Laporan Pendahuluan Stroke Hemoragik
Laporan Pendahuluan Stroke Hemoragik
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
2.2 KLASIFIKASI
Kanker Tiroid secara klinis dapat dibedakan menjadi suatu kelompok besar neoplasma
berdiferensiasi baik dengan kecepatan pertumbuhan yang lambat dan kemungkinan
penyembuhan yang tinggi, dan suatu kelompok kecil tumor anaplastik dengan kemungkinan
fatal.
1. Karsinoma papilaris
Jenis yang paling banyak ditemukan, Neoplasma tumbuh lambat dan menyebar melalui
saluran getah bening ke kelenjar getah bening regional.
2. Karsinoma folikuler
Tumor sangat mirip tiroid normal, meskipun pada suatu saat dapat berkembang secara
progresif, cepat menyebar ketempat-tempat yang jauh letaknya.Tumor ini tidak hanya secara
histologis menyerupai folikel tiroid, tetapi juga mampu menangkap yodium radioaktif.Cara
metastasis melalui aliran darah ketempat jauh letaknya seperti paru-paru dan tulang.
3. Karsinoma meduler
Sel asal neoplasma ini adalah sel C atau sel parafolikuler.Seperti sel prekursornya, maka
tumor ini sanggup mensekresi kalsitonin.Meskipun tampaknya tumor ini tumbuh lambat,
tumor cenderung mengalami metastasis ke kelenjar getah bening local pada stadium dini.
Kemudian tumor ini akan menyebar melalui aliran darah ke paru-paru, hati, tulang dan organ-
organ tubuh lainnya dan ada kecenderungan bermetastasis pada stadium dini. Perkembangan
dan perjalanan klinisnya dapat diikuti dengan mengukur kadar kalsitonin serum
4. Karsinoma anaplastik
Jenis tumor ini sangat ganas dan penyebarannya sangat cepat serta berdiferensiasi
buruk.Karsinoma ini memperlihatkan bukti invasi lokal pada stadium dini ke struktur-struktur
disekitar tiroid, serta metastasis melalui saluran getah bening dan aliran darah.
2.3 ETIOLOGI
Etiologi dari penyakit ini belum pasti, yang berperan khususnya untuk terjadi well
differentiated (papiler dan folikuler) adalah radiasi dan goiter endemis, dan untuk jenis
meduler adalah factor genetic. Belum diketahui suatu karsinoma yang berperan untuk kanker
anaplastik dan meduler.Diperkirakan kanker jenis anaplastik berasal dari perubahan kanker
tiroid berdiferensia baik (papiler dan folikuler), dengan kemungkinan jenis folikuler dua kali
lebih besar.
Radiasi merupakan salah satu faktor etiologi kanker tiroid. Banyak kasus kanker pada
anak-anak sebelumnya mendapat radiasi pada kepala dan leher karena penyakit lain.
Biasanya efek radiasi timbul setelah 5-25 tahun, tetapi rata-rata 9-10 tahun.Stimulasi TSH
yang lama juga merupakan salah satu faktor etiologi kanker tiroid.Faktor resiko lainnya
adalah adanya riwayat keluarga yang menderita kanker tiroid dan gondok menahun.
2.4 PATOFISIOLOGI
Neoplasma tiroid sering timbul sebagai pembesaran tiroid yang diskret.Kadang-kadang
mirip goiter noduler jinak.Nodule-nodule tiroid dapat diraba, kebanyakan nodule tersebut
jinak, namun beberapa nodule goiter bersifat karsinoma.
Untuk menentukan apakah nodule tiroid ganas atau tidak, harus dinilai faktor-faktor
resiko dan gambaran klinis massa tersebut, dan harus dilakukan beberapa pemeriksaan
laboratorium.
Karsinoma tiroid biasanya kurang menangkap yodium radioaktif dibandingkan
kelenjar tiroid normal yang terdapat disekelilingnya. Dengan cara scintiscan. Nodule akan
tampak sebagai suatu daerah dengan pengambilan yodium radioaktif yang berkurang, Tehnik
yang lain adalah dengan echografi tiroid untuk membedakan dengan cermat massa padat dan
massa kistik.
Karsinoma tiroid biasanya padat, sedangkan massa kistik biasanya merupakan kista
jinak. Karsinoma tiroid harus dicurigai berdasarkan tanda klinis jika hanya ada satu nodul
yang teraba, keras, tidak dapat digerakkan pada dasarnya dan berhubungan dengan
limfadenopati satelit.
2. Radiologis
a. Foto X-Ray
Pemeriksaan X-Ray jaringan lunak di leher kadang-kadang diperlukan untuk melihat
obstruksi trakhea karena penekanan tumor dan melihat kalsifikasi pada massa tumor. Pada
karsinoma papiler dengan badan-badan psamoma dapat terlihat kalsifikasi halus yang disertai
stippledcalcification, sedangkan pada karsinoma meduler kalsifikasi lebih jelas di massa
tumor. Kadang-kadang kalsifikasi juga terlihat pada metastasis karsinoma pada kelenjar getah
bening.Pemeriksaan X-Ray juga dipergunnakan untuk survey metastasis pada pary dan
tulang.Apabila ada keluhan disfagia, maka foto barium meal perlu untuk melihat adanya
infiltrasi tumor pada esophagus.
b. Ultrasound
Ultrasound diperlukan untuk tumor solid dan kistik. Cara ini aman dan tepat, namun cara ini
cenderung terdesak oleh adanya tehnik biopsy aspirasi yaitu tehnik yang lebih sederhna dan
murah.
c. Computerized Tomografi
CT-Scan dipergunakan untuk melihat prluasan tumor, namun tidak dapat membedakan secara
pasti antara tumor ganas atau jinak untuk kasus tumor tiroid.
d. Scintisgrafi
Dengan menggunakan radio isotropic dapat dibedakan hot nodule dan cold nodule. Daerah
cold nodule dicurigai tumor ganas.Teknik ini dipergunakan juga sebagai penuntun bagi
biopsy aspirasi untuk memperoleh specimen yang adekuat.
3. Biopsi Aspirasi
Pada dekade ini biopsy aspirasi jarum halus banyak dipergunakan sebagai prosedur
diagnostik pendahuluan dari berbagai tumor terutama pada tumor tiroid.Teknik dan peralatan
sangat sederhana, biaya murah dan akurasi diagnostiknya tinggi.Dengan mempergunakan
jarum tabung 10 ml, dan jarum no.22-23 serta alat pemegang, sediaan aspirator tumor diambil
untuk pemeriksaan sitologi.Berdasarkan arsitektur sitologi dapat diidentifikasi karsinoma
papiler, karsinoma folikuler, karsinoma anaplastik dan karsinoma meduler.
2.7 PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan medis dengan cara :
1. Therapi Radiasi (Chemotherapi)
2. Operasi: Pengangkatan Kelenjar tiroid baik sebagian (Tiroidectomi Partial), maupun
seluruhnya (Tiroidectomi Total)
b. Peran perawat adalah dalam penatalaksanaan Pre-Operatif, Intra Operatif dan Post Operasi
1. Penatalaksanaan Pre Operasi yang perlu dipersiapkan adalah sebagai berikut:
a) Inform Concern (Surat persetujuan operasi) yang telah ditandatangani oleh penderita atau
penanggung jawab penderita
b) Keadaan umum meliputi semua system tubuh terutama sistem respiratori dan cardiovasculer
d) Persiapan mental dengan suport mental dan pendidikan kesehatan tentang jalannya operasi
oleh perawat dan support mental oleh rohaniawan
f) Sampaikan hal-hal yang mungkin terjadi nanti setelah dilakukan tindakan pembedahan
terutama jika dilakukan tiroidectomi total berhubungan dengan minum suplemen hormone
tiroid seumur hidup.
2. Penatalaksanaan Intra Operasi
Peran perawat hanya membantu kelancaran jalannya operasi karena tanggung jawab
sepenuhnya dipegang oleh Dokter Operator dan Dokter Anesthesi.
c) Dekatkan peralatan Emergency Kit atau paling tidak mudah dijangkau apabila sewaktu-
waktu dibutuhkan atau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
d) Sesegera mungkin beritahu penderita jika operasi telah selesai dilakukan setelah penderita
sadar dari pembiusan untuk lebih menenangkan penderita
BAB III
3.1 PENGKAJIAN
1. Riwayat kesehatan klien dan keluarga. Sejak kapan klien menderita penyakit tersebut dan
apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama.
2. Kebiasaan hidup sehari-hari seperti
a. Pola makan
b. Pola tidur (klien menghabiskan banyak waktu untuk tidur).
c. Pola aktivitas.
3. Tempat tinggal klien sekarang dan pada waktu balita
4. Keluhan utama klien, mencakup gangguan pada berbagai sistem tubuh:
a. Sistem pulmonary
b. Sistem pencernaan
c. Sistem kardiovaskuler
d. Sistem muskuloskeletal
e. Sistem neurologik dan Emosi/psikologis
f. Sistem reproduksi
g. Metabolik
a. Penampilan secara umum; amati wajah klien terhadap adanya edema disekitar leher, adanya
nodule yang membesar disekitar leher
b. Perbesaran jantung, disritmia dan hipotensi, nadi turun, kelemahan fisik
c. Parastesia dan reflek tendon menurun
d. Suara parau dan kadang sampai tak dapat mengeluarkan suara
e. Bila nodule besar dapat menyebabkan sesak nafas
3. Tampak relax
4. Tak ada keluhan menelan
d. Intervensi Keperawatan :
1. Observasi adanya tanda-tanda nyeri baik verbal maupun nonverbal
2. Spasme Laringeal
3. Penumpukan sekret
1. Kesulitan bernafas
d. Intervensi Keperawatan :
6. Selidiki adanya penumpukan secret dan lakukan penghisapan dengan hati-hati sesuai indikasi
3. Edema jaringan
2. Kerusakan artikulasi
d. Intervensi Keperawatan :
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Kanker tiroid merupakan salah satu gangguan endokrin.Gangguan ini lebih banyak
terjadi pada wanita dengan distribusi berkisar antara 2:1 sampai 3:1. Insidensinya berkisar
antara 5,4-30%.
Berdasarkan usia, kanker tiroid jenis papiler biasanya terjadi pada pasien berusia
kurang dari 40 tahun. Yang berperan dalam well differentiated carcinoma (papiler dan
folikuler) adalah radiasi dan goiter endemis , dan untuk jenis meduler adalah faktor genetik.
Kanker tiroid jenis meduler dapat diketahui dengan tes laboratorium, yaitu
pemeriksaan kalsitonin dalam serum.Pemeriksaan T3 dan T4 kadang-kadang diperlukan
karena pada karsinoma tiroid dapat terjadi tirotoksitosis walaupun jarang.
Pemeriksaan X-Ray jaringan lunak di leher kadang-kadang diperlukan untuk melihat
obstruksi trakhea karena penekanan tumor dan melihat kalsifikasi pada massa tumor.
Ultrasonografi diperlukan untuk membedakan tumor solid dan kistik, dan cara ini aman serta
tepat.
CT-Scan dipergunakan untuk melihat perluasan tumor, namun tidak dapat
membedakan secara pasti antara tumor ganas dan jinak. Dengan menggunakan radioisotropik
dapat dibedakan hot nodule dan cold nodule.
Pada dekade terakhir ini biopsi aspirasi banyak dipergunakan sebagi prosedur
diaknostik pendahuluan dari berbagai tumor terutama pada tumor tiroid.
4.2 SARAN
1. Bagi Mahasiswa
Meningkatkan kualitas belajar dan memperbanyak literatur dalam pembuatan makalah agar
dapat membuat makalah yang baik dan benar.
2. Bagi Pendidik
Bagi dosen pembimbing agar dapat memberikan bimbingan yang lebih baik dalam
pembuatan makalah selanjutnya
3. Bagi Tenaga Kesehatan
Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa kesehatan khususnya untuk mahasiswa
keperawatan agar mengetahui bagaimana Asuhan keperawatan pada klien Ca Thyroid
DAFTAR PUSTAKA
Doenges Marlyn E, Moorhouse Mary Frances, Geissler Alice C, 1999, "Pedoman Asuhan
Long Barbara C, 1996, "Medical Bedah 2" Yayasan IAPK, Pajajaran, Bandung
Price Sylvia A, Wilson Lorraine M, 1995 "Patifosiologi", Edisi ke-4 Buku ke II, Buku Kedokteran
EGC, Jakarta