Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

STROKE/ CEREBRO VASCULAR ACCIDENT (CVA)

I. DEFINISI
Stroke merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus ditangani
secara cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak
yang disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada
siapa saja dan kapan saja (Muttaqin, 2008).
Menurut WHO (2013) stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang
cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang
berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya
penyebab lain yang jelas selain vaskuler.
Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak. Stroke
atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh
berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah kulminasi penyakit
serebrovaskuler selama beberapa tahun.

II. PATOFISIOLOGI

A. Etiologi
Stroke dibagi menajdi dua jenis yaitu stroke iskemik dan stroke hemorragic.
a. Stroke Iskemik
Stroke iskemik (non-hemoragic) yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang
menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti. 80% stroke
adalah stroke iskemik. Stroke iskemik ini dibagi menjadi tiga jenis yaitu :
1. Stroke trombotik
Proses terbentuknya thrombus yang membuat penggumpalan.
2. Stroke embolik
Tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah.
3. Hipoperfusion sistemik
Berkurangnya aliran darah keseluruh bagian tubuh karena adanya gangguan
denyut jantung.
b. Stroke hemoragic
Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah
otak. Hampir 70% kasus stroke hemoragic terjadi pada penderita hipertensi.
Stroke hemoragic ada dua jenis yaitu :
1. Hemoragic intraserebral
Perdarahan yang terjadi didalam jaringan otak.
2. Hemoragic subaraknoid
Perdarahan yang terjadi pada ruang subaraknoid (ruang sempit antara
permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak)
B. Tanda dan Gejala
Adapun gejala klinis stroke menurut Batticaca (2008), dibedakan menurut jenis
stroke, antara lain :
1. Gejala klinis pada stroke hemoragi :
a. Defisit neurologis mendadak, didahului gejala prodromal yang terjadi pada saat
istrahat atau bangun pagi.
b. Kadang tidak terjadi penurunan kesadaran.
c. Terjadi terutama pada usia > 50 tahun.
d. Gejala neurologis yang timbul bergantung pada berat ringannya gangguan
pembuluh darah dan lokasinya.
2. Gejala klinis pada stroke nonhemoragi :
a. Kelumpuhan wajah atau anggota badan (biasanya hemiparase) yang timbul
mendadak.
b. Gangguan sensibilitas pada satu anggota badan (gangguan hemisensorik).
c. Perubahan mendadak pada status mental.
d. Tidak lancar berbicara atau tidak dapat berbicara.
e. Bicara cadel.
f. Tungkai atau anggota badan tidak tepat pada sasaran.
g. Mual dan muntah.
h. Nyeri kepala.

III. KOMPLIKASI
Stroke dapat menyebabkan munculnya berbagai masalah kesehatan lain atau komplikasi,
dan sebagian besar komplikasi tersebut dapat membahayakan nyawa. Beberapa jenis
komplikasi yang mungkin muncul, antara lain:
1. Deep vein thrombosis. Sebagian orang akan mengalami penggumpalan darah di
tungkai yang mengalami kelumpuhan. Kondisi ini terjadi akibat terhentinya gerakan
otot tungkai, sehingga aliran di dalam pembuluh darah vena tungkai terganggu. Hal
ini meningkatkan risiko untuk terjadinya penggumpalan darah. Deep vein
thrombosis dapat diobati dengan obat antikoagulan.
2. Stroke Berulang. Kejadian Stroke yang terjadi setelah stroke pertama. Serangan stroke
ulang masih sangat mungkin terjadi dalam kurun waktu 6 bulan pasca serangan
stroke yang pertama. Serangan stroke ulang pada umumnya lebih berakibat fatal
daripada serangan stroke yang pertama.

3. Disfagia. Kerusakan yang disebabkan oleh stroke dapat mengganggu refleks menelan,
akibatnya makanan dan minuman berisiko masuk ke dalam saluran pernapasan.
Masalah dalam menelan tersebut dikenal sebagai disfagia. Disfagia dapat
menyebabkan pneumonia aspirasi.

4. Dekubitus. Kerusakan integritas kulit dapat berasal dari luka karena trauma dan
pembedahan, namun juga dapat disebabkan karena tertekannya kulit dalam waktu
lama yang menyebabkan iritasi dan akan berkembang menjadi luka tekan atau
dekubitus. Bagian tubuh yang sering mengalami dekubitus adalah siku, tumit,
punggung, pinggul, pergelangan kaki dan tulang belakang.
5. Depresi. Faktor neurobiologik yang dianggap berperan sebagai kausal depresi pasca
stroke adalah gangguan kerusakan anatomik dan gangguan neurohormonal/
neurotransmiter.
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Angiografi serebral
Menentukan penyebab stroke scr spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri.
2. CT scan
Penindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma, adanya
jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya secara pasti.
3. MRI (Magnetic Imaging Resonance)
Menggunakan gelombang megnetik untuk menentukan posisi dan bsar terjadinya
perdarahan otak. Hasil yang didapatkan area yang mengalami lesi dan infark akibat
dari hemoragik.
4. EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari
jaringan yang infark sehingga menurunya impuls listrik dalam jaringan otak.
5. Pemeriksaan laboratorium
a. Lumbang fungsi: pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai pada perdarahan
yang masif, sedangkan pendarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal
(xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama.
b. Pemeriksaan darah rutin (glukosa, elektrolit, ureum, kreatinin)
c. Pemeriksaan kimia darah: pada strok akut dapat terjadi hiperglikemia.
d. Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri.

V. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Penatalaksanaan
Untuk mengobati keadaan akut perlu diperhatikan faktor faktor kritis sebagai
berikut:
1) Berusaha menstabilkan tanda – tanda vital
2) Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung
3) Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai kateter
4) Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat
mungkin pasien harus dirubah posisi setiap 2 jam dan dilakukan latihan-
latihan gerak pasif
2. Tindakan konservatif
1) Fasodilator yang meningkatkan aliran darah cerebral (ADS) secara percobaan,
tetapi maknanya: pada tubuh manusia belum dapat dibutuhkan
2) Dapat diberikan histamin, aminophilin, acetazolamide, papaverin intra arterial
3) Anti agregasi trombosis seperti aspirin, digunakan untuk menghambat reaksi
pelepasan agregasi. Trombosis yang terjadi ulcerasi alteroma
3. Tindakan pembedahan untuk memperbaiki aliran darah cerebral, misalnya pada
tindakan endarterectomy carotis.
b. Penatalaksanaan Di Rumah
Prinsip dalam merawat pasien stroke dirumah adalah:
1. Membantu mencegah kecacatan menjadi seminimal mungkin
2. Melatih pasien mandiri dalam melakukan kegiatan sehari-hari
3. Meningkatkan rasa percaya diri pasien
4. Mencegah terulangnya stroke
Pasien Pasca Stroke
Masalah-masalah yang mungkin dialami pasien pasca stroke dan cara keluarga
mengatasinya.
1. Kelumpuhan/ kelemahan
Apabila sewaktu pulang kerumah pasien belum mampu bergerak sendiri,
aturlah posisi pasien senyaman mungkin, tidur terlentang atau miring ke salah
satu sisi, dengan memberi perhatian khusus pada bagian lengan atau kaki yang
lemah. Posisi tangan dan kaki yang lemah sebaiknya diganjal dengan bantal, baik
pada saat berbaring atau duduk untuk memperlancar arus balik darah ke jantung
dan mencegah terjadinya bengkak pada tangan dan kaki. Keluarga dan pengasuh
dapat mencegah terjadinya kekakuan tangan dan kaki yang lemah dengan
melakukan latihan gerak sendi, melanjutkan latihan yang telah dilakukan di
rumah sakit. Sebaiknya latihan dilakukan minimal 2x sehari. Untuk
mempertahankan dan meningkatkan kekuatan otot latihan harus dilakukan oleh
fisioterapi 3-4x seminggu, sedangkan sisa hari yang lain dapat dilakukan oleh
keluarga atau pengasuh. Keluarga juga dapat membantu pasien berjalan kembali
dengan cara berdirilah disisi yang lemah atau di belakang pasie untuk memberi
rasa aman pada pasien. Hindari penggunaan alat bantu jalan kecuali jika
diperlukan sesuai anjuran fisioterapis.
2. Mengaktifkan tangan yang lemah
Anjurkan pasien makan, minum, mandi atau kegiatan harian lain
menggunakan lengan yang masih lemah dibawah pengawasan pengasuh. Dengan
mengaktifkan tangan yang lemah akan memberikan stimulasi pada sel-sel otak
untuk berlatih kembali aktifitas yang dipelajari sebelum sakit.
3. Gangguan sensibilitas (rasa kebas atau baal)
Keluarga sebaiknya menghampiri dan berbicara dengan pasien dari sisi
tubuh yang lemah. Saat berkomunikasi, pengasuh dapat menyentuh dan
menggosok tangan dengan lembut yang mengalami kelemahan. Keluarga
dianjurkan memberi motivasi kepada pasien agar menggunakan tangan yang
lemah sebanyak dan sesering mungkin dan menjauhkan dan menghindarkan
barang atau keadaan yang dapat membahayakan keselamatan pasien, misalnya
nyala api, benda tajam dan benda berbahaya lainnya. Keluarga juga harus selalu
mengingatkan pasien untuk tidak mencoba sesuatu, misalnya air panas dengan
tangan yang lemah.
Hal yang perlu di perhatikan dalam perawatan pasien pasca stroke di rumah
adalah :
1. Posisi tempat tidur dan terapi fisik untuk stroke. Tempat tidur ideal untuk
pasien stroke adalah tempat tidur yang padat dengan bagian kepala cukup
keras untuk menopang berat ketika disandarkan. Membalikkan pasien dari satu
sisi ke sisi lainnya dan mengubah posisi lengan dan tungkai setiap 2 jam.
Pijatlah tungkai yang lumpuh 1-2 kali sehari. Menopang tungkai yang lemah
dengan bantal. Dan ini pula merupakan bagian dari cara merawat pasien
stroke.
2. Membalik pasien. Untuk membalik pasien di tempat tidur, orang yang
merawat harus menyelipkan lengan mereka di bawah tubuh penderita stroke
dan menarik pasien ke arah mereka. Jika pasien sudah berputar, bukalah dan
kencangkan sprei di bawahnya. Punggung pasien diperiksa untuk melihat
tanda-tanda dekubitus. Karena dengan pasien yang terbaring lemah di tempat
tidur dalam jangka waktu lama akan bisa menimbulkan tanda-tanda dekubitus
termasuk tanda dekubitus pasien stroke.
3. Perawatan kulit pada pasien stroke. Sama halnya dengan di atas, bahwa tujuan
perawatan kulit penderita stroke ini juga mencegah adanya dekubitus.
Membersihkan kulit dengan air hangat, spons dan sedikit antiseptik atau sabun
paling tidak sehari sekali. Kulit penderita harus dijaga tetap kering dan bila
perlu diberi bedak.
4. Perawatan Mata dan Mulut. Pada pasien yang mengalami kesulitan dalam
menelan dan minum maka pada bagian mulutnya pula harus dibersihkan
dengan sikat yang lembut dan lembab. Menggunakan kain lembab yang bersih
ketika membersihkan kelopak mata bila diperlukan.
5. Menelan dan Makan. Dalam hal membantu mengatasi kesulitan dalam
menelan ini dipelukan pula bantuan ahli terapi wicara dan juga ahli gizi akan
bisa memberikan nasehat berkaitan dengan konsistensi makanan serta
minuman yang sesuai. Bila mengalami gangguan menelan, bila perlu
memberikan makanan melalui selang (NGT Nas Gastric Tube) yaitu selang
yang dimasukkan dari hidung sampai dengan lambung untuk memudahkan
pemberian makanan. Untuk mencegah tersedak dan juga pneumonia aspirasi,
semua makanan harus dimakan dalam keadaan duduk, jangan dengan
berbaring.

VI. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. Pengkajian
Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang diberikan
melalui praktek keperawatan, keluarga untuk membantu menyelesaikan masalah
kesehatan keluarga tersebut dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan
Proses keperawatan adalah metode ilmiah yang digunakan secara sistematis untuk
mengkaji dan menentukan masalah kesehatan dan keperawatan keluarga,
merencanakan asuhan keperawatan dan melaksanakan intervensi keperawatan
terhadap keluarga sesuai rencana yang telah disusun dan mengevaluasi mutu hasil
asuhan keperawatan yang dilaksanakan terhadap keluarga.
1. Pengkajian
Lima tahap proses keperawatan terdiri dari pengkajian terhadap keluarga,
identifikasi masalah keluarga dan individu (diagnosa keperawatan), rencana
keperawatan, implementasi rencana pengerahan sumber-sumber dan evaluasi
perawatan.
Pengumpulan data
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara wawancara, pengamatan, studi
dokumentasi (melihat KMS, kartu keluarga) dan pemeriksaan fisik
Data yang dikumpulkan meliputi:
a. Identitas keluarga, yang dikaji adalah umur,pekerjaan dan tempat tinggal.
Yang beresiko menjadi penderita tuberculosis adalah: individu tanpa perawatan
kesehatan yang adekuat (tuna wisma,tahanan), dibawah umur 15 tahun dan dewasa
muda antara 15-44 tahun ,tinggal ditempat kumuh dan perumahan di bawah
standart dan pekerjaan.
b. Latar belakang budaya atau kebiasaan keluarga
• Kebiasaan makan
Pada penderita tuberculosis mengalami nafsu makan menurun bila terjadi terus
menerus akan menyebabkan penderita menjadi lemah. Bagi penderita
tuberculosis dianjurkan diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP)
• Pemanfaatkan fasilitas kesehatan
Kemampuan keluarga dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan sangat
berpengaruh dalam perawatan tuberculosis baik untuk mendapatkan informasi
maupun pengobatan. Beberapa tempat yang memberikan pelayanan kesehatan
bagi tuberculosis adalah Puskesmas, BP4, Rumah Sakit dan Dokter pratek swasta
• Status Sosial Ekonomi
Pendidikan yang rendah berpengaruh terhadap pola pikir dan tindakan keluarga
dalam mengatasi masalah dalam keluarga. Sebaliknya dengan tingkat pendidikan
tinggi keluarga akan mampu mengenal masalah dan mampu mengambil
keputusan untuk menyelesaikan masalah.
• Pekerjaan dan Penghasilan
Pekerjaan dan penghasilan merupakan hal yang sangat berkaitan. Penghasilan
keluarga akan menentukan kemampuan mengatasi masalah kesehatan yang ada.
Kemampuan menyediakan perumahan yang sehat, kemampuan pengobatan
anggota keluarga yang sakit dan kemampuan menyediakan makanan dengan Gizi
yang seimbang.
• Aktivitas
Selain kebutuhan makanan, kebutuhan istirahat juga harus diperhatikan. Bagi
penderita tuberculosis dianjurkan istirahat minimal 8 jam.
• Tingkat perkembangan dan riwayat keluarga
Tingkat perkembangan pada tahap pembentukan keluarga akan didapati masalah
dengan social ekonomi yang rendah karena harus belajar menyesuaikan dengan
kebutuhan yang harus dipenuhi. Keluarga baru belajar memecahkan masalah.
Dengan keadaan tersebut berpengaruh pada tingkat kesehatan keluarga. Social
ekonomi yang rendah pada umumnya berkaitan erat dengan masalah kesehatan
yang mereka hadapi disebabkan karena ketidak mampuan dan ketidak tahuan
dalam mengatasi masalah yang mereka hadapi. Tidak adanya riwayat keluarga
yang mempunyai masalah kesehatan tidak berpengaruh pada status kesehatan
keluarga.
Data lingkungan
1. Karakteristik rumah
Keadaan rumah yang sempit, ventilasi kurang, udara yang lembab termasuk rumah
dengan kondisi di bawah standart kesehatan. Salah satu factor yang bisa
menyebabkan kuman tuberculosis bertahan hidup adalah kondisi udara yang
lembab.
a. Karakteristik lingkungan
Lingkungan rumah yang bersih, pembuangan sampah dan pembuangan limbah
yang benar dapat mengurangi penularan TBC dan menghambat pertumbuhan
bakteri tuberkulosa. TBC sangat erat berhubungan dengan kondisi lingkungan
yang kumuh.
b. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Kuman tuberculosis dapat menular dari ke orang melalui udara. Semakin sering
kontak langsung dengan penderita bereksiko sekali tertular TBC. Terutama yang
merawat di rumah berkesempatan terkena TBC dari pada yang berada di tempat
umum.
2. Struktur keluarga
a. Pola komunikasi
Bila dalam keluarga komunikasi yang terjadi secara terbuka dan dua arah akan
sangat mendukung bagi penderita TBC. Saling mengingatkan dan memotivasi
penderita untuk terus melakukan pengobatan dapat mempercepat proses
penyembuhan.
b. Struktur peran keluarga
Bila anggota keluarga dapat menerima dan melaksanakan perannya dengan baik
akan membuat anggota keluarga puas dan menghindari terjadinya konflik dalam
keluarga dan masyarakat.
c. Struktur kekuatan keluarga
Kemampuan anggota keluarga untuk mempengaruhi dan mengendalikan orang
lain untuk mengubah perilaku keluarga yang mendukung kesehatan.
Penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan secara musyawarah akan
dapat menciptakan suasana kekeluargaan. Akan timbul perasaan dihargai dalam
keluarga.
d. Nilai atau norma keluarga
Perilaku individu masing-masing anggota keluarga yang ditampakan merupakan
gambaran dari nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga.
3. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afektif
Keluarga yang saling menyayangi dan peduli terhadap anggota keluarga yang
sakit TBC akan mempercepat proses penyembuhan. Karena adanya partisipasi
dari anggota keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit.
b. Fungsi Sosialisasi dan Tempat Bersosialisasi
Fungsi keluarga mengembangkan dan melatih untuk berkehidupan sosial
sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain. Tidak ada
batasan dalam bersosialisasi bagi penderita dengan lingkungan akan
mempengaruhi kesembuhan penderita asalkan penderita tetap memperhatikan
kondisinya .Sosialisasi sangat diperlukan karena dapat mengurangi stress bagi
penderita.
c. Fungsi Perawatan/Pemeliharaan Kesehatan
Dikaitkan dengan kemampuan keluarga dalam melaksanakan 5 tugas keluarga
di bidang kesehatan yaitu :
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena
tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah
kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis. Ketidak
sanggupan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan pada keluarga salah
satunya disebabkan oleh kurangnya pengetahuan . Kurangnya pengetahuan
keluarga tentang pengertian, tanda dan gejala, akibat, pancegahan, perawatan
dan pengobatan TBC.
b. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan
yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga,dengan pertimbangkan siapa
diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan menentukan
tindakan keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga
diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi bahkan teratasi.
Ketidak sanggupan keluarga mengambil keputusan dalam melakukan
tindakan yang tepat, disebabkan karena keluarga tidak memahami mengenai
sifat, berat dan luasnya masalah serta tidak merasakan menonjolnya masalah.
c. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan.
Keluarga dapat mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga
memiliki keterbatasan. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga
yang sakit dikarenakan tidak mengetahui cara perawatan pada penyakitnya.
Jika demikian, anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu
memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan dapat dilakukan di institusi
pelayanan kesehatan.
d. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.
Pemeliharaan lingkungan yang baik akan meningkatkan kesehatan keluarga
dan membantu penyembuhan. Ketidakmampuan keluarga dalam
memodifikasi lingkungan bisa di sebabkan karena terbatasnya sumber-
sumber keluarga diantaranya keuangan, kondisi fisik rumah yang tidak
memenuhi syarat. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya
bagi keluarga. Kemampuan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan akan membantu anggota keluarga yang sakit
memperoleh pertolongan dan mendapat perawatan segera agar masalah
teratasi.
4. Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan
keluarga.Dan juga tempat mengembangkan fungsi reproduksi secara universal,
diantaranya : seks yang sehat dan berkualitas, pendidikan seks pada anak sangat
penting.
5. Fungsi Ekonomi
Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti kebutuhan
makan, pakaian dan tempat untuk berlindung (rumah).Dan tempat untuk
mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga.
6. Koping keluarga
Bila koping keluarga tidak efektif terhadap stressor yang akan menyebabkan stress
yang berkepanjangan.Hal ini akan mempengaruhi daya tahan tubuh.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan aliran darah ke


otak terhambat
2. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi ke otak
3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler
4. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan kesadaran.
5. Resiko injuri berhubungan dengan penurunan kesadaran

C. Rencana Keperawatan
C. Diagnosa Keperawatan yang muncul
1. Diagnosa individu
a. Gangguan perfusi jaringan cerebral
Intervensi:
1. Kaji faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya koma atau
menurunnya perfusi jaringan otak.
2. Monitor status neurologis secara teratur.
3. Monitor tanda-tanda vital.
4. Kaji fungsi-fungsi yang lebih tinggi seperti: fungsi bicara jika pasien
sadar.
b. Kurangnya pengetahuan.
Intervensi :
1. Kaji tingkat pengetahuan klien.
2. Jelaskan tentang stroke dan efeknya pada otak, jantung, ginjal dan
pembuluh darah.
3. Berikan penjelasan pentingnya kerja sama dengan petugas kesehatan
dalam pengobatan untuk mencegah kekambuhan.
c. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan
Intervensi:
1. Kaji faktor-faktor penyebab atau penunjang.
2. Kurangi atau hilangkan faktor-faktor penyebab atau penunjang.
3. Berikan makanan yang bergizi secara adekuat.
4. Berikan makanan perlahan mulai dari makanan saring atau lunak.
2. Diagnosa keperawatan keluarga
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga.
Intervensi :
1. berikan informasi tentang pengertian, penyebab, tanda gejala,
komplikasi,serta penanganannya.
2. Identifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan.
3. Dorong sikap emosi yang sehat dalam mengatasi masalah keluarga.
4. Beri penjelasan tentang keuntungan mengenal masalah-masalah
kesehatan.
b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dalam melakukan tidakan
kesehatan yang tepat.
Intervensi :
1. Musyawarah bersama keluarga mengenai akibat – akibat bila mereka
tidak mengambil keputusan.
2. Perkenalkan kepada keluarga tentang alternatif yang dapat mereka
pilih dan sumber – sumber yang di perlukan untuk melakukan
tindakan keperawatan.
3. Identifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga.
c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
Intervensi:
1. Beri penjelasan keluarga cara perawatan anggota keluarga yang
sakit.
2. Gunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah.
3. Awasi keluarga melakukan perawatan.
4. Bantu anggota mengembangkan kesanggupan dalam merawat

anggota keluarga yang sakit.


d. ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang dapat
mempengaruhi kesehatan dan perkembangan pribadi anggota keluarga.
Intervensi:
1. Modifikasi lingkungan yang mendukung kesehatan.
2. Beri penjelasan tentang keuntungan dan manfaat pemeliharaan
lingkungan rumah.
3. Gali sumber – sumber keluarga yang mendukung memperbaiki
keadaan fisik rumah yang tidak sehat.
4. Berikan penjelasan kepada keluarga pentingnya sanitasi lingkungan.
5. Lakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin.
e. Ketidakmampuan keluarga menggunakan sumber daya di masyarakat
guna memelihara kesehatan.
Intervensi:
1. Kenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan keluarga.
2. Berikan penjelasan kepada keluarga tentang fungsi fasilitas
kesehatan.
3. Bantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.
4. Beri penjelasan tentang keuntungan menggunakan fasilitas kesehatan
bagi keluarga

VII.BUKU SUMBER
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta: Salemba Medika
Nurafif, Amin Huda. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis. Jogjakarta: Mediaction
Suprajitno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakata: EGC

Anda mungkin juga menyukai