Riau merupakan salah satu provinsi penghasil kelapa sawit terbesar di
Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik pada tahun 2017, Riau memiliki luas areal perkebunan kelapa sawit sebesar 2.424.545 Ha. Setara dengan peningkatan jumlah kelapa sawit yang dihasilkan maka limbah kelapa sawit juga akan meningkat baik itu limbah padat maupun cair (POME). Setiap ton tandan buah segar yang diolah menghasilkan POME sekitar 50% dibandingkan dengan total limbah lainnya, sedangkan tandan kosong sebanyak 23% (Sutarta dkk, 2000). Limbah cair dari kelapa sawit yang dihasilkan dapat membahayakan kesehatan manusia karena dapat menjadi pembawa suatu penyakit, merugikan segi ekonomi karena dapat menimbulkan kerusakan pada benda/bangunan maupun tanam–tanaman dan peternakan, dapat merusak atau membunuh kehidupan yang ada di dalam air seperti ikan dan binatang peliharaan lainnya, dan dapat merusak keindahan (estetika), karena bau busuk dan tidak sedap dipandang terutama di daerah hilir sungai yang merupakan daerah rekreasi. Oleh karena itu, perlu dilakukan berbagai cara untuk mengurangi dampak negatif dan pemanfaatan yang lebih maksimal (untuk menghasilkan energi terbarukan) dari pencemaran POME yang cukup tinggi. Maka saya menawarkan solusi efektif dalam menanggulangi dampak negatif POME dengan cara memanfaatkan POME sebagai substrat Clostridium thermocellum untuk menghasilkan hidrogen, etanol, dan selulase. Selain itu POME juga dapat diolah menjadi alga yang sangat dibutuhkan dalam pembuatan kosmetik dan farmasi.