Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam era modern ini, sekolah/ madrasah harus berhadapan dengan tuntutan
baru terutama menyangkut pemberlakuan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 tentang strandar Nasional Pendidikan, yang diikuti dengan beberapa
Permendiknas sebagai penjabaran dari PP tersebut. Strandar nasional pendidikan
adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum
NKRI, yang terdiri dari delapan standar, yaitu: standar isi, proses, kompetensi
lulusan, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana prasarana, pengelolaan,
pembiayaaan, dan penilaian pendidikan. Dengan demikian, setiap sekolah/
madarasah dituntut untuk menyususn, melaksanakan serta memonitor dan
mengevaluasi rencana pengembangan guna memenuhi standar tersebut untuk
selanjutnya berusaha meningkatkan kualitasnya ke standar yang lebih tinggi.
Salah satu dimensi kompetensi yang harus dimiliki oleh pimpinan sekolah/
madrasah adalah kompetensi manajerial, yang antara lain menyangkut
kemampuan pimpinan dalam menyusun perencanaan sekolah/ madrasah untuk
berbagai tingkatan perencanaan, baik jangka panjang, menengah, maupun pendek.
Perencanaan yang disusun harus merupakan rencana yang komprehensif untuk
mengoptimalkan pemanfaatan segala sumberdaya yang ada dan yang mungkin
diperoleh guna mencapai tujuan yang diinginkan di masa mendatang. Karena itu,
penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah/ Madrasah (RPS/M) harus
berorientasi ke depan dan secara jelas bagaimana menjembatani antara kondisi
saat ini dan harapan yang akan dicapai di masa depan. Selain itu, RPS/M juga
harus memerhatikan peluang dan ancaman dari lingkungan eksternal,
memerhatikan kekuatan dan kelemahan internal, dan kemudian mencari dan
menemukan strategi dan program-program untuk memanfaatkan peluang dan
kekuatan yang dimiliki, mengatasi tantangan dan kelemahan yang ada, guna
mencapai visi yang diinginkan.
Sebagai upaya dari pengaktualisasian dari Rencana Pengembangan Sekolah/
Madrasah (RPS/M), maka diadakan kegiatan berupa monitoring, Asesmen dan

1
evaluasi yaitu suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengawasi atau memantau ,
menilai proses dan perkembangan pelaksanaan program sekolah/ madrasah
dengan melakukan peninjauan kembali terhadap pelaksanaan program sekolah/
Madrasah. Melalui makalah ini, kami akan menjelaskan sedikit tentang kegiatan
monitoring, Assesmen dan evaluasi pelaksanaan prosess pembelajaran sebagai
alat ukur keberhasilan pendidikan tersebut.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu :
1. Mengetahui Pengertian dan tujuan monitoring, Asesmen dan Evaluasi
2. Mengetahui pelaksanaan kegiatan monitoring, Asesmen dan evaluasi
3. Mengetahui Instansi yang Bertugas Melaksanakan Monitoring dan
Evaluasi
4. Mengetahui Hasil dari Monitoring, Asesmen dan Evaluasi

2
BAB II
LITELATUR
2.1 Kajian Teoritik
2.1.1 Pengertian dan Tujuan
Monitoring adalah mencatat untuk memastikan pelaksanaan program telah
sesuai dengan perencanaan kegiatan/ program yang dilakukan oleh pemerintah
maupun organisasi sosial, serta untuk mengukur kemajuan kegiatan, tuannya
adalah membantu semua orang yang terlibat dalam program membuat keputusan
yang tepat pada saat yang tepat pada saat yang tepat pula untuk memperbaiki
mutu kegiatan (Nasir Aet al, 2013 : 126).
Monitoring bertujuan untuk (a) mengetahui tingkat keterlaksanaan
program, (b) keberhasilan program, (c) memperoleh bahan masukan untuk
kelancaran progrm berikutnya, (d) memberikan penilaian (judgement) dengan
demikian maka kita dapat mengambil kesimpulan bahwa monitoring memiliki
karakter yang cendrung bersifat klinis, sedangkan evaluasi memiliki karakter yang
cenderung bersifat peniliaian (judgement) (Jelantik, 2018 : 70)
Menurut sanjaya dan budimanjaya (2017 : 201) Evaluasi adalah proses
memberikan pertimbangan terhadap sesuatu yang dipertimbangkan (evaluation).
Minimal ada tiga hal yang harus dipahami dalam konsep evaluasi tersebut.
Pertama, evaluasi adalah suatu proses bukan hasil. Ini berarti evaluasi adalah
rangkaian kegiatan yang berlangsung secara berkelanjutan. Ada guru yang
beranggapan evaluasi sama dengan tes, sehingga mengevaluasi sama dengan
melakukan tes, Hal ini tentu keliru, sebab evaluasi terdiri atas berbagai macam
tindakan dalam evaluasi. Dengan demikian, evaluasi terdiri atas berbagai macam
tindakanyang harus dilakukan, dan tes adalah bagian dari tindakan dalam
evaluasi. Dengan demikian, evaluasi bukanlah hasil atau produk, akan tetapi
rangkaian kegiatan. Kedua, rangkaian kegiatan dilakukan untuk memberikan
pertimbangan.“Evaluation is cocerned with making judgment about thing”. Ini
berarti evaluasi berhubungan dengan objek kegiatan tertentu sebagai tujuan
evaluasi itu sendiri yang pada gilirannya evaluator dapat memberikan
rekomendasi atau keputusan tertentu sebagai hasil dari pertimbangan. Misalnya
evaluasi dilakukan untuk memberikan pertimbangan siapa saja yang harus

3
mengikuti remedial dan siapa saja yang harus tinggal kelas. Jadi, dengan demikian
proses evaluasi selamanya akan berhubungan dengan tujuan evaluasi itu sendiri.
Ketiga, pertimbangan evaluasi diberikan kepada sesuatu yang hendak dievaluasi.
Evaluasi perilaku nilai bertujuan “memperdalam kesadaran” dan
“pengalaman akan satu nilai”. Ketika seseorang menceritakan hal yang
didalamnya saat melaksanakan sebuah nilai, ia juga membagi keyakinan,
perasaan, sikap dan sekaligus pendiriannya yang dapat meneguhkan anggota
organisasi lainya (Pramono, 2010 : 159).
Penilaian merupakan proses sistematik untuk menentukan tingkat
keberhasilan yang dicapai. Dalam konteks supervisi pembelajaran, penilaian
merupakan proses sistematik untuk menentukan tingkat keberhasilan yang dicapai
dalam pembinaan keterampilan pembelajaran guru. Tujuan penilaian pembinaan
keterampilan pembelajaran adalah: 1) untuk menentukan apakah pengajar (guru)
telah mencapai kriteria pengukuran sebagaimana dinyatakan dalam tujuan
pembinaan, dan 2) untuk menentukan validitas teknik pembinaan dan komponen-
komponennya dalam rangka perbaikan proses pembinaan berikutnya
(Muhainifah, 82-86 : 2017).
penilaian tidak hanya bertujuan untuk pemberian skor dan pembuatan ranking,
tetapi juga upaya untuk menyediakan feedback baik kepada peserta didik maupun
pendidik untuk melakukan perbaikan belajar-mengajar sesegera mungkin untuk mencapai
tujuan bersama. Dengan kata lain, penilaian selalu menjadi bagian integral dan tak
terpisahkan dalam pembelajaran serta menjadi bagian krusial untuk membantu peserta
didik dan pendidik dalam belajar-mengajar (Wahyu,2014 : 22-33).

4
Menurut berry (2008 : 6) Penilaian adalah tentang mendapatkan
informasi. Informasi yang dikumpulkan didasarkan pada tujuan penilaian.
Penilaian dapat sesederhana latihan di mana seorang guru mengumpulkan
informasi dari siswa, menafsirkannya, dan membuat penilaian tentang kinerja
mereka. Saat penilaian adalah suatu hal yang tergolong sebagai belajar. Dalam hal
ini, penilaian adalah koleksi yang memadai dan terencana dari berbagai informasi
dari siswa yang membantu mereka memahami pengetahuan, keterampilan, dan
kemampuan mereka, termasuk kekuatan dan kelemahan, nilai, dan sikap. Yang
paling penting, penilaian adalah bagian alami dari kelas pengajaran dan
pembelajaran, guru menggunakan berbagai kegiatan penilaian dan strategi, untuk
mendapatkan gambaran yang komprehensif tentang bagaimana siswa mereka
belajar. Para guru menganalisis dan menafsirkan informasi tersebut dan
menggunakannya untuk memantau dan menyesuaikan instruksi, serta memberikan
umpan balik kepada siswa. Siswa adalah penyedia informasi aktif. Mereka tidak
hanya terlibat dalam kegiatan belajar mengajar, tetapi mereka juga menggunakan
informasi penilaian untuk menetapkan tujuan, membuat keputusan belajar terkait
dengan peningkatan mereka sendiri, dan mengembangkan pemahaman tentang
seperti apa kualitas pekerjaan itu. Mereka menilai pembelajaran mereka sendiri
serta pembelajaran rekan-rekan mereka, mengomunikasikan status dan kemajuan
mereka ke arah tujuan belajar yang sudah ada, dan mencari umpan balik dari
rekan-rekan dan guru-guru mereka, tentang pembelajaran mereka.
Assesment is about getheringinformation. The information gathered is based on the
purpose of the assessment. An assesment can be as simple as an exercise in which a
teacher gathers information from students, interprets it, and makes judgements about
their performance. When assessmentis for learning. In this vein, assesment is adeliberate
and planned collection of the full range of information from the studentsthat helps them
understand their knowledge, skills, and abilities, including strengths and weaknesses,
values, and attitudes. Most importantly, assesment is a natural partof the teaching and
learning classroom, teachers use a full range of assesment activitiesand strategies, to
gain acomprehensive pictureof how their students learn. The teachersanalyze and
interperet the information and use it for monitoring and adjustting instruction,as well as
giving feedback to students. Students are active information providers. Not only do they
engage in the teaching and learning activities, but they also use aassessment information
to set goals, make learning decisions related to their own improvement, and develop an
understandingnof what quality work looks like. They assess their ownlearning as well as

5
the learning of their peers, communicate their status and progress towards established
learninggoals, and seek feedback from their peers and teachers,about their learning.

Menurut Zaim (2016 :55) Asesmen pembelajaran berkaitan dengan sejauh


mana diperoleh informasi tentang apa yang telah berhasil dikuasai peserta didik
dalam proses pembelajaran. Di dalam proses pembelajaran akan selalu dilakukan
penilaian dan pengukuran keberhasilan peserta didik dalam menguasai materi
yang diajarkan sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan . Oleh karena itu,
perlu dilakukan pengukuran dan peniliaian secara berulang terhadap kemampuan
peserta didik. Pada rpinsipnya asesmen dilakukan untuk menilai peserta didik
dengan menggunakan beberapa teknik dan instrumen penilaian (multiple
assesment techniques) agar diperoleh sampel perilaku pembelajaran yang telah
berhasil dikuasi, misalnya kemampuan berbahasa. Dengan demikian, kemampuan
menyeluruh peserta didik dapat dilihat, bukan hanya satu kemampuan.
Ada tiga tujuan umum asesmen, yaitu dilihat dari tujuan administratif,
pembelajaran, dan penelitian : 1. Untuk tujuan administratif, asesmen digunakan
untuk penilaian kemampuan secra umum (proficiency), penempatan (placement),
kelulusan (exemption), sertifikasi (certification), dan promosi (promotion).
2. Untuk tujuan pembelajaran, asesmen digunakan untuk diagnosis, kemajuan
belajar, umpan balik (feedback), dan evaluasi pembelajaran atau kurikulum.
3. Untuk tujuan penelitian evaluasi,eksperimen, dan pembelajaran bahasa dan
pengunaan bahasa (Zaim, 2016 : 55-56).

2.1.2 Pelaksanaan Monitoring, Asesmen dan Evaluasi.

Menurut Muhaimin (2009 : 381-383) Secara umum, beberapa komponen


utama yang perlu ada dalam rancangan MONEV antara lain : (1) penentuan fokus
dan tujuan; (2) penentuam komponen dan indikator; (3) rancangan pengumpulan
data data dan pengembangan instrumen; (4) penyusunan rencana kerja.
1. Perencanaan fokus dan Tujuan
Fokus kegiatan MONEV perlu ditentukan, yaitu apakah lebih menekankan
pada kegiatan monitoring atau pada evaluasi. Sebagaimana uraian
terdahulu, monitoring memfokuskan pada perolehan informasi mengenai
pelaksanaan program sekolah/madrasah, sedangkan evaluasi

6
memfokuskan pada hasil program sekolah/madrasah, Di samping itu,
mengacu pada program-program sekolah/madrasah yang sedang atau telah
dilaksanakan, perlu ditentukan tujuan MONEV secara jelas dan
operasional sehingga kriteria pencapaiannya dapat diukur dan mudah
diketahui berkaitan dengan hal tersebut, perlu dilakukan pencermatan
terhadap program madrasah yang di monev.
2. Pengembangan komponen dan indikator
Komponen dan indikator program sekolah/madrasah yang akan di
MONEV perlu ditentukan. Penentuan komponen ini didasarkan pada
tujuan diseelnggarakannya MONEV dan substansi program
sekolah/madrasah, Untuk kegiatan monitoring, komponen yang perlu
dipantau terutama mengenai komponen proses pelaksanaan, termasuk
kondisi masukan dan pengelolaanya dalam rangka proses pelaksanaan
program sekolah/madrasah tersebut. Adapun untuk kegiatan evaluasi
program sekolah/madrasah mencakup komponen konteks, masukan,
proses, dan keluaran, serta dampak. Penentuan Vindikator dan kriteria
yang digunakan untuk MONEV sangat terkait dengan kompenen yang
akan di MONEV indikator merupakan penjabaran dari komponen-
komponen program yang akan di MONEV. Dalam hal ini, setiap
komponen dijabarkan menjadi indikator-indikator, termasuk kriteria
pencapianya.
3. Rancangan Pengumpulan Data dan Pengembangan Instrumen
Sesuai dengan tujuan MONEV dan komponen yang akan dikaji, perlu
ditentukan rencana pengumpulan data, Dalam hal ini, data apa saja yang
akan dijaring dan siapa responden atau sumber datanya. Setelah hal
tersebut ditentukan, maka langkah selanjutnya adalah mengembangkan
instrumen. Pengembangan instrumen dilakukan dengan mengacu pada
komponen-komponen program yang akan di MONEV. Penyusuan
instrumen mencakup penentuan jenis instrumen dan isi instrumen
hendaknya disusun berdasarkan kisi-kisi substantif dari komponen dan
indikator, dan perlu dilakukan validasi sertauji coba untuk memperoleh

7
instrumen yang valid dan raliable. Satu komponen dapat dijabarkan
menjadi beberapa indikator
Menurut Cahyana (2010 : 115-116) Dalam rangka mengimplementasikan
konsep manajemen peningkatan mutu yang berbasis sekolah, maka melalui
partisipasi aktif dan dinamis dari orang tua, siswa, guru dan staf lainnya termasuk
institusi yang memiliki kepedulian terhadap pendidikan sekolah harus melakukan
tahapan kegiatan sebagai berikut: 1) penyusunan basis data dan profil sekolah
lebih presentatif, akurat, valid, dan secara sistematis menyangkut berbagai aspek
akademis, administratif (siswa, guru, staf), dan keuangan; 2) melakukan evaluasi
diri (self assesment) untuk menganalisa kekuatan dan kelemahan mengenai
sumber daya sekolah, personel sekolah, kinerja dalam mengembangkan dan
mencapai target kurikulum dan hasil-hasil yang dicapai siswa berkaitan dengan
aspek-aspek intelektual dan keterampilan maupun aspek lainnya; 3) berdasarkan
analisis tersebut sekolah harus mengidentifikasikan kebutuhan sekolah dan
merumuskan visi, misi, dan tujuan dalam rangka menyajikan pendidikan yang
berkualitas bagi siswanya sesuai dengan konsep pembangunan pendidikan
nasional yang akan dicapai. Hal penting yang perlu diperhatikan sehubungan
dengan identifikasi kebutuhan dan perumusan visi, misi, dan tujuan adalah
bagaimana siswa belajar, penyediaan sumber daya dan pengelolaan kurikulum
termasuk indikator pencapaian peningkatan mutu tersebut; dan 4) berangkat dari
visi, misi, dan tujuan peningkatan mutu tersebut sekolah bersama-sama dengan
masyarakat merencanakan dan menyusun program jangka panjang atau jangka
pendek tahunan termasuk anggarannya.
Asesmen kinerja adalah suatu prosedur yang menggunakan berbagai
bentuk tugas untuk memperoleh informasi tentang apa dan sejauh mana yang
telah dilakukan dalam suatu program. Pemantauan didasarkan pada kinerja
(perpormance) yang ditunjukkan dalam menyelesaikan suatu tugas atau
permasalahan yang diberikan. Asesmen kinerja dilakukan untuk menilai tugas-
tugas yang dilakukan oleh siswa, sehingga guru dapat memiliki informasi yang
lengkap tentang siswa (Mantara et al, 2013 : 1-12)

8
Pelaksanaan monitoring dilakukan melalui prosedur observasi terhadap
pelaksanaan kegiatan LS. Interview terhadap pihak-pihak terkait LS dilakukan
untuk mengetahui keberhasilan dan kekurangan, baik implementasipembelajaran
maupun kegiatan LS secara keseluruhan. Mahasiswa yang mengikuti
pembelajaran dan dosen observer menjadi responden interview pada tahap ini.
Sedangkan evaluasi produk berfokus pada perubahan- perubahan dengan cara
membandingkan data pada pra program dengan pasca program LS (Gunawan et
al, 2015 : 1-116)
Menurut Vienna (2006 : 4) Bagaimana kita tahu kalau apa yang kita
lakukan itu efektif? Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita mengandalkan umpan
balik yang dihasilkan dari tindakan kita. Seorang bayi mengocok mainan dan
belajar bahwa dengan melakukan gerakan tertentu dengan tangannya, mainan itu
mengeluarkan suara yang menurutnya menyenangkan. Demikian pula, ketika dia
belajar merangkak dan berjalan, dia mendapat umpan balik dari tubuhnya yang
mengajarkan apa yang dia bisa dan tidak bisa lakukan di dunia fisik. Dia juga
mendapat umpan balik dari orang lain. Ketika dia belajar berbicara, orang dewasa
memuji dia ketika dia meningkatkan dan memperbaiki kesalahannya, dan
kemampuannya untuk berkomunikasi semakin meningkat. Di sekolah, gurunya
memberikan umpan balik melalui persetujuan dan penolakan dan melalui nilai
untuk pekerjaan sekolahnya. Dengan cara ini dan banyak lainnya dia belajar
menilai kinerjanya sendiri. Jika ia bertambah tua, penilaian eksternal mungkin
menjadi lebih formal. Misalnya, jika dia memutuskan untuk menjadi guru, dia
harus mengikuti ujian dan menjalani penilaian pembelajaran dan pemahamannya
sebelum dia diizinkan untuk mengajar anak-anak. Penilaian formal ini
meyakinkan masyarakat bahwa pekerjaan para profesional mencapai standar yang
memuaskan. Begitu seseorang menjadi profesional, mereka juga harus diawasi
untuk memastikan bahwa mereka mempertahankan standar yang tinggi. Misalnya,
guru di banyak negara dipantau untuk memastikan bahwa anak-anak mempelajari
apa yang seharusnya mereka pelajari. Dalam pencegahan penyalahgunaan zat, ada
beberapa standar formal yang harus diikuti. Jadi, bagaimana Anda tahu bahwa apa
yang Anda lakukan itu baik? Bagaimana memastikan bahwa orang yang Anda
capai dari pekerjaan Anda cocok dengan niat dan sasaran yang Anda miliki ketika

9
Anda menjadi bintang? Ada beberapa penolakan dan evaluasi. Beberapa orang
mengatakan bahwa itu "hebat" dan mereka banyak belajar.
How do we know if what we do is effective? In our everyday life, we rely on feedback that
result from our actions. A baby shakes a rattle and learns that by making certain
movements with her hands, the rattle makes sounds that she finds pleasurable. Similarly,
when she learns to crawl and to walk, she gets feedback from her body that teaches her
what she can and cannot do in the physical world She also gets feedback from other
people. As she learns to talk, adults praise her when she improves and correct her
mistekes, and her ability to communicate increasses. At school, herteacher gives her
feedback through approvaland dissoproval and through marks for her school work. In
these ways and many others she learns to assess her own performance. A she gets older,
external assesement may become more formal. For example, if she decides tobecome a
teacher, she must take examinations and undergo assessment of her learning and
understanding before she isallowed to taech children. These formal assessment assure
society that the work of professionals reaches a satisfactorystandard. Once someone
becomes a professional, they are also subject to monitoring to ensure that they
maintainhigh standards. For Example, teachers in many countries are monitored to make
sure that the children are learning what they are supposed to lern. In substance abuse
prevention,there are few formal standards to be followed. So how do you know that what
you are doing is any good ? How can ensure thatthe resukt you areachieving from your
work match the intentions and objective that you had whemyou stard? There is some
resistance and evaluation.Some people say that it was “great” and that they learned a
lot.
Menurut Earl et al (2003 : 2) Secara tradisional penilaian dan tes atau
ujian adalah sinonim. peran mereka jelas dan konsisten dengan tujuan pengujian
pendidikan kompetensi tersegmentasi dan pengetahuan dari kurikulum sekolah
sebagai alat untuk memilah siswa ke dalam kelompok dan memutuskan untuk
pendidikan masa depan. Penilaian didasarkan pada "kesesuaian atau keaktifan
para siswa." Keaktifan siswa terhadap materi yang disampaikan. Ketika kita
mengetahui lebih banyak tentang bagaimana pembelajaran tentunya cara
mengambil nilai setiap individu berbeda. Dalam pekerjaan kami, kami telah
menemukan bahwa guru tidak nyaman memiliki tujuan tunggal untuk penilaian.
Mereka semakin menyadari bahwa penilaian memiliki banyak tujuan dan mereka
membutuhkan ide lebih untuk melakukan penilaian agar bisa mengatasi
semuanya.

10
Traditionally assessment and tests or examinations were synony. mous, and their role
was clear and consistent with the purposes ol schooling testing of segmented
competencies and knowledge from the school curriculum as a way of sorting students into
groups and deciding about future schooling Assessment was based on the "con- cordance
or fidelity of the students' responses to the material that was delivered. As we come to
know more about how learning happens assessment takes on a different sheen. In our
work we have found that teachers are uneasy about having a singe purpose for
assessment They are increasingly aware that assessment has multiple purposes and that
they need a toolbox full of assessment ideas to address them all.

Menurut Crooks (1988 : 438-481) Evaluasi untuk membantu


pembelajaran. Terlalu banyak penekanan dalam penilaian fungsi evaluasi, dan
terlalu sedikit perannya dalam membantu siswa untuk belajar. peran integral dari
evaluasi dalam pengajaran dan pembelajaran perlu dipahami, sertifikasi harus
ditempatkan pada tempat yang teapt, dan tepat waktu. Kebenaran tidak sulit untuk
dilihat sebelum tahun terakhir sekolah menengah atas karena lebih menekankan
pada penggunaan evaluasi kelas untuk penilaian normatif prestasi siswa,
mengingat bukti yang ditinjau yaitu penilaian normatif (dengan perbandingan
sosial dan persaingan antar murid yang menyertainya) akan menghasilkan
konsekuensi yang tidak diinginkan untuk sebagian besar siswa.
Evaluationt o assist learning. Too much emphasis has been place don the
grading function of evaluation, and too little on its role in assisting students to learn.
The integral role of evaluation in teaching and learning needs to be grasped, and its
certification function place din proper perspective I. tis hard to see any justification
before the final year or so of high school for placing much emphasis on using classroom
evaluation for normative grading of student achievement, given the evidence reviewed
here that normative grading (with the social comparison and interstudent competition
that accompany it) produces undesirable consequences for most students.

Menurut Wiliam (2013 : 15-19) Orang sering ingin tahu "apa yang
berhasil" dalam pendidikan, tetapi kebenaran yang sederhana adalah segalanya
untuk suatu tempat, dan tidak yang berfungsi di mana-mana. Itu sebabnya
penelitian tidak pernah bisa memberi tahu guru apa yang harus dilakukan —
ruang kelas terlalu rumit untuk setiap teknik menjadi mungkin, dan variasi dalam
konteks membuat konteks belajar yang efektif . Namun demikian, penelitian dapat
menekankan bagi para guru apa yang perlu ditelusuri dan yang kemungkinan yang

11
tidak bisa ditelusuri, dan inilah sebabnya penilaian formatif kelas tampaknya
begitu menjanjikan. Di berbagai konteks, walaupun tidak hadirnya guru kedalam
apapun yang siswa dapatkan dari materi yang diberikan itu telah meningkatkan
keterlibatan siswa dan prestasi siswa
People often want to know “what works” in education,but the simple truth is that
everything works somewhere, and nothing works everywhere. That’s why research can
never tell teachers what to do—classrooms are far too complex for any prescription to be
possible, and variations in context make what is an effective course of action in one
situation disastrous in another. Nevertheless, research can highlight for teachers what
kinds of avenues are worth exploring and which are likely to be dead ends, and this is
why classroom formative assessment appears to be so promising. Across a range of
contexts, attending not to what the teacher is putting into the instruction but to what the
students are getting out of it has increased both student engagement and achievement.

Menurut Hackling et al (2007 : 12-16) Guru juga melaporkan


frekuensinya yang mana mereka menggunakan berbagai pengajaran dan strategi
pembelajaran. Yang terkuat peningkatan penggunaan strategi dicatat bisa
mengembangkan keterampilan keaksaraan yang diperlukan untuk belajar sains,
guru mengakui pentingnya Skil ini dan memiliki sumber daya dan kepercayaan
diri untuk mengajar mereka.
Teachers also reported the frequency with which they used a range of teaching and
learning strategies. The strongest increase in strategy use was recorded for developing
literacy skills needed for learning science, which suggests that teachers recognised the
importance of these skilis and had the resources and confidence to teach them

2.1.3 Instansi Yang Bertugas Melaksanakan Monitoring dan Evaluasi

Meurut Muhaimin (2009 : 377) Adapun Instansi yang bertugas melaksanakan


monev :
1. Kepala sekolah/madrasah melaksanakan MONEV terhadap program-
program yang dilaksanakan di sekolah/madrasahnya, baik yang fokusnya
pada monitoring pelaksanaan program maupun pada evaluasi hasil
program.
2. Depag Kabupaten/Kota melaksanakan MONEV sebagai bagian tugas
fungsional pembinaan sekolah/madrasah.

12
3. Kanwil Depag Provinsi juga melakukan MONEV secara sampling untuk
validasi hasil monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh Depag
Kabupaten/Kota, dalam rangka menyusun simpulan pada tingkat provinsi.

2.1.4 Hasil Monitoring, Asesmen dan Evaluasi


Menurut malawi (2016 : 9-10) Sehubungan dengan sistem pengaturan
pemberian pelajaran sebagaimana telah digambarkan di muka itu, maka dua hal
yang penting harus diperhatikan setiap guru atau pengajar disekolah, yaitu : (a)
Guru perlu memahami terlebih dahulu tujuan pendidikan (TUP dan TPK) yang
harus dicapai oleh satu jenis pendidikan ketika guru itu bertugas. (b) Guru perlu
menyadari apa sumbangan yang dapat diberikannya dalam mencapai tujuan-
tujuan pendidikan itu, melalui bidang studi. Melalaui dua kegiatan tersebut, maka
guru dapat mengetahui gambaran yang lengkap tentang kemajuan belajar siswa
didik setelah guru atau sejumlah guru mengadakan evaluasi hasil belajar. Hasil
evaluasi siswa itu juga dapat dinyatakan sebagai proyeksi dari kemampuan belajar
siswa tersebut. Oleh karena evaluasi hasil belajar disuatu sekolah akan dilakukan
oleh sejumlah tenaga pengajar disekolah itu, maka supaya tidak terjadi
kesimpang-siuran dalam pelaksanaan antara guru yang satu dengan guru lainya,
perlu diberlakukan suatu pedoman bersama yang dapat dijadikan pegangan dalam
melaksanakan evaluasi belajar untuk masing-masing guru bidang studi. Program
tersebut dinamakan program evaluasi, yang disusun dalam suatu program bersama
tentang kegiatan evaluasi yang dilaksanakan di sekolah yang dimaksud. Program
evaluasi itu dapat disusun untuk jangka pendek (satu tahun) atau untuk jangka
panjang ( lima tahun).
Dalam pencapaian tujuan pembelajaran, guru harus tanggap dan jeli melihat
kebutuhan dan kemauan peserta didik. Selain itu guru juga harus mampu mengontrol
situasi yang ada selain sebagai fasilitator. Di dalam mengontrol situasi pembelajaran guru
harus memahami betul watak dari setiap siswa yang ada, sehingga siswa mengganggap
guru bukan musuh mereka melainkan teman mereka. Selain memahami guru juga
memiliki kewajiban membangun watak dan karakter yang sesuai dengan bangsa
Indonesia (Nyoman et al, 2014 : 1-10)
Menurut Allinder et al (2000 : 219-226) Delapan guru dipilih secara
acak dari antara guru untuk menerapkan proses pemantauan mandiri. Guru yang

13
tidak termasuk dalam kelompok ini di implementasikan CBM sesuai dengan
arahan yang mereka terima pada latihan awal tahun, dan dengan bantuan dari RA
dengan siapa mereka bertemu dua bulan sekali. Guru dalam kelompok pemantau
diri juga menerima arahan untuk menyelesaikan semua komponen CBM
dipelatihan awal dan konferensi dengan RA. Selain itu, delapan guru ini
menyelesaikan proses pemantauan diri setiap kali perubahan mengajar
direkomendasikan melalui seperangkat aturan yang sudah di putusan.
Eight teachers were selected randomly from among the treatment teachers to implement a
self-monitoring process. Teachers not in this group implemented CBM according to the
directions they received at the beginning-of-year inservice, and with assistance from RAs
with whom they met bimonthly. Teachers in the self-monitoring group also received
direction for completing all components of CBM at the initial inservice and conferences
with RAs. Inaddition, these eight teachers completed the self-monitoring the process of
each time teaching change was recommended via the set of decision rules.

Menurut Scheeren (2007 : 9) Statistik pendidikan menyediakan data


numerik tentang input (biaya dan sumber daya, sumber daya manusia). Arus
(tingkat partisipasi, posisi siswa dengan tingkat pendidikan tertentu di pasar
tenaga kerja) dan hasil (tingkat kelulusan, proporsi siswa yang mendaftar di
tingkat pendidikan tinggi) pendidikan. Tentu saja data dari pengujian dan
penilaian pendidikan juga dapat dinyatakan dalam ringkasan statistik. Kadang-
kadang juga terlampir data dasar tentang konteks sosial dan ekonomi yang lager di
sistem pendidikan. Indikator istilah sering digunakan dengan makna yang sama
dengan “statistik pendidikan”. Ini digunakan untuk menekankan pandangan
bahwa statistik aparticular mewakili aspek kunci dari pendidikan. penggunaan
indikator semakin besar kemungkinan ketika referensi dibuat untuk digabungan
dari beberapa statistik dasar atau variabel (seperti misalnya rasio murid / guru).
Akhirnya, statistik memiliki evaluatif yang eksplisit daripada hanya interpretasi
deskriptif. Indikator ini kemungkinan akan digunakan pada jangka panjang
Educational statistic provide numerical data on inputs (costs andresources, human
resources). Flows (participation rates, position of student with a particular level of
education on the labor market) and outcomes (graduation rates, proportion of students
that enroll in a higher education level) of education. Of course data from educational
testing and assesment can also be expressed in summary statistics.Sometimes basic data
on the lager societal and economic context in which education system operate are

14
included as well. The term indicator is often used withthe same meaning as an “education
statistic” . It is used to exress the view that aparticular statistic stands for a key aspect of
education. Also, use of the terh indicator is the more likely when reference is made to a
composite of several basic statistics or variables (like for example the pupil/teacher
ratio). Finally, when a statistic has an explicit evaluative rather than a merely descriptive
interpretation. The term indicator is likely to be used as well.

Menurut Garnerd (2012 : 11) Penilaian dalam pendidikan harus,


pertama dan terutama, melayani tujuan dan mendukung pembelajaran. jadi pantas
untuk memulai penilaian dengan eksplorasi makna dan praktik penilaian yang
melayani secara langsung. Materi ini membahas perkembangan yang dimulai
dengan ulasan yang temukan para peneliti tentang penilaian formatif. Latar
belakang tinjauan ini, dan fitur utama dari temuannya, pertama kali dijelaskan,
hasilnya mengarah pada aksi nyata seorang guru untuk mengeksplorasi bagaimana
ide yang diambil dari penelitian dapat diubah menjadi praktik, Deskripsi materi
ini diikuti oleh refleksi yang terdapat pada hasil dan implikasi. Akhirnya, Kami
akan membahas penyebaran temuan proyek dan dampaknya yang lebih luas.
selama bertahun-tahun penilaian formatif merupakan aspek penting dari aksi guru
di kelas hal ini dapat berdampak meningkatkan prestasi peserta didik, Harry Black
seorang peneliti Skotlandia, yang unik pada saat itu dalam bekerja dengan guru
untuk mengembangkan penilaian formatif, memperkenalkan jumlah sampelnya
dengan menunjukkan bahwa penilaian formatif selalu menjadi bagian dari praktik
guru.
Assesment in education must, first and foremost,serve the purpose of supporting
learning. Soit is fitting to start a study of assessment with an exploration of the meaning
and practices of assessment that serve this purpose most directly. This chapter is the story
of adevelopment that started with a review of what research had to say about formative
assessment. The bacground to this review, and the main features of its findings, are first
described, its results led to development work with teachers to explore how ideas taken
from the research could be turned into practice, A description of this work is followes by
reflections on outcomes and impications. Finally, We will discuss the dissemination of the
project’s findings and its wider impact. Studies over many years have formative
assessment is an important aspect of teachers' classroom work and that attention to
improving its practice can enhance the learners' achievements, Harry Black a researcher
Scotland, who was unique at the time in work ing with teachers to develop

15
formativeassessment, introduced his axcount of the subject by pointing out that formative
assessment has always been part of the practice of teachers.
Menurut Ababa (2006 : 123-140) Proses belajar mengajar yang efektif
membutuhkan penggunaan metodologi yang tepat dan pedagogi untuk memenuhi
tuntutan generasi siswa saat ini, teknologi baru, dan lingkungan pendidikan yang
selalu berubah. Tantangannya adalah menemukan cara baru merangsang dan
memotivasi kemampuan kreatif generasi saat ini yang memiliki rangkaian berbeda
orientasi ke arah pembelajaran daripada kebanyakan dari kita sebagai siswa.
"menulis dan Bebicara" tradisional pendekatan ceramah dengan siswa sebagai
penerima pengetahuan pasif mungkin tidak cocok untuk generasi saat ini.
Pendekatan ceramah tradisional memiliki kelebihannya sendiri, tetapi semakin
meningkat bahwa pendidik menggunakan berbagai macam pedagogi dan strategi
untuk mendorong siswa partisipasi.
Effective teaching and learning requires the use of appropriate methodologies and
pedagogies to meet the demands of the current generation of students, new technologies,
and the ever-changing educational environments. The challenge is to find new ways to
stimulate and motivate the creative abilities of today’s generation who have a different
set of orientations toward learning than most of us did as students. The traditional “chalk
and talk” lecture approach with the student as the passive recipient of knowledge may
not be suitable for today’s generation. The traditional lecture approach has its own
merits, but it is increasingly critical that educators employ a wide range of pedagogies
and strategies to encourage students’ participation.

Menurut Cahyana (2010 : 109-117) sekolah memiliki tanggung jawab


untuk mengelola dirinya berkaitan dengan permasalahan administrasi, keuangan
dan fungsi setiap personel sekolah di dalam kerangka arah dan kebijakan yang
telah dirumuskan oleh pemerintah. Bersama-sama dengan orang tua dan
masyarakat, sekolah harus membuat keputusan, mengatur skala prioritas
disamping harus menyediakan lingkungan kerja yang lebih profesional bagi guru,
dan meningkatkan pengetahuan dan kemampuan serta keyakinan masyarakat
tentang sekolah/pendidikan. Kepala sekolah harus tampil sebagai koordinator dari
sejumlah orang yang mewakili berbagai kelompok yang berbeda di dalam
masyarakat sekolah dan secara profesional harus terlibat dalam setiap proses
perubahan di sekolah melalui penerapan prinsip-prinsip pengelolaan kualitas total

16
dengan menciptakan kompetisi dan penghargaan di dalam sekolah itu sendiri
maupun sekolah lain. Ada empat hal yang terkait dengan prinsip-prinsip
pengelolaan kualitas total yaitu: i) perhatian harus ditekankan kepada proses
dengan terus-menerus mengumandangkan peningkatan mutu; ii) kualitas/mutu
harus ditentukan oleh pengguna jasa sekolah; iii) prestasi harus diperoleh melalui
pemahaman visi bukan dengan pemaksaan aturan; dan iv) sekolah harus
menghasilkan siswa yang memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan, sikap arief
bijaksana, karakter, dan memiliki kematangan emosional. Sistem kompetisi
tersebut akan mendorong sekolah untuk terus meningkatkan diri, sedangkan
penghargaan akan dapat memberikan motivasi dan meningkatkan kepercayaan
diri setiap personel sekolah, khususnya siswa. Jadi sekolah harus mengontrol
semua sumber daya termasuk sumber daya manusia yang ada, dan lebih lanjut
harus menggunakan secara lebih efisien sumber daya tersebut untuk hal-hal yang
bermanfaat bagi peningkatan mutu. Sementara itu, kebijakan makro yang
dirumuskan oleh pemerintah atau otoritas pendidikan lainnya masih diperlukan
dalam rangka menjamin tujuan-tujuan yang bersifat nasional dan akuntabilitas
yang berlingkup nasional.

3.2 Kajian Kritis


3.2.1 Pengertian dan Tujuan

Monitoring adalah mencatat untuk memastikan pelaksanaan program telah


sesuai dengan perencanaan kegiatan/ program yang dilakukan oleh pemerintah
maupun organisasi sosial, serta untuk mengukur kemajuan kegiatan, tuannya
adalah membantu semua orang yang terlibat dalam program membuat keputusan
yang tepat pada saat yang tepat pada saat yang tepat pula untuk memperbaiki
mutu kegiatan.

Monitoring bertujuan untuk (a) mengetahui tingkat keterlaksanaan


program, (b) keberhasilan program, (c) memperoleh bahan masukan untuk
kelancaran progrm berikutnya, (d) memberikan penilaian (judgement) dengan
demikian maka kita dapat mengambil kesimpulan bahwa monitoring memiliki
karakter yang cendrung bersifat klinis, sedangkan evaluasi memiliki karakter yang
cenderung bersifat peniliaian (judgement).

17
Evaluasi adalah proses memberikan pertimbangan terhadap sesuatu yang
dipertimbangkan (evaluation). Minimal ada tiga hal yang harus dipahami dalam
konsep evaluasi tersebut. Pertama, evaluasi adalah suatu proses bukan hasil. Ini
berarti evaluasi adalah rangkaian kegiatan yang berlangsung secara berkelanjutan.
Ada guru yang beranggapan evaluasi sama dengan tes, sehingga mengevaluasi
sama dengan melakukan tes, Hal ini tentu keliru, sebab evaluasi terdiri atas
berbagai macam tindakan dalam evaluasi. Dengan demikian, evaluasi terdiri atas
berbagai macam tindakanyang harus dilakukan, dan tes adalah bagian dari
tindakan dalam evaluasi.

Evaluasi perilaku nilai bertujuan “memperdalam kesadaran” dan


“pengalaman akan satu nilai”. Ketika seseorang menceritakan hal yang
didalamnya saat melaksanakan sebuah nilai, ia juga membagi keyakinan,
perasaan, sikap dan sekaligus pendiriannya yang dapat meneguhkan anggota
organisasi lainya

penilaian tidak hanya bertujuan untuk pemberian skor dan pembuatan


ranking, tetapi juga upaya untuk menyediakan feedback baik kepada peserta didik
maupun pendidik untuk melakukan perbaikan belajar-mengajar sesegera mungkin
untuk mencapai tujuan bersama. Dengan kata lain, penilaian selalu menjadi
bagian integral dan tak terpisahkan dalam pembelajaran serta menjadi bagian
krusial untuk membantu peserta didik dan pendidik dalam belajar-mengajar

Tujuan penilaian pembinaan keterampilan pembelajaran adalah: 1) untuk


menentukan apakah pengajar (guru) telah mencapai kriteria pengukuran
sebagaimana dinyatakan dalam tujuan pembinaan, dan 2) untuk menentukan
validitas teknik pembinaan dan komponen-komponennya dalam rangka perbaikan
proses pembinaan berikutnya.

Penilaian adalah tentang mendapatkan informasi. Informasi yang


dikumpulkan didasarkan pada tujuan penilaian. Penilaian dapat sesederhana
latihan di mana seorang guru mengumpulkan informasi dari siswa,
menafsirkannya, dan membuat penilaian tentang kinerja mereka. Saat penilaian
adalah suatu hal yang tergolong sebagai belajar

18
Assesment is about getheringinformation. The information gathered is based on the
purpose of the assessment. An assesment can be as simple as an exercise in which a
teacher gathers information from students, interprets it, and makes judgements about
their performance. When assessmentis for learning.

3.2.2 Pelaksanaan Monitoring, Asesmen dan Evaluasi


Asesmen kinerja adalah suatu prosedur yang menggunakan berbagai
bentuk tugas untuk memperoleh informasi tentang apa dan sejauh mana yang
telah dilakukan dalam suatu program. Pemantauan didasarkan pada kinerja
(perpormance) yang ditunjukkan dalam menyelesaikan suatu tugas atau
permasalahan yang diberikan. Asesmen kinerja dilakukan untuk menilai tugas-
tugas yang dilakukan oleh siswa, sehingga guru dapat memiliki informasi yang
lengkap tentang siswa (Mantara et al, 2013 : 1-12)
Secara tradisional penilaian dan tes atau ujian adalah sinonim. peran
mereka jelas dan konsisten dengan tujuan pengujian pendidikan kompetensi
tersegmentasi dan pengetahuan dari kurikulum sekolah sebagai alat untuk
memilah siswa ke dalam kelompok dan memutuskan untuk pendidikan masa
depan. Penilaian didasarkan pada "kesesuaian atau keaktifan para siswa."
Keaktifan siswa terhadap materi yang disampaikan. Ketika kita mengetahui lebih
banyak tentang bagaimana pembelajaran tentunya cara mengambil nilai setiap
individu berbeda. Dalam pekerjaan kami, kami telah menemukan bahwa guru
tidak nyaman memiliki tujuan tunggal untuk penilaian. Mereka semakin
menyadari bahwa penilaian memiliki banyak tujuan dan mereka membutuhkan
ide lebih untuk melakukan penilaian agar bisa mengatasi semuanya.
Traditionally assessment and tests or examinations were synony. mous, and their role
was clear and consistent with the purposes ol schooling testing of segmented
competencies and knowledge from the school curriculum as a way of sorting students
into groups and deciding about future schooling Assessment was based on the "con-
cordance or fidelity of the students' responses to the material that was delivered. As we
come to know more about how learning happens assessment takes on a different sheen.
In our work we have found that teachers are uneasy about having a singe purpose for
assessment They are increasingly aware that assessment has multiple purposes and that
they need a toolbox full of assessment ideas to address them all.

3.2.3 Instansi Yang Bertugas Melaksanakan Monitoring dan Evaluasi

19
1. Kepala sekolah/madrasah melaksanakan MONEV terhadap program-
program yang dilaksanakan di sekolah/madrasahnya, baik yang fokusnya
pada monitoring pelaksanaan program maupun pada evaluasi hasil
program.
2. Depag Kabupaten/Kota melaksanakan MONEV sebagai bagian tugas
fungsional pembinaan sekolah/madrasah.
3. Kanwil Depag Provinsi juga melakukan MONEV secara sampling untuk
validasi hasil monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh Depag
Kabupaten/Kota, dalam rangka menyusun simpulan pada tingkat provinsi.

3.2.4 Hasil Monitoring, Asesmen dan Evaluasi


Sehubungan dengan sistem pengaturan pemberian pelajaran sebagaimana
telah digambarkan di muka itu, maka dua hal yang penting harus diperhatikan
setiap guru atau pengajar disekolah, yaitu : (a) Guru perlu memahami terlebih
dahulu tujuan pendidikan (TUP dan TPK) yang harus dicapai oleh satu jenis
pendidikan ketika guru itu bertugas. (b) Guru perlu menyadari apa sumbangan
yang dapat diberikannya dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan itu, melalui
bidang studi. Melalaui dua kegiatan tersebut, maka guru dapat mengetahui
gambaran yang lengkap tentang kemajuan belajar siswa didik setelah guru atau
sejumlah guru mengadakan evaluasi hasil belajar. Hasil evaluasi siswa itu juga
dapat dinyatakan sebagai proyeksi dari kemampuan belajar siswa tersebut.
Dalam pencapaian tujuan pembelajaran, guru harus tanggap dan jeli
melihat kebutuhan dan kemauan peserta didik. Selain itu guru juga harus mampu
mengontrol situasi yang ada selain sebagai fasilitator. Di dalam mengontrol situasi
pembelajaran guru harus memahami betul watak dari setiap siswa yang ada,
sehingga siswa mengganggap guru bukan musuh mereka melainkan teman
mereka. Selain memahami guru juga memiliki kewajiban membangun watak dan
karakter yang sesuai dengan bangsa Indonesia
Statistik pendidikan menyediakan data numerik tentang input (biaya dan
sumber daya, sumber daya manusia). Arus (tingkat partisipasi, posisi siswa
dengan tingkat pendidikan tertentu di pasar tenaga kerja) dan hasil (tingkat
kelulusan, proporsi siswa yang mendaftar di tingkat pendidikan tinggi)

20
pendidikan. Tentu saja data dari pengujian dan penilaian pendidikan juga dapat
dinyatakan dalam ringkasan statistik. Kadang-kadang juga terlampir data dasar
tentang konteks sosial dan ekonomi yang lager di sistem pendidikan. Indikator
istilah sering digunakan dengan makna yang sama dengan “statistik pendidikan”.
Ini digunakan untuk menekankan pandangan bahwa statistik aparticular mewakili
aspek kunci dari pendidikan. penggunaan indikator semakin besar kemungkinan
ketika referensi dibuat untuk digabungan dari beberapa statistik dasar atau
variabel (seperti misalnya rasio murid/guru). Akhirnya, statistik memiliki
evaluatif yang eksplisit daripada hanya interpretasi deskriptif. Indikator ini
kemungkinan akan digunakan pada jangka panjang.
Educational statistic provide numerical data on inputs (costs andresources, human
resources). Flows (participation rates, position of student with a particular level of
education on the labor market) and outcomes (graduation rates, proportion of students
that enroll in a higher education level) of education. Of course data from educational
testing and assesment can also be expressed in summary statistics.Sometimes basic data
on the lager societal and economic context in which education system operate are
included as well. The term indicator is often used withthe same meaning as an “education
statistic” . It is used to exress the view that aparticular statistic stands for a key aspect of
education. Also, use of the terh indicator is the more likely when reference is made to a
composite of several basic statistics or variables (like for example the pupil/teacher
ratio). Finally, when a statistic has an explicit evaluative rather than a merely descriptive
interpretation. The term indicator is likely to be used as well.
Proses belajar mengajar yang efektif membutuhkan penggunaan
metodologi yang tepat dan pedagogi untuk memenuhi tuntutan generasi siswa saat
ini, teknologi baru, dan lingkungan pendidikan yang selalu berubah.
Tantangannya adalah menemukan cara baru merangsang dan memotivasi
kemampuan kreatif generasi saat ini yang memiliki rangkaian berbeda orientasi ke
arah pembelajaran daripada kebanyakan dari kita sebagai siswa. "menulis dan
Bebicara" tradisional pendekatan ceramah dengan siswa sebagai penerima
pengetahuan pasif mungkin tidak cocok untuk generasi saat ini. Pendekatan
ceramah tradisional memiliki kelebihannya sendiri, tetapi semakin meningkat
bahwa pendidik menggunakan berbagai macam pedagogi dan strategi untuk
mendorong siswa partisipasi.
Effective teaching and learning requires the use of appropriate methodologies and
pedagogies to meet the demands of the current generation of students, new technologies,

21
and the ever-changing educational environments. The challenge is to find new ways to
stimulate and motivate the creative abilities of today’s generation who have a different
set of orientations toward learning than most of us did as students. The traditional “chalk
and talk” lecture approach with the student as the passive recipient of knowledge may
not be suitable for today’s generation. The traditional lecture approach has its own
merits, but it is increasingly critical that educators employ a wide range of pedagogies
and strategies to encourage students’ participation

sekolah memiliki tanggung jawab untuk mengelola dirinya berkaitan


dengan permasalahan administrasi, keuangan dan fungsi setiap personel sekolah
di dalam kerangka arah dan kebijakan yang telah dirumuskan oleh pemerintah.
Bersama-sama dengan orang tua dan masyarakat, sekolah harus membuat
keputusan, mengatur skala prioritas disamping harus menyediakan lingkungan
kerja yang lebih profesional bagi guru, dan meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan serta keyakinan masyarakat tentang sekolah/pendidikan. Kepala
sekolah harus tampil sebagai koordinator dari sejumlah orang yang mewakili
berbagai kelompok yang berbeda di dalam masyarakat sekolah dan secara
profesional harus terlibat dalam setiap proses perubahan di sekolah melalui
penerapan prinsip-prinsip pengelolaan kualitas total dengan menciptakan
kompetisi dan penghargaan di dalam sekolah itu sendiri maupun sekolah lain.

22
BAB III
PENUTUP
4.1.1 Kesimpulan
1. - Monitoring adalah mencatat untuk memastikan pelaksanaan program
telah sesuai dengan perencanaan kegiatan/ program yang dilakukan oleh
pemerintah maupun organisasi sosial, serta untuk mengukur kemajuan
kegiatan.
-Asesmen pembelajaran berkaitan dengan sejauh mana diperoleh
informasi tentang apa yang telah berhasil dikuasai peserta didik dalam
proses pembelajaran.
-Evaluasi adalah proses memberikan pertimbangan terhadap sesuatu yang
dipertimbangkan (evaluation). Minimal ada tiga hal yang harus dipahami
dalam konsep evaluasi tersebut. Pertama, evaluasi adalah suatu proses
bukan hasil. Ini berarti evaluasi adalah rangkaian kegiatan yang
berlangsung secara berkelanjutan.
2. beberapa komponen utama yang perlu ada dalam rancangan MONEV
antara lain (1) penentuan fokus dan tujuan; (2) penentuam komponen dan
indikator; (3) rancangan pengumpulan data data dan pengembangan
instrumen; (4) penyusunan rencana kerja.

3. Instansi yang bertugas melaksanakan monitoring dan evaluasi yaitu


Kepala sekolah/madrasah, Depag Kabupaten/Kota, Kanwil Depag Provinsi

4. Hasil evaluasi siswa itu juga dapat dinyatakan sebagai proyeksi dari
kemampuan belajar siswa.

4.2 Saran
Penulis menyadari bahwa masih jauh dari kata sempurna. Kedepannya
penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang materi di
atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak dan tentunya dapat
dipertanggungjwabkan. Untuk saran bisaa berisi kritik atau saran terhadap
penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan dan bahasan
makalah yang telah di jelaskan.

23
24

Anda mungkin juga menyukai