Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian sistem imun?
2. Bagaimanakah anatomi dan fisiologi sistem imun?
3. Apa sajakah sel sistem imun?
1
4. Apa sajakah organ sistem imun?
5. Apakah fungsi sistem imun?
6. Bagaimanakah fisiologi sistem imun?
7. Bagaimanakah etiologi gangguan sistem imun?
8. Bagaimanakah patofisiologi gangguan sistem imun?
9. Apakah manifestasi gangguan sistem imun?
10. Bagaimanakah konsep asuhan keperawatan pada gangguan sistem imun?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian sistem imun?
2. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi sistem imun?
3. Untuk mengetahui sel sistem imun?
4. Untuk mengetahui organ sistem imun?
5. Untuk mengetahui fungsi sistem imun?
6. Untuk mengetahui fisiologi sistem imun?
7. Untuk mengetahui etiologi gangguan sistem imun?
8. Untuk mengetahui patofisiologi gangguan sistem imun?
9. Untuk mengetahui manifestasi gangguan sistem imun?
10. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada gangguan sistem
imun?
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Fungsi sistem imun adalah melindungi pejamu dari invasi organisme
asing dengan membedakan diri (self) dari bukan diri (non-self). Sistem
semacam ini diperlukan untuk kelangsungan hidup. Sistem imun yang
berfungsi baik tidak saja melindungipejamu dari faktor eksternal seperti
mikroorganisme atau toksin tetapi juga mencegah dan menolak serangan oleh
faktor endogen seperti tumor atau fenomena autoimun.
Disfungsi atau defisiensi komponen sistem imun menimbulkan beragam
penyakit klinis dengan ekspresi dan keparahan yang bervariasi dari penyakit
atopik hingga atritis reumatoid, severe combined immunodeviciency, dan
kanker. Dalam makalah yang saya susun ini akan membahas dan
memperkenalkan fisiologi rumit sistem imun dan kelainan yang menimbulkan
penyakit hipersensitivitas dan imunodefisiensi.
Sistem imun membentuk sistem pertahanan badan terhadap bahan asing
seperti mikroorganisme (bakteria, kulat, protozoa, virus dan parasit),
molekul-molekul berpotensi toksik, atau sel-sel tidak normal (sel terinfeksi
virus atau malignan). Sistem ini menyerang bahan asing atau antigen dan juga
mewujudkan peringatan tentang kejadian tersebut supaya pendedahan yang
berkali-kali terhadap bahan yang sama akan mencetuskan gerak balas yang
lebih cepat dan tertingkat. Keimunan merujuk kepada keupayaan sesuatu
individu yang telah sembuh dari sesuatu penyakit untuk kekal sehat apabila
terdedah kepada penyakit yang sama untuk kali kedua dan seterusnya.
Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme
yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan
mengidentifikasi dan membunuh patogen serta sel tumor. Sistem ini
mendeteksi berbagai macam pengaruh biologis luar yang luas, organisme
akan melindungi tubuh dari infeksi, bakteri, virus sampai cacing parasit, serta
menghancurkan zat-zat asing lain dan memusnahkan mereka dari sel
organisme yang sehat dan jaringan agar tetap dapat berfungsi seperti biasa.
3
Deteksi sistem ini sulit karena adaptasi patogen dan memiliki cara baru agar
dapat menginfeksi organisme.
Suatu ciri sistem imun ialah keupayaan untuk membedakan bahan-
bahan yang wujud secara semula jadi atau normal (diri) dari bahan-bahan atau
agen-agen yang masuk ke dalam tubuh dari luar (bukan diri) dan
menghasilkan gerak balas terhadap bahan bukan diri saja. Ketidakwujudan
khusus suatu gerak balas terhadap diri dikenali sebagai toleransi. Pentingnya
keupayaan untuk membedakan (mendiskriminasi) antara diri dan bukan diri,
serta toleransi diri, ditunjukkan dalam penyakit-penyakit autoimun, apabila
fungsi-fungsi tersebut gagal. Penyakit-penyakit ini berhasil apabila bahan
normal tubuh dicam sebagai asing dan gerak balas imun dihasilkan terhadap
bahan-bahan tersebut. Sistem imun lazimnya amat berkesan membezakan
antara diri dan bukan diri.
4
fungsional dan fenotipik dibagi menjadi limfosit B yang berasal dari
bursa limfosit T yang berasal dari timus.
Null cell merupakan 75% limfosit darah yaitu limfosit T dan 10% -
15% adalah limfosit B, sisanya bukan limfosit B atau T. Null cell
mungkin mencakup berbagai jenis sel termasuk suatu kelompok yang
dinamai Natural Killer (NK Cells).
Leukosit polimorfonukleus (neutrofil) adalah sel granulosotik yang
berasal dari sumsum tulang dan beredar dalam darah dan jaringan. Fungsi
utamanya adalah fagositosis non-spesifik antigen dan destruksi partikel
asing atau organisme.
Eosinofil sering ditemukan ditempat peradangan atau rektivitasi
imun dan berperan penting dalam pertahanan pejamu terhadap parasit.
Eosinofil memperlihatkan fungsi modulatorik atau regulatorik dalam
berbagai jenis peradangan.
Basofil berperan penting dalam respon alergik fase cepat dan
lambat. Sel-sel ini mengeluarkan banyak mediator poten pada penyakit
peradangan imunologis.
2. Organ Sistem Imun
Semua sel sistem imun berasal dari sumsum tulang. Stem cells
pluripoten berdiferensiasi menjadi limfosit, granulosit, monosit, eritrosit,
dan megakariosit. Defisiensi dan disfungsi stem cells atau berbagai
turunan sel yang berkembang darinya menyebabkan defisiensi imun
dengan beragam ekpresivitas dan keparahan
Timus yang berasal dari kantong faring ketiga dan keempat pada
mudigah, berfungsi menghasilkan limfosit T dann merupakan tempat
diferensiasi awal limfosit T.
Getah bening berbentuk kacang kecil berbaring disepanjang
perjalanan limfatik. Terkumpul dalam situs tertentu seperti leher, aksila,
selangkangan dan daerah para-aorta. Pengetahuan tentang situs kelenjar
getah bening yang penting dalam pemeriksaan fisik pasien.
5
C. Fungsi Sistem Imun
1. Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit menghancurkan dan
menghilangkan mokroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit,
jamur dan virus) yang masuk kedalam tubuh.
2. Menghilangkan jaringan atau sel yang mati atau rusak untuk memperbaiki
jaringan.
3. Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal.
6
jaringan limfe regional melalui pembuluh limfe aferen sementara antigen
lainnya diangkut oleh sel dendritik fagositik.
Organ limfoid perifer regional dan limpa adalah tempat bagi
respon imun utama terhadap antigen oleh limfosit dan sel penyaji antigen
(antigen presening cell, APC).
3. Respon Imun
Untuk mengenali dan kemudian mengeliminasi antigen asing,
jaringan kompleks yang terdiri atas sel, organ, dan faktor biologis
spesifik diperlukan. Interaksi selular yang kopmleks memerlukan
lingkungan mikro khusus tempat sel dapat bekerja sama secara efisien.
Baik sel B maupun sel T harus bermigrasi keseluruh tubuh untuk
meningkatkan kemungkinan bawhwa sel-sel tersebut menemukan antigen
yang spesifisitasnya dimiliki kedua sel tersebut.
Respon imun terhadap antigen dalam darah biasanya dimulai di
limpa, sedangkan respon jaringan terhadap mikroorganisme terjadi
dikelenjar limfe lokal. Antigen yang dijumpai melalui rute inhalasi atau
ingesti mengaktifkan sel-sel dijaringan limfoid terkait mukosa.
7
3. HIV/AIDS adalah masalah kegagalan sistem imun yang serius.
Merupakan penyebab terbanyak kematian. AIDS akan terjadi pada tahap
akhir dari perkembangan HIV. Kesehatan klien akan memburuk secraa
perlahan. AIDS akan membuat penderita rentan pilek dan flu dan yang
serius seperti pneumonia dan kanker.
8
7. Hyper-IgM Syndrome (Hyperimunoglobulin M Syndrome).
8. Primary Immune Deficiency.
9. Selective IgA Defisiensi (Selective Immunoglobulin A Defisiensi).
10. Alergi Kulit.
11. XLA (X-Linked Agammaglobulinemia).
9
3. Nutrisi
Nutrisi yang adekuat sangat esensial untuk mencapai fungsi imun
yang optimal. Gangguan imun dikarenakan oleh defisiensi protein kalori
dapat terjadi akibat kekurangan vitamin yang diperlukan untuk
mensintesis DNA dan protein. Vitamin juga membantu dalam pengaturan
poliferasi sel dan maturasi sel-sel imun. Kelebihan atau kekurangan
unsur-unsur renik (tembaga, besi, mangan, selenium atau zink) dalam
makanan umumnya akan mensupresi fungsi imun Asam-asam lemak
merupakan unsur pembangun (building blocks) yang membentuk
komponen structural membrane sel. Lipid merupakan prekursir vitamin
A,D,E, dan K disamping prekursir kolesterol. Jika kelebihan maupun
kekurangan asam lemak ternyata akan mensupresi fungsi imun.
Deplesi simpanan protein tubuh akan mengakibatkan atrofi
jaringan limfoid, depresi respon anti bodi, penurunan jumlah sel T yang
beredar dan gangguan fungsi fagositosik sebagai akibatnya, kerentanan
terhadap infeksi sangat meningkat. Selama periode infeksi dan sakit yang
serius, terjadi peningkatan kebutuhan nutrisi yang potensialuntuk
menimbulkan deplesi protein, asam lemak, vitamin, serta unsur-unsur
renik dan bahkan menyebabkan resiko terganggunya respon imun serta
terjadinya sepsis yang lebih besar.
4. Faktor -Faktor Psikoneuro Imunologik
Limfosit dan makrofag memiliki reseptor yang dapat bereaksi
terhadap neurotransmitter serta hormon-hormon endokrin.Limfosit dapat
memproduksi dan mengsekresikan ACTH serta senyawa-senyawa yang
mirip endokrin.
Neuron dalam otak, khususnya khusunya dalam hipotalamus,
dapat mengenali prostaglandin, interferon dan interleukin di samping
histamine dan serotoninyang dilepaskan selama proses inflamasi.
Sebagaimana sistem biologi lainnya yang berfungsi untuk kepentingan
homoestasis, sistem imun di integrasikan dengan berbagai proses
psikofisiologic lainnya dan diatur serta dimodulasikan oleh otak.
10
Di lain pihak, proses imun ternyata dapat mempengaruhi fungsi
neural dan endokrin termasuk perilaku. Jadi, interaksi sistem saraf dan
system imun tampaknya bersifat dua arah.
5. Kelainan Organ yang Lain
Keadaan seperti luka bakar atau cedera lain, infeksi dan kanker
dapat turut mengubah fungsi system imun. Luka bakar yang luas atau
faktor-faktor lainnya menyebabkan gangguan integritas kulit dan akan
mengganggu garis pertama pertahanan tubuh hilangnya serum dalam
jumlah yang besar pada luka bakar akan menimbulkan deplesi protein
tubuh yang esensial, termasuk immunoglobulin. Stresor fisiologi dan
psilkologik yang disertai dengan stress karena pembedahan atau cidera
kan menstimulasi pelepasan kortisol serum juga turut menyebabkan
supresi respon imun yang normal.
Keadaan sakit yang kronis dapat turut mengganggu sistem imun
melalui sejumlah cara. Kegagalan ginjal berkaitan dengan defisiensi
limfosit yang beredar. Fungsi imun untuk pertahanan tubuh dapat
berubah karena asidosis dan toksin uremik. Peningkatan insidensi infeksi
pada diabetes juga berkaitan dengan isufisiensi vaskuler, neuropati dan
pengendalian kadar glukosa darah yang buruk. Infeksi saluran nafas yang
rekuren berkaitan dengan penyakit paru obstruksi menahun sebagai
akibat dari berubahnya fungsi inspirasi dan ekspirasi dan tidak efektifnya
pembersihan saluran nafas.
6. Penyakit Kanker
Imunosekresi turut menyebabkan terjadinya penyakit kanker.
Namun, penyakit kanker sendiri bersifat imunosupresif. Tumor yang
besar dapat melepaskan antigen ke dalam darah, antigen ini akan
mengikat antibodi yang beredar dan mencegah antibodi tersebut agar
tidak menyerang sel-sel tumor. Lebih lanjut, sel-sel tumor dapat
memiliki faktor penghambat yang khusus yang menyalut sel-sel tumor
dan mencegah pengahancurannya oleh limposit T killer. Dalam stadium
awal pertumbuhan tumor, tubuh tidak mampu mengenali antigen tumor
sebagai unsure yang asing dan selanjutnya tidak mampu memulai
11
distruksi sel-sel yang maligna tersebut.kanker darah seperti leukemia dan
limpoma berkaitan dengan berubahnya produksi serta fungsi sel darah
putih dan limposit.
7. Obat-obatan
Obat-obatan tertentu dapat menyebabkan perubahan yang
dikehendaki maupun yang tidak dikehendaki pada fungsi sistem imun.
Ada empat klasifikasi obat utama yang memiliki potensi untuk
menyebabkan imunosupresi: antibiotic, kortikostreoid, obat-obat anti-
inflamasi nonsteroid (NSAIDNonsteroidal anti inflamatori drugs) dan
preparat sitotoksik.
Penggunaan preparat ini bagi keperluan terapeutik memerlukan
upaya untuk mencari kesinambungan yang sangat tipis antara manfaat
terapi dan supresi sistem pertahanan tubuh resipien yang berbahaya.
8. Radiasi
Terapi radiasi dapat digunakan dalam pengobatan penyakit
kanker atau pencegahan rejeksi allograft. Radiasi akan menghancurkan
limfosit dan menurunkan populasi sel yang diperlukan untuk
menggantikannya. Ukuran atau luas daerah yang akan disinari
menentukan taraf imunosupresi. Radiasi seluruh tubuh dan dapat
mengakibatkan imunosupresi total pada orang yang menerimannya.
9. Genetik
Interaksi antara sel-sel sistem imun dipengaruhi oleh variabilitas
genetik. Secara genetik respons imun manusia dapat dibagi atas
responder baik, cukup, dan rendah terhadap antigen tertentu.
Ia dapat memberikan respons rendah terhadap antigen tertentu,
tetapi terhadap antigen lain tinggi sehingga mungkin ditemukan
keberhasilan vaksinasi yang tidak 100%. Faktor genetik dalam respons
imun dapat berperan melalui gen yang berada pada kompleks MHC
dengan non MHC.
a. Gen kompleks MHC
Gen kompleks MHC berperan dalam presentasi antigen. Sel
Tc akan mengenal antigen yang berasosiasi dengan molekul MHC
12
kelas I, dan sel Td serta sel Th akan mengenal antigen yang
berasosiasi dengan molekul MHC kelas II. Jadi respons sel T diawasi
secara genetik sehingga dapat dimengerti bahwa akan terdapat
potensi variasi respons imun.
Secara klinis terlihat juga bahwa penyakit tertentu terdapat
lebih sering pada HLA tertentu, seperti spondilitis ankilosing
terdapat pada individu dengan HLA-B27.
b. Gen non MHC
Secara klinis kita melihat adanya defisiensi imun yang
berkaitan dengan gen tertentu, misalnya agamaglobulinemia tipe
Bruton yang terangkai dengan kromosom X yang hanya terdapat
pada anak laki-laki.
Demikian pula penyakit alergi yaitu penyakit yang
menunjukkan perbedaan respons imun terhadap antigen tertentu
merupakan penyakit yang diturunkan.
Faktor-faktor ini menyokong adanya peran genetik dalam
respons imun, namun mekanisme yang sebenarnya belum diketahui.
10. Kehamilan
Salah satunya yaitu Infeksibeberapa infeksi yang terjadi secara
kebetulan selama kehamilan dapat menyebabkan cacat sejak lahir.
Campak jerman (rubella) bisa menyebabkan cacat sejak lahir, terutama
sekali pada jantung dan bagian dalam mata. Infeksi cytomegalovirus bisa
melewati plasenta dan merusak hati dan otak janin.
Listeriosis, infeksi bakteri, juga bisa membahayakan janin. Infeksi
bakteri pada vagina (seperti bakteri vaginosis) selama kehamilan bisa
menyebabkan persalinan sebelum waktunya atau membran yang berisi
janin gugur sebelum waktunya. Pengobatan pada infeksi dengan
antibiotik bisa mengurangi kemungkinan masalah-masalah ini.
13
G. Manifestasi Klinis Gangguan Sistem Imun
Tanda:
1. Sebagian besar bayi yang sehat mengalami infeksi saluran pernafasan
sebanyak 6 kali atau lebih dalam 1 tahun, terutama jika terlular oleh anak
lain. Sebaliknya, bayi dengan gangguan sistem imun, biasanya menderita
infeksi bakteri berat yang menetap, berulang atau menyebabkan
komplikasi. Misalnya infeksi sinus, infeksi telinga menahun dan
bronkitis kronis yang biasanya terjadi setelah demam dan sakit
tenggorokan. Bronkitis bisa berkembang menjadi pneumonia.
2. Kulit dan selaput lendir yang melapisi mulut, mata dan alat kelamin
sangat peka terhadap infeksi.
3. Thrush merupakan suatu infeksi jamur dimulut disertai luka dimulut dan
peradangan gusi, bisa merupakan pertanda awal dari adanya gangguan
sistem kekebalan.
4. Peradangan mata (konjungtivitis) , rambut rontok, eksim yang berat dan
pelebaran kapiler dibawah kulit merupakan pertanda dari penyakit
immunodefisiensi.
5. Infeksi pada saluran pencernaan bisa menyebabkan diare pembentukan
gas yang berlenihan dan penuruna berat badan.
14
2. Gejala yang sering dijumpai.
a. Gagal tumbuh atau retardasi tumbuh.
b. Jarang ditemukan kelenjar atau tonsil yang membesar.
c. Infeksi oleh mikroorganisme yang tidak lazim.
d. Lesi kulit (Rash, ketombe, pioderma, abses nekrotik/noma, alopesia,
eksim, teleangiektasi, warts yang hebat).
e. Oral thrush yang tidak menyembuh dengan pengobatan.
f. Jati tabuh.
g. Diare dan Mal abrsopsi.
h. Mastoiditis dan otitis persisten.
i. Pneumonia atau bronkitis berulang.
j. Penyakit autoimun.
k. Kelainan helatologis (anemia aplastik, anemia hemolitik,
neutropenia, trombositopenia).
3. Gejala yang jarang dijumpai.
a. Berat Badan Turun.
b. Demam.
c. Peridontitis.
d. Limfadenopati.
e. Hepatosplenomegali.
f. Penyakit virus yang berat.
g. Artritis atau artralgia.
h. Ensefalitis kronik.
i. Meningitis berulang.
j. Pioderma gangrenosa.
k. Kolangitis sklerosa.
l. Hepatitis kronik (virus atau autoimun).
m. Reaksi simpang terhadap vaksinasi.
n. Bronkiektasis.
o. Infeksi saluran kemih.
p. Lepas/ puput tali pusat terlambat.
q. Stomatitis kronik.
15
r. Granuloma.
s. Keganasan limfoid.
16
d. Alergi:
1) Riwayat alergi
2) Gejala dan variasi cuaca yang menyertai
3) Riwayat pemeriksaan dan pengobatan yang pernah dan sedang
dijalani.
e. Penyakit Kronik dan Pembedahan:
1) Penyakit kronik : DM, penyakit ginjal, dan PPOM
2) Terapi yang sedang di jalani
3) Riwayat operasi pengangkatan limfa, nodus limfatikus, timus
4) Riwayat transplantasi organ.
f. Obat-obatan dan Transfusi Darah:
1) Riwayat penggunaan obat masa lalu dan sekarang
(antibiotic,kortikosteroid, preparat sitotoksik, salisilat, NSID,
anastesi dan supresi imun).
2) Riwayat tranfusi darah.
g. Laboratorium dan Diagnostik:
1) Pemeriksaan darah (igE spesifik)
2) Tes tusuk kulit (Skin Prick Test)
3) Tes elisa
4) Tes bown marrow
17
2. Diagnosa
Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan/
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria
Intervensi
Hasil
18
oral
Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan/
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria
Intervensi
Hasil
19
Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan/
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
20
bantuan aktivitas
seperti kursi roda,
krek
Bantu untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
Bantu klien untuk
membuat jadwal
latihan diwaktu luang
Bantu pasien/keluarga
untuk
mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
Sediakan penguatan
positif bagi yang aktif
beraktivitas
Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
Monitor respon fisik,
emosi, sosial dan
spiritual
Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan/ Masalah
Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
21
Perubahan sensasi menyebabkan
Perubahan status nutrisi tekanan
(obesitas, kekurusan) Observasi luka :
Perubahan status cairan lokasi, dimensi,
kedalaman luka,
Perubahan pigmentasi
karakteristik,warna
Perubahan sirkulasi cairan, granulasi,
Perubahan turgor (elastisitas jaringan nekrotik,
kulit) tanda-tanda infeksi
lokal, formasi traktus
Ajarkan pada
DO: keluarga tentang luka
dan perawatan luka
Gangguan pada bagian tubuh Kolaburasi ahli gizi
Kerusakan lapisa kulit (dermis) pemberian diae
Gangguan permukaan kulit TKTP, vitamin
(epidermis) Cegah kontaminasi
feses dan urin
Lakukan tehnik
perawatan luka
dengan steril
Berikan posisi yang
mengurangi tekanan
pada luka
Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan/
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
22
mencegah faktor yang …………………
penyebab. ……
4. Saturasi O2 dalam batas Monitor status
normal hemodinamik
5. Foto thorak dalam batas Berikan pelembab
normal udara Kassa basah
NaCl Lembab
Berikan antibiotik :
…………………
….
…………………
….
Atur intake untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
Monitor respirasi
dan status O2
Pertahankan hidrasi
yang adekuat untuk
mengencerkan sekret
Jelaskan pada pasien
dan keluarga tentang
penggunaan
peralatan : O2,
Suction, Inhalasi.
Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan/
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
23
Tonjolan tulang dan mempertahankan dan mobilisasi
Defisit imunologi kelembaban kulit dan pasien
Berhubungan dengan perawatan alami Monitor status
dengan perkembangan 6. Menunjukkan terjadinya nutrisi pasien
Perubahan sensasi proses penyembuhan luka Memandikan
Perubahan status nutrisi pasien dengan
(obesitas, kekurusan) sabun dan air
Perubahan status cairan hangat
Perubahan pigmentasi Kaji lingkungan
Perubahan sirkulasi dan peralatan yang
Perubahan turgor menyebabkan
(elastisitas kulit) tekanan
Observasi luka :
DO: lokasi, dimensi,
Gangguan pada bagian kedalaman luka,
tubuh karakteristik,warn
Kerusakan lapisa kulit a cairan, granulasi,
(dermis) jaringan nekrotik,
Gangguan permukaan kulit tanda-tanda
(epidermis) infeksi lokal,
formasi traktus
Ajarkan pada
keluarga tentang
luka dan
perawatan luka
Kolaburasi ahli
gizi pemberian
diae TKTP,
vitamin
Cegah
kontaminasi feses
dan urin
Lakukan tehnik
perawatan luka
dengan steril
Berikan posisi
yang mengurangi
tekanan pada luka
24
Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan/
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
25
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem kekebalan tubuh ( imunitas ) adalah sistem mekanisme pada
organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan
mengidentifikasi dan membunuh patogen. Sistem imun terbagi dua
berdasarkan perolehannya atau asalnya,yaitu:
1. Sistem imun Non Spesifik (Sistem imun alami)
2. Sistem imun Spesifik (Sistem imun yang didapat/hasil adaptasi)
Berdasarkan mekanisme kerjanya, sistem imun terbagi, yaitu:
1. Sistem imun humoral (sistem imun jaringan atau diluar sel, yang
berperan adalah Sel B "antibodi"
2. Sistem imun cellular (sistem imun yang bekerja pada sel yang terinfeksi
antigen, yang berperan adalah sel T (Th, Tc, Ts).
Imunisasi merupakan salah satu usaha manusia untuk menjadikan
individu kebal. terhadap suatu penyakit. Imunisasi terbagi 2,yaitu:
Imunisasi aktif: Diperoleh karena tubuh secara aktif membuat antibody
sendiri.
Imunisasi Pasif : kekebalan yang didapat dari pemindahan antibody dari
suatu individu ke individu lainnya.
Beberapa faktor yang mempengaruhi sistem imun tubuh adalah Faktor
Keturunan, Faktor Stres, Faktor Usia, Faktor Hormone, Faktor Nutrisi dan
Penyalahgunaan Antibiotik.
26
DAFTAR PUSTAKA
Baratawidjaja, Karnen Garna dan Renggani Iris. 2010. Imunologi Dasar Edisi ke
Sembilan. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran.
Munasir, Zakiudin. 2001. Respons Imun terhadap Bakteri. Sari Pediatri, Vol. 2,
No. 4, Maret 2001. Diambil dari: http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/2-4-4.pdf (25
Desember 2018).
27