Laporan Modul 2
Laporan Modul 2
PENDAHULUAN
2.1 Alga
Alga atau ganggang laut (seaweed) adalah bagian terbesar dari
tumbuhan laut, dimana secara morfologi dapat dikelompokkan kedalam
golongan tumbuhan tidak berpembuluh (Thallophyta) karena tidak
memiliki perbedaan susunan kerangka seperti akar, batang dan daun
(Singkoh, 2011).
Ciri-ciri umum pada alga, yaitu alga tidak memiliki akar, batang
dan daun sejati. Tubuh seperti ini dinamakan talus. Itulah sebabnya alga
tidak dapat digolongkan sebagai tumbuhan (plantae). Di dalam sel alga
terdapat plastid yaitu organel sel yang mengandung zat warna (pigmen).
Plastid yang terdapat pada alga terutama khloroplas yang mengandung
pigmen klorofil yang berperan penting dalam proses fotosintesis. Sehingga
alga bersifat autotrof, karena dapat menyusun sendiri makanannya berupa
zat organik dan zat-zat anorganik. Pigmen lain yang terdapat dalam alga,
yaitu fikosianin (warna biru), xantofil (warna kuning), karoten (warna
keemasan), fikosantin (warna pirang) dan fikoeritrin (warna merah)
(Siregar, 2011).
Alga, sebagaimana protista eukariotik yang lain, mangandung
nukleus yang dibatasi oleh membran. Benda-benda lain yang ada di
dalamnya adalah pati dan butir-butir seperti pati, tetesan minyak dan
vakuola. Setiap sel mengandung satu atau lebih khloroplas yang dapat
berbentuk pita atau seperti cakram-cakram diskrit (satuan-satuan
tersendiri) sebagaimana yang terdapat pada tumbuhan hijau. Di dalam
matriks khloroplast terdapat gelembung-gelembung pipih bermembran
yang dinamakan tilakoid. Membran tilakoid berisikan khlorofil dan
pigmen-pigmen pelengkap yang merupakan suatu reaksi cahaya pada
fotosintesis (Pelczar & Chan, 2005).
2.2 Mikroalga
Mikroalga adalah kelompok tumbuhan berukuran renik,
diameternya antara 3-30 μm berupa tanaman thalus serta memiliki klorofil
sehingga sangat efisien dalam menangkap dan memanfaatkan energi
matahari dan CO2 untuk keperluan fotosintesis (Idris, 2012).
Mikroalga merupakan mikroorganisme aquatik fotositetik
berukuran mikroskopik, yang dapat ditemukan di dalam air tawar dan air
laut, paling tidak terdapat pada lokasi yang lembab, serta melakukan
proses fotosintesis untuk membuat makanannya sendiri karena termasuk
ke dalam jenis makhluk hidup foto autotrof. Mikroalga merupakan jenis
sel tunggal yang terpisah menyendiri atau berkelompok, tergantung pada
jenisnya. Ukuran mereka dapat terbentang beberapa mikrometer (μm)
hingga beberapa ratus mikrometer. Tidak sama dengan tumbuhan lain,
mikroalga tidak mempunyai akar, batang dan daun. Mikroalga mampu
untuk melakukan fotosintes, mereka menghasilkan oksigen dimana pada
waktu yang sama mereka mengambil karbondioksida di lingkungannya
sehingga mengurangi efek rumah kaca dan meminimalisasi terjadinya
global warming (Winahyu, 2013).
Mikroalga dapat digunakan untuk menduga kualitas air pada semua
jenis ekosistem perairan, misal jenis diatom (Harding, 2005). Selain itu,
berbagai jenis mikroalga dengan karakteristik dan keunikannya masing-
masing amat berharga sebagai sumberdaya yang dapat dimanfaatkan untuk
berbagai aplikasi (Harding, 2005), seperti:
- Mikroalga yang dapat menangkap N2 dari udara dimanfaatkan sebagai
pupuk hijau dalam pertanian dan bioremediasi.
- Mikroalga yang mengandung b-karoten, DHA, vitamin, protein dll
dimanfaatkan sebagai sumber makanan suplemen.
- Mikroalga yang mengandung bahan bioaktif seperti antibakteri,
antikanker, toksin dimanfaatkan sebagai obat.
- Mikroalga dengan kandungan hidrokarbon rantai panjang dan
mengeluarkan elektron dimanfaatkan sebagi sumber energi alternatif.
2.3 Kelas Mikroalga
Mikroalga memiliki banyak spesies dan beberapa spesies dapat
dikelompokkan atau diklasifikasi menjadi beberapa kelas Mikroalga antara
lain kelas Bacillariophyceae, Dinophyceae, Chlorophyceae,
Prasinophyceae, Prymnesiophyceae (Haptophyceae), Cryptophyceae,
Raphydophyceae, Rodhophyceae, Xanthophyceae, dan Cyanophyceae
(Anne,C. and Jean,C.M, 1993). Selain itu spesies mikroalga juga
diklasifikasikan berdasarkan warna pigmen seperti Chlorophyceae (alga
hijau), Phaeophyceaae (alga coklat), Chrysophyceae (alga kuning
keemasan), Rhodophyceae (alga merah), dan Pyrrophyceae
(dinoflagellata) (Guy A.Thompson Jr, 1996).
4.2 Pembahasan
Pada saat melakukan pengamatan didapatkan beberapa sampel
mikroalga, antara lain: Nannochloropsis, Tetraselsis, Spirulina,
Skeletonema, Chlorella dan Dunaleilla. Berdasarkan pengamatan dapat
diketahui bahwa mikroalga hidupnya selalu bergerombol (berkoloni)
sesuai dengan jenisnya. Selain itu mikroalga juga memiliki ukuran yang
sangat kecil yaitu hingga beberapa mikrometer sehingga dibutuhkan
perbesaran 40 kali untuk mengamatinya. Sehingga saat dilakukan
pengamatan sangat sulit untuk menghitung dengan pasti jumlah spesies
dari mikroalga. Hal ini yang menyebabkan perhitungan yang dilakukan
setiap individu menghasilkan nilai yang berbeda-beda.
Dari hasil pengamatan didapatkan hasil bahwa jumlah mikroalga
paling banyak adalah Nannochloropsis oculata. Seperti yang telah
dijelaskan di atas, faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dari mikroalga
adalah salinitas, suhu, pH, intensitas cahaya dan aerasi (pemasukkan gas-
gas yang diperlukan proses fotosintesis). Dan menurut Diharmi (2001),
pertumbuhan sel Nannochloropsis oculata sangat dipengaruhi oleh tiga
komponen penting untuk tumbuh yaitu cahaya, karbondioksida dan
nutrien. Nannochloropsis oculata adalah salah satu tanaman yang paling
efisien dalam menangkap dan memanfaatkan energi cahaya dan CO2
untuk keperluan fotosintesis. Sehingga dalam hal ini tidak salah bila
jumlah spesies Nannochloropsis oculata lebih banyak dibandingkan
spesies lainnya, karena spesies ini lebih optimum dalam menangkap
cahaya untuk melakukan fotosintesis.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Mikroalga merupakan tumbuhan yang memiliki ukuran sangat kecil
yaitu berdiameter antara 3 – 30 mikrometer.
2. Mikroalga hidup berkoloni sesuai dengan jenisnya.
3. Nannochloropsis oculata merupakan mikroalga yang jumlahnya paling
banyak diantara spesies yang lainnya.
5.2 Saran
1. Sebaiknya dalam menghitung jumlah setiap spesiesnya dilakukan
dengan cermat dan teliti.
DAFTAR PUSTAKA
Harding, W.R., Archibald C.M., Taylorb, J.C. (2005). The Relevance of Diatom
for Water Quality Assessment in South Africa : A position paper. Water
SA, January 31, 2005.
Gambar Referensi
Spirulina sp Skeletonema sp
Chlorella sp Dunaleilla sp