Anda di halaman 1dari 43

ASUHAN KEBIDANAN NIFAS PADA NY”M” POST SECTIO CAESAREA

DENGAN INFEKSI LOKAL DI POSKESDES TALANG BULUH

TAHUN 2018

Disusun Oleh:

1. Aisyah Wiranda PO.71.24.1.16.002

2. Fitri Ayu Marpal PO.71.24.1.16.013

3. Indah Lia Sari PO.71.24.1.16.015

4. Meily Chairani PO.71.24.1.16.021

5. Putri Intan Sari PO.71.24.1.16.025

6. Riza Putri N PO.71.24.1.16.028

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG

TAHUN AJARAN 2017-2018


LEMBAR PERSETUJUAN

ASUHAN KEBIDANAN NIFAS PADA NY”M” POST SECTIO CAESAREA

DENGAN INFEKSI LOKAL DI POSKESDES TALANG BULUH

TAHUN 2018

Laporan Kelompok Praktik Klinik Kebidanan II

Telah Memenuhi Persyaratan dan Disetujui

Tanggal………..

Disusun Oleh:

1. Aisyah Wiranda PO.71PO71..24.1.16.002

2. Fitri Ayu Marpal PO.71.24.1.16.013

3. Indah Lia Sari PO.71.24.1.16.015

4. Meily Chairani PO.71.24.1.16.021

5. Putri Intan Sari PO.71.24.1.16.025

6. Riza Putri N PO.71.24.1.16.028

Menyetujui
Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

( ) ( )
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah seminar dengan judul “Asuhan Kebidanan Nifas pada
Ny”M” Post Sectio Caesarea dengan Infeksi Lokal di Luka Bekas Operasi Di Poskesdes Talang
Buluh Tahun 2018”, ini dengan baik dan dapat selesai tepat pada waktunya.

Kami berharap makalah ini dapat memberikan sedikit pengetahuan mengenai bagaimana
seorang bidan memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan perawatan infeksi lokal
pada luka bekas operasi. Tidak lupa kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan bantuan dan dukungan hingga terselesaikannya makalah ini.

Banyuasin, November 2018

Penulis
4

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................... 2
KATA PENGANTAR ............................................................................................ 3
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 5
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 5
1.2 Tujuan ....................................................................................................... 6
1.3 Waktu Pelaksanaan ................................................................................... 7
1.4 Tempat Pelaksanaan ................................................................................. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 8
2.1 Profil POSKESDES Talang Buluh .......................................................... 8
2.2 Tinjauan Teori ........................................................................................ 10
2.3 Teori Tentang Sectio Caesarea ............................................................... 21
2.4 Teori Perawatan Luka Sectio Caesarea .................................................. 28
BAB III TINJAUAN KASUS............................................................................... 32
BAB IV PEMBAHASAN ..................................................................................... 39
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 41
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 42
5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO), mencatat bahwa


angka ibu nifas meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2015 diperkirakan
10% dari 598.000 ibu meninggal dunia ketika masa nifas terjadi dalam 24
jam pertama. Pada tahun 2016 ibu nifas sebanyak 80% atau sekitar
860.000 dan yang meninggal dunia sekitar 20%. Sementara pada tahun
2016 jumlah ibu nifas mengalami peningkatan 5% dari tahun sebelumnya
atau sekitar 928.000 dengan angka kematian ibu nifas sebanyak 398.000
(WHO 2016).

Sectio Caesarea (SC) adalah proses persalinan dengan melalui


pembedahan di mana irisan dilakukan di perut ibu (laparatomi) dan rahim
(histerektomi) untuk mengeluarkan bayi. Bedah caesar umumnya
dilakukan ketika proses persalinan normal melalui vagina tidak
memungkinkan karena beresiko kepada komplikasi medis lainya
(Purwoastuti, Dkk, 2016).

Pada beberapa keadaan, tindakan Sectio Caesarea ini bisa


direncanakan atau diputuskan jauh-jauh sebelumnya.Operasi ini disebut
operasi sesarea elektif.Kondisi ini dilakukan apabila dokter menemukan
ada masalah kesehatan pada ibu atau menderita suatu penyakit, sehingga
tidak memungkin untuk melahirkan secara normal (Purwoastuti, Dkk,
2016).

Angka Kematian Ibu di Indonesia pada tahun 2016 yaitu 329/1.000


kelahiran hidup. Angka Kematian ibu dan anak masih tinggi yang
berhubungan pada masa kehamilan 24,74%, persalinan 17,33%, masa
nifas sebesar 57,93%. (Depkes, 2016)
6

Berdasarkan data rekam medic RS BARI di Palembang jumlah ibu


nifas dengan sectio caesarea pada tahun 2015 sebanyak 1206 orang, pada
tahun 2016 sebanyak 1241 orang, tahun 2017 sebanyak 1263, pada bulan
Januari - April tahun 2018 sebanyak 458 jiwa.

Asuhan masa nifas haruslah diperlukan dalam periode ini karena


merupakan masa kritis bagi ibu maupun bagi bayinya. Diperkiraka 60%
kematian ibu diakibatkan oleh perdarahan yang terjadi setelah persalinan
dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama.

Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis tertarik untuk mengambil
judul “Asuhan Kebidanan Nifas Pada Ny.M dengan Post Sectio Caesarea Di
Poskesdes Talang Buluh”.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan Asuhan Kebidanan Nifas Pada Ny
“M” dengan Post Sectio Caesarea Di Poskesdes Talang Buluh.
1.2.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dalam pembuatan makalah ini adalah :
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data subjektif ibu nifas
pada Ny”M” dengan post sectio caesarea di PoskesdesTalang
Buluh.
b. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data objektif ibu nifas
pada Ny”M” dengan post sectio caesarea di PoskesdesTalang
Buluh.
c. Mahasiswa mampu melakukan analisa data ibu nifas pada Ny”M”
dengan post sectio caesarea di PoskesdesTalang Buluh.
d. Mahasiswa mampu melakukan penatalaksanaan ibu nifas pada
Ny”M” dengan post sectio caesarea di PoskesdesTalang Buluh
7

1.3 Waktu Pelaksanaan


Asuhan Kebidanan Nifas Pada Ny “M” dengan Post Sectio Caesarea Di
PoskesdesTalang Buluh dilakukan pada Hari Rabu, 7 November 2018
pada Pukul 09:25 WIB.

1.4 Tempat Pelaksanaan


Asuhan Kebidanan Nifas Pada Ny “M” dengan Post Sectio Caesarea
Dilakukan di PoskesdesTalang Buluh.
8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Profil POSKESDES Talang Buluh


2.1.1 Selayang Pandang
Pada tahun 1998 didirikanlah Polindes di tanah milik
bapak Sakio sebagai tanah wakap oleh pemerintah Kabupaten
Musi Banyuasin sebelum adanya pemekaran kabupaten.
Kemudian Polindes berubah menjadi Poskesdes karena wacana
pemerintah saat itu yaitu seluruh polindes diharuskan untuk
menjadi Poskesdes dengan komitmen dari masyarakat untuk
masyarakat.Tenaga kesehatan yang terdapat di POSKESDES
desa Talang Buluh ada 3 orang bidan, terdiri dari 1 orang bidan
bidan PNS, 2 orang bidan PTT. Kader yang terdapat di
POSKESDES Talang Buluh yaitu 15 orang.
Desa talang buluh terdiri dari 3 dusun dan 10 Rukun
Tetangga dengan luas wilayah keseluruhan ±2000 ha. Wilayah
desa terdiri dari 85,5 Ha perkebunan rakyat, 15 Ha sawah
masyarakat, 76 Ha lahan holltikura, 1 Ha tanah lapang, 2,46 Ha
tanah makam dan 0,68 Ha tanah kas desa.

2.1.2 Visi danMisi POSKESDES Talang Buluh


Visi

Tercapainya masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat.

Misi

1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan dari


masyarakat oleh masyarakat dan untuk masyarakat.
9

2. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar yang bermutu


dan menggali potensi di masyarakat guna mengatasi
masalah yang ada di lingkungannya.
3. Menjadikan masyarakat mengerti akan pentingnya hidup
sehat

2.1.3 FASILITAS DAN PELAYANAN


2.1.3.1 Fasilitas
1. Ruang Konseling
2. Ruang pemeriksaan dan obat-obatan
3. Ruang persalinan
4. Ruang nifas

2.1.3.2 Pelayanan
1. Antenatal Care
2. Kb
3. Bersalin
4. Imunisasi
5. Kesehatan Reproduksi Remaja
10

2.2 Tinjauan Teori


2.2.1 Beberapa Pengertian Masa Nifas Menurut Para ahli, yaitu :
a. Masa Nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi,
plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan organ
kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6
minggu (Saleha, 2014).
b. Masa nifas disebut juga masa post partum atau purperium adalah
dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaa sebelum hamil,Masa nifas
berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Sunarsih, 2015).
c. Masa nifas atau puerperium adalah masa setelah persalinan selesai
sampai 6 minggu atau 42 hari. Selama masa nifas, organ reproduksi
secara perlahan akan mengalami perubahan seperti keadaan
sebelum hamil. Perubahan organ reproduksi ini disebut involusi
(Maritalia 2014).

2.2.2 Tujuan Asuhan Masa Nifas


Asuhan masa nifas haruslah diperlukan dalam periode ini karena
merupakan masa kritis bagi ibu maupun bagi bayinya. Diperkiraka 60%
kematian ibu diakibatkan oleh perdarahan yang terjadi setelah persalinan
dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. selama
bidan memberikan asuhan sebaiknyabidan mengetahui apa tujuan dari
pemberian asuhan paada masa nifas, adapun tujuan dari pemberian
asuhan masa nifas antara lain:
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis
dimana dalam asuhan pada masa nifas ini peranan keluarga sangat
penting, dengan pemberian nutrisi, dukungan psikologis maka
kesehatan ibu dab bayi selalu terjaga.
b. Melaksanakan skrinning yang komprehensif (menyeluruh)
dimana bidan harus memberikan manajemen asuhan kebidanan
11

pada ibu masa nifas secara sistematis yaitu mulai penkajian data
subjektif, objektif maupun penunjang.
c. Setelah bidan melaksanakan pengkajian data maka bidan harus
menganalisis data tersebut sehingga tujuan asuhan masa nifas ini
dapat mendeteksi masalah yang dapat terjadi pada ibu dan bayi.
d. Mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun
bayinya. Yakni setelah masalah ditemukan maka bidan dapat
langsung masuk kelangkah berikutnya sehingga tujuan diatas
dapat dilakukan (Rukiyah 2014).

2.2.3 Periode Masa Nifas


a. Puerperium Dini. Suatu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan
untuk berdiri dan berjalan.
b. Puerperium intermedial. Suatu masa dimana kepulihan dari organ-
organ reproduksi selama kurang lebih enam minggu.
c. Remote puerperium. Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
kembali dalam keadaan sempurna terutama bila ibu selama hamil atau
waktu persalinan mengalami komplikasi (Heryani 2014).

2.2.4 Adaptasi fisiologi pada Masa Nifas


a. Perubahan uterus
Segera setelah lahirnya plasenta, pada uterus yang berkontraksi
posisi fundus uteri berada kurang lebih pertengahan antara umbilikus
dan simfisis, atau sedikit lebih tinggi. Dalam keadaan normal,uterus
mencapai ukuran besar pada masa sebelum hamil sampai dengan
kurang dari 4 minggu, berat uterus setelah kelahiran kurang lebih 1 kg
sebagai akibat involusi. Satu minggu setelah melahirkan beratnya
menjadi kurang lebih 500 gram , pada akhir minggu kedua setelah
persalinan menjadi kurang lebi 300 gram, setelah itu menjadi 100
gram atau kurang.
Tabel 1.1 Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi
12

Involusi TFU Berat

Bayi lahir Setinggi Pusat, 2 jbpst 1.000 gr

1 minggu Pertengahan pusat simfisis 750 gr

2 minggu Tidak teraba diatas simfisis 500 gr

6 minggu Normal 50 gr

8 minggu Normal tapi sebelum hamil 30 gr

Keterangan:
jbpst = jari bawah pusat
TFU = Tinggi Fundus Uteri ( Saleha, 2014).
Namum pada keadaan yang abnormal tinggi fundus
mengalamiperlambatan akibat adanya luka insisi pada posisi Seksio
(SC) timbul rasa nyeri akibat luka insisi sehingga involusi lebih
lambat.
b. Lochea
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri
dan vagina selama masa nifas (Saleha, 2014).
Berikut ini adalah beberapa jenis Lokia yang terdapat pada
wanita pada Masa Nifas, yaitu:
1) Lokia rubra (cruenta) berwarna merah karena berisi darah
segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks
caseosa, lanugo, dan mekonium selama 2 hari pasca
persalinan.inilah lokia yang akan keluar selama tiga hari post
partum.
2) Lokia sanguilenta berwarna merah kuning berisi darah dan
lendir yang keluar pada hari ke-3 sampai ke-7 pasca
persalinan.
3) Lokia serosa adalah lokia berikutnya. Dimulai dengan versi
yang lebih pucat dari lokia rubra. Lokia ini berbentuk serum
dan berwarna merah jambu kemudian menjadi kunimg.
Cairan tidak berdarah lagi pada hari ke-7 sampai hari ke-14
13

pasca persalinan. Lokia alba mengandung cairan serum,


jaringan desidua, leukosit, dan eritrosit.
4) Lokia alba adalah lokia yang terakhir yang dimulai dari hari
ke-14 kemudian makin lama makin sedikit hingga sama
sekali berhenti sampai satu atau dua minggu berikutnya.
Bentuknya seperti cairan putih berbentuk krim serta terdiri
atas leukosit dan sel-sel desidua (Saleha, 2014 ).
c. Serviks
Segera setelah persalinan bentuk serviks akan menganga
seperti corong berwarna merah kehitaman, setelah bayi lahir,
tangan masih bisa masuk ke rongga rahim, setelah 2 jam dapat di
lalui oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari
(Martalia, 2014).
d. Bekas implantasi plasenta
Proses involusi tempat melekatnya plasenta mempunyai
kepentingan klinis yang besar, karena bila proses ini terganggu
dapat terjadi perdarahan nifas (Fitriana dan Lilis Dwi, 2014).
e. Rasa sakit ( after pains )
Mules-mules sesudah partus akibat kontraksi uterus
kadang-kadang akan sangat mengganggu selama 2-3 hari Post
partum. Perasaan mules ini lebih terasa bila wanita tersebut
sedang menyusui. Perasaan sakit itupun timbul bila masih
terdapat sisa-sisa selaput ketuban, sisa-sisa plasenta atau
gumpalan darah didalam kavum uteri (Fitriana dan Lilis Dwi,
2014).
f. Laktasi
Selama sembilan bulan kehamilan, jaringan payudara
tumbuh dan menyiapkan fungsinya untuk menyediakan makanan
bagi bayi baru lahir. Setelahmelahirkan, ketika hormon yang
dihasilkan plasenta tidak adalagi untuk menghambatnya kelenjar
pituitari akan mengeluarkan prolaktin (hormon laktogenik).
14

Sampai hari ketiga setelah melahirkan, efek prolaktin pada


payudara mulai bisa dirasakan.Pembuluh darah payudara
menjadi bengkak terisi darah, sehingga timbul rasa hangat,
bengkak dan rasa sakit.Sel-sel acini yang menghasilkan ASI juga
mulai berfungsi ketika bayi mengisap puting refleks saraf
merangsang lobus posterior pituitari untuk mengekresi hormon
oksitosin. Oksitosin merangsang refleks let dow (mengalirkan)
sehingga menyebabkan ejeksi ASI melalui sinus laktiferus
payudara ke duktus yang terdapat pada puting.
Ketika ASI dialirkan karena isapan bayi atau dengan
dipompa sel-sel acini terangsang untuk menghasilkan ASI lebih
banyak.Refleks ini dapat berlanjut sampai waktu yang cukup
lama (Saleha, 2014).
g. Perubahan sistem pencernaan
Pada ibu yang melahirkan dengan cara operasi Sectio
Caesarea (SC) biasanya membutuhkan waktu sekitar 1-3 hari
agar fungsi saluran cerna dan nafsu makan dapat kembali
normal. Dibandingkan ibu yang melahirkan secara spontan
biasanya lebih cepat lapar karena telah mengeluarkan energi
yang begitu banyak pada proses persalinan (Maritalia, 2014).
h. Perubahan Sistem urinaria
Pada awal Post partum kandung kemih mengalami oedema,
kongesti dan hipotonik, hal ini disebabkan karena adanya
overdistensi pada saat kala II persalinan dan pengeluaran urin
yang tertahan selama proses persalinan.Maka hal ini biasanyadi
perlukan kateterisasi pada ibu karena kondisin organ reproduksi
ibu belum berfungsi secara optimal pasca operasi.
Pada tahap ini perlunya bidan harus memantau kelancaran
aliran urine yang keluar, untuk menjaga kelancaran aliran urine
yang keluar harus diperhatikan hal sebagai berikut:
1) Pipa jangan sampai tertekuk
15

2) Kantong penampungan harus dikosongkan secara teratur


ke wadah penampungan urine yang terpisah bagi tiap-tiap
pasien. Saluran urin dari kantong penanampungan tidak
boleh menyentuh wadah panampungan.
3) Kateter yang kurang lancar/tersumbat harus dirigasi
dengan teknik No.5, bila perlu diganti dengan yang baru
4) Kantong penampungan harus selalu terletak lebih rendah
dari kandung kemih (Purwoastuti, 2016).
i. Sistem Endokrin
Selama kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada
sistem endokrin, terutama pada hormon-hormon yang berperan
dalam proses tersebut, diantaranya :
1) Oksitosin.
Oksitosin disekresi dari kelenjar otak bagian
belakang.Selama tahap ketiga persalinan, hormon
oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta dan
mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah
perdarahan.Isapan bayi dapat merangsangproduksi ASI
dan sekresi oksitosin.Hal tersebut dapat membantu uterus
kembali ke bentuk semula.
2) Prolaktin. Menurunya kadar estrogen menimbulkan
terangsangnya kelenjar pituitari bagian belakang untuk
mengeluarkan prolaktin, hormon ini berperang dalam
pembesaran payudara untuk merangsang produksi susu.
3) Estrogen dan Progestron
Selama hamil volume darah meningkat walaupun
mekanismenya secara penuh belum
dimengerti.Diperkirakan bahwa tingkat estrogen yang
tinggi memperbesar hormon antidiuretik yang
meningkatkan volume darah.
16

Di samping itu, progestron memengaruhi otot halus


yang mengurangi perangsangan dan peningkatan
pembuluh daraah.Hal ini sangat memengaruhi saluran
kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul,
perineum dan vulva, serta vagina (Saleha, 2014).
j. Perubahan Tanda-tanda Vital
Tanda-tanda Vital yang sering digunakan sebagai indikator
bagi tubuh yang mengalami gangguan atau masalah kesehatan
adalah nadi, pernafasan, suhu, dan tekanan darah.
1. Suhu Badan
Setelah proses persalinan, suhu tubuh dapat meningkat
sekkitar 0,5˚Celcius dari keadaan normal ( 36˚–37,5˚Celcius),
namun tidak lebih dari 38˚ Celcius. Hal ini disebabkan
karena meningkatnya metabolisme tubuh pada saat proses
persalinan.
2. Nadi
Denyut Nadi normal berkisar antara 60–80 kali per
menitpada saat proses persalinan denyut nadi akan
mengalami peningkatan. Namun pada masa nifas denyut nadi
akan kembali normal.
3. Tekanan darah
Tekanan darah normal untuk systole berkisar antara 110-140
mmHg dan untuk diastole antara 60-80 mmHg. Namun
setelelah persalinan, tekanan darah dapat sedikit rendah
dibandingkan pada saat hamil karena terjadinya perdarahan
pada saat proses persalinan.
4. Pernafasan
Frekuensi pernafasan normal berkisa antara 18-24 kali
permenit. Setelah persalinan , frekuensi pernafasan akan
kembali normal. Keadaan pernafasan biasanya berhubungan
dengan suhu dan denyut nadi.
17

k. Perubahan Sistem Kardiovaskuler


Kardiak autput meningkat selama persalinan dan berlangsung
sampai kala III ketika volume darah uterus dikeluarkan.
Penurunan terjadi pada beberapa hari pertama postpartum dan
akan kembali normal pada akhir minggu ke 3 postpartum.
l. Perubahan Sistem Hematologi
Pada minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan
plasma serta faktor-faktor pembekuan darah meningkat. Pada
hari pertama post partum, kadar fibrinogen dan plasma akan
sedikitmenurun tetapi darah lebih mengental dengan peningkatan
viskositas sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah
(Heryani, 2014).
m. Perubahan Sistem Musculoskeletal
Ligament, fasia dan diagfragma pelvis yang meregang pada
waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur
menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh
kebelakang dan dan menjadi retrofleksi, karena ligament
rotundum menjadi kendor.Stabilitas secara sempurna terjadi pada
6-8minggu setelah persalinan.Sebagai akibat setelah putusnya
serat-serat elastik kulit dan distensi yang berlangsung lama
akibat besarnya uterus pada saat hamil, dinding abdomen masih
lunak dan lendur untuk sementara waktu.Pemulihan dibantu
dengan latihan (Wulandari, dkk, 2014: 97-108).

2.2.5Proses Adaptasi Psikologis Pada Masa Nifas


Perubahan psikologi sebenarnya sudah terjadi pada saat
kehamilan.Menjelang persalinan, perasaan senang dan cemas bercampur
menjadi satu. Perasaan senang timbul karena akan berubah peran menjadi
seorang ibu daan segera bertemu dengan bayi yang telah lama dinanti-
nantikan.
18

Timbulnya perasaan cemas karena khawatir terhadap calon bayi yang


akan dilahirkanya, apakah bayi akan dilahirkan dengan sempurna atau tidak.
Hal ini dipengaruhi oleh polah asuh dalam keluarga dimana wanita tersebut
dibesarkan, lingkungan, adat istiadat setempat, suku, bangsa, pendidikan
serta pengalaman yang didapat (Maritalia, 2014).
a. Adaptasi psikologis ibu dalam Masa nifas
Pada primipara, menjadi orang tua merupakan pengalaman tersendiri
dan dapat menimbulkan stress apabila tidak ditangani d\engan
segera.Perubahan peran dari wanita biasa menjadi seorang ibu
memerlukan adaptasi sehingga ibu dapat melakukan peranya dengan
baik.
Fase-fase yang akan dialami oleh ibu pada masa Nifas antara lain adalah
sebagai berikut :
1. Fase Taking in
Merupakan fase ketergantungan yang berlangsung darihari pertama
sampai hari kedua setelah melahirkan.Ibu terfokus pada dirinya
sendiri sehingga cenderung pasif terhadap lingkunganya.Pada fase
ini, kebutuhan istirahat, asupan nutrisi dan komunikasi yang baik
harus dapat terpenuhi. Bila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, ibu
dapat mengalami gangguan psikologi berupa : kekecewaan pada
bayinya, ketidaknyamanan sebagai akibat perubahan fisik yang
dialami, rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya dan
kritikan suami atau keluarga tentang perawatan bayinya.
2. Fase Taking Hold
Merupakan fase yang berlangsung antara 3-10 hari setelah
melahirkan. Ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa
tanggung jawab dalam perawatan bayinya daan ibu sensitif dan lebih
mudah tersinggung. Sebagai bidan disini harus memberikan asuhan
penuh terhadap kebutuhan ibu tentang cara perawatan bayi, cara
menyusui yang baik dan benar, cara perawatan bekas luka sesar,
19

mobilisasi, senam nifas, nutrisi, istirahat, kebersihan diri dan lain-


lain.
3. Fase Letting Go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran
barunya sebagai seorang ibu. Fase ini berlamgsung 10 hari setelah
melahirkan.Ibu sudah mulai dapat menyesuaikan diri dengan
ketergantungan bayinya dan siap menjadi pelindung bagi bayinya.

b. Postpartum blues atau Baby blues


Ada kalanya ibu memgalami perasaan sedih yang berkaitan dengan
bayinya. Keadaan ini disebut dengan Baby blues, yang disebabkan oleh
perubahan perasaan yang dialami ibu saat hamil, sehingga sulit
menerima kehadiran bayinya. Perubahan perasaan ini merupakan respon
alami terhadap rasa lelah yang dirasakan (Heryani, 2014:50-51).
Hal yang dapat dilakukan seorang bidan, yaitu:
1. Menciptakan ikatan antara bayi dan ibu sedini mungkin.
2. Memberikan penjelasan yang diberikan pada ibu, suami dan
keluarga bahwa hal ini merupakan suatu hal yang umum dan akan
hilang sendiri dalam dua minggu setelah melahirkan.
3. Simpati, memberikan bantuan dalam merawat bayidan dorongan
pada ibu agar tumbuh rasa percaya diri.
4. Memberikan bantuan dalam merawat bayi.
5. Menganjurkan agar beristirahat yang cukup dan makan makanan
yang bergizi (Heryani, 2014).

c. Kemurungan Masa Nifas


Kemurungan Masa Nifas disebabkan perubahan dalam tubuh selama
kehamilan, persalinan dan nifas. Kemurungan dalam masa nifas
merupakan hal yang umum, perasaan-perasaan demikian akan hilang
dalam dua minggu setelah melahirkan. Tanda dan gejala kemurungan
20

masa nifas antaralain: emosional, cemas, hilang semangat, mudahn


marah, sedih tanpa sebab, sering menangis.
Penatalaksanaan: bicarakan apa yang dialami ibu, temani ibu, berikan
kesempatan ibu untuk bertanya, berikan dorongan ibu untuk merawat
bayinya, biarkan ibu bersama dengan bayinya, gunakan obat bila perlu
(Heryani, 2014).

2.2.6. Infeksi Masa Nifas


Infeksi pada dan melalui traktus genitalis setelah persalinan disebut
infeksi nifas. Suhu 380C atau lebih yang terjadi antara hari ke 2- 10
postpartum dan diukur per oral sedikitnya 4 kali sehari disebut sebagai
morbiditas puerperalis. Kenaikan suhu pada masa nifas dianggap sebagai
infeksi nifas apabila tidak ditemukan sebab-sebab ekstragenital (Saifuddin,
2007)
Dengan tanda dan gejala secara umum sebagai berikut:
a. Setelah 24 jam pertama, suhu di atas 370C lebih dari 1 hari. Tetapi
kenaikan suhu tubuh temporal hingga 410C tepat seusai melahirkan
(karena dehidrasi) atau demam ringan tidak lebih dari 380C pada
waktu air susu mulai keluar tidak perlu dikhawatirkan.
b. Rasa sakit atau tidak nyaman, dengan atau tanpa pembengkakan, di
area abdominal bawah usai beberapa hari melahirkan.
c. Rasa sakit yang tak kunjung reda di daerah perineal, setelah
beberapa hari pertama.
d. Bengkak di tempat tertentu dan/atau kemerahan, panas, dan keluar
darah di tempat insisi Caesar.
e. Rasa sakit di tempat tertentu, bengkak, kemerahan, panas, dan rasa
lembek pada payudara begitu produksi penuh air susu mulai
berkurang yang bisa berarti tanda-tanda mastitis.
21

2.3 Teori Tentang Sectio Caesarea


2.3.1 Pengertian Sectio Caesarea
Sectio Caesarea (SC) adalah proses persalinan dengan
melalui pembedahan di mana irisan dilakukan di perut ibu
(laparatomi) dan rahim (histerektomi)untuk mengeluarkan bayi.
Sectio Caesarea umumnya dilakukan ketikaproses persalinan
normal melalui vagina tidak memungkinkan karenaberesiko
kepada komplikasi medis lainya (Purwoastuti, Dkk, 2015).

2.3.2 Klasifikasi operasi Sectio Caesarea (SC)

Ada beberapa jenisSectio Caesarea (SC), yaitu diantaranya :

a. Jenis klasik yaitu dengan melakukan sayatan vertikal sehingga


memungkinkan ruangan yang lebih besar untuk jalan keluar bayi.
Akan tetapi jenis ini sudah sangat jarang dilakukan saat ini
karena sangat beresiko terhadap terjadinya komplikasi.
b. Sayatan mendatar di bagian atas dari kandung kemih sangat umum
dilakukan pada masa sekarang ini. Metode ini meminimalkan risiko
terjadinya perdarahan dan cepat penyembuhanya.
c. Histerektomi caesar yaitu bedah caesar diikuti dengan pengankatan
rahim. Hal ini dilakukan dalam kasus-kasus di mana pendarahan yang
sulit tertangani atau ketika plasenta tidak dapat dipisahkan dari rahim.
d. Bentuk lain dari Sectio Caesarea (SC) seperti extraperitoneal CS atau
Porro CS (Purwoastuti, Dkk, 2015).

2.3.3 Indikasi Sectio Caesarea


Dokter spesialis kebidanan akan menyarankan Sectio Caesarea (SC)
ketika proses kelahiran melalui vagina kemungkinan akan menyebabkan
risiko kepada sang ibu atau bayi. adapun hal-hal yang dapat menjadi
pertimbangan disaran nya bedah caesar antar lain :
22

a. Indikasi yang berasal dari ibu yaitu pada plasenta previa terutama
pada primigravida, primi para tua disertai letak ada, disproporsi sefalo
pelvic (disproporsi janin/panggul, sejarah kehamilan dan persalinan
yang buruk, terdapat kesempitan panggul, solusio plasenta tingkat I-II,
komplikasi kehamilan yaitu preeklamsia-eklampsia, atas permintaan,
kehamilan yang disertai penyakit (jantung, DM, gangguan perjalanan
persalinan (kista ovarium, mioma uteri, dan sebagainya).
b. Indikasi yang berasal dari janin
c. Fetal distress/gawat janin, prolapsus tali pusat dengan pembukaan
kecil, kegagalan persalinan vakum atau forseps ekstraksi (Ralph
Benson, Dkk, 2014).

2.3.4 Komplikasi
Menurut Sarwono Prawirohardjo (2014) komplikasi yang mungkin
timbul dalam PostSectio Caesarea (SC) :
a. Syok
Peristiwa ini terjadi karena insufisiensi akut dari sistem sirkulasi
dengan akibat sel-sel jaringan tidak mendapat zat-zat makanan dan O2
dengan akibat terjadi kematian nya.Penyebab-penyebab syok adalah:
hemoragi merupakan penyebab terbanyak dan harus selalu dipikirkan
bila terjadi pada 24 jam pertama pascabedah, sepsis, neurogenik dan
kardiogenik, atau kombinasi antara berbagai sebab tersebut.
b. Gangguan Saluran Kemih
Pada operasi ada kemungkinan terjadi retensio urinae. Pengeluaran air
seni perlu diukur, jika air seni yang dikeluarkan jauh berkurang, ada
kemungkinan oliguri atau retensio urinae. Pemeriksaan abdomen
seringkali dapat menentukan adanya retensi. Apabila daya upaya
supaya penderita dapat berkemih tidak berhasil, maka terpaksa
dilakukan kateterisasi.
c. Infeksi Saluran Kemih
23

Kemungkinan infeksi saluran kemih selalu ada, terutama pada


penderita-penderita yang untuk salah satu sebab dikateter. Penderita
menderita panas dan seringkali menderita nyeri pada saat berkemih,
dan pemeriksaan air seni (yang dikeluarkan dengan kateter atau
sebagai midstream urine) mengandung leukosit dalam kelompok. Hal
ini dapat segera diketahui dengan meningkatnya leukosit esterase.
d. Distensi Perut
Pada pasca laparatomi tidak jarang perut agak kembung akan
tetapi,setelah flatus keluar, keadaan perut menjadi normal. Akan
tetapi, ada kemungkinan bahwa distensi bertambah, terdapat timpani
diatas perut pada periksa ketok, serta penderita merasa mual dan
muntah.
e. Infeksi puerperal
Pada komplikasi ini biasanya bersifat ringan, seperti kenaikan suhu
selama beberapa hari dalam masa nifas, bersifat berat seperti
Tromboflebitis, peritonitis, sepsis dan lainya.
f. Terbukanya Luka Operasi Eviserasi
Sebab-sebab terbukanya luka operasi pasca pembedahan ialah luka
tidak dijahit dengan sempurna, distensi perut, batuk atau muntah keras,
serta mengalami infeksi.

2.3.5 Perawatan Post Sectio Caesarea (SC)


Perawatan Post Sectio Caesarea (SC) sangat diperlukan untuk
mengembalikankondisi kebugaran tubuh seperti sedia kala. Adapun
perawatan Post SeksioCaeesaria(SC) yang harus dilakukan oleh bidan
yaitu diantaranya:
a. Periksa tekanan darah, frekuensi nadi dan pernapasan, ukur jumlah
urine yang tertampung dikantong urine dan periksa/ukur jumlah
perdarahan selama operasi.
24

b. Buat laporan operasi dan cantumkan hasil pemeriksaan diatas pada


lembar laporan. Catat lama operasi, jenis kelamin, nilai apgar score
dan kondisi bayi saat lahir, lembar operasi ditandatangani oleh
operator.
c. Buat instruksi perawatan yang meliputi: jadwal pemeriksaan ulang
tekanan darah, frekuensi nadi dan pernapasan, jadwal pengukuran
jumlah produksi urine, berikan instruksi dengan jelas, singkat dan
terperinci yang mencangkup nama, obat, dosis, cara pemberian, dan
waktu atau jam pemberian.
d. Nasihat dan konseling Post Sectio Caesarea (SC)
1. Kepada keluarga pasien beritahu bahwa: operasi telah selesai dan
sampaikan jalannya operasi, kondisi ibu saat ini dan apa yang
diharapkan, minimal mencangkup 24 jam post operasi. Waktu
lahir, jenis kelamin, panjang badan, berat badan dan keadaan
operasi. Risiko fungsi reproduksi pasien dan kehamilan/persalinan
yang akan datang, alat kontrasepsi yang akan digunakan. Jelaskan
rencana perawatan dan perkiraan waktu pasien dapat dupulangkan,
sertakan keluarganya untuk ikut mengawasi pasien, khusus
terhadap risikkofungsi reproduksi berupa bekasSectio Caesarea
(SC).
2. Kepada pasien (setelah sadar/dapat berkomunikasi) beritahu
mengenai keadaannya saat ini. Waktu lahir, jenis kelamin, panjang
badan, berat badan dan keadaan bayi. Risiko fungsi repsroduksi,
kehamilan dan persalinan yang akan datang. Lakukan konseling
dan rencanakan upaya-upaya pencegahan kehamilan (bila tidak
dilakukan tubektomi). Jelaskan hingga pasien memahami,
menerima dan dapat memilih metode kontrasepsi yang sesuai serta
jelaskan kembali risiko yang dihadapi oleh pasien, berikan cukup
waktu untuk berdiskusi hingga diyakini bahwa pasien telah cukup
mengerti dan paham (Solikhah, 2014).
25

Adakalanya dokter akan memantau kondisi terakhir pasiennya, dan apabila


dinyatakan sudah stabil, maka pihak medis tentunya akan memperbolehkanuntuk
pulang. Pastikan pula untuk melakukan check up secara rutin untuk memeriksa
kondisi terkini si ibu (Purwoastuti,Dkk,2015).

2.3.6 Asuhan Pada Ibu Post Seksio Sesaria (SC)


Setelah pasca operasi, ada hal-hal yang perlu diperhatikan karena pada
tahapini ibu sangat rentang terhadap infeksi akibat perlukaan karena
persalinan. Dengan memberikan asuhan dan pemantauan khusus pada ibu
pasca operasi maka kemungkinan terjadinya infeksi pada klien lebih
rendah.
a. Pemberian cairan intravena.Kebutuhan cairan intravena, termasuk
darah selama dan setelah seksio sangat bervariasi.cairan yang
diberikan secara intravena terdiri dari larutan Ringer Laktat atau
larutan sejenis dan Dekstrosa 5% dalam air. Biasanya diberikan dalam
1-2 liter cairan yang mengandung elektrolit seimbang selama dan
segera setelah operasi.
b. Ruang pemulihan. Di ruang pemulihan, jumlah perdarahan dari vagina
harus dipantau dengan ketat, dan fundus harus sering diperiksa dengan
palpasi, dengan palpasi untuk memastikan bahwa uterus tetap
berkontraksi kuat. Balutan tebal dengan banyak plester dapat
mengganggu palpasi dan pemijatan fundus serta menimbulkan rasa
tidak nyaman kemudiaan saat plester, dan mungkin kulit diangkat. Ibu
didorong untuk bernapas dalam dan batuk.Setelah ibu sadar penuh,
perdarahan minimal, tekanan darah memuaskan, dan aliran urine
paling tidak 30 ml per jam, pasien dapat dipulangkan ke kamarnya.
c. Pemberian analgesik (Anti nyeri). Untuk ibu dengan ukuran tubuh
rata-rata, diberikan meperidin 75 mg, atau morfin 10 mg secara
intramuskulus sampai sesering tiap 3 jam untuk menghilangkan rasa
nyaman. Jika bertubuh kecil, mungkin diperlukan meperidin 50 mg
atau jika besar, 100 mg. Suatu antiemetik (misalnya prometazin 25
26

mg) biasanya diberikan betsama narkotik. Metode pemberian


analgetik lainya misalnya pemberian narkotik epidural pasca partum
atau analgesik yasng dikontrol oleh pasien sedang dievaluasi dengan
hasil awal yang menjajikan.
d. Tanda Vital. Tekanan darah, nadi, jumlah urin, dan fundus uteri
diperiksa paling tidak setiap jam selama 4 jam. Setiap kelainan
dilaporkan. Setelah itu, selama 24 jam pertama, hal-hal diatas
bersamaan dengan suhu, diperiksa setiap 4 jam.
e. Terapi Cairan Dan Makanan. Secara umum, 3 liter cairan, termasuk
Ringer Laktat seyogianya adekuat untuk pembedahan dan 24 jam
pertama sesudahnya. Namun, jika pengeluarna urine kurang dari 30
ml per jam, pasien harus segera dievaluasi kembali. Penyebab
oligouria dapat beragam mulai dari pengeluaran darah yang tidak
diketahui sampai efek antidiuretik infus oksitosin.
f. Kandung Kemih Dan Usus. Kateter umunya dapat dilepas dari
kandung kemih 12 jam setelah operasi atau, yang lebih
menyenangkan, pagi hari setelah operasi. Kemampuan ibu
mengosongkan kandung kemihnya sebelum terjadi peregangan yang
berlebihan harus dipantau seperti pada persalinan pervaginam. Bising
usus biasanya tidak terdengar pada hari pertama pembedahan, samar-
samar pada hari kedua, dan aktif pada hari ketiga. Pada hari kedua dan
ketiga pasca operasi, dapat timbul nyeri gas akibat gerakan usus yang
tidak terkoordinasi. Supositoria rektum biasanya dapat memicu
defekasi, jika tidak ibu harus diberi anema.
g. Ambulasi. Umumnya, sehari setelah pembedahan, pasien harus turun
sebentar dari tempat tidur dengan bantuan paling tidak dua kali. Lama
waktu ambulasi Post Sectio Caesarea (SC) dengan general anastesi
dan regional anastesi cenderung sama. Selisih rata-rata lama waktu
ambulasi dini hanya 2 jam 40 menit (Solikhah, 2014).
h. Pemeriksaan Laboratorium. Hematokrit secara rutin diukur pada pagi
hari setelah pembedahan. Hemotokrit diperiksa lebih dini jika terjadi
27

pengeluaran darah berlebihan atau terjadi oliguria atau tanda-tanda


yang lain yang mengisyaratkan hipovolemia. Jika hematokrit menurun
secara signifikan dari kadar praoperasi, pemeriksaan diulang, dan
dilakukan penelitian untuk menentukan penyebab penurunan tersebut.
jika hematokrit yang rendah itu tetap stabil, ibu yang bersangkutan
tersebut dapat pulang tanpa kesulitan. Jika kecil kemungkinanya
terjadi pengeluarn darah lebih kanjut, terapi besi untuk memperbaiki
gangguan hematologik lebih dianjurkan dari pada transfusi.
i. Perawatan Payudara. Menyusui dapat dimulai sehari setelah
pembedahan. Jika ibu yang bersangkutan memilih untuk tidak
menyusui karena ada hal lain, maka pemakaian penyangga payudara
yang tidak menekan biasanya dapat mengurangi rasa tidak nyaman.
j. Pemulangan Dari Rumah Sakit. Ibu dapat dipulangkan dengan aman
pada hari keempat atau kelima pasca persalinan, kecuali jika terjadi
penyulit selama Masa Nifas. Aktifitas ibu selama minggu berikutnya
harus dibatasi pada perawatan diri dan bayinya dengan bantuan.
Evaluasi pasca salin serta sebaliknya dilakukan tiga minggu setelah
persalinan, bukan 6 minggu seperti cara tradisional.
k. Pemberian Antimikroba Profilaksis. Suatu Penelitian mengevaluasi
intervensi terapi pada kelompok perempuan nulipara beresiko tinggi
yang menjalani Sectio Caesarea akibat disproporsi sefalopelvik.
Karena frekuensi infeksi panggul adalah 85%, menganggap bahwa
pemberian antimikroba adalah pengobatan dan bukan profilaksis.
Mereka mengamati bahwa pemberian penisil ditambah gentamisin
atau sefamandol saja segera setelah tali pusat dijepit dan diikuti dua
pemebrian dosis dan obat yang sama dengan interval 6 jam
menyebabkan penurunan drastis morbiditas akibat infeksi. Pemberian
obat lanjutan untuk di rumah berupa amoxicillin, mefetamat acid,
metronidazol dan tablet penambah darah.
28

Setelah memberikan Asuhan pada Ibu Post Seesarea (SC) maka tentunya
bidan dapat menolong ibu dengan baik mengingat kembali pengalaman bedah
sesar dengan menimbulkan rasa puas tersendiri dan keberhasilan
pencapaianasuhan kebidanan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan setiap ibu,
dapat membuat perbedaans dalam mengalami dan mengingat peristiwa penting ini
(Saleha, 2014).

2.4 Teori Perawatan Luka Sectio Caesarea


2.4.1 Pengertian Perawatan Luka Sectio Caesarea
Merawat luka untuk mencegah trauma (injury) pada kulit,
membrane mukosa atau jaringan lain yang disebabkan adanya
trauma, fraktur, luka operasi yang dapat merusak kalori.
(Jhonson,2014)
2.4.2 Waktu Perawatan Luka Sectio Caesarea
Jahitan luka dibuka setengahnya pada hari kelima dan sisanya
dibuka pada hari keenam atau ketujuh. (Oswari, 2005).

2.4.3 Tujuan
1. Mencegah infeksi dari masuknya mikroorganisme ke dalam
kulit dan membran mukosa.
2. Mencegah bertambahnya kerusakan jaringan
3. Mempercepat penyembuhan
4. Membersihkan luka dari benda asing atau febris
5. Drainase untuk memudahkan pengeluaran eksudat
6. Mencegah perdarahan

2.4.4 Persiapan alat


1. Alat :
 Handuk Kering
 Bak instrumen berisi :
a. Sepasang handscoon
b. 1 buah pinset anatomis
c. 1 buah pinset cirugis
29

d. Kassa steril
 Bengkok
 Perlak
 Selimut
 Kom 2 buah
 Gunting
 Masker
 Kapas Alkohol

2. Bahan
a. Air bersih dan sabun cuci tangan
b. Plester
c. Betadine

2.4.5 Prosedur kerja


1. Beri salam dan perkenalkan diri
2. Lakukan informed consent. Beri informasi kepada ibu, jelaskan
tindakan yang akan dilakukansampaipasien mengerti dan
menyetujui tindakan yang akan dilakukan.
3. Lakukan persiapan alat
4. Tutup Tirai/jendela yang terbuka untuk menjaga privasi pasien
5. Atur posisi pasien senyaman mungkin, sebaiknya pasien dalam
posisiterlentang agar mempermudah perawatan ganti verban.
6. Cuci tangan sebelum tindakan dan keringkan, cuci tangan sesuai
prosedur dan keringkan dengan handuk kering
7. Buka bak instrumen dan memakai handscoon
Hal ini untuk mencegah infeksi
8. Membuka kassa dan plester pada luka dengan menggunakan pinset
- Jika plester sulit dilepaskan dapat diberikan alcohol
- Angkat balutan pada luka dengan pinset kemudian buang bekas
balutan kedalam bengkok
9. Kaji luka operasi
Lihat dengan seksama keadaan luka operasi apakah ada luka yang
terbuka atau tidak dan tanda-tanda infeksi atau tidak
30

10. Bersihkan luka dengan menggunakan Alkohol Swabs dari arah atas
kebawah/kanan kekiri hingga bersih
- Gunakan Betadine sebagai antiseptik
- Besihkan luka mulai dari bagian terjauh dari bidan
11. Tutup luka dengan kassa steril
Untuk mencegah kontaminasi dan infeksi tutup kembali luka
dengan kasa steril
12. Pasang plester pada luka yang telah ditutup kassa steril
Setelah selesai tutup kembali luka dengan plester sepanjang luka
operasi
13. Rapihkan pasien, lingkungan dan bersihkan peralatan
- Atur kembali posisi pasien senyaman mungkin
- Rapihkan area sekitar tempat tidur pasien
14. Rendam peralatan yang telah digunakan dalam larutan klorin
Rendam selama 10 menit dalam larutan klorin
15. Cuci tangan setelah tindakan
Cuci tangan sesuai prosedur dan keringkan dengan handuk kering
16. Pendokumentasian
(Kusmiyati,2014)
2.4.6 Hal-Hal yang harus diperhatikan
a. Pengangkatan balutan dan pemasangan kembali balutan dapat
menyebabkan pasien terasa nyeri
b. Cermat dalam menjaga kesterilan
c. Pembalut harus sesuai dengan tujuan, contoh untuk menjaga agar
luka jangan terkontaminasi, untuk merapatnya luka bekas operasi
atau untuk menghentikan perdarahan.
d. Menggunting plester jangan terlalu panjang/pendek
e. Perban yang kotor/basah segera diganti. Pada luka operasi tanpa
drain sampai angkat jahitan (minimal 5 hari), pembalut yang tepat
berada di atas luka tidak boleh diganti. Perban dibuka sesuai
dengan instruksi petugas kesehatan.
31

f. Memperhatikan apakah ada perdarahan atau kotoran-kotoran yang


lain yang menyebabkan infeksi.
(Kusmiyati,2014)
32

BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN NIFAS PADA NY”M”DENGAN POST

SECTIO CAESAREA DI POSKESDES TALANG BULUH

TAHUN 2018

Hari/tanggal pengkajian : Rabu, 7 November 2018

Waktu pengkajian : 09.25 WIB

Oleh : Kelompok 2

BIODATA

Nama : Ny. M Nama Suami : Tn. R

Umur :24 Tahun Umur :27 Tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Buruh

Suku/Bangsa : Indonesia Suku/Bangsa : Indonesia

Alamat : Jalan Talang Buluh RT 07

I. DATA SUBJEKTIF
A. Alasan Datang / Keluhan Utama
Ibu datang ke Poskesdes Talang Buluh mengaku telah melahirkan anak
ke-1, 7 hari yang lalu secara sectio caesarea dan mau melakukan
kontrol ulang dengan keluhan nyeri di daerah bekas luka operasi, susah
bergerak, belum pernah mengganti perban setelah pulang dari RS dan
masih mengeluarkan cairan berwarna kuning kecoklatan dari kemaluan.
33

B. Riwayat Perkawinan
Status Perkawinan : Kawin
Umur Waktu Kawin : 23 Tahun
Lamanya : 1 Tahun

C. Riwayat Kehamilan,Persalinan dan Nifas yang lalu


No Tahun Usia Jenis Tempat Penolong Anak KET
Lahir Kehamilan Persalinan Bersalin JK PB BB
1 INI

D. Riwayat Persalinan Sekarang


Tanggal :30 Oktober 2018
Jam : 9:30 WIB
Jenis Persalinan : Sectio Caesarea
Tempat Persalinan : Rumah Sakit
Penolong Persalinan : Dokter
Plasenta : Lengkap
Perineum : Tidak ada Laserasi
Ketuban : Jernih
Komplikasi : Tidak Ada
Keadaan Anak PB : 47 cm
BB : 3000 gram
JK : Laki-laki
E. Riwayat KB
Pernah menjadi akseptor KB:Belum Pernah
Jenis KB yang digunakan :-
Lamanya :-
Masalah/Keluhan :-
F. Riwayat Psikososial
Hubungan ibu dengan suami dan keluarga : Baik
34

Tanggapan ibu, suami dan keluarga terhadap kelahiran bayi :


Senang
Pengambilan keputusan dalam keluarga :
Musyawarah
Kebiasaan yang dilakukan dan mempengaruhi masa nifas : Tidak Ada

G. Data Kebiasaan Sehari-Hari


1. Makan
Menu : Sepiring nasi, semangkuk sayur dan
lauk pauk,sepotong buah
Frekuensi : 3 kali sehari
Pantangan : Tidak Ada
2. Minum : 10 gelas/hari
3. Eliminasi
BAK : 6 kali/hari
BAB : 1 kali/hari
4. Istirahat
Siang : 1 Jam
Malam : 6 Jam
5. Pola Menyusui
Jenis : ASI Eksklusif
Frekuensi : On demand
Keluhan : Tidak Ada
6. Personal Hygiene
Mandi : 2 kali/hari (membasahi seluruh
tubuh termasuk luka bekas operasi)
Gosok Gigi : 2 kali/hari
Ganti Pakaian Dalam : 2 kali/hari
Ganti Pembalut : 2 kali/hari
35

7. Perawatan Bayi
Perawatan Bayi Sehari-Hari : Merawat Sendiri
Perawatan Tali Pusat : Kassa Steril

II. DATA OBJEKTIF


A. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
TTV
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Pernapasan : 20 x/menit
Nadi : 80 x/menit
Temperature : 36,3°C
B. Pemeriksaan Kebidanan
1. Inspeksi
Muka : Tidak Pucat, tidak oedema
Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih
Hidung : Simetris, bersih, tidak ada polip
Leher : Tidak ada pelebaran vena jugularis, tidak ada
pembengkakan kelenjar tiroid dan kelenjar limfe
Payudara : Simetris, puting susu menonjol, aerola
hiperpigmentasi
Abdomen : Terdapat luka bekas operasi, perban yang
menutupi luka basah, tampak merah dan bengkak
disekitar luka, keluar cairan berupa nanah yang
berbau
Genetalia : Lochea Sanguinolenta, tidak ada laserasi
Ekstremitas
Atas : Simetris, tidak ada oedema
Bawah : Simetris, tidak ada oedema dan varises
36

2. Palpasi
Payudara : ASI sudah keluar
Abdomen : TFU 2 jari diatas simfisis
Kandung Kemih : Kosong
i. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah
Golongan Darah : A+
Hb : 10,6%gr/dL
2. Urine
Protein : (-)
Glukosa : (-)
III. ANALISA DATA
Diagnosa : P1A0 Post Sectio Caesarea 7 hari dengan infeksi lokal
IV. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang dilakukan, bahwa ibu
mengalami infeksi lokal pada daerah luka bekas operasi
(Ibu mengerti dengan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan)
2. Memberitahu ibu untuk meneruskan minum obat yang didapat dari
Rumah Sakit secara teratur.
(Ibu mengerti dengan penjelasan bidan)
3. Melakukan perawatan pada daerah luka bekas operasi dengan membuka
perban, membersihkan daerah sekeliling luka, mengeluarkan nanah yang
terdapat pada luka bekas operasi, memberikan antiseptik berupa betadine
pada daerah luka bekas operasi, menutup kembali luka bekas operasi
dengan perban.
(Perawatan telah dilakukan)
4. Memberitahu ibu untuk menjaga daerah bekas luka operasi agar tidak
basah atau lembab, mengganti gurita dan pakaian setiap selesai mandi
atau jika terasa basah/lembab.
(Ibu mengerti dengan penjelasan bidan).
37

5. Memberitahu ibu tanda-tanda bahaya masa nifas (perdarahan jalan lahir,


keluar cairan berbau, terdapat luka/perdarahan pada luka bekas operasi
SC, demam) segera datang ke fasilitas kesehatan jika terdapat tanda-tanda
tersebut.
(Ibu mengerti dengan penjelasan bidan)
6. Memberikan KIE kepada ibu untuk memenuhi kebutuhan asupan cairan
dan nutrisinya dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi, perbanyak
makan sayur-sayuran hijau, lauk pauk berprotein, buah-buahan, susu, dan
perbanyak minum air putih minimal 12gelas per hari agar produksi ASI
lancar serta minum vitamin yang diberikan agar kondisi ibu cepat pulih.
(Ibu mengerti dengan penjelasan bidan)
7. Memberitahu ibu untuk kunjungan ulang 3 hari lagi atau jika terdapat
keluhan.
(Ibu mengerti dan mau kunjungan ulang)

Catatan Perkembangan
Hari/Tanggal : Sabtu / 10November 2018
S : Ibu datang mengatakan ingin kontrol ulang luka bekas operasi yang
infeksi

O : Tekanan darah : 110/70 mmHg


Pernapasan : 22 x/menit
Nadi : 82 x/menit
Temperature : 36,5°C
Abdomen : Terdapat luka bekas operasi, perban yang
menutupi luka kering, tampak merah disekitar luka,
TFU tidak teraba lagi.
A : P1A0 Post SC 10 hari

P : 1. Memberitahu ibu bahwa ibu sudah dalam keadaan baik


2. Memberikan ibu therapy berupa Mefenamat Acid 500gr 3x1, Amoxicillin
500gr 3x1, Metronidazole 500gr 2x1, Tablet Fe 1x1
38

3. Melakukan perawatan pada daerah luka bekas operasi dengan membuka


perban, membersihkan daerah sekeliling luka, memberikan antiseptik berupa
betadine pada daerah luka bekas operasi, menutup kembali luka bekas operasi
dengan perban.
(Perawatan telah dilakukan)
4. Memberitahu ibu untuk menjaga daerah bekas luka operasi agar tidak basah
atau lembab, mengganti gurita setiap selesai mandi atau jika terasa basah/lembab.
(Ibu mengerti dengan penjelasan bidan).
5. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup dan tidak mengangkat barang-
barang yang berat.
(Ibu mengerti)
6. Memberikan KIE pada ibu mengenai KB untuk menjarakan kehamilan.
(Ibu mengerti)
39

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada laporan studi kasus ini penulis mengkaji Asuhan Kebidanan Nifas
Pada Ny”M” dengan Sectio Caesarea diPoskesdesTalang Buluh. Pengkajian
dilakukan dengan cara mengumpulkan data subjektif, objektif, menganalisa data
dan melakukan penatalaksanaan sesuai dengan asuhan kebidanan.
Pada hari Rabu, 7 November 2018. Berdasarkan pengkajian dari
anamnesa dan data subjektif Ny “M” diketehui ibu mengaku telah melahirkan
anak ke-1, 7 hari yang lalu secara sectio caesarea dan mau melakukan kontrol
ulang dengan keluhan nyeri di daerah bekas luka operasi, susah bergerak, belum
pernah mengganti perban setelah pulang dari RS dan masih mengeluarkan cairan
berwarna kuning kecoklatan dari kemaluan.
Berdasarkan data objektif pada Ny “M”, pada hasil pemeriksaan diketahui
keadaaan umum ibu baik, tekanan darah ibu 120/80 mmHg, Nadi 80x/menit,
Pernapasan 20x/menit, suhu 36,30C, bekas luka operasi basah, tampak merah dan
bengkak disekitar luka, keluar cairan berupa nanah yang berbau.

Berdasarkan teori infeksi masa nifas oleh Saifuddin,2007 tanda-tanda


infeksi masa nifas adalah Setelah 24 jam pertama, suhu di atas 370C lebih dari 1
hari. Tetapi kenaikan suhu tubuh temporal hingga 410C tepat seusai melahirkan
(karena dehidrasi) atau demam ringan tidak lebih dari 380C pada waktu air susu
mulai keluar tidak perlu dikhawatirkan. Rasa sakit atau tidak nyaman, dengan atau
tanpa pembengkakan, di area abdominal bawah usai beberapa hari melahirkan.
Bengkak di tempat tertentu dan/atau kemerahan, panas, dan keluar darah di tempat
insisi Caesar.
Berdasarkan pegkajian yang dilakukan pada Ny.M terdapat tanda infeksi
bengkak di tempat tertentu dan/atau kemerahan, panas, dan keluar nanah di tempat
insisi Caesar, dikarenakan kurangnya kebersihan dalam perawatan luka bekas
operasi. Untuk itu diagnosa Ny.M yaitu P1A0 Post Sectio Caesarea 7 hari dengan
infeksi lokal.
40

Pada penatalaksanaan memberikan ibu therapy berupa Mefenamat Acid 500gr


3x1, Amoxicillin 500gr 3x1, Metronidazole 500gr 2x1, Tablet Fe 1x1, melakukan
perawatan pada daerah luka bekas operasi sesuai dengan teori perawatan luka
bekas sectio caesarea menurut Jhonson,2014 dan menganjurkan ibu untuk
melakukan perawatan luka bekas operasi dirumah dengan menjaga luka bekas
operasi agar tetap kering.
41

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan Asuhan Kebidanan Nifas Pada Ny “M” dengan Post
Sectio Caesarea Di POSKESDES Talang Buluh, penulis melakukan
pengkajian dan mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Mahasiswa telah melakukan pengkajian data subjektif ibu nifas pada
Ny”M” dengan Post Sectio Caesarea di PoskesdesTalang Buluh.
2. Mahasiswa telah melakukan pengkajian data Objektif ibu nifas pada
Ny”M” dengan Post Sectio Caesarea di PoskesdesTalang Buluh.
3. Mahasiswa telah melakukan analisa data ibu nifas pada Ny”M” dengan
Post Sectio Caesarea di PoskesdesTalang Buluh.
4. Mahasiswa telah melakukan penatalaksanaan ibu nifas pada Ny”M”
dengan Post Sectio Caesarea di PoskesdesTalang Buluh.

5.2 Saran
5.2.1 Untuk POSKESDES
Dapat memberikan penyuluhan pada ibu hamil dan ibu nifas di
setiap posyandu mengenai perawatan masa nifas khususnya
perawatan luka pada masa nifas.
5.2.2 Untuk Pendidikan
Dapat meningkatkan mutu pendidikan terkhusus dalam bidang
akademik mengenai penyuluhan perawatan masa nifas khusunya
perawatan luka pada masa nifas.
5.2.3 Untuk Mahasiswa
Mahasiswa yang selanjutnya dapat mempelajari lebih dalam
mengenai tanda infeksi dan perawatan masa nifas khususnya
perawatan luka pada masa nifas.
42

DAFTAR PUSTAKA

Benson, Ralph C dan Martin L Pernold.Obstetri dan Ginekologi. Jakarta:EGC,


2014.

Gant, Norman F dan F Gary Cunningham.Dasar-Dasar Ginekologi &


Obstetri.Jakarta: EGC, 2011.

Heryani, Reni. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Dan Menyusui. Jakarta Timur: CV
Trans Info Media, 2014.

Ikhtiarinawati F, Fitriana dan Dwi Ns, Lilis. 2012. Jurnal Midpro, edisi
2/2012.Perbedaan Penurunan Tinggi Fundus Uteri Berdasarkan Jenis
Persalinan Pada Ibu Nifas Fisiologi Dan Post Sectio Caesarea. Jurnal
Midpro, edisi
2/2014.http://journal.unisla.ac.id/pdf/19512013/3.%20perbedaan%20penuru
nan%20tingi%20fundus%20uteri.pdf.Diakses tanggal 17 Mei 2018.

Johnson-Ruth, Wendy, 2014. Buku Ajar Praktek Kebidanan,Jakarta ; EGC. Hal;


368-377

Kusmiyati, Yuni, 2014. Penuntun Belajar Keterampilan Dasar Praktik Klinik


Kebidanan.Yogyakarta; Fitramaya. Hal; 79 90

Maritalia, Dewi. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta: Pustaka


Belajar, 2014.

Purwoastuti, Endang, dkk. Asuhan Kebidanan Masa Nifas &


Menyusui.Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2015.

Rukiyah, Aiyeyeh dan Dkk. Asuhan Kebidanan III (Nifas). Jakarta: CV.Trans Info
Media, 2014.

Saleha, Sitti. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika,
2014
43

Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, 2014

Solikhah, Umi. Asuhan Keperawatan Gangguan Kehamilan, Persalinan dan


Nifas. Yogyakarta: Nuha Medika, 2014.

Veibymiaty Sumelung, Dkk. 2014.Faktor-faktor yang berperan meningkatnya


angka
kejadianSectioCaesarea.volume2.No.1.Manado.http//ejournal.unsrat.ac.id/i
ndeks.php/jkp/article/viewFile/4052/3568. Diakses tanggal 17 Mei 2018

World Health Organization (WHO), Health Statistics.World Health Organization.


2016

Wulandari, Setyo Retno. Asuhan Kebidanan Ibu Masa Nifas. Jakarta : Gosyen
Publishing, 2014.

Anda mungkin juga menyukai