BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Frozen shoulder adalah suatu kondisi yang menyebabkan nyeri dan
keterbatasan gerak pada sendi bahu yang sering terjadi tanpa dikenali
penyebabnya. Frozen shoulder menyebabkan kapsul yang mengelilingi sendi bahu
menjadi mengkerut dan membentuk jaringan parut(1).
3.3 Epidemiologi
Permulaan frozen shoulder biasanya didahului oleh peristiwa traumatis
fisik, diikuti dengan periode waktu di mana sendi bahu menjadi semakin lebih
terbatas dan menyakitkan. Namun, dalam sejumlah besar kasus, tidak ada trauma
fisik tertentu dapat dikaitkan dengan disfungsi bahu. Statistik terbaru
menunjukkan bahwa frozen shoulder mempengaruhi antara 2-5% dari populasi,
dengan rasio perempuan: laki-laki dari 60:40. Hingga 15% dari pasien akan
mengalami frozen shoulder bilateral. Kelompok usia yang paling umum
18
tampaknya antara 40 dan 60 tahun, dan lima kali lebih sering terjadi pada
penderita diabetes.
3.4 Etiologi
Frozen shoulder dapat terjadi akibat suatu proses idiopatic atau akibat
kondisi yang menyebabkan sendi tidak dapat digunakan. Idiopatic Frozen
shoulder sering terjadi pada dekade ke empat atau ke enam.10
Rotator cuff tendinopati, bursitis subacromial akut, patah tulang sekitar
collum dan caput humeri, stroke paralitic adalah factor predisposisi yang sering
menyebabkan terjadinya frozen shoulder. Penyebab tersering adalah rotator cuff
tendinopati dengan sekitan 10% dari pasien degan kelainan ini akan mengalamai
frozen shoulder. Pasien dengan diabetes mellitus dan pasien yang tidak menjalani
fisioterapi juga memiliki resiko tinggi. Penggunaan sling terlalu lama juga dapat
menyebabkan Capsulitis Adhesiva.
Capsulitis Adhesiva dapat terjadi setelah imobilisasi yang lama akibat
trauma atau operasi pada sendi tersebut. Biasanya hanya satu bahu yang terkena,
akan tetapi pada sepertiga kasus pergerakannya yang terbatas dapat terjadi pada
kedua lengan.
Adapun beberapa teori yang dikemukakan AAOS tahun 2007 mengenai
frozen shoulder, teori tersebut adalah :4
a. Teori hormonal.
Pada umumnya frozen shoulder terjadi 60% pada wanita bersamaan
dengan datangnya menopause.
b. Teori genetik.
Beberapa studi mempunyai komponen genetik dari frozen shoulder,
contohnya ada beberapa kasus dimana kembar identik pasti menderita pada saat
yang sama.
c. Teori auto immuno.
Diduga penyakit ini merupakan respon auto immuno terhadap hasil-hasil
rusaknya jaringan lokal.
d. Teori postur.
Banyak studi yang belum diyakini bahwa berdiri lama dan berpostur tegap
menyebabkan pemendekan pada salah satu ligamen bahu.
3.5 Klasifikasi
19
3.6 Patofisiologi
Patofisiologi frozen shoulder masih belum jelas, tetapi beberapa penulis
menyatakan bahwa dasar terjadinya kelainan adalah imobilisasi yang lama. Setiap
nyeri yang timbul pada bahu dapat merupakan awal kekakuan sendi bahu. Hal ini
sering timbul bila sendi tidak digunakan terutama pada pasien yang apatis dan
pasif atau dengan nilai ambang nyeri yang rendah, di mana tidak tahan dengan
nyeri yang ringan akan membidai lengannya pada posisi tergantung. Lengan yang
imobil akan menyebabkan stasis vena dan kongesti sekunder dan bersama-sama
dengan vasospastik, anoksia akan menimbulkan reaksi timbunan protein, edema,
eksudasi, dan akhirnya reaksi fibrosis. Fibrosis akan menyebabkan adhesi antara
lapisan bursa subdeltoid, adhesi ekstraartikuler dan intraartikuler, kontraktur
tendon subskapularis dan bisep, perlekatan kapsul sendi.7
20
Pada fase ini tidak ditemukan adanya rasa nyeri dan tidak ada sinovitis
tetapi terdapat keterbatasan gerak karena perlengketan yang nyata. Fase ini
berakhir selama 6-24 bulan atau lebih.
Nyeri konsisten pada Nyeri intermiten pada Tidak adan nyeri pada
malam hari dan saat malam hari atau saat malam hari atau ketika
istirahat istirahat istirahat
Nyeri sebelum akhir Nyeri di akhir gerak Nyeri minimal pada akhir
gerak sendi sendi gerak sendi dengan
penekanan
ASES, American Shoulder and Elbow Surgeons, DASH, Disabilities of the Arm,
Shoulder and Hand Questionnaire
3.8 Diagnosis
1. Anamnesis
Pada penderita didapatkan keluhan nyeri hebat dan atau keterbatasan
lingkup gerak sendi (LGS). Penderita tidak bisa menyisir rambut, memakai baju,
menggosok punggung waktu mandi, atau mengambil sesuatu dari saku belakang.
Keluhan lain pada dasarnya berupa gerakan abduksi-eksternal rotasi, abduksi-
internal rotasi, maupun keluhan keterbatasan gerak lainnya.7
2. Pemeriksaan Fisik
Capsulitis adhesive merupakan gangguan pada kapsul sendi, maka
gerakan aktif maupun pasif terbatas dan nyeri. Nyeri dapat menjalar ke leher
23
lengan atas dan punggung. Perlu dilihat faktor pencetus timbulnya nyeri. Gerakan
pasif dan aktif terbatas, pertama-tama pada gerakan elevasi dan rotasi interna
lengan, tetapi kemudian untuk semua gerakan sendi bahu.
Tes “appley scratch” merupakan tes tercepat untuk mengevaluasi lingkup
gerak sendi aktif pasien. Pasien diminta menggaruk daerah angulus medialis
skapula dengan tangan sisi kontralateral melewati belakang kepala (gambar 1).
Pada Capsulitis adhesive pasien tidak dapat melakukan gerakan ini. Bila sendi
dapat bergerak penuh pada bidang geraknya secara pasif, tetapi terbatas pada
gerak aktif, maka kemungkinan kelemahan otot bahu sebagai penyebab
keterbatasan.
Nyeri akan bertambah pada penekanan dari tendon yang membentuk
muskulotendineus “rotatorcuff”. Bila gangguan berkelanjutan akan terlihat bahu
yang terkena reliefnya mendatar, bahkan kempis, karena atrofi otot deltoid,
supraspinatus dan otot “rotator cuff” lainnya. 7
3.9 Penatalaksanaan
Medikamentosa
Penatalaksanaan dari frozen shoulder berfokus pada mengembalikan
pergerakan sendi dan mengurangi nyeri pada bahu. Biasanya pengobatan diawali
dengan pemberian NSAID dan pemberian panas pada lokasi nyeri, dilanjutkan
dengan latihan-latihan gerakan. Pada beberpa kasus dilakukan TENS untuk
mengurangi nyeri.
Langkah selanjutnya biasanya melibatkan satu atau serangkaian suntikan
steroid tiap enam bulan seperti Methylprednisolone. Pengobatan ini dapat perlu
25
b. Terapi panas3,9
Efek terapi dari pemberian panas lokal, baik superfisial maupun dalam,
terjadi oleh adanya produksi atau perpindahan panas. Pada umumnya reaksi
fisiologis yang dapat diterima sebagai dasar aplikasi terapi panas adalah bahwa
26
ini paling banyak diserap jaringan dibawah kulit dan otot yang terletak di
permukaan.
c. Elektrostimulasi : TENS(Transcutaneus
Electrical Nerve Stimulation )3
Modalitas terapi fisik ini dapat dipergunakan untuk nyeri akut maupun
nyeri kronis, dan sering digunakan untuk meredakan nyeri pada Frozen shoulder.
Untuk peletakan elektroda dan pemilihan parameter perangsangan sampai
sekarang masih lebih banyak bersifat seni dan subyektif. Namun peletakkan
elektrode harus tetap berdasarkan pengetahuan akan dasar-dasar anatomi dan
fisiologi. Letak elektroda yang biasa dipilih yaitu: daerah paling nyeri, dermatom
saraf tepi, motor point, trigger point, titik akupuntur.
Stimulasi dapat juga disertai dengan latihan. Misalnya keterbatasan gerak
abduksi, elektrode aktif (negatif) ditempatkan pada tepi depan aksila dan elektroda
kedua diletakkan pada bahu atau diatas otot deltoid penderita. Pasien berdiri
disamping sebuah dinding dan diminta meletakkan jari-jarinya pada permukaan
dinding. Pada saat stimulasi, jari-jari tangan pasien diminta untuk berjalan ke atas
di dinding tersebut. Lama pemberian stimulasi bervariasi dari 30 menit sampai
beberapa jam dan dapat dilakukan sendiri oleh penderita. Angka keberhasilan
untuk menghilangkan nyeri bervariasi dari 25% sampai 80–95%.
d. Latihan
Merupakan bagian yang terpenting dari terapi Frozen shoulder. Pada
awalnya latihan gerak dilakukan secara pasif terutama bila rasa nyeri begitu berat.
Setelah nyeri berkurang latihan dapat dimulai dengan aktif dibantu. Rasa nyeri
yang timbul pada waktu sendi digerakkan baik secara pasif maupun aktif
menentukan saat dimulainya latihan gerak. Bila selama latihan pasif timbul rasa
nyeri sebelum akhir pergerakan sendi diduga masih fase akut sehingga latihan
gerakan aktif tidak diperbolehkan. Bila rasa nyeri terdapat pada akhir gerakan
yang terbatas, berarti masa akut sudah berkurang dan latihan secara aktif boleh
dilakukan. Pada latihan gerak yang menimbulkan atau menambah rasa nyeri,
maka latihan harus ditunda karena rasa nyeri yang ditimbulkan akan menurunkan
lingkup gerak sendi. Tetapi bila gerakan pada latihan tidak menambah rasa nyeri
28
maka kemungkinan besar terapi latihan gerak akan berhasil dengan baik. Latihan
gerak dengan menggunakan alat seperti shoulder wheel , overhead pulleys, finger
ladder, dan tongkat merupakan terapi standar untuk penderita frozen shoulder. 9
Tubuh dapat ditopang dengan meletakkan lengan satunya diatas meja atau
bangku, lengan digerakkan ke depan dan ke belakang pada bidang sagital (fleksi-
ekstensi). Makin lama makin jauh gerakannya, kemudian gerakan kesamping,
dilanjutkan gerakan lingkar (sirkuler) searah maupun berlawanan arah dengan
jarum jam. Pemberian beban pada latihan pendulum akan menyebabkan otot
memanjang dan dapat menimbulkan relaksasi pada otot bahu.
3.12 Prognosis
Pasien dengan frozen shoulder bisa sembuh, namun sebagian besar
penderita frozen shoulder kehilangan sebagian fungsi gerak dari sendi bahu. 8
32
BAB V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Diagnosis Frozen Shoulder sesuai dengan kepustakaan yang menyebutkan
bahwa telah terjadi keterbatasan pada lingkup gerak sendi bahu, sulit untuk melakukan
aktivitas sehari-hari seperti biasa seperti mengkancingkan baju. Kemudian pada
pemeriksaan ditemukan apley test positif pada bahu kiri. Diagnosis banding penyakit
ini adalah robeknya otot rotator cuff. Manifestasi klinis pada kasus tersebut hampir
sama dengan frozen shoulder. Diagnosis banding ini dapat disingkirkan karena pada
pemeriksaan fisik tidak ditemukan adanya drop arm test. Diagnosa banding lainnya
tendinitis supraspinatus. Hal tersebut menyerupai pada pasien yaitu spasme serta nyeri
tekan pada musculus supraspinatus. Akan tetapi hal tersebut dapat disingkirkan karena
pada tendinitis supraspinatus ROM masih bisa bebas digerakkan.
Dari perangkat penilaian keluarga Family APGAR, keluarga pasien merupakan
keluarga dengan fungsi keluarga baik. Hal tersebut menjadi salah satu hal positif
dalam pengelolaan pasien berkaitan dengan adanya dukungan keluarga. Menurut
beberapa penelitian yang telah dilakukan, adanya dukungan keluarga dapat
meningkatkan kualitas hidup dan mengurangi tingkat depresi pada pasien dengan
penyakit kronis.
33
DAFTAR PUSTAKA