Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS (HIV) 4

II.1.1 DEFINISI

HIV merupakan singkatan dari “Human Immunodeficiency Virus”. HIV

merupakan retrovirus yang menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia

(terutama CD4 positive T-sel dan macrophages– komponen-komponen utama

sistem kekebalan sel), dan menghancurkan atau mengganggu fungsinya. Infeksi

virus ini mengakibatkan terjadinya penurunan sistem kekebalan yang terus-

menerus, yang akan mengakibatkan defisiensi kekebalan tubuh. Sistem

kekebalan dianggap defisien ketika sistem tersebut tidak dapat lagi menjalankan

fungsinya memerangi infeksi dan penyakit-penyakit. Orang yang kekebalan

tubuhnya defisien (Immunodeficient) menjadi lebih rentan terhadap berbagai

ragam infeksi, yang sebagian besar jarang menjangkiti orang yang tidak

mengalami defisiensi kekebalan. Penyakit-penyakit yang berkaitan dengan

defisiensi kekebalan yang parah dikenal sebagai “infeksi oportunistik” karena

infeksi-infeksi tersebut memanfaatkan sistem kekebalan tubuh yang melemah.

AIDS adalah singkatan dari “Acquired Immunodeficiency Syndrome”

dan menggambarkan berbagai gejala dan infeksi yang terkait dengan

menurunnya sistem kekebalan tubuh. Infeksi HIV merupakan penyakit

penyebab AIDS. Tingkat HIV dalam tubuh dan timbulnya berbagai infeksi

[Type text]
tertentu merupakan indikator bahwa infeksi HIV telah berkembang menjadi

AIDS.

II.1.2 PENULARAN

Virus HIV menular melalui enam cara penularan, yaitu :

 Hubungan seksual dengan pengidap HIV/AIDS


 Pemakaian alat kesehatan yang tidak steril
 Menggunakan jarum suntik secara bergantian
 Alat-alat untuk menoreh kulit
 Ibu pada bayinya
 Darah dan produk darah yang tercemar HIV/AIDS

II.1.3 TAHAPAN HIV – AIDS 4

Ada beberapa Tahapan ketika mulai terinfeksi virus HIV sampai timbul

gejala AIDS :
 Tahap 1 : Periode Jendela
o HIV  tubuh  terbentuk antibodi di tubuh  HIV belum dapat

terdeteksi (2 minggu – 6 bulan)


 Tahap 2 : HIV Positif (5 – 10 tahun)
 Tahap 3 : HIV Positif (gejala)
o Sistem kekebalan tubuh menurun  infeksi oportunistik (flu, diare,

dll)

 Tahap 4 : AIDS (infeksi semakin buruk)

Istilah AIDS dipergunakan untuk tahap-tahap infeksi HIV yang paling

lanjut. Sebagian besar orang yang terkena HIV, bila tidak mendapat pengobatan,

akan menunjukkan tanda-tanda AIDS dalam waktu 8-10 tahun. AIDS

diidentifikasi berdasarkan beberapa infeksi tertentu, yang dikelompokkan oleh

Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) sebagai berikut:

[Type text]
 Tahap I : Penyakit HIV tidak menunjukkan gejala apapun dan

tidak dikategorikan sebagai AIDS.

 Tahap II (meliputi manifestasi mucocutaneous minor dan

infeksi-infeksi saluran pernafasan bagian atas yang tak sembuh- sembuh)

 Tahap III (meliputi diare kronis yang tidak jelas penyebabnya

yang berlangsung lebih dari satu bulan, infeksi bakteri yang parah, dan

TBC paru-paru), atau

 Tahap IV (meliputi Toksoplasmosis pada otak, Kandidiasis pada

saluran tenggorokan (oesophagus), saluran pernafasan (trachea), batang

saluran paru-paru (bronchi) atau paru-paru dan Sarkoma Kaposi).

Penyakit HIV digunakan sebagai indikator AIDS.

Lamanya dapat bervariasi dari satu individu dengan individu yang lain.

Dengan gaya hidup sehat, jarak waktu antara infeksi HIV dan menjadi sakit

karena AIDS dapat berkisar antara 10-15 tahun, kadang-kadang bahkan lebih

lama. Terapi antiretroviral dapat memperlambat perkembangan AIDS dengan

menurunkan jumlah virus (viral load) dalam tubuh yang terinfeksi.

II.1.4 GEJALA DAN TANDA 4

Sebagian besar orang yang terinfeksi HIV tidak menyadarinya karena

tidak ada gejala yang tampak segera setelah terjadi infeksi awal. Beberapa

orang mengalami gangguan kelenjar yang menimbulkan efek seperti deman

[Type text]
(disertai panas tinggi, gatal-gatal, nyeri sendi, dan pembengkakan pada limpa),

yang dapat terjadi pada saat seroconversion. Seroconversion adalah

pembentukan antibodi akibat HIV yang biasanya terjadi antara enam minggu

dan tiga bulan setelah terjadinya infeksi.

Kendatipun infeksi HIV tidak disertai gejala awal, seseorang yang

terinfeksi HIV sangat mudah menularkan virus tersebut kepada orang lain. Satu-

satunya cara untuk menentukan apakah HIV ada di dalam tubuh seseorang

adalah melalui tes HIV.

Infeksi HIV menyebabkan penurunan dan melemahnya sistem

kekebalan tubuh. Hal ini menyebabkan tubuh rentan terhadap infeksi penyakit

dan dapat menyebabkan berkembangnya AIDS.

II.1.5 PENGOBATAN HIV

Tidak ada obat yang dapat sepenuhnya menyembuhkan HIV/AIDS.

Perkembangan penyakit dapat diperlambat namun tidak dapat dihentikan

sepenuhnya. Kombinasi yang tepat antara berbagai obat-obatan antiretroviral

dapat memperlambat kerusakan yang diakibatkan oleh HIV pada sistem

kekebalan tubuh dan menunda awal terjadinya AIDS.

Pengobatan dan perawatan yang ada terdiri dari sejumlah unsur yang

berbeda, yang meliputi konseling dan tes mandiri (VCT), dukungan bagi

pencegahan penularan HIV, konseling tindak lanjut, saran-saran mengenai

makanan dan gizi, pengobatan IMS, pengelolaan efek nutrisi, pencegahan dan

perawatan infeksi oportunistik (IOS), dan pemberian obat-obatan antiretroviral.

[Type text]
Obat antiretroviral digunakan dalam pengobatan infeksi HIV. Obat-

obatan ini bekerja melawan infeksi itu sendiri dengan cara memperlambat

reproduksi HIV dalam tubuh. Dalam suatu sel yang terinfeksi, HIV mereplikasi

diri, yang kemudian dapat menginfeksi sel-sel lain dalam tubuh yang masih

sehat. Semakin banyak sel yang diinfeksi HIV, semakin besar dampak yang

ditimbulkannya terhadap kekebalan tubuh (immunodeficiency). Obat-obatan

antiretroviral memperlambat replikasi sel-sel, yang berarti memperlambat

penyebaran virus dalam tubuh, dengan mengganggu proses replikasi dengan

berbagai cara.4

1. Penghambat Nucleoside Reverse Transcriptase (NRTI)

HIV memerlukan enzim yang disebut reverse transcriptase untuk

mereplikasi diri. Jenis obat-obatan ini memperlambat kerja reverse

transcriptase dengan cara mencegah proses pengembangbiakkan materi

genetik virus tersebut.

2. Penghambat Non-Nucleoside Reverse Transcriptase (NNRTI)

Jenis obat-obatan ini juga mengacaukan replikasi HIV dengan

mengikat enzim reverse transcriptase itu sendiri. Hal ini mencegah agar

enzim ini tidak bekerja dan menghentikan produksi partikel virus baru

dalam sel-sel yang terinfeksi.

3. Penghambat Protease (PI)

Protease merupakan enzim pencernaan yang diperlukan dalam

replikasi HIV untuk membentuk partikel-partikel virus baru. Protease

memecah belah protein dan enzim dalam sel-sel yang terinfeksi, yang

[Type text]
kemudian dapat menginfeksi sel yang lain. Penghambat protease

mencegah pemecah-belahan protein dan karenanya memperlambat

produksi partikel virus baru.

Penggunaan ARV dalam kombinasi tiga atau lebih obat-obatan

menunjukkan dapat menurunkan jumlah kematian dan penyakit yang terkait

dengan AIDS secara dramatis. Walau bukan solusi penyembuhan, kombinasi

terapi ARV dapat memperpanjang hidup orang penyandang HIV-positif,

membuat mereka lebih sehat, dan hidup lebih produktif dengan mengurangi

varaemia (jumlah HIV dalam darah) dan meningkatkan jumlah sel-sel CD4+

(sel-sel darah putih yang penting bagi sistem kekebalan tubuh).

Supaya pengobatan antiretroviral dapat efektif untuk waktu yang lama,

jenis obat-obatan antiretroviral yang berbeda perlu dikombinasikan. Inilah yang

disebut sebagai terapi kombinasi. Istilah ‘Highly Active Anti-Retroviral

Therapy’ (HAART) digunakan untuk menyebut kombinasi dari tiga atau lebih

obat anti HIV.

II.1.6 PENCEGAHAN

Penularan HIV secara seksual dapat dicegah dengan:

 Berpantang seks

 Hubungan monogami antara pasangan yang tidak terinfeksi

 Seks Non - Penetratif

[Type text]
 Penggunaan kondom pria atau kondom wanita secara konsisten dan benar

Cara tambahan yang lain untuk menghindari infeksi:

 Bagi pengguna narkoba suntikan, selalu gunakan jarum suntik atau

semprit baru yang sekali pakai atau jarum yang secara tepat disterilkan

sebelum digunakan kembali.

 Pastikan bahwa darah dan produk darah telah melalui tes HIV dan

standar keamanan darah dilaksanakan.

II.2 VOLUNTARY COUNSELING AND TESTING (VCT)

VCT (Voluntary Counseling and Testing) atau Konseling dan Tes

Sukarela (KTS, merupakan kegiatan konseling yang bersifat sukarela dan

rahasia, yang dilakukan sebelum dan sesudah tes darah untuk HIV. Konseling

dilakukan oleh konselor terlatih yang memiliki keterampilan konseling dan

pemahaman akan seluk beluk HIV / AIDS. 1 Voluntary atau sukarela artinya

semua klien yang akan dikonseling harus dalam bentuk sukarela, tidak boleh

dipaksa oleh karena klien posisinya lebih rendah dari konselor atau ikut

konseling karena diperintahkan oleh pasangannya. Demi untuk tidak

menyebarkan HIV mungkin suatu waktu calon pengantin perlu tes HIV. VCT

merupakan pintu masuk (entry point) untuk pencegahan dan perawatan

HIV/AIDS.2

II.2.1 KONSELOR 3

[Type text]
Konselor adalah full time counselor yang berlatar belakang psikologi dan

ilmuwan psikologi (psychiatrists, family therapist, psikologi terapan) yang

sudah mengikuti pelatihan VCT dengan standart WHO. Profesional dari

kalangan perawat, pekerja sosial dan dokter. Community-based yang sudah

terlatih (Peer).

 Konselor Dasar (Lay Counselor)

o Berangkat dari kebutuhan sebaya

o Dekat dengan komunitas

o Lebih mempromosikan VCT dan konseling dukungan.

 Konselor Profesional (Profesional Counselor)

o Pre dan post konseling

o Issue Psikososial

 Konselor Senior/pelatih (Senior Counselor)

o Memberikan dukungan untuk konselor dan petugas managemen

kasus

o Mendampingi, supervisi dan memberikan bantuan teknis kepada

konselor

II.2.2 PRINSIP VCT 2

[Type text]
 Adanya persetujuan dari klien yang dinyatakan dengan penandatanganan

surat persetujuan (Informed Consent) atas dasar sukarela, tanpa paksaan

atau tekanan dari siapapun.

 Ada kerahasiaan segala sesuatu yang dibicarakan antara konselor dengan

klien

 Tidak ada diskriminasi dan dilakukan dalam suasana persahabatan

 Menggunakan prinsip Klien center dalam menentukan keputusan

II.2.3 TUJUAN UTAMA VCT:2

 Mendorong orang sehat, tanpa keluhan/asimptomatik untuk mengetahui

tentang HIV, sehingga mereka dapat mengurangi kemungkinan tertular HIV


 Merupakan sebuah strategi kesehatan masyarakat yang efektif, karena

mereka dapat mengetahui status HIV mereka, sehingga tidak melalukan

hal-hal yang dapat ikut menyebarkan virus HIV bila mereka masih berisiko

sebagai penyebar HIV.


 Mendorong seseorang yang sudah ODHA untuk merubah pendirian yang

sangat merugikan seperti: ODHA merupakan penyakit keturunan atau

penyakit kutukan, atau HIV/AIDS merupakan vonis kematian.


 Memberi informasi tentang HIV/AIDS, tes, pencegahan dan pengobatan

ODHA
 Mengenali prilaku atau kegiatan yang menjadi sarana yang memudahkan

penularan HIV
 Memberikan dukungan moril untuk merubah prilaku ke arah yang lebih

sehat dan aman dari infeksi HIV

[Type text]
II.2.4 MANFAAT VCT 2

a. Pada Individu

 Membantu ODHA mengatasi stres dan membuat keputusan-keputusan

pribadi berkaitan dengan nasibnya.

 Mengurangi risiko pribadi untuk tertular HIV


 Membantu ODHA untuk menerima nasibnya
 Mengarahkan ODHA untuk menerima pelayanan yang dibutuhkan
 Merencanakan perubahan prilaku
 Merencanakan perawatan untuk masa depan
 Meningkatkan kualitas kesehatan pribadi
 Mencegah infeksi HIV dari ibu ke bayi
 Menfasilitasi akses pelayanan sosial
 Menfasilitasi akses pelayanan medis (Infeksi oportunistik, IMS, OAT,

ARV)
 Memfasilitasi kegiatan dan dukungan sebaya
b. Pada masyarakat
 Memutus rantai penularan HIV dalam masyarakat
 Mengurangi stigma masyarakat
 Mendorong masyarakat dan pihak yang terkait untuk memberi dukungan

pada ODHA

II.2.5 TAHAP-TAHAP VCT

Pada dasarnya tahap-tahap dalam pelaksanaan VCT ada tiga tahap yaitu:

1. Konseling pre tes HIV

Yang diberikan dalam konseling pre tes HIV

 Prilaku yang berisiko menularkan HIV

 Pengenalan HIV/AIDS, pencegahan dan pengobatannya

 Untungnya jika ikut VCT dan kerugiannya bila ditolak

 Makna bila hasil tes positif atau negatif

[Type text]
 Rencana perubahan perilaku

 Dampak atas pribadi, keluarga dan sosial terhadap hasil tes HIV

2. Tes HIV

Hasil Tes HIV yang perlu diketahui

 Reaktif  dalam tubuh klien ada HIV (sudah jadi ODHA)


 Non reaktif  HIV belum ada dalam tubuh klien
 Indeterminate  tes perlu diulangi karena hasil tidak jelas

Masa/periode jendela  masa antara masuknya HIV kedalam tubuh

sampai terbentuknya antibodi terhadap HIV (umumnya 2 minggu sampai 6

bulan), namun HIV dapat ditemukan dalam darah, sehingga sudah

infeksius. Pada periode jendela (window periode) ini sangat

membahayakan karena disangka negatif, padahal HIV positif

3. Konseling pasca tes HIV

Yang diberikan dalam konseling post tes HIV

 Konselor memberi penjelasan tentang hasil tes HIV.

 Bila belum dimengerti, klien bisa bertanya sampai jelas maknanya.

 Setelah hasil tes dimengerti, maka klien mungkin menangggapi secara

emosional. Dalam keadaan demikian konselor HIV/AIDS mendampingi

klien mengendalikan reaksi emosional mereka.

 Setelah klien tenang dan dapat menerima hasil tes HIV, maka konselor

akan memberikan penjelasan kembali tentang:

o Cara pencegahan dan penularan HIV/AIDS terlepas hasil tes

klien positif atau negatif.

[Type text]
o Memberi dukungan sesuai yang dibutuhkan.

o Membuat rencana lebih lanjut.

II.3. STRATEGI NASIONAL PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS 7

II.3.1. TUJUAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS

Mencegah dan mengurangi penularan HIV, meningkatkan kualitas hidup

ODHA serta mengurangi dampak sosial dan ekonomi akibat HIV dan AIDS

pada individu, keluarga dan masyarakat.

II.3.2. Strategi

Untuk mencapai tujuan STRANAS, ditetapkan strategi sebagai berikut:

 Meningkatkan dan memperluas upaya pencegahan yang nyata efektif dan

menguji coba cara-cara baru;

 Meningkatkan dan memperkuat sistem pelayanan kesehatan dasar

danrujukan untuk mengantisipasi peningkatan jumlah ODHA yang

memerlukan akses perawatan dan pengobatan;

 Meningkatkan kemampuan dan memberdayakan mereka yang terlibat dalam

upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS di pusat dan di

daerah melalui pendidikan dan pelatihan yang berkesinambungan;

 Meningkatkan survei dan penelitian untuk memperoleh data bagi

pengembangan program penanggulangan HIV dan AIDS;

[Type text]
 Memberdayakan individu, keluarga dan komunitas dalam pencegahan HIV

dilingkungannya;

 Meningkatkan kapasitas nasional untuk menyelenggarakan monitoring dan

evaluasi penanggulangan HIV dan AIDS;

 Memobilisasi sumberdaya dan mengharmonisasikan pemamfaatannya di

semua tingkat.

II.3.2. AREA PENCEGAHAN HIV DAN AIDS

Penyebaran HIV dipengaruhi oleh perilaku berisiko kelompok-kelompok

masyarakat. Pencegahan dilakukan kepada kelompok-kelompok masyarakat

sesuai dengan perilaku kelompok dan potensi ancaman yang dihadapi. Kegiatan-

kegiatan dari pencegahan dalam bentuk penyuluhan, promosi hidup sehat,

pendidikan sampai kepada cara menggunakan alat pencegahan yang efektif

dikemas sesuai dengan sasaran upaya pencegahan. Dalam mengemas program-

program pencegahan dibedakan kelompok-kelompok sasaran sebagai berikut:

• Kelompok tertular (infected people)

Kelompok tertular adalah mereka yang sudah terinfeksi HIV.

Pencegahan ditujukan untuk menghambat lajunya perkembangan HIV,

memelihara produktifitas individu dan meningkatkan kwalitas hidup.

• Kelompok berisiko tertular atau rawan tertular (high-risk people)

Kelompok berisiko tertular adalah mereka yang berperilaku

sedemikian rupa sehingga sangat berisiko untuk tertular HIV. Dalam kelompok

[Type text]
ini termasuk penjaja seks baik perempuan maupun laki-laki, pelanggan penjaja

seks, penyalahguna napza suntik dan pasangannya, waria penjaja seks dan

pelanggannya serta lelaki suka lelaki. Karena kekhususannya, narapidana

termasuk dalam kelompok ini. Pencegahan untuk kelompok ini ditujukan

untuk mengubah perilaku berisiko menjadi perilaku aman.

• Kelompok rentan (vulnerable people)

Kelompok rentan adalah kelompok masyarakat yang karena lingkup

pekerjaan, lingkungan, ketahanan dan atau kesejahteraan keluarga yang rendah

dan status kesehatan yang labil, sehingga rentan terhadap penularan HIV.

Termasuk dalam kelompok rentan adalah orang dengan mobilitas tinggi baik

sipil maupun militer, perempuan, remaja, anak jalanan, pengungsi, ibu hamil,

penerima transfusi darah dan petugas pelayanan kesehatan. Pencegahan untuk

kelompok ini ditujukan agar tidak melakukan kegiatan-kegiatan yang berisiko

tertular HIV (menghambat menuju kelompok berisiko).

• Masyarakat Umum (general population)

Masyarakat umum adalah mereka yang tidak termasuk dalam ketiga

kelompok terdahulu. Pencegahan ditujukan untuk peningkatkan kewaspadaan,

kepedulian dan keterlibatan dalam upaya pencegahan dan penanggulangan

HIV dan AIDS di lingkungannya

[Type text]

Anda mungkin juga menyukai