Oleh:
Taufik Ismail
108011000092
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat illahi Rabbi yang telah menuntun penulis
Islam dalam Keluarga Menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat” Alhamdulillah telah
berkat bimbingan, arahan, dukungan dan partisipasi dari berbagai pihak serta
ditunjang oleh rasa tanggung jawab, skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu, penulis
1. Rektor Universitas Negeri Jakarta bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA.
2. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
3. Prof. Dr. Abdul Majid Khon, MA. Selaku ketua Jurusan Pendidikan Agama Islan
4. Heny Narendrani Hidayati, M.Pd., selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu
memberikan arahan dalam menyusun skripsi dan motivasi untuk selalu semangat.
5. Prof. Dr. Zakiah Daradjat alm. Yang telah banyak berkontribusi untuk kemajuan
ilmu pendidikan.
6. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah, yang
ii
7. Ayahanda tercinta H. Tolib dan Ibunda tercinta Hj. Amah yang selalu
memberikan semangat dan mencurahkan kasih sayang serta dukungan dan do’a
8. Sahabat-sahabatku angkatan 2008 terutama untuk kelas Pai C yang tidak bisa
segala do’a dan dukungan kalian dengan sepenuh hati yang tiada henti-hentinya.
10. Rasa terima kasihku yang paling spesial kepada calon istriku Selvita Septiani
yang selalu menemani disaat terpuruk maupun mapan, yang telah memberikan
Semoga bantuan, dukungan dan bimbingan serta do’a yang telah diberikan
dapat dinilai sebagai amal ibadah dihadapan Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis khusunya, para pembaca sekalian serta bagi lembaga
Jakarta, Juli2015
Taufik Ismail
iii
ABSTRAK
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................ 5
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah .................................................. 5
D. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ........................................... 5
iv
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu penelitian.. ................................................................................. 24
B. Metode Penelitian.. ............................................................................... 24
C. Fokus Penelitian... ................................................................................ 25
D. Prosedur .. ............................................................................................. 26
1. Teknik Pengumpulan Data............................................................... 26
2. Teknik Pengolahan Data.. ................................................................ 26
3. Teknik Analisis Data... .................................................................... 26
4. Teknik Penulisan.............................................................................. 26
v
a. Menghayati Al-Akhlakul Mahmudah ....................................... 56
b. Penerapan Al-Akhlakul Mahmudah ......................................... 57
7. Perkembangan Anak (0-6 tahun) .................................................... 57
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
Zakiah Darajat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : 2014, Bumi Aksara), h. 29-30
1
2
6
Abuddin Nata, dan Fauzan, Pendidikan Dalam Persperktif Hadits, (Jakarta: UIN Jakarta
Press, 2005), Cet. 1, h. 236
4
7
Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta: CV. Ruhama,
1995), Cet. II, h. 41
8
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2009), Cet. XVII, h. 69
9
Zakiah Daradjat, Kepribadian Guru, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2005), h. 3
5
B. Identifikasi Masalah
Seperti yang telah dipaparkan dalam latar belakang masalah di atas,
maka penulis mengidentifikasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Banyak orang tua yang tidak mengetahui peranan penting mereka sebagai
sekolah pertamaatau lembaga pendidikan pertama pada anak.
2. Sebagian besar orang tua lebih mementingkan pekerjaan dan meyerahkan
pengasuhan kepada jasa asisten rumah tangga atau pengasuh anak.
KAJIAN TEORETIK
1
Armai Arif, Reformulasi Pendidikan Islam. (Jakarta: CRSD Press, 2005), cet 1, h.17
2
Abdullah Syukri Zarkasyi, Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren, (Jakarta:
Rajagrafindo Persada, 2005), ed 1, h. 19
3
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), cet. 1, h.25
6
7
4
Samsul Nizar, Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan islam,(Jakarta: Media Gaya
Pratama,2001), cet. 1, h 85
5
Ibid, h. 86
6
Ibid, h. 87
8
7
Ibid, h. 88
8
Ibid, h. 90
9
Ibid, h. 91
10
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Sisdiknas), (Jakarta : Sinar Grafika,2004), h. 23
9
11
Samsul Nizar, op cit, cet I, h. 92
12
Heri Nur Ali, Ilmu Pendidikan Islam, (ciputat: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999 ), cet. Ke-2,
h. 2-3
13
Armai Arief, Pembaharuan Pendidikan Islam di Minangkabau, (Jakarta:Penerbit Suara
Adi ), cet. I, h. 32-33.
10
14
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah
dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h. 7-8
15
Muzain Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta:PT. Bumi Aksara,2009), cet, 4, h. 15
11
16
Armai Arief, Pembaharuan Pendidikan Islam di Minangkabau, (Jakarta: Penerbit Suara
Adi,) cet. I, h. 34.
12
pencipta yaitu Allah SWT, karena dalam melakukan suatu perubahan kearah
yang lebih baik, manusia sendiri yang melakukannya.
Pendidikan merupakan suatu usaha sekaligus proses pencapaian
perubahan dan perbaikan demi mencapai kebahagiaan hidup yang
dilakukannya secara sadar dan teratur dari sejak dilahirkan hingga akhir
hayat. Oleh karena tugas yang cukup berat dan mulia itu maka diperlukan
suatu landasan, dasar atau fondasi tempat berpijak, sehingga apa yang
menjadi tujuan dari pendidikan tidak menyimpang dan keluar jalur.
Dasar ataupun landasan itu sendiri yaitu:
a. Al-Qur’an
17
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,1996), cet. II, h. 19
18
Ibid, h. 20
13
b. Al-Hadits
Hadits Nabi Muhammad SAW merupakan pedoman dalam kehidupan,
apa yang telah diwahyukan oleh Allah melalui firmannya maka akan
dijelaskan kembali dalam hadits Nabi, maka dari itu hadits Nabi Muhammad
SAW menjadi landasan dalam pendidikan Islam yang ideal. Hadits Nabi yang
dijadikan landasan pendidikan ialah berupa perkataan, perbuatan, atau
pengakuan Nabi dalam bentuk isyarat. Hal yang dimaksud dengan pengakuan
isyarat ialah suatu perbuatan yang dilakukan oleh sahabat atau orang lain, dan
Nabi membiarkannya begitu saja dan perbuatan atau kejadian tersebut terus
berlanngsung. Didalam hadits Nabi berisi tentang aqidah, syari’ah, dan
akhlak yang juga berkaitan dengan pendidikan. Yang lebih penting lagi ialah
dalam hadits Nabi tercermin tingkah laku dan suri tauladan Nabi muhammad
yang harus diikuti oleh ssetiap muslim sebagai satu model kepribadian
Islam.19
c. Ijtihad.
Didalam kehidupan yang membutuhkan pedoman terdapat beberapa
hal yang belum dijelaskan secara terperinci didalam al-Qur’an dan al-Hadits
dalam menentukan suatu hukum, syariat Islam dalam beberapa hal tertentu,
dapat diambil keputusan melalui ijtihad para alim ulama dengan
menggunakan seluruh ilmu yang mereka miliki. Begitu pula dalam masalah
pendidikan Islam diperlukan pula ijtihad karena seiring berjalannya waktu
problematika pendidikan Islam terus berkembang mengikuti kemajuan zaman
dan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi dari waktu ke
waktu.
19
Djumransjah, Pendidikan Islam Menggali Tradisi Mengukuhkan Eksistensi, (Malang:
UIN Malang Pres,2007), cet. I, h. 53
14
20
Fatah Yasin, Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam, (Malang: UIN Malang Press, 2008), h.
47-49
21
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 2001), cet.
4, h. 47
15
Allah menciptakan alam semesta ini dengan tujuan yang jelas. Dia
menciptakan manusia dengan tujuan menjadi khalifah di muka bumi melalui
ketaatan kepada-Nya. Untuk mewujudkan tujuan itu, Allah memberikan
hidayah serta berbagai fasilitas alam semesta kepada manusia. Artinya,
manusia dapat memanfaatkan alam semesta ini sebagai sarana merenungi
kebesaran penciptanya. Hasil perenungan ini memotivasi manusia untuk lebih
menaati dan mencintai Allah. Di sisi lain, Allah memberikan kebebasan
kepada manusia untuk memilih pekerjaan mana yang akan dipilih manusia,
kebaikan atau keburukan. Namun, melalui para rasul, Allah memberikan
petunjuk kepada manusia agar memahami tujuan hidup yang semata-mata
untuk beribadah kepada Allah.23
22
Samsul Nizar, pengantar dasar-dasar pemikiran pendidikan islam, (Jakarta: Gaya
Media Pratama,2001), cet . I, h. 105
23
Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah Sekolah dan Masyarakat,
(Jakarta: GEMA INSANI PRESS, 1996), h. 116-117
16
24
Ibid, h. 104
25
Ibid, h. 105
26
Ibid, h. 106
17
a. Perencanaan
Perencanan adalah suatu kegiatan yang dilakukan sebelum melakukan
suatu aktivitas.
b. Bahan Pembelajaran
Bahan, disebut juga dengan materi yaitu sesuatu yang diberikan kepada
siswa pada saat berlangsungnya aktivitas proses belajar mengajar.
c. Strategi Pembelajaran
Strategi yang berarti “rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk
mencapai sasaran khusus” adalah tindakan guru melaksanakan rencana
pembelajaran. Artinya, usaha guru dalam menggunakan beberapa
variabel dalam pembelajaran.
d. Media Pembelajaran
Media disebut juga dengan alat, yaitu sarana yang dapat membantu KBM
atau menentukan alat penilaiann untuk menilai sasaran (anak didik)
tersebut.
e. Evaluasi
Evaluasi atau penilaian pada dasarnya adalah memberikan pertimbangan
atau nilai berdasarkan beberapa kriteria tertentu. Hasil yang diperoleh
dalam penilaian dinyatakan dalam bentuk hasil belajar. Oleh karena itu
tindakan atau kegiatan tersebut dinamakan dengan penilaian hasil
belajar.27
27
Armai Arief, Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat
Press, 2002), cet. I, h. 89-92
18
B. Keluarga
1. Pengertian Keluarga
28
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
Kedua, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), h. 471
29
Mufidah Ch, Psikologi Keluarga dalam Berwawasan Gender, (Malang :UIN Malang
Press, 2008), cet. I, h. 38
30
Fuaduddin, Pengasuhan Anak dalam Keluarga Islam, (Jakarta: Lembaga Kajian Agama
dan Jender, 1999), h. 5-6
19
31
Op cit, h 299-300
20
untuk membaca buku pada diri anak, yaitu dengan cara menyediakan
perpustakaan kecil dikamar anak.
c. Pendidikan emosional, hal terpenting dalam pengembangan emosi anak
adalah mengarahkan emosinya. Pencapaian kearah ini, perlu diwujudkan
lingkungan dan suasana harmonis antara orang tua dan anaknya. Serta
perlu ditumbuh kembangkan jalinan cinta kasih dan sikap positif orang
tua terhadap anaknya.
d. Pendidikan sosial, dalam hubunngan keluarga akan terjadi interaksi
antara orang tua dengan anak-anak yang lain. Dengan interaksi tersebut
terjadilah sosialisasi antara mereka untuk menentukan norma-norma
tertentu, agar anak memahami kewajibannya sebagai anggota keluarga.
Untuk mengoptimalkan pendidikan sosial pada anak orang tua dapat
memberikan bebrapa kegiatan misalnya, anak diberikan kesempatan
bergaul secara terbuka dengan masyarakat.
e. Pendidikan moral dan agama, dalam keluarga orang tua sebaiknya
menanamkan sejak dini, pendidikan agama, dasar-dasar etika dan moral
melalui keteladanan atau ukhwatun hasanah karena dengan contoh yang
positif dari orang tua akan membentuk kepribadian anak karena pada
masa perkembangannya seorang anak banyak mengadopsi pola peerilaku
apa saja yang ditampilkan dalam keluarganya.34
4. Fungsi Keluarga
Keluarga adalah unit satuan masyarakat yang terkecil sekaligus
merupakan suatu kelompok kecil dalam masyarakat. Kelompok ini dalam
hubungannya dengan perkembangan individu, sering dikenal dengan sebutan
primary group. Kelompok inilah yang melahirkan individu dengan berbagai
macam bentuk kepribadiannya dalam masyarakat. Tidaklah dapat dipungkiri,
bahwa sebenarnya keluarga mempunyai fungsi tidak hanya sebatas selaku
penerus keturunan saja.35
34
A. Fatah Yasin, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam, (Malang : Uin Malang Press, 2008),
cet. I, h. 210-213
35
Ibid, h 216
22
36
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada,2006), h. 34
23
Islam tidak hanya bersifat teoretis tetapi juga bersifat praktis atau pendidikan
Islam adalah sekaligus pendidikan iman atau pendidikan amal.
Catur welly juga menyimpulkan bahwa fungsi keluarga bagi
pendidikan agama pada anak adalah sebagai wadah pertama pendidikan anak,
sebagai peletak dasar kepribadian anak, sebagai tempat penyemaian
pendidikan agama anak, keluarga tempat dalam membentuk sifat-sifat terpuji
pada anak.37
Darmawan dalam skripsinya yang berjudul “Peran Pendidikan Islam
dalam Keluarga Untuk Menumbuhkan Kepribadian Anak Usia 6-12
Tahun” menyebutkan bahwasannya keluarga memiliki kedudukkan sebagai
penentu atau peletak dasar kepribadian anak. Anak dilahirkan dalam keadaan
suci. Dari lingkungan keluargalah yang menentukan bertumbuh ke,bangnya
kepribadian anak. Pendidikan yang dilakukan oleh orang tua dengan melalui
proses pembinaan, pengajaran dan penanaman nilai-nilai agama.
Adapun peranan keluarga sebagai pembina dan pembimbing yang
dominan untuk menentukan terutama sekali pada anak usia dini. Dengan
memberi pendidikan agama dalam lingkungan keluarga anak memperoleh
bekal yang cukup untuk menjalani kehidupan dimasa depan nanti.38
Adapun peranan agama dalam perkembangan anak adalah sebagai
penuntun anak agar terarah dalam menjalani kehiduppan dimasa sekarang dan
untuk masa depan ketika mereka dewasa kelak.Darmawan menyimpulkan
bahwa pendidikan agama di usia sedini mungkin akan lebih mempengaruhi
perkembangan kepribadian dan akhlak dalam diri anak tersebut.
37
Catur Welli Satioso, Konsep Pendidikan Agama pada Anak (usia 6-12 tahun) Menurut
Prof. Dr. Zakiah Daradjat, (Ciputat:Repository UINJKT, 2013)
38
Darmawan, Peran Pendidikan Islam dalam Keluarga Untuk Menumbuhkan
Kepribadian Anak Usia 6-12 Tahun, (ciputat: Repository UINJKT, 2011)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu Penelitian
Penelitian yang berjudul “Konsep Pendidikan Islam Menurut Prof.
Dr. Zakiah Dradjat” ini dilaksanakan pada bulan juli 2015 dengan
pengumpulan data mengenai sumber-sumber tertulis yang diperoleh dari teks
book yang ada diperpustakaan, serta sumber lain yang mendukung penelitian,
terutama yang berkaitan dengan konsep pendidikan islam dalam keluarga
menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat. Data yang diperoleh disusun dalam
bentuk hasil penelitian (laporan) dari beberapa sumber yang telah
dikumpulkan.
B. Metode Penelitian
Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini, penulis menggunakan
metode penelitian kualitatif, dengan pendekatan content analisis dalam
pengumpulan data penelitian penulis mengumpulkan bahan kepustakaan,
dengan cara membaca, menelaah buku-buku, majalah dan sumber-sumber
lainnya terutama yang berkaitan dengan konsep pendidikan Islam dalam
keluarga dari beberapa sumber, diantaranya adalah:
1. Buku-buku karya Prof. Dr. Zakiah Daradjat sebagai acuan utama, buku
Pendidikan Islam Dalam Keluarga Dan Sekolah , yang diterbitkan oleh
CV Ruhama Jakarta tahun 1995. Didalamnya dijelaskan tentang peranan
pendidikan didalam keluarga yang dimulai dari peranan ibu ketika
menyusui dan mengasuh anak, peran ibu dalam pembentukan kepribadian
anak, mulai dari pembinaan iman dan tauhid, pembinaan akhlak, ibadah
dan agama, kepribadian dan sosial anak. Pembentukan sifat-sifat terpuji
dan pendidikan anak secara umum.
2. Ilmu Pendidikan Islam, yang diterbitkan oleh Bumi Aksara tahun 1996.
3. Dalil-dalil al-Qur’an dan terjemahnya.
24
25
C. Fokus Penelitian
Subjek penelitian ini adalah pandangan Prof. Dr. Zakiah Daradjat
tentang konsep pendidikan agama Islam dalam keluarga. Objek penelitian ini
adalah peranan keluarga dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan Islam
kepada anak yang akan berpengaruh terhadap kehidupannya baik di rumah, di
sekolah dan di masyarakat.
Cara penyajian penelitian ini bersifat deskriptif analitik. Yaitu dengan
cara menjelaskan tentang pengertian, maksud dan tujuan pendidikan Islam
dalam keluarga menurut pemikiran Prof. Dr. Zakiah Daradjat, diperkuat
dengan berbagai sumber dan dalil-dalil yang berkaitan, baik dari al-Qur’an,
dan juga dari beberapa disiplin ilmu pengetahuan lainnya.
26
D. Prosedur Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode deskriptif
analisis, metode yang dilakukan adalah:
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan mempelajari literatur yang
berhubungan dengan masalah yang diteliti dengan mengumpulkan data
melalui bahan bacaan dengan bersumber pada buku-buku primer dan buku-
buku sekunder yang berkaitan dengan masalah yang dibahas, yaitu tentang
konsep pendidikan Islam dalam keluarga menurut Prof. Dr. Zakiah daradjat.
2. Pengolahan Data
Setelah data terkumpul lengkap, penulis membaca, mempelajari,
meneliti, menyeleksi, dan mengklasifikasi data yang relevan dan juga yang
mendukung pokok bahasan yaitu tentang konsep pendidikan Islam dalam
keluarga menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat. Selanjutnya penulis analisis, dan
disimpulkan dalam satu pembahasan yang utuh.
3. Analisis Data
Dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode deskriptif
analisis, yaitu memaparkan masalah-masalah sebagaimana adanya. Jadi,
penulis memaparkan mengenai masalah masalah tentang konsep pendidikan
Islam dalam keluarga menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat.
4. Penulisan
Teknik atau metode penulisan ini berpedoman pada Pedoman
Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
1. Riwayat Hidup Prof. Dr. Zakiah Daradjat
H. Daradjat yang bergelar Raja Ameh (Raja Emas) dan Rafi’ah binti
Abdul Karim, sejak kecil tidak hanya dikenal rajin beribadah, tetapi juga
tekun belajar. Keduanya dikenal aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial.
Ayahnya dikenal aktif di Muhammadiyah sedangkan ibunya aktif di Partai
Sarekat Islam Indonesia (PSII). Seperti diketahui kedua organisasi tersebut
menduduki posisi penting dalam dinamika Islam di negeri ini.2
1
Abuddin Nata, Tokoh-Tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2005), h. 233
2
Ibid.
27
28
3
Ibid, h 234
29
duduk di bangku SMA, hal yang sama tidak lagi bisa dilakukan oleh Zakiah.
Ini karena, lokasi SMA yang relatif jauh dari kampungnya, yaitu Bukittinggi.
Kiranya, dasar-dasar yang diperoleh di Kulliyatul Mubalighat ini terus
mendorongnya untuk berperan sebagai mubaligh hingga sekarang.
4
Ibid, h 235
30
5
Ibid, h 236
31
6
Tim Penerbitan Buku 70 Tahun Zakiah Daradjat, Perkembangan Psikologi Agama dan
Pendidikan Islam di Indonesia 70 tahun Prof.Dr. Zakiah Daradjat, (Ciputat: PT Logos Wacana
Ilmu dengan Pusat penelitian IAIN Syarif Hidayatullah, 1999) Cet. I, h. 4-9
32
Dalam situasi itulah Zakiah tiba di tanah air. Setelah meraih gelar
Doktor Psikologi, Zakiah langsung pulang ke Indonesia. Sebagai mahasiswa
ikatan dinas, pertama-tama yang dilakukannya adalah melapor kepada
Menteri Agama Saifuddin Zuhri. Menag memberi keleluasaan kepada
Zakiah untuk memilih tempat tugas. Meskipun demikian, sepenuhnya
Zakiah menyerahkan penugasannya kepada Menag. Bagi Zakiah memang
banyak tawaran mengajar. IAIN Yogya (pada 1960-an PTAIN sudah diubah
menjadi IAIN) sebagai almamaternya, meminta agar Zakiah kembali ke
sana; sementara IAIN Padang dan IAIN Palembang yang masih tergolong
baru, juga meminta kesediaan Zakiah untuk “mengabdikan” ilmunya.
Zakiah memaparkan undangan mengajar itu kepada Menag. Sebagai jalan
tengah, oleh Menag, Zakiah ditugaskan di Departemen Agama Pusat, di
Jakarta, dengan pertimbangan agar Zakiah bisa mengajar di berbagai IAIN
sekaligus. Sejak itu, Zakiah menjadi dosen keliling, dan ia tetap berkantor di
Jakarta.
7
Abuddin Nata, op cit, h 237
33
8
Jajat Burhanudin, ed, Ulama Perempuan Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama, 2002), h. 143-149
34
B. Pembahasan
1. Gagasan Pemikiran Pendidikan Islam Zakiah Daradjat
Pertama, Hakikat pendidikan Islam, menurut Zakiah Daradjat,
hakikat pendidikan mencakup kehidupan manusia seutuhnya. Pendidikan
Islam yang sesungguhnya tidak hanya memperhatikan satu segi saja, seperti
segi aqidah, ibadah atau akhlak saja, melainkan mencakup seluruhnya.
Dengan kata lain pendidikan Islam memiliki perhatian yang lebih luas dari
ketiga hal tersebut.
35
9
Al-Faruqi, Islamisasi Pengetahuan, (Bandung: Pustaka,1984), h. 47-50
10
Ibid, h 50
36
11
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), h 35
12
Ibid, h 35-38
13
Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, (Jakarta: Gunung Agung,1995), cet. Ke-21,h. 66
37
14
Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta: CV. Ruhama),
cet ke. 2, h. 47
38
15
Ibid, h 41
16
Ibid, h 42
17
Ibid, h 43
18
Ibid, h 44
39
19
Ibid, h 53
40
20
Zakiah Daradjat, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, (Jakarta: Gunung Agung),
h. 37
21
Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan,
(Jakarta: PT. Al-Husna Zikra. 1995), h. 368
41
22
Zakiah Daradjat, op cit, h 55
23
Ibid, h 57
24
Ibid, h 58
42
mereka dan perlakuan orang tua terhadap orang lain didalam lingkungan
keluarga dan lingkungan masyarakat, akan menjadi teladan bagi anak-anak.25
Pembinaan akhlak yang terjadi dalam keluarga dengan membiasakan
anak kepada sifat-sifat yang baik seperti sifat benar, jujur, ikhlas dan adil.
Akan tetapi sifat-sifat tersebut belum dapat dipahami oleh anak, kecuali
dalam bentuk pengalaman langsung yang dirasakan oleh anak dalam
kehidupannya.
Djaka, Cs. mengatakan, bahwa dalam pendidikan budi pekerti yang
penting ialah kebiasaan dan perbuatan (praktik).11. Selanjutnya, Zakiah
Daradjat mengemukakan, bahwa pendidikan akhlak yang paling baik terdapat
dalam agama, karena nilai akhlak yang dapat dipatuhi dengan suka rela, tanpa
paksaan dari luar hanya dari kesadaran sendiri, datangnya dari keyakinan
beragama.26
Dengan demikian pendidikan akhlak tidak terlepas dari pendidikan
agama, maka penanaman pendidikan agama sebagai sumber pendidikan
akhlak harus dilaksanakan sejak anak masih kecil dengan pembiasaan-
pembiasaan, antara lain seperti berkata jujur, suka menolong, sabar dan
memaafkan kesalahan orang lain, dan menanam rasa kasih sayang kepada
sesama manusia.
Adapun akhlak, sopan santun dan cara menghadapi orang tuanya,
tergantung kepada sikap orang tua terhadap anak. Apabila si anak merasa
terpenuhi semua kebutuhan pokoknya (jasmani, kejiwaan dan sosial), maka si
anak akan sayang, menghargai dan menghormati orang tuanya. Akan tetapi
apabila si anak merasa terhalang pemenuhan kebutuhannya oleh orang
tuanya, misalnya ia tidak merasa disayangi atau dibenci, suasana dalam
keluarga yang tidak tenteram, sering kali menyebabkannya takut dan tertekan
oleh orang tuanya, maka perilaku anak tersebut boleh jadi dikatakan
bertentangan dengan yang diharapkan oleh orang tuanya, karena ia tidak mau
menerima keadaan yang tidak menyenagkan itu.
25
Iibid, h 61
26
Zakiah Daradjat, Membina Nilai-Nilai Moral di Indonesia, (Jakarta: Bulan
Bintang,1977), h.20
43
27
Zakiah Daradjat, op cit, h 62
44
Dalam Islam penyemaian rasa agama dimulai sejak ibu dan bapak
yang membuahkan janin dalam kandungan, yang dimulai dengan do’a dan
harapan kepada Allah, agar janinnya kelak lahir dan besar menjadi anak yang
saleh. Masa kanak-kanak adalah masa yang paling baik untuk menerapkan
dasar-dasar hidup beragama. Untuk membangun kesadaran beragama, maka
anak-anak sejak kecil harus sudah dibiasakan untuk melaksanakan
28
Ibid, h. 30
29
Zakiah Daradjat, loc cit, h 62
45
30
Zakiah Daradjat, op. Cit h. 58
46
31
Ibid, h. 35
32
Hasbi ash-Siddiqy, Teuku Muhammad Zulfikar,(darussalam), h.33
33
Zakiah Daradjat, op cit, h 64
47
34
Zakiah Daradjat, op cit, h. 56
35
Ibid, h. 36
48
36
Sooenarjo dkk, al-Qur’an dan terjemahnya, (Semarang: Toha Putra,1989), h. 413
49
37
Zakiah Daradjat, Op cit, h. 17
38
Raymon F. Paloutizian, Invitation to The Psychology of Religion, (Boston: Allyin and
Bacon, 1996), h. 20
39
Ibid, h. 20
50
40
Zakiah Daradjat, Loc cit
51
41
Zakiah Daradjat, op cit, h. 58-59
42
Ibid, h 35
52
43
Zakiah Daradjat, op cit, h. 70
44
Zakiah Daradjat, op cit, h. 35
53
Anak menerima saja apa yang dikatakan oleh orang tua kepadanya.
Dia belum mempunyai kemampuan untuk memikirkan kata itu. Bagi si anak
orang tuanya adalah benar, berkuasa, pandai dan menentukan. Oleh karena itu
maka pertumbuhan agama pada anak tidak sama antara satu dengan yang lain,
karena tergantung kepada orang tuanya sendiri.
Hubungan anak dengan orang tuanya, mempunyai pengaruh dalam
perkembangan agama si anak. Si anak yang merasakan adanya hubungan
hangat dengan orang tuanya, merasa bahwa ia disayangi dan dilindungi serta
mendapat perlakuan yang baik, biasanya akan mudah menerima dan
mengikuti kebiasaan orang tuanya dan selanjutnya akan cenderung kepada
agama. Akan tetapi hubungan yang kurang serasi, penuh ketakutan dan
kecemasan, akan menyebabkan sukarnya perkembangan agama pada anak.45
Dengan penonjolan sifat-sifat Tuhan yang memberi keamanan jiwa
anak, misalnya pengasih, penyayang, menolong, melindungi, dan sebagainya
akan membantu perkembangannya sikap positif anak kepada Tuhan, jangan
sampai menonjolkan segi-segi yang menakutkan, misalnya azab kubur, siksa
neraka dan sebagainya, yang pada umur ini anak harus didekatkan kepada
Tuhan, jangan sampai tertanam dalam jiwanya rasa takut yang mengerikan
terhadap Tuhan dan siksa-Nya. Karena rasa takut yang demikian itu, akan
menyebabkannya nanti pada umur remaja, berbalik menjadi tidak takut dan
ingin melepaskan diri dari yang menakutkan itu dengan jalan menghindari
agama. Di samping itu, perlu pula diingat bahwa naak-anak sampai umur 12
tahun, belum mampu berfikir abstrak (ma’nawi), oleh karena itu agama harus
diberikan dalam jangkauannya, yaitu dalam kehidupan nyata. Di sinilah letak
pentingnya pembiasaan-pembiasaan dalam pendidikan pada umumnya dan
pendidikan agama khususnya.46
Agama yang ditanamkan sejak kecil kepada anak-anak sehingga
merupakan bagian dari unsur-unsur kepribadiannya, akan cepat bertindak
menjadi pengendali dalam menghadapi segala keinginan-keinginan dan
45
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1970), h. 59
46
Ibid.
54
47
Zakiah Daradjat, op cit, h. 56
48
Ibid, h. 59
49
Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1995), h 62
55
50
Ibid.
51
Ibid, h. 36
56
Dari uraian di atas jelas, bahwa agama memiliki peranan yang penting
dalam memberikan bimbingan dalam hidup manusia. Agama mengakui
adanya dorongan-dorongan dan keinginan-keinginan yang perlu dipenuhi
oleh tiap-tiap individu. Orang ingin punya harta, punya pangkat untuk
menjamin rasa aman dan rasa harga dirinya, bahkan yang terpenting
menjamin kebutuhan jasmaninya akan makan dan minum. Namun dalam
memenuhi semua kebutuhan itu ada ketentuan-ketentuan agama yang akan
memelihara orang agar jangan sampai jatuh kepada kesusahan dan
kegelisahan yang mengganggu ketentraman batin.
Dalam kehidupan duniawi, orang merasa lega apabila dia merasa
dibimbing dan diberi hidayah adalah oleh Allah. Sebaliknya, kehidupan yang
jauh dari petunjuk dan bimbingan Allah, menjadi manusia gelisah, terbentur
dan tersendat-sendat dalam menjalani kehidupannya.52 Orang tersebut
biasanya bimbang dan ragu, yang dalam istilah kejiwaan disebut mudah
terjatuh pada konflik batin.
a. Menghayati Al-Akhlakul Mahmudah
Akhlakul Mahmudah adalah nama lain dari akhlak terpuji, semua
perilaku baik dan di ridhai oleh Allah. Maka selayaknyalah sebagai manusia
kita menghayati dengan sebenarnya arti dari Akhlakul Mahmudah tersebut.
Memahami sesuatu belum tentu disebut dengan menghayatinya. Pemahaman
terhadap Akhlakul Mahmudah berarti segala sesuatu tentang Akhlakul
Mahmudah sudah jelas baiknya dimiliki oleh setiap orang. Namun
pemahaman tersebut barulah terjadi dalam pikiran dan belum tentu meresap
ke dalam hati dan perasaan.
Menghayati sesuatu berarti menjadikannya bagian dari
kepribadiannya, menyatu dan tidak terpisahkan lagi. Jadi menghayati
Akhlakul Mahmudah, berarti semua bentuk darinya telah diketahui dan
menjadi bagian dari kepribadiannya dan tidak terpisahkan lagi. Yang mana
52
Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, op cit, h 69
57
selanjutnya akan menjadi pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap akan
dipengaruhi oleh sesuatu yang telah dihayati tersebut.53
b. Penerapan Al-Akhlakul Mahmudah
Menerapkan Akhlakul Mahmudah dalam kehidupan sehari-hari,
terutama bagi para pendidik amat penting, sebab penampilan, perkataan,
akhlak dan apa saja yang terdapat dalam dirinya dilihat, didengar dan
diketahui oleh para anak didik, akan mereka tirukan dan akan mempengaruhi
pembentukan dan pembinaan akhlak mereka. Oleh karena iu seyogyanya
setiap pendidik menyadari bahwa peranan dan pengaruhnya terhadap anak
didiknya amat penting.
Pertumbuhan anak pada masa ini masih terkait kepada alat indranya.
Maka dapat dikatakan bahwa anak pada usia ini berpikir secara inderawi.
Artinya anak belum mampu memahami hal-hal yang bersifat abstrak. Oleh
karena itu pendidikan, pembinaan iman dan takwa pada anak, belum dapat
menggunakan kata-kata(verbal), akan tetapi diperlukan contoh, teladan dan
pembiasaan yang terlaksana didalam keluarga sesuai dengan pertumbuhan
dan perkembangan anak, yang terjadi secara alamiah.56
Pada masa ini anak sangat sensitif, ia dapat merasakan apa yang
terkandung dalam hati ibu dan bapaknya, seringkali ia ingin memonopoli
ibunya, dan sangat membutuhkan kasih sayang ibu yang sungguh-sungguh.
Seringkali menirukan apa yang terlihat menggembirakan, karena masa
kanak-kanak adalah masa yang sangat sensitif dan masa menirukan maka
pendidikan yang ia terima haruslah berupa menanamkan kebiasaan-kebiasaan
yang baik, kebiasaan-kebiasaan tersebut bersifat paksaan yang mengikat,
tetapi harus dikemas dengan cara-cara yang menimbulkan rasa keiinginan
pada sang anak.57
56
Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, op cit, h. 57
57
Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, (Jakarta:Toko Gunung Agung), cet. Ke-21, h. 100
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setiap pengalaman yang didapat oleh anak baik melalui penglihatan,
pendengaran, maupun perlakuan yang diterimanya akan ikut menetukan
perkembangan kepribadian mereka. Keluarga menjadi titik utama dan
memiliki posisi yang paling penting dalam menanamkan nilai-nilai
pendidikan khususnya pendidikan Islam, orang tua menjadi srana yang utama
dan pertama dalam proses pendidikan dalam keluarga kepada setiap anggota
keluarganya (anak-anak), maka dari itu demi tercapainya tujuan pendidikan
Islam, orang tua selaku sekolah pertama bagi anak haruslah mendidik anak-
anaknya sesuai dengan tuntunan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.
Pendidikan menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat adalah pembentukan
kepribadian, pendidikan Islam ini telah banyak ditujukan kepada perbaikan
sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan sesuai petunjuk
ajaran Islam, karena itu pendidikan Islam tidak hanya bersifat teoritis tetapi
juga bersifat praktis atau pendidikan Islam adalah sekaligus pendidikan iman
dan pendidikan amal.
konsep pendidikan Islam dalam keluarga menurut Prof. Dr. Zakiah
Daradjat adalah bahwa lingkungan keluarga merupakan awal pendidikan
dalam menanamkan nilai-nilai Islam pada anak. Yaitu menanamkan nilai-
nilai akidah pada anak, pembinaan ibadah pada anak, menanamkan nilai-nilai
akhlak pada anak. Dengan demikian anak akan mampu tumbuh berkembang
dan mampu menghadapi tantangan zaman modern sekarang ini, serta mampu
menjalani kehidupannya sebagai hamba Allah.
Maka dari itu keluarga menjadi tumpuan utama sekaligus menjadi
ujung tombak dalam mempersiapkan generasi muda yang berkualitas
berpendidikan, bertanggung jawab, bermoral dan berbudi luhur demi
terciptanya masa depan bangsa yang lebih baik.
59
60
B. Saran
Setelah melakukan penelitian dan analisa tersebut, maka penulis dapat
beberapa saran antara lain:
1. Untuk setiap elemen dalam keluarga khusunya orang tua, sudah
semestinya memberikan usaha se-optimal mungkin dalam membangun
keluarga yang Islami, terutama dalam menanamkan nilai-nila pendidikan
Islam kepada anak mereka sedini mungkin, dan sudah seharusnya agar
kedua orang tua menjadi suri tauladan yang baik bagi keluarganya, agar
terciptanya keluarga yang sakinah.
2. Bagi orang tua sebagai pendidikan yang pertama dan utama bagi keluarga
(anak-anaknya), hendaknya dapat mengawasi, membimbing mereka agar
senantiasa terjaga dalam lindungan Agama, dan agar mempersiapkan
mereka agar bisa menjadi kebanggan bagi keluarga, bangsa dan negara.
3. Tri Pusat penidikan, yaitu, keluarga, sekolah dan masyarakat, hendaknya
saling bekerja sama dalam hal mendidik anak, dan apabila ketiga lembaga
tersebut dapat saling bekerja sama dengan baik, niscaya akan terciptanya
generasi-generasi emas dimasa selanjutnya, karena anak hari ini adalah
pemuda di masa depan, dan kualitas pemuda-lah yang menentukan kualitas
suatu bangsa.
DAFTAR PUSTAKA
Arif, Armai, Reformulasi Pendidikan Islam. Jakarta: CRSD Press, 2005. cet
1.
cet, 4.
Ali, Heri Nur, Ilmu Pendidikan Islam, ciputat: PT. Logos Wacana Ilmu,
Daradjat, Zakiah, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : 2014, Bumi Aksara.
61
62
----------, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2009, Cet. 17.
Agung,
Bintang,1977.
Rosdakarya, 1995.
Persada,2006.
Persada, 2007.
----------, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 2001,
cet. 4.
MULIA, 1987.
Satioso, Catur Welli, Konsep Pendidikan Agama pada Anak (usia 6-12
UINJKT, 2013)
Cet. 8.
Press, 2008.