Anda di halaman 1dari 66

LAPORAN KEGIATAN MAGANG

DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RADEN MATTAHER

Oleh Kelompok V :
Septian Adi Syahputra PO. 71. 33. 0. 13. 3390
Siti Rahma Yanti PO. 71. 33. 0. 13. 3394
Siti Setiawati PO. 71. 33. 0. 13. 3395
Syaiful Syafriadi PO. 71. 33. 0. 13. 3397
Tari Pansella PO. 71. 33. 0. 13. 3398
Tini Amelia PO. 71. 33. 0. 13. 3399
Vany Meidy Syafitri PO. 71. 33. 0. 13. 3400
Wini Kartika PO. 71. 33. 0. 13. 3401

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

TAHUN 2015
HALAMAN PERSETUJUAN

Laporan magang ini telah diperiksa dan disetujui sebagai hasil


kegiatan magang mahasiswa Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik
Kesehatan Kemenkes Jambi

Periode ( 20November 2015 s/d 12 Desember 2015)

Jambi, 12 Desember 2015

Ka. Instalasi Sanitasi

Aston Biliher Sihombing

2
IDENTITAS PEMAGANG

Data Personal

1. Nama : Septian Adi Syahputra


NIM : PO.31.0.13.3390
Tahun Akademik : 2013

2. Nama : Siti Rahma Yanti


NIM : PO.31.0.13.3394
Tahun Akademik : 2013

3. Nama : Siti Setiawati


NIM : PO.31.0.13.3395
Tahun Akademik : 2013

4. Nama : Syaiful Syafriadi


NIM : PO.31.0.13.3397
Tahun Akademik : 2013

5. Nama : Tari Pansella


NIM : PO.31.0.13.3398
Tahun Akademik : 2013

6. Nama : Tini Amelia


NIM : PO.31.0.13.3399
Tahun Akademik : 2013

7. Nama : Vany Meidy Syafitri


NIM : PO.31.0.13.3400
Tahun Akademik : 2013

8. Nama : Wini Kartika


NIM : PO.31.0.13.3401
Tahun Akademik : 2013

3
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT., karena berkat


rahmatNya penulis dapat menyelesaikan pelaksanaan magang di Rumah
Sakit Umum Raden Mattaher. Laporan ini merupakan hasil tertulis dari
magang yang dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Raden
Mattaher.

Dalam penulisan laporan ini, kami mengucapkan terimakasih


kepada bapak Aston Biliher Sihombing selaku Kepala Instalasi Sanitasi di
Rumah Sakit Umum Raden Mattaher,beserta bapak dan ibu pembimbing
di lapangan.

Demikianlah laporan ini dibuat semoga bermanfaat bagi pembaca.

Jambi, 12 Desember 2015

4
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................................... 2

IDENTITAS PEMAGANG ............................................................................... 3

KATA PENGANTAR ...................................................................................... 4

DAFTAR ISI ................................................................................................... 5

DAFTAR TABEL ............................................................................................ 7

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ 8

JADWAL KEGIATAN ..................................................................................... 10

BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................ 6

1.1. LATAR BELAKANG ...................................................................... 9

1.2 TUJUAN .......................................................................................... 9

1.3 RUANG LINGKUP .......................................................................... 9

BAB II. GAMBARAN UMUM INSTITUSI ........................................................ 10

2.1. PENGERTIAN RUMAH SAKIT


2.2. LANDASAN HUKUM SANITASI RUMAH SAKIT RUMAH
SAKIT UMUM DAERAN RADEN MATTAHER. ……………………..10
2.3. RUMAH SAKIT UMUM DAERAN RADEN MATTAHER… 13

BAB III. HASIL KEGIATAN MAGANG ........................................................... 17

3.1 WAKTU PELAKSANAAN ............................................................... 17

3.2 LOKASI PELAKSANAAN ............................................................... 17

3.3 HASIL KEGIATAN .......................................................................... 17

BAB IV. PENUTUP ........................................................................................ 31

5
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Keadaan lingkungan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan
masyarakat. Banyak aspek kesejahteraan manusia dipengaruhi oleh
lingkungan, dan banyak penyakit dapat dimulai, didukung, ditopang, atau
dirangsang oleh faktor-faktor lingkungan. Contoh dramatis adalah
keracunan Methyl Mercury yang terjadi pada penduduk sekitar Minamata
(Jepang) akibat mengkonsumsi ikan yang berasal dari pantai yang
tercemar mercury (air raksa). Dari bencana ini, 41 orang meninggal dan
juga terjadi cacat tubuh dari bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang
mengkonsumsi ikan yang terkontaminasi Mercury tersebut. Dengan
alasan tersebut, interaksi antara manusia dengan lingkungannya
merupakan komponen penting dari kesehatan masyarakat.
Moeller (1992), menyatakan “In it broadsense, environmental health
is the segment of public health that is concerned with assessing,
understanding, and controlling the impacts of people on their
environment and the impacts of the environment on them”. Pernyataan
tersebut menunjukkan bahwa kesehatan lingkungan merupakan bagian
dari kesehatan masyarakat yang memberi perhatian pada penilaian,
pemahaman, dan pengendalian dampak manusia pada lingkungan dan
dampak lingkungan pada manusia.
Ilmu kesehatan lingkungan adalah ilmu multidisipliner yang
mempelajari dinamika hubungan interaktif antara sekelompok manusia
atau masyarakat dengan berbagai perubahan komponen lingkungan
hidup manusia yang diduga dapat menimbulkan gangguan kesehatan
pada masyarakat dan mempelajari upaya untuk penanggulangan dan
pencegahannya. Menurut Notoatmodjo (1996), kesehatan lingkungan
pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang

6
optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status
kesehatan yang optimum pula.
Rumah Sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan dimana
di dalamnya terdapat bangunan, peralatan, manusia (petugas, pasien
dan pengunjung) dan kegiatan pelayanan kehatan, selain
dapat menghasilkan dampak positif berupa produk pelayanan kesehatan
yang baik terhadap pasien dan memberikan keuntungan retribusi
bagi pemerintah dan lembaga pelayanan itu sendiri, rumah sakit juga
dapat menimbulkan dampak negatif berupa pengaruh buruk kepada
manusia, seperti sampah dan limbah rumah sakit yang dapat
menyebabkan pencemaran lingkungan, sumber penularan penyakit dan
menghambatproses penyembuhan serta pemulihan penderita.
Sampah dan limbah rumah sakit sangat layak diduga banyak
mengandung bahaya atau resiko karena dapat bersifat racun, infeksius
dan juga radioaktif (Suwarso, 1996). Selain itu, karena kegiatan atau
sifat pelayanan yang diberikan, maka rumah sakit bisa menjadi depot
segala macam penyakit yang ada di masyarakat, bahkan dapat pula
sebagai sumber distribusi penyakit karena selalu dihuni, dipergunakan,
dan dikunjungi oleh orang-orang yang rentan dan lemah terhadap
penyakit. Di rumah sakit pula dapat terjadi penularan baik secara
langsung (crossinfection), melalui kontaminasi benda-benda ataupun
melalui serangga sehingga dapat mengancam kesehatan (vector
borne infection) masyarakat umum (Kusnoputranto, 1993).
Untuk mengantisipasi dampak negatif yang tidak diinginkan
dari institusi pelayanan kesehatan ini, maka dirumuskan konsep
sanitasi lingkungan yang bertujuan untuk mengendalikan faktor-faktor
yang dapat membahayakan bagi kesehatan manusia tersebut. Menurut
WHO, sanitasi lingkungan (environmental sanitation) adalah upaya
pengendalian semua faktor lingkungan fisik manusia yang mungkin
menimbulkan atau dapat menimbulkan hal-hal yang merugikan bagi
perkembangan fisik, kesehatan dan daya tahan hidup manusia. Dalam

7
lingkup rumah sakit, sanitasi berarti upaya pengawasan berbagai faktor
lingkungan fisik, kimiawi dan biologik di rumah sakit yang menimbulkan
atau mungkin dapat mengakibatkan pengaruh buruk terhadap kesehatan
petugas, penderita, pengunjung maupun bagi masyarakat di sekitar
rumah sakit. (Musadad, 1993).
Dari pengertian di atas maka sanitasi rumah sakit
merupakan upaya dan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem
pelayanan kesehatan di rumah sakit dalam memberikan layanan dan
asuhan pasien yang sebaik-baiknya. Karena tujuan dari sanitasi rumah
sakit tersebut adalah menciptakan kondisi lingkungan rumah sakit agar
tetap bersih, nyaman, dan dapat mencegah terjadinya infeksi silang serta
tidak mencemari lingkungan.
Keberadaan rumah sakit sebagai tempat berkumpulnya orang sakit
atau orang sehat yang dapat menjadi sumber penularan
penyakit dan pencemaran lingkungan (gangguan kesehatan), maka
untuk mengatasi kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan dari
institusi pelayanan kesehatan, khususnya rumah sakit ditetapkan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1204/Menkes/SK/X/2004 menetapkan persyaratan-
persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit.
Persyaratan yang harus dipenuhi instansi pelayanan kesehatan,
khususnya sanitasi lingkungan rumah sakit antara lain
mencakup: (1)Penyehatan Ruang Bangunan dan Halaman
Rumah Sakit,(2) Persyaratan Hygiene dan Sanitasi Makanan
Minuman, (3) PenyehatanAir, (4) Pengelolaan Limbah, (5) Pengelolaan
tempat Pencucian (Laundry), (6) Pengendalian Serangga, Tikus dan
Binatang Pengganggu Lainnya, (7) Dekontaminasi melalui Disinfeksi dan
Sterilisasi, (8) Persyaratan Pengamanan Radiasi,(9) Upaya Promosi
Kesehatan dariaspek kesehatan lingkungan.

8
1.2. TUJUAN
Adapun tujuan dari kegiatan magang ini adalah untuk mengetahui
beberapa aspek hygiene dan sanitasi di Rumah Sakit Umum Raden
Matttaher Jambi

1.3. RUANG LINGKUP


Adapun ruang lingkup pada kegiatan ini adalah dilakukan di Rumah
Sakit Umum Raden Mattaher Jambi dari tanggal 20 November 2015
sampai dengan 12 Desember 2015

9
BAB II

GAMBARAN UMUM INSTITUSI

2.1 PENGERTIAN RUMAH SAKIT

Sanitasi, menurut kamus bahasa Indonesia diartikan sebagai


'pemelihara kesehatan'. Menurut WHO, sanitasi lingkungan
(environmental sanitation) adalah upaya pengendalian semua faktor
lingkungan fisik manusia yang mungkin menimbulkan atau dapat
menimbulkan hal-hal yang merugikan bagi perkembangan fisik,
kesehatan dan daya tahan hidup manusia.

Dalam lingkup Rumah Sakit (RS), sanitasi berarti upaya


pengawasan berbagai faktor lingkungan fisik, kimiawi dan biologik di
RS yang menimbulkan atau mungkin dapat mengakibatkan pengaruh
buruk terhadap kesehatan petugas, penderita, pengunjung maupun
bagi masyarakat di sekitar RS. Dari pengertian di atas maka sanitasi
RS merupakan upaya dan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem
pelayanan kesehatan di RS dalam memberikan layanan dan asuhan
pasien yang sebaik-baiknya, karena tujuan dari sanitasi RS tersebut
adalah menciptakan kondisi lingkungan RS agar tetap bersih, nyaman,
dan dapat mencegah terjadinya infeksi silang serta tidak mencemari
lingkungan.

2.2 LANDASAN HUKUM SANITASI RUMAH SAKIT

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR: 1204/MENKES/SK/X/2004

TENTANG

PERSYARATAN KESEHATAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT

Menimbang :

a. bahwa rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan,


tempat berkum- pulnya orang sakit maupun orang sehat, atau

10
dapat menjadi tempat penularan penyakit serta memungkinkan
terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan;
b. bahwa untuk menghindari risiko dan gangguan kesehatan
sebagaimana dimaksud dalam huruf a, maka perlu
penyelenggaraan kesehatan lingkungan rumah sakit sesuai
dengan persyaratan kesehatan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b, perlu ditetapkan Keputusan Menteri
Kesehatan tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah
Sakit;

Mengingat :

1. Undang-Undang Gangguan (Hinder Ordonnantie) 1926 Stbl. 1940


Nomor 14 dan Nomor 450
2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit
Menular (Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor 20,Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3237);
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
Menular (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan
Lembaran
4. Negara Nomor 3495);Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997
tentang Ketenaganukliran (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor
23, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3676);
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor
68,Tambahan Lembaran Negara Nomor 3699):
6. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3839);

11
7. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan
Kewenangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran
Negara Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3848);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang
Penanggulangan Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara
Tahun 1991 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3447);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 jo Peraturan
Pemerintah Nomor 85 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun (Lembaran Negara Tahun 1999
Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3815);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom
(Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3952);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan
dan Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 41, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4090);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2002 tentang Pengelolaan
Limbah Radioaktif (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 52,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4202);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2003 tentang Pengamanan
Rokok Bagi Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 36,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4276);
14. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1277/Menkes/SK/XI/2001
tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen
Kesehatan;
15. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1493/Menkes/SK/2003
tentang Penggunaan Gas Medis Pada Sarana Pelayanan
Kesehatan.

12
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Pertama : Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.

Kedua : Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit


dan pe- nyelenggaraannya sebagaimana tercantum dalam Lampiran
Keputusan ini

Ketiga : Penanggung jawab rumah sakit bertanggung jawab


terhadap pengelolaan kesehatan lingkungan rumah sakit
sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kedua Keputusan ini.

Keempat : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan


kesehatan lingkungan rumah sakit dilakukan oleh Kepala Dinas
Kesehatan

Kelima : Dengan berlakunya Keputusan Menteri ini maka


Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 986 Tahun 1992 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit dan peraturan
pelaksanaannya dicabut dan tidak berlaku lagi.

Keenam : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal


ditetapkan.

2.3 RUMAH SAKIT UMUM DAERAN RADEN MATTAHER


2.3.1. Deskripsi dan Sejarah

Raden Mattaher Provinsi Jambi adalah rumah sakit milik


Pemerintah Provinsi Jambi terletak di kota Jambi, berdiri pada tahun
1948 dengan tipe C dan bergabung dengan Dinas Kesehatan Tentara
(DKT) Jambi. Pada tanggal 19 November 1972 dipindahkan ke Jl.
Letjen Suprapto No. 31 Telanaipura Jambi. Rumah sakti ini dibangun

13
diatas tanah seluas +- 75.000 M2 dengan luas bangunan +- 21.163
M2. Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Provinsi Jambi
semula namanya Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Provinsi Jambi.
Dan kemudian pada bulan November 1999 bertepatan pada hari
kesehatan nasional 1999, rumah sakit ini diberi nama salah seorang
Pahlawan Jambi yaitu Raden Mattaher. Pada tahun 2009, RSUD
Raden Mattaher Provinsi Jambi menjadi rumah sakit pendidikan kelas
B sesuai dengan surat keputusan Menteri Kesehatan RI Dirjen Bina
Pelayan Medik No : YM 01.10/III.47671/09. Dengan terbitnya UU No. 1
tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (PBN) dan PP No. 23
tahun 205 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
(PPKBLU) dan Permendagri No. 61 tahun 2005 tentang Pola
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah, RSUD Raden
Mattaher Provinsi Jambi telah menjadi Rumah Sakit Pemerintah
penggunan PPK-BLUD. Penerapan peraturan ini mengakibatkan pola
pengelolaan keuangan yang memberikan fleksibilitas berupa
keleluasaan untuk menerapkan praktek-praktek bisnis yang sehat
untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat khususnya
dibidang kesehatan dalam rangka memajukan kesejahteraan umum
dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Berdasarkan Keputusan
Gubernur Jambi No. 80 tahun 2010 RSUD Raden Mattaher Provinsi
Jambi ditetapkan sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) dan
diberi fleksibilitas dalam Tata Kelola Keuangan sesuai dengan
peraturan yang berlaku. Namun demikian RSUD Raden Mattaher
masih terus melengkapi aturan dan peraturan yang mendukung pola
pengelolaan pengguna PPK-BLUD. Berdasarkan Peraturan Gubernur
No. 6 tahun 2011, Rumah Sakit Daerah Raden Mattaher Provinsi
Jambi mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pelayanan
kesehatan dengan upaya penyembuhan, pemulihan, peningkatan,
pencegahan, pelayanan rujukan dan penyelenggaraan pendidikan dan

14
pelatihan, penelitian dan pengembangan serta pengabdian
masyarakat.

SPESIALISASI
 Spesialis Penyakit Dalam
 Kebidanan & Kandungan
 Anak
 Bedah
 THT
 Mata
 Syaraf
 Jantung
 Paru
 Kulit & Kelamin
 Gigi & Mulut (Bedah Mulut)
 Jiwa
 Gizi

2.3.2. Visi, Misi, dan Moto

Visi
Menjadi Rumah Sakit Rujukan dengan pelayanan prima dan Rumah
Sakit Pendidikan yang berkualitas Penjelasan:
- Rumah Sakit rujukan Adalah RSUD Raden Mattaher Provinsi iambi
menjadi pilihan dan terpercaya bagi masyarakat jambi dan provinsi
disekitarnya, serta merupakan rumah sakit rujukan bagi rumah sakit
se Provinsi Jambi
- Rumah Sakit Pendidlkan : Adalah rumah sakit yang menjadi lahan
pendidikan praktek bagimahasiswa yang menjalin kerja sama
derigan RSUD Raden Mattaher Provinsi iambi secaraprofesional
sesuai standar serta mengutarnakan mutu pendidikan itu sendiri
- Berkualitas : Adalah meningkatkan mutu dan kualitas sumber daya
rnanusia melaluipendidikan praktek di RSUD Raden Mattaher.

Misi

- Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan pelayanan prima


untukmemenuhikebutuhan kesehatan masyarakat

- Menyelenggarakan administrasi dan pe ngelolaan keuangan yang


transparan, akuntabel dan terintegrasi

15
- Menyelenggarakan pendidikan, pelatihan dan penelitlan untuk
menghasilkan sumber daya kesehatan yang berkualitas
- Mewujudkan kecukupan sarana dan prasarana kesehatan untuk
menjamin kepastian pelatihan dan pendidikan kesehatan.

Moto
Komitmen dalam mutu, melayani dengan nurani

16
BAB III

HASIL KEGIATAN MAGANG

3.1. WAKTU PELAKSANAAN

Pelaksanaan praktek magang di RSUD Raden Mattaher Jambi


dilakukan pada hari :. Berikut waktu pelaksanaan praktek magang :

Tanggal : 20 November 2015 – 12 Desember 2015

Senin – Jumat : 8.00 s/d selesai

3.2. LOKASI PELAKSANAAN

Lokasi pelaksanaan praktek magang ini di laksanakan di RSUD

Raden Mattaher

3.3. HASIL KEGIATAN

Berikut adalah hasil kegiatan yang telah dilakukan di Rumah


Sakit Umum Raden Mattaher Jambi selama waktu yang telah
ditetapkan :

3.3.1. Pengendalian Vektor dan Binatang Pengganggu

Kegiatan yang dilaksanakan adalah pengukuran kepadatan lalat di


TPS sekitar RSUD Raden Mattaher dan pengukuran kepadatan lalat di
ruang gizi. Berikut adalah tabel hasil kegiatan praktek pengukuran
kepadatanlalat di TPS sekitar RSUD Raden Mattaher dan pengukuran
kepadatan lalat di ruang gizi:

1. Pengukuran kepadatan lalat di TPS dengan penyemprotan desinfektan


SOS
 Alat dan Bahan :
 Botol penyemprot 3 buah
 Labu erlenmeyer 1000 ml

17
 Ember
 Fly grill
 Stopwatch
 Counter
 Sarung tangan
 masker
 Cara kerja :
 Pembuatan dan pencampuran larutan desinfektan dengan air :
 Siapkan alat dan bahan, pakai masker dan sarung tangan
sebelum memulai pencampuran
 Siapkan erlenmeyer kemudian isi dengan air bersih sebanyak
1000 ml, masukkan kedalam ember
 Masukkan juga desinfektan SOS sebanyak 800 ml kemudian
masukkan ke ember, aduk sampai tercampur
 Isi erlenmeyer dengan larutan yang sudah dicampur sebanyak
400 ml, isi botol pertama
 Lakukan langkah diatas untuk mengisi botol kedua dan ketiga
sebanyak 400 ml
 Larutan pun siap
 Pemasangan Flygrill dan Pengukuran Kepadatan Lalat di TPS
 Siapkan Flygrill, stopwatch, dan counter
 Pasang flygrill di sekitar area TPS
 Hitung kepadatan awal sebelum disemprot dengan cara
mencatat jumlah lalat yang hinggap di flygrill selama 30 detik
 Setelah pengukuran awal, semprot flygrill dengan larutan
desinfektan sebanyak 10x, kemudian hitung jumlah lalat yang
hinggap di flygrill selama 30 detik
 Semprot kembali 10x sehingga menjadi 20x semprotan, hitung
kembali jumlah lalat yang hinggap selama 30 detik
 Semprot lagi 10x sehingga menjadi 30x semprotan, hitung lagi
julah lalat yang hinggap selama 30 detik
 Catat dan hitung jumlah rata-rata lalat yang hinggap pada saat
penyemprotan 10x – 30x

18
Tabel 1. Pengukuran Lalat di TPS dengan penyemprotan desinfektan SOS

Penyemprotan Jumlah lalat hinggap Rata-rata


Sebelum penyemprotan 19 19
10x 8 3
20x 1
30x 0
Jumlah 28

Dari tabel diatas dapat dilihat sebelum dilakukan


penyemprotan dengan desinfektan lalat yang hinggap di flygrill ada
19 lalat. Persentase lalat tertangkap setelah dilakukan
penyemprotan dapat dilihat di perhitungan dibawah :

3
Persentase = 𝑥 100% = 15,8 %
19

Persentase penurunan = 100% - 15,8% = 84,2 %

Setelah dilakukan penyemprotan sebanyak 10x – 30x terjadi


penurunan jumlah lalat yang hinggap sebanyak 84,2 %, sehingga
larutan desinfektan yang diujikan dapat digunakan sebagai
alternatif pengendalian lalat.

2. Pengukuran kepadatan lalat di Ruang Gizi dan Pengolahan Makanan


 Alat dan Bahan :
 Fly grill
 Stopwatch
 Counter
 Sarung tangan
 masker
 Cara kerja :
 Pemasangan Flygrill dan Pengukuran Kepadatan Lalat di Ruang Gizi
dan Pengolahan Makanan
 Siapkan Flygrill, stopwatch, dan counter

19
 Pasang flygrill di depan pintu masuk ruangan
 Ukur Kepadatan Lalat dengan cara melakukan pengukuran
sebanyak 10 titik selama 30 detik tiap titik
 Catat hasil pengukuran tiap titik, kemudian hitung angka
kepadatan lalat nya dan bandingkan dengan persyaratan

Tabel 2. Pengukuran Kepadatan Lalat di Ruang Gizi dan Pengolahan Makanan

Titik Pengukuran Jumlah Lalat Hinggap


1 3
2 3
3 1
4 1
5 -
6 1
7 -
8 -
9 -
10 1
Jumlah 10
Rata-rata 10/6 = 1,7

Tabel 3. Persyaratan Kepadatan Lalat Berdasarkan Kepmenkes No.


1204 tahun 2004

Jumlah lalat Keterangan


0–2 Rendah
3–6 Sedang
7 – 20 Tinggi
Dari hasil pengukuran dan tabel diatas dapat dilihat angka
kepadatan lalat adalah 1,7, jika dibandingkan dengan persyaratan,

20
kategori kepadatan lalatnya masih dapat dikatakan rendah karena
terdapat di rentang 0 – 2.

3.3.2. Sistem Pembuangan Air Limbah

Laju Debit Air Limbah : 1. 9,42 dtk/ 10 L


2. 10,06 dtk/ 10 L
3. 9,96 dtk/ 10 L

P3

P2

P1

Dari gambar diatas dapat dilihat terdapat 3 pipa inlet menuju


ke bak sedimentasi yang memiliki p = 670cm, l = 423cm, t = 276cm.
Waktu yang dibutuhkan bakteri anaerob untuk mengurai limbah
adalah 8 jam, sehingga didapatkan hasil perhitungan sebagai
berikut:

Rata-rata debit air = 9,42 dtk/ 10L


10,06 dtk/ 10L
9,96dtk/ 10L
9,8133 dtk / 10L = 0,00277 jam / 10L

Volume bak Sedimentasi = p x l x t

21
= 6,7 m x 4,23 m x 2,76 m
= 782.2 m3
= 78220 L
Sehingga dapat dihitung waktu yang dibutuhkan untuk
memenuhi bak sedimentasi dengan debit diatas sebagai berikut :
Totak waktu = 7220 x 0,00277 jam / 10 L
= 21,67 jam

3.3.3. Penyediaan Air Bersih

Kegiatan yang dilaksanakan adalah penghitungan dan


pengukuran debit air, kebutuhan air rumah sakit, kebutuhan air di instalasi
Laundry. Berikut adalah hasil kegiatan praktek adalah penghitungan dan
pengukuran debit air, kebutuhan air rumah sakit, kebutuhan air di instalasi
laundry RSUD Raden Mattaher :

1. Pengukuran Debit Air dan Kebutuhan air di RSUD Raden Mattaher

P2 P1,P2,P3 = pipa ke-1, ke-2, dan ke-3


P1 P3
Debit air
P1 = 3, 14 L/dtk
P2 = 3,93 L/dtk
P3 = 4,24L/dtk

Dari pengamatan, terdapat 3 pipa penyalur air ke tempat


penampungan air di RSUD Raden Mattaher, masing-masing pipa
memiliki debit yang berbeda-beda. Sehingga dari ketiga debit diatas
dapat dirata-ratakan menjadi 3,27 L/dtk. 3,27 L/dtk dikonversikan
menjadi m3/ hari menjadi 325,728 m3/ hari dengan perhitungan
sebagai berikut :

22
𝐿 𝑚3 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
3.27 𝑑𝑡𝑘 𝑥 1000𝐿 𝑥 86400 = 325,728 m3/hari = 325.728
ℎ𝑎𝑟𝑖

L/hari

Didapati hasil total debit air adalah325.728 L/hari. Menurut


kepmenkes 1204 tahun 2004 kebutuhan air bersih untuk 1 pasien
per hari adalah 500 L/pasien/hari. Maka dengan debit diatas RS
dapat memenuhi kebutuhan air dengan pasien sebanyak :

325.728 𝐿/𝑑𝑡𝑘
Total Pasien = 𝐿 = 651, 456 pasien = 651 pasien
500
𝑃𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛
ℎ𝑎𝑟𝑖

2. Kebutuhan air dengan jumlah 321 bed perhari

Dari jumlah bed yang berjumlah 321 bed, total debit yang
dibutuhkan dapat dicari dengan cara sebagai berikut :

Total debit air untuk 321 bed/hari = 321 bed x 500 L/bed/hari
= 160.500 L/hari

Dari hasil perhitungan didapati kebutuhan air untuk 321 bed


adalah 160.500 L/hari, sedangkan total debit air RSUD Raden
Mattaher adalah 325.728 L/hari, sehinngga terjadi kelebihan air
sebanyak 160.174,3 L/hari.

3. Debit air di ruang Laundry

P1 P2
P1 = 3,52 L/ dtk

P2 = 12,3 L/dtk

Rata-rata = 7,91 L/dtk = 683,424 L/hari

Jumlah linen = 74,6 kg/hari

23
Jika menurut kepmekes 1204 tahun 2004 kebutuhan air
untuk laundry adalah 40 L/ kg, maka kebutuhan air untuk keperluan
ruang laundry adalah

Kebutuhan air = 40 L/Kg x 74,6 kg/hari

= 2980 L/hari

sedangkan dari total debit pada pipa air adalah 683.424


L/hari, jadi terjadi kelebihan air pada instalasi laundry jika
dihidupkan secara terus menerus

3.3.4. Hygiene - sanitasi Makanan Instalasi Gizi

No Penyehatan Makanan dan Bobot Nilai Skor


Minuman
1. Bahan makanan dan 2 a.kondisi bahan makanan dan 50 100
makanan hasil jadi jadi secara sehat
b.kondisi bahan makanan dan
makanan jadi secara 50
bakteriologis memenuhi syarat

2 Tempat penyimpanan 3 a.makanan yang mudah


bahan makanan dan membusuk disimpan pada suhu
makanan jadi >56,5˚C atau <4˚C
b.makanan yang akan disajikan
>5 jam disimpan pada suhu 5˚C 30
c.bersih
d. terlindung dari debu
e. bebas gangguan serang dan
tikus 10 30
f. bahan makanan dan makanan 10 30
jadi terpisah 10 30

10
3. Penyajian makanan 2 a.menggunakan kereta dorong 40 80
tertutup
b.tidak menyajikan makanan jadi 40 80
yang sudah menginap
c.lalu lintas makanan jadi melalui
jalur khusus 20 40

24
4. Tempat pengolahan 4 a.lantai dapur sebelum dan 50 200
makanan (dapur) sesudah kegiatan dibersihkan
dengan anti septik
b.dilengkapi dengan sungkup
dan cerobong asap 25
c.pencahayaan > 200 lux

25 100
5. Penjamah makanan 2 a.memiliki surat keterangan sehat 40
yang berlaku
b.tidak berkuku panjang, koreng,
dan sejenisnya 30 60
c.menggunakan pakaian
pelindung pengolahan makanan
d.selalu menggunakan peralatan 10 20
dalam penjamah makanan jadi
e.berprilaku selama bekerja
10 20

10 20
6. perlatan 2 a.sebelum digunakan dalam 20
kondisi bersih
b.tahan karat, dan tidak 30
mengandung bahan beracun
c.utuh, tidak retak
d.dicuci dengan desinfektan atau 15
dikeringkan dengan atau
dikeringkan dengan sinar 15
matahari atau pemanas buatan
dan tidak di bersihkan dengan
kain

Hasil pengukuran pencahayaan :


a.ruang persiapan (lampu dalam keadaan mati)
titik I : 2,09
II : 5,34
III : 4,26
IV : 5,59

25
V : 6,63

VI : 2,92

26,83
Rata-rata pencahayaan : x 100 = 453 lux
6

b. ruang masak (lampu hidup)

titik I : 3,48

II : 1,37

III : 0,85

IV : 0,52

V : 407

VI : 1,53

11,82
Rata-rata pencahayaan = x 100 = 197 lux
6

Kesimpulan :

1.untuk pencahayaan

a. ruang persiapan= 453 lux memenuhi syarat > 200 lux


b. ruang masak = 197 lux tidak memenuhi persyaratan 200 lux

2. masalah yang ditemukan diinstalasi gizi :

a. lalu lintas makanan jadi menggunakan khusus tidak


ditentukan dimana, masih menggunakn jalur umum
b. dapur tidak menggunakan cerobong asap, dimana menjadi
membuat keadaan panas di tempat kerja
c. penjamah makan tidak memiliki surat keterngan sehat yang
berlaku dimana dapat menyebabkan penularan penyakit
carier jika penjamah mengidap penyakit bawaan

SOLUSI DAN SARAN

26
1. untk pencahayaan < 200 lux diberi penerangan buatan (
lampu)
2. pada masalah di instalasi gizi sebaiknya dilakukan perbaikan
di bagian yang bermasalah.
3.3.5. Pengelolaan Laundry dan Desinfeksi & Sterilisasi
3.3.5.1. Laundry
o Tahapan dalam pengelolaan laundry

- Pengumpulan linen dari unit-unit ruangan


- Pemisahan linen infeksius dengan linen sangat
infeksius dan penimbangan
- Proses pencucian dengan menggunakan
detergen, desinfektan, pengharum dan
pelembut
- Pemerasan dan menggunakan mesin
- Pengeringan dengan menggunakan mesin

27
- Penyetrikaan dengan mesin
- Penyimpanan diruang khusus dan diletakkan di
rak
- Pendistribusian kembali sesuai kebutuhan
o Jumlah pegawai = 12 pegawai, 10 perempuan dan 2
laki-laki
o APD yang digunakan
- Topi
- Sarung tangan
- Sepatu safety
- Apron
- Kacamata
2.3.5.2. Instalasi Central Steril Supply Departement
(CSSD)
o Tugas CSSD
Melakukan sterilisasi instrument/alat yang dibutuhkan
disetiap unit ruangan RS
o Alur Instalasi CSSD

28
Ket :
R. penerimaan barang  Pencucian  Pengeringan
dengan alat  R.produksi Autoclave 
R.penyimpanan dan pendistribusian kembali

3.3.5.2. Desinefeksi dan Sterilisasi (CSSD)

3.3.6. Penyehatan Gedung dan Bangunan

Pencahayaan(Lux) Kebisingan Hasil


No Ruangan
Terbuka Tertutup (dB) P K
1 R. 02 P.M 689 59 69 - √
2 R. 06 P.M 660 195 58 √ √
3 R. 08 P.M 579 68 25 - √
4 R. 10 P.M 310 36 65 - √
5 R. 03 M.M 323 31 63 - √
6 R. 06 M.M 362, 85, - √
991 55,44
112
7 R. 08 M.M 467 64 24 - √
8 R. 10 M.M 362 62 59 - √
9 R. Adm P.M 47 - 59 - √
10 R. Adm M.M 58 - 58 - √
Keterangan :

P = Pencahayaan

K = Kebisingan

P.M = Ruang Pinang Masak

M.M = Ruang Mayang Mangurai

29
Penjelasan :

 Sebaiknya pencahayaan didalam ruangan harus memenuhi


syarat yaitu 100-200 Lux
 Diruangan administrasi pencahayaan harus diupayakan
mencapai 100 Lux agar dapat membaca dan menulis
dengan baik dan normal
 Pemilihan sampah harus sesuai dengan warna plastic yang
sudah ditentukan
 Kebisingan pada kamar pasien harus berada direntang 40-
45 dB

30
BAB IV

PENUTUP

4.1. KESIMPULAN
1. Setelah dilakukan penyemprotan sebanyak 10x – 30x terjadi
penurunan jumlah lalat yang hinggap sebanyak 84,2 %,
sehingga larutan desinfektan yang diujikan dapat digunakan
sebagai alternatif pengendalian lalat.
2. Dari hasil pengukuran dan tabel diatas dapat dilihat angka
kepadatan lalat adalah 1,7, jika dibandingkan dengan
persyaratan, kategori kepadatan lalatnya masih dapat
dikatakan rendah karena terdapat di rentang 0 – 2.
3. Dengan debit 9,8133 dtk/10 L dan volume bak sedimentasi
78220 L, bak sedimen dapat terpenuhi dalam waktu 21,67
Jam
4. Dengan debit 325.728 L/hari dapat memenuhi kebutuhan
pasien sebanyak 651 pasien, dan dari 321 bed kebutuhan
airnya adalah 160.500 L/hari
5. Kebutuhan air dari instalasi laundry sebanyak 74,6 kg/hari
adalah 2980 L/hari, sedangkan dari total debit pada pipa air
adalah 683.424 L/hari, jadi terdapat kelebihan air pada
instalasi laundry jika dihidupkan secara terus menerus
6. untuk pencahayaan ruang instalasi gizi
 ruang persiapan= 453 lux memenuhi syarat > 200 lux
 ruang masak = 197 lux tidak memenuhi persyaratan
200 lux
7. masalah yang ditemukan diinstalasi gizi :
- lalu lintas makanan jadi menggunakan khusus tidak
ditentukan dimana, masih menggunakn jalur umum
- dapur tidak menggunakan cerobong asap, dimana menjadi
membuat keadaan panas di tempat kerja

31
- penjamah makan tidak memiliki surat keterngan sehat yang
berlaku dimana dapat menyebabkan penularan penyakit
carier jika penjamah mengidap penyakit bawaan

4.2. SARAN
- Sebaiknya pencahayaan didalam ruangan pasien harus memenuhi
syarat yaitu 100-200 Lux
- Diruangan administrasi pencahayaan harus diupayakan mencapai
100 Lux agar dapat membaca dan menulis dengan baik dan normal
- Pemilihan sampah harus sesuai dengan warna plastic yang sudah
ditentukan
- Kebisingan pada kamar pasien harus berada direntang 40-45 dB
- untk pencahayaan < 200 lux diberi penerangan buatan ( lampu)
- pada masalah di instalasi gizi sebaiknya dilakukan perbaikan di
bagian yang bermasalah.
- Pada penyediaan air bersih bagian instalasi laundry untuk
memperhatikan kuantitas air yang masuk, jika bak penampung
sudah terpenuhi maka hentikan aliran airnya agar tidak terbuang
sia-sia

32
DAFTAR PUSTAKA

http://anasgrets.blogspot.co.id/2012/10/makalah-sanitasi-
rumah-sakit.html

http://nurjanahmatkul.blogspot.co.id/2013/12/sanitasi-rs.html

http://apriliasakari.blogspot.co.id/2014/04/makalah-
pengendalian-vektor.html

http://acudedy.blogspot.co.id/2012/01/makalah-sanitasi-rumah-
sakit.html

http://inspeksisanitasi.blogspot.co.id/2012/01/dasar-kesehatan-
lingkungan-rumah-sakit.html#sthash.kCnXtfP2.dpuf

33
Lampiran

Dokumentasi Penyediaan Air Bersih

34
35
36
Dokumentasi Pengelolaan Limbah

37
38
39
Dokumentasi Ruang Laundry dan CSSD

40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
Dokumentasi Pengendalian Vektor dan Hygiene Sanitasi Makanan

50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
Dokumentasi Inspeksi Gedung dan Bangunan

65
66

Anda mungkin juga menyukai