kaum
bangsawan berasal dari tuan tanah di pedesaan (rural-estate). Baru pada waktu
diadakan perombakan pegawai-pegawai pemerintahan di abad ke-19, maka
kemudian hampir sebagian besar administrator berasal dari kaum pedagang
(mercantile) dan klas-klas usahawan di kota-kota. Selanjutnya pada akhir abad ke-
19, mereka telah mulai menerapkan proses seleksi yang berlandaskan pada ujian
yang bersifat kompetitif yang keras darilulusan-lulusan universitas, terutama dai
Oxford dan Cambridge.
Administrasi telah lebih banyak dipelajari sebagai suatu hal yang bisa
meberikan pelayanan terhadap pemberian saran dan kebijaksanaan kepada menteri,
dan sedikti dopelajari sebagai proses manajemen ke dalam (internal management)
dibandingkan dengan sebagian besar negara-negara lainnya. Pada umumnya
administrasi negara di Inggris lebih bersifat sentralisasi dengan sistem pengawasan
yang terpusatkan dalam Departemen Keuangan.
13 Wiyasti Dwiandini
bangsawan yang berada di Selatan dan dijalankan oleh para bangsawan pedagang
dan industriwan di daerah Utara. Administrasi tidak dipahami sebagai suat jenis
aktivitas atau jabatan yangberbeda dan dapat dipisahkan, dan istilah ini tidak
digunakan atau dicantumkan dalam konstitusi Amerika.
Di antara empat pendekatan yang diajukan, tidak ada satu pun pendekatan
yang lebih unggul daripada pendekatan-pendekatan yang lain, karena setiap
pendekatan berjaya pada sesuatu masa, di samping kesadaran bahwa setiap
pendekatan mempunyai kelebihan dan kekurangan. Karena administrasi
mengandung berbagai macam disiplin, sehingga cara pendekatan dan metodologi
dalam administrasi juga beraneka ragam, maka administrasi negara merupakan
bidang kajian yang dinamis. Selanjutnya sukar untuk secara khusus menerapkan
satu-satunya pendekatan terbaik terhadap aspek administrasi tertentu. Kiranya lebih
bermanfaat untuk mempergunakan keempat cara pendekatan tersebut sesuai dengan
aksentuasi dari sesuatu gejala yang diamati.
14 Wiyasti Dwiandini
(legislatif, eksekutif, dan yudikatif). Hubungan terus menerus administrasi dengan
politik mencerminkan keberlanjutan hubungan antara lembaga eksekutif dengan
lembaga legislatif, sebagaimana dicerminkan dalam dua tahap pemerintahan, yakni
tahap politik dan tahap administrasi. Jika tahap pertama merupakan tahap
perumusan kebijakan, maka tahap kedua merupakan tahap implementasi kebijakan
yang telah ditetapkan dalam tahap pertama.
Setiap fase dari paradigma tersebut mempunyai ciri-ciri tertentu sesua dengan
locus dan focusnya. Locus menunjukan di mana bidang ini secara institusional
berada. Locus menunjukan tempat dari bidang studi tersebut. Adapun focus
menunjuan sasaran spesialisasi daribidang studi. Paradigma dalam Administrasi
menurut Robert T. Golembiewski hanya dapat dimengerti dalam
hubungannyadengan istila-istilah locus dan focus tersebut6. Paradigma 1 lebih
mementingkan “locus”, paradigma 2 menonjolkan “focus”, paradigma 3 kembali
lebih mementingkan “locus”, sedang paradigma 4 mementingkan “focus”, dan
paradigma 5 berusaha untuk mengaitkan antara “focus” dan “locus” dari
administrasi negara.
5
Nicholas Henry, Public Administration and Public Affairs, Edisi kedua Englewood Cliffs:
Prentice-Hall, Inc., 1980, hal. 27.
6
Robert T. Golembiewski, Public Administration as a Developing Discipline, Part I; Prespective on
Past and Present, (New York; Marcel Dekker, 1997).
15 Wiyasti Dwiandini
Masalah Focus dan Locus dari Administrasi Negara
16 Wiyasti Dwiandini
II.3.3. Pandangan Neo-Ortodoksi Administrasi Negara
17 Wiyasti Dwiandini
berupa krisis ekonomi yang berkepanjangan, bukan saja di negara-negara dunia
ketiga tetapi juga dinegara-negara maju.
18 Wiyasti Dwiandini
pengguna jasa pemerintah dan beralih ke jasa-jasa publik yang ditawarkan oleh
swasta maupun lembaga-lembaga masyarakat ataupun komunitas sendiri.
19 Wiyasti Dwiandini
berlaku dalam pemerintahan. Diperlukan pemikiran kembali mengenai fungsi-
fungsi serta peranan pemerintah dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara (Rethinking Government), bahkan diperlukan invensi-invensi baru
dalam sistem dan praktek penyelenggaraan pelayanan publik oleh pemerintahan
(Reinventing Government) (Frederickson, 1984; Gaebler dan Osborne, 1992; Gray,
1994; Shafritz, 1997; World Bank, 1999/2000).
20 Wiyasti Dwiandini
II.4.1. Pemikiran Sistem
21 Wiyasti Dwiandini
3. Penyempurnaan dan perbaikan terhadap sistem administrasi negara
diarahkan untuk memperkuat kapasitas administrasi. Kegiatan ini merupakan
satu proses rasionalisasi terhadap sistem administrasi, agar dapat memenuhi
fungsinya sebagai instrumen pembangunan dan sebagai alat untuk mencapai
tujuan-tujuan yang telah ditentukan.
4. Selama Orde Baru telah dilakukan usaha-usaha yang konsisten untuk
memperbaiki sistem administrasi negara.
BAB III
ANALISIS PERKEMBANGAN ADMINISTRASI
NEGARA DI INDONESIA
22 Wiyasti Dwiandini
Weber yang berciri sentralistik, hirarkis dan berorientasi pada peraturan (rule-
driven) sebagai model ideal organisasi pemerintahan. Model ini dianggap mampu
menciptakan efisiensi dan efektifitas dalam rangka melayani kepentingan penguasa
untuk mempertahankan kekuasaannya berhadapan dengan kelompok kelompok
politik, etnis dan geografis yang secara potensial melakukan penolakan (resistance)
atau pemisahan (seccessionism) dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.
23 Wiyasti Dwiandini
masa pemerintahan Hindia Belanda, Orde Lama (Soekarno), Orde Baru (Soeharto)
dan pada masa Reformasi.
7
Sutherland, 1979:31
24 Wiyasti Dwiandini
dalam Perang Dunia ke II. Dengan kata lain Jepang tidak berminat untuk
menggunakan administrasi negara yang ada untuk pelayanan masyarakat Indonesia.
25 Wiyasti Dwiandini
dipengaruhi oleh semakin besarnya peranan pemerintah dalam kehidupan
masyarakat Indonesia seiring dengan timbulnya permintaan bagi perbaikan
disegala sektor kehidupan sesuai dengan harapan terhadap negara Indonesia yang
sudah merdeka.
8
Tjokroamidjojo, 1974:5-10
26 Wiyasti Dwiandini
Orde baru lahir dengan diawali berhasilnya penumpasan terhadap
G.30.S/PKI pada tanggal 1 Oktober 1965. Orde baru sendiri adalah suatu tatanan
perikehidupan yang mempunyai sikap mental positif untuk mengabdi kepada
kepentingan rakyat, dalam rangka mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia untuk
mencapai suatu masyarakat adil dan makmur baik material maupun spiritual
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 melalui pembangunan di segala bidang
kehidupan. Orde Baru bertekad untuk melaksanakan Pancasila dan UUD 1945
secara murni dan konsekuen. Orde Baru ingin mengadakan ‘koreksi total’ terhadap
sistem pemerintahan Orde Lama.
27 Wiyasti Dwiandini
penting dalam sistem administrasi waktu itu. Pertama adalah Keppres no 44 dan no
45 tahun 1975 yang masing masing mengatur tentang susunan tugas pokok dan
fungsi Departemen dan LPND. Melalui peraturan tersebut diatur standardisasi
organisasi Departemen dan menjadi dasar hukum bagi pembentukan instansi
vertikal di daerah. Produk kebijakan yang kedua adalah UU no 5 tahun 1974
tentang Pemerintahan di Daerah. Dalam peraturan tersebut, pemerintah daerah
disusun secara hirarkis terdiri dari pemerintah daerah tingkat I dan tingkat II.
Disamping itu setiap daerah memiliki status sebagai daerah otonom sekaligus
sebagai wilayah kerja pemerintah. Sebagai implikasinya Kepala daerah diberikan
jabatan rangkap yaitu sebagai Kepala Daerah otonom dan wakil pemerintah pusat.
kebijakan kebijakan tersebut dilakukan untuk menciptakan efisiensi dan penguatan
kontrol pusat kepada daerah.
3. Sistem Konstitusional
28 Wiyasti Dwiandini
dibatasi oleh ketentuan konstitusi, dengan sendirinya juga ketentuan dalam
hukum lain yang merupakan produk konstitusional, seperti Ketetapan-
Ketetapan MPR, Undang-undang, Peraturan Pemerintah, dan sebagainya.
Diadakan tata urutan terhadap peraturan perundang-undangan. Berdasarkan
pada TAP MPRS No. XX/MPRS/1966 urutannya adalah sebagai berikut :
a. UUD 1945
b. Ketetapan MPR
c. UU
d. Peraturan Pemerintah
e. Kepres
f. Peraturan pelaksana lainnya, misalnya Keputusan Menteri, Instruksi
Menteri, Instruksi Presiden dan Peraturan Daerah. (Erman
Muchjidin,1986:70-71).
29 Wiyasti Dwiandini
Dalam menjalankan kekuasaan pemerintahan negara, tanggung
jawab penuh ada di tangan Presiden. Hal itu karena Presiden bukan saja
dilantik oleh Majelis, tetapi juga dipercaya dan diberi tugas untuk
melaksanakan kebijaksanaan rakyat yang berupa Garis-garis Besar Haluan
Negara ataupun ketetapan MPR lainnya.
30 Wiyasti Dwiandini
terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya atau
perbuatan tarcela.
9. Sistem Kepartaian
31 Wiyasti Dwiandini
sarana bagi pemerintahan yang demokratis untuk menyelenggarakan kekuasaannya
berdasarkan kedaulatan rakyat. Berbeda dengan masa sebelumnya dimana
kedaulatan negara lebih menonjol, sejak reformasi 1999 kedaulatan rakyat menjadi
kata kunci dalam penyelenggaraan administrasi. Negara bukan lagi dianggap
sebagai satu satunya aktor yang secara ekslusif berperan dalam mencapai tujuan
nasional. Dalam era reformasi, sistem demokrasi menuntut adanya kekuasaan yang
terdesentralisir dimana masing masing komponen memiliki otonomi relatif
terhadap komponen yang lain dengan maksud agar tidak ada satu pun elemen
dalam penyelenggaraan pemerintahan yang dapat mendominasi kelompok yang
lain. Sebagai konsekuensinya negara merupakan hanya salah satu mekanisme yang
bersandingan dengan mekansime pasar (private sector) dan mekanisme sosial
(civil-society) untuk memecahkan masalah pelayanan publik. Administrasi
merupakan sarana koordinasi dari negara, masyarakat dan dunia usaha untuk
mencapai tujuan nasional.
Hal ini sebagaimana kita lihat dalam praktek administrasi pada era
reformasi. Krisis ekonomi yang menimpa Indonesia tahun 1997 menjadi pendorong
perubahan besar dalam sistem pemerintahan di Indonesia. Melalui Tap MPR no XV
Tentang Pokok Pokok reformasi pemerintah era reformasi dituntut untuk
melakukan penataan untuk mewujudkan pemerintahan yang demokratis dan bersih
dari KKN. Perubahan tersebut secara formal dituangkan dalam empat perubahan
(amandemen) UUD 1945. Hasil dari amandemen tersebut merubah secara
mendasar sistem pemerintahan di Indonesia. perubahan penting yang perlu dicatat
dalam hal ini adalah, Pertama, perubahan kedudukan MPR yang bukan lagi
menjadi Lembaga Tertinggi Negara. Sebelumnya MPR merupakan lembaga
tertinggi negara yang mewakil seluruh komponen bangsa baik dari kelompok
poliik, daerah dan fungsional. Berakhirnya kedudukan MPR sebagai lembaga
tertinggi negara diikuti dengan perubahan Presiden yang bukan lagi menjadi
mandataris MPR, tetapi merupakan Kepala Pemerintahan dan Kepala Negara yang
dipilih langsung oleh rakyat.
32 Wiyasti Dwiandini
terdesentralisir. Pada desain UUD 1945 naskah asli, disebutkan bahwa di tangan
Presiden terkonsentrasikan seluruh kekeuasaan dalam penyelenggaraan
pemerintaha “concentration of power upon presiden. Namun dengan amandemen
ke IV, pemerintahan menjadi terdesentralisir. Hal ini terlihat dari pembatasan
kekuasaan presiden..yang harus berbagai kekuasaan dengan DPR dan berbagai
lembaga negara lainnya. Pada tataran hubungan pusat daerah, amandemen
konstitusi mengatur pemberian otonomi yang luas kepada daerah. Amandemen IV
menciptakan konfigurasi sistem administrasi yang terdesentralisir sebagai sarana
untuk menjamin terselenggaranya demokrasi. Upaya penguatan sistem
keseimbangan kekuasaan juga dilkaukan dalam hubungan antara negara dan rakyat.
Hal ini terlihat dari sembilan pasal tambahan yang mengatur khusus tentang
perlindungan hak asasi manusia.
33 Wiyasti Dwiandini
tingkat partisipasi dan akuntabiltas pemerintah Voice & Accountability,
Political Stability and Lack of Violence,
Efektifitas pemerintahan (Government Effectiveness),
kualitas regulasi (Regulatory Quality),
Penegakan hukum (Rule of Law),
Pengendalian terhadap korupsi (Control of corruption)
Tahun 2008 IPK Indonesia berada diurutan ke-126 dengan skors. 2,6, atau
naik sekitar 0,3 dibandingkan IPK 2007 lalu. Tahun lalu bahkan merosot dari 2,4
ditahun 2006, menjadi 2,3 ditahun 2007. Tetapi Indonesia masih merupakan 71
negara yang indeksnya dibawah 3. Demikian halnya dengan hasil survey PERC
tahun 2008 menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara nomor tiga terkorup di
Asia.
34 Wiyasti Dwiandini
UGM (2003) melihat bahwa masalah utama dari buruknya pelayanan publik adalah
disebabkan masih rendahnya profesionalisme pegawai.
35 Wiyasti Dwiandini
2. Sistem Konstitusional
1) UUD 1945
2) TAP MPR
3) UU
4) PERPU
36 Wiyasti Dwiandini
5) PP
6) Keputusan Presiden
7) Peraturan Daerah
1) UUD 1945
2) UU/PERPU
3) Peraturan Pemerintah
4) Peraturan Presiden
5) Peraturan Daerah
3. Sistem Pemerintahan
Sesuai dengan Pasal 2 ayat (1) bahwa MPR terdiri dari anggota DPR
dan anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD). MPR berdasarkan Pasal 3,
mempunyai wewenang dan tugas sebagai berikut :
37 Wiyasti Dwiandini
Dapat memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden
dalam masa jabatannya menurut UUD.
Masih relevan dengan jiwa Pasal 3 ayat (2), Pasal 4 ayat (1) dan ayat
(2). Presiden adalah kepala negara dan sekaligus kepala pemerintahan. Pada
awal reformasi Presiden dan wakil presiden dipilih dan diangkat oleh MPR
(Pada Pemerintahan BJ. Habibie, Abdurrahman Wahid, dan Megawati
Soekarnoputri untuk masa jabatan lima tahun. Tetapi, sesuai dengan
amandemen ketiga UUD 1945 (2001) presiden dan wakil presiden akan dipilih
secara langsung oleh rakyat dalam satu paket.
38 Wiyasti Dwiandini
angket, dan menyatakan pendapat, juga hak mengajukan pertanyaan,
menyampaikan usul dan pendapat serta hak imunitas (Pasal 20 A ayat 2 dan
ayat 3).
9. Sistem Kepartaian
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
VI.1. Kesimpulan
39 Wiyasti Dwiandini
melalui para penguasa pribumi, dan pada ke-19 pemerintah kolonial mulai
membuat aparatur di bawah sistem dan pengawasan para pejabat pemerintah
kolonial yang terdiri dari orang Belanda, aparatur pribumi ini desebut sebagai
angreh praja
40 Wiyasti Dwiandini
pemerintahan yang demokratis untuk menyelenggarakan kekuasaannya
berdasarkan kedaulatan rakyat Sebagai konsekuensinya negara merupakan
hanya salah satu mekanisme yang bersandingan dengan mekansime pasar
(private sector) dan mekanisme sosial (civil-society) untuk memecahkan
masalah pelayanan publik. Krisis ekonomi yang menimpa Indonesia tahun
1997 menjadi pendorong perubahan besar dalam sistem pemerintahan di
Indonesia dengan menciptakan sistem check and balance. Pada masa
Reformasi, Negara Indonesia adalah negara Hukum. Sistem Konstitusional
pada era reformasi (sesudah amandemen UUD 1945) berdasarkan Check and
Balances. Sistem Pemerintahan tetap dalam frame sistem pemerintahan
presidensial, bahkan mempertegas sistem presidensial itu, yaitu Presiden tidak
bertanggung jawab kepada parlemen, akan tetap bertanggung kepada rakyat
dan senantiasa dalam pengawasan DPR. Kekuasaan negara tertinggi di tangan
Majelis Permusyawaratan Rakyat. Presiden ialah penyelenggara pemerintah
Negara yang tertinggi menurut UUD. Presiden tidak bertanggung jawab kepada
Dewan Perwakilan Rakyat. Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara.
Presiden sebagai kepala negara, kekuasaannya dibatasi oleh undang-undang.
Sistem kepartaian menggunakan sistem multipartai.
VI.2. Saran
41 Wiyasti Dwiandini
3. Melihat perkembangan yang terjadi dalam beberapa masa, pemerintahan saat
ini hendaknya belajar dari sistem-sistem administrasi negara terdahulu agar
dapat melihat dan dapat menerapkan sistem administrasi negara apa yang
terbaik yang di harus diterapkan di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Nicholas Henry, Public Administration and Public Affairs, Edisi kedua Englewood
Cliffs: Prentice-Hall, Inc., 1980, hal. 27.
Peraturan Perundang-Undangan :
42 Wiyasti Dwiandini
Sumber Lainnya :
Drs. Bulizuar Buyung, M.M, Bahan Kuliah : Ruang Lingkup Administrasi Negara
Dilihat Dari Locus Focusnya Unsur-Unsur Administrasi Negara.
Drs. Bulizuar Buyung, M.M, Bahan Kuliah : Konsep dan Teori Administrasi.
Website :
http://ollinecamouflage.blog.com/2010/05/24/perkembangan-administrasi-negara-
di-indonesia/
http://pustaka.ut.ac.id/website/index.php?
option=com_content&view=article&id=88:adpu-4130-pengantar-ilmu-
administrasnegara&Itemid=74&catid=29:fisip
http://bloggers.com/talk/perkembangan-administrasi-negara-di-indonesia
http://okiisnaenimaharani.blog.com/2010/06/03/perkembangan-ilmu-administrasi-
negara-di-indonesia/
http://bloggers.com/talk/perkembangan-administrasi-negara-di-indonesia
http://rudiatko.wordpress.com/2009/03/06/perubahan-sistem-administrasi/
http://leopoldachapter2.blogspot.com/2009/07/sejarah-pemikiran-administrasi-
negara.html
http://massofa.wordpress.com/2008/01/21/pengantar-ilmu-administrasi-negara-
bag-2/
http://ariefsmartguy.blogspot.com/2011/01/sistem-administrasi-negara-
indonesia.html
http://www.glatica.com/pandangan-neo-ortodoksi.html
http://www.setneg.go.id/index.php?
option=com_content&task=view&id=231&Itemid=76
43 Wiyasti Dwiandini
http://hitamandbiru.blogspot.com/2011/01/perbandingan-sistem-pemerintahan.html
44 Wiyasti Dwiandini