Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KASUS

Seorang Anak Laki-laki Usia 1 Tahun 10 Bulan


dengan Prurigo Hebra

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan


Pendidikan Program Profesi Dokter Stase Kulit dan Kelamin
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pembimbing :
dr. Sunaryo, Sp.KK

Diajukan Oleh:
Aulia Nanda Safitri
J510170010

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT KULIT & KELAMIN


RSUD KABUPATEN KARANGANYAR
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
LEMBAR PENGESAHAN

CASE REPORT
Seorang Anak Laki-laki Usia 1 Tahun 10 Bulan
dengan Prurigo Hebra

Diajukan Oleh :

Aulia Nanda Safitri


J510170010

Telah disetujui dan disahkan oleh Bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari

Pembimbing :
dr. Sunaryo, Sp.KK (..................................)

Dipresentasikan di hadapan :
dr. Sunaryo, Sp.KK (..................................)
BAB I
PENDAHULUAN
Prurigo ialah erupsi papular kronik dan rekurens.Terdapat berbagai macam
prurigo, yang tersering terlihat ialah prurigo Hebra.Disusul oleh prurigo nodularis.
Sedangkan yang lain jarang dijumpai. Istilah prurigo menunjuk pada suatu lesi
kulit sangat gatal yang sampai kini belum diketahui penyebab pastinya.Penyakit
ini biasanya dianggap sebagai salah satu penyakit kulit yang paling gatal dan
lesinya dapat diikuti dengan timbulnya penebalan dan hiperpigmentasi pada kulit
tersebut.. 1
Prurigo hebra yaitu penyakit kulit kronik residif yang dimulai sejak bayi
atau anak. Kelainan kulit berupa papul-papul miliar berbentuk kubah sangat gatal,
lebih mudah diraba dari pada dilihat.(1,2,3,4,5)
Prurigo hebra sering terjadi pada sosial ekonomi dan hygiene yang rendah.
Penderita wanita lebih banyak dari pada pria, umumnya terdapat pada anak-
anak.(1,3,4,5)
Penyebab pasti prurigo hebra belum diketahui. Ada yang berpendapat
sebagai penyakit herediter. Sebagian para ahli berpendapat bahwa penderita peka
terhadap gigitan serangga, misalnya nyamuk. Mungkin antigen atau toksin yang
ada dalam ludah menyebabkan alergi. Disamping itu juga terdapat beberapa faktor
yang berperan antara lain sinar matahari, suhu, infeksi parasit (misalnya askaris
atau oxyuris). Juga infeksi fokal misalnya pada tonsil atau saluran cerna,endokrin,
alergi makanan. Pendapat lain mengatakan penyakit ini didasari faktor atopi. (1,4,5)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Prurigo Hebra
1. Definisi
Prurigo Hebra ialah penyakit kulit kronik dimulai sejak bayi atau
anak. Kelainan kulit terdiri atas papul-papul miliar berbentuk kubah sangat
gatal, lebih mudah diraba daripada dilihat, terutama di daerah
ekstremitas bagian ekstensor. 1,4,5
2. Epidemiologi
Penyakit ini sering terdapat pada keadaan sosial-ekonomi dan
higiene yang rendah. Di Jakarta penderita wanita lebih banyak daripada
laki-laki. Umumnya terdapat pada anak. Di Eropa dan Amerika Serikat
penyakit ini jarang. 1,4,5
3. Etiologi dan Patogenesis
Penyebabnya yang pasti belum diketahui. Umumnya ada saudara
yang juga menderita penyakit ini, karena itu ada yang menganggap
penyakit ini herediter. Sebagian para ahli berpendapat bahwa kulit
penderita peka terhadap gigitan serangga, misalnya nyamuk. Mungkin
antigen atau toksin yang ada dalam ludah serangga menyebabkan alergi.
Di samping itu juga terdapat beberapa faktor yang berperan, antara lain :
suhu, investasi parasit (misalnya Ascaris atau Oxyruris). Juga infeksi
fokal, misalnya tonsil atau saluran cerna, endokrin, alergi makanan.
Pendapat lain mengatakan penyakit ini didasari faktor atopi. 1,4,5
4. Gejala Klinis
Mulainya penyakit sering pada anak berumur di atas satu tahun.
Kelainan yang khas ialah adanya papul-papul miliar tidak berwarna, berben-
tuk kubah, lebih mudah diraba daripada dilihat. Garukan yang terus
menerus menimbulkan erosi, ekskoriasi, krusta, hiperpigmentasi dan
likenifikasi. Sering pula terjadi infeksi sekunder. Jika telah kronik tampak
kulit yang sakit lebih gelap kecotdatan dan berlikenifikasi. 1,4,5
Tempat predileksi di ekstremitas bagian ekstensor dan simetrik,
dapat meluas ke bokong dan perut, muka dapat pula terkena. Biasanya
bagian distal lengan dan tungkai lebih parah dibandingkan bagian
proksimal. Demikian pula umumnya tungkai lebih parah daripada
lengan. 1,4,5
Kelenjar getah bening regional biasanya membesar, meskipun
tidak disertai infeksi, tidak nyeri, tidak bersupurasi, pada perabaan
teraba lebih lunak. Pembesaran tersebut disebut bubo prurigo. Keadaan
umum penderita biasanya pemurung atau pemarah akibat kurang tidur,
kadang-kadang nafsu makan berkurang sehingga timbul anemia dan
malnutrisi. 1,4,5
Untuk menyatakan berat-ringannya penyakit dipakai istilah
prurigo mitis, jika ringan, bila berat disebut prurigo feroks (agria).
Prurigo mitis hanya terbatas di ekstremitas bagian ekstensor serta
sembuh sebelum akil balik. Sebaliknya prurigo feroks, lokasi lesi lebih
luas dan berlanjut sampai dewasa. 1,4,5

Prurigo Hebra
5. Histopatologi
Gambaran histopatologik tidak khas, sering ditemukan
akantosis, hiperkeratosis, edema pada epidermis bagian bawah, dan
dermis bagian atas. Pada papul yang masih baru terdapat pelebaran
pembuluh darah, infiltrasi ringan sel radang seki-tar papul dan dermis
1,4,5
bagian atas. Bila telah kronik infiltrat kronis ditemukan di sekitar
pembuluh darah serta deposit pigmen di bagian basal. 1,4,5
6. Diagnosis Banding
Diagnosis prurigo Hebra terutama berdasarkan gambaran klinis
ialah adanya papul-papul miliar, berbentuk kubah terutama terdapat di
ekstremitas bagian ekstensor. Keluhannya ialah sangat gatal, biasanya
pada anak. Sebagai diagnosis banding ialah skabies. Pada penyakit
tersebut gatal terutama pada malam hari, orang-orang yang berdekatan
juga terkena. Kelainan kulit berupa banyak vesikel dan papul pada
lipatan-lipatan kulit.1,4,5
7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan secara umum :
 Menghindari gigitan nyamuk atau serangga
 Mencari dan mengobati infeksi fokal
 Memperbaiki hygienis perseorangan maupun lingkungan
b. Penatalaksanaan secara khusus :
Pengobatan hanya berupa simptomatik, yaitu :
1) Pengobatan topikal
 Sulfur 5-10 % dapat diberi dalam bentuk bedak kocok atau
salep. Untuk mengurangi gatal dapat diberikan mentol 0,25–1
% atau kamper 2-3 % (4,5)
 Kortikosteroid krim/salep sangat menolong untuk mencegah
atau menghilangkan cacat jaringan atau parut, bila kelainan
tidak begitu luas.(3,4)
2) Pengobatan sistemik
 Anti histamin, untuk mengurangi gatal seperti :
- Klorfeniramin dosisnya:
Dewasa: 4 mg tiap 4-8 jam sekali, maksimum 24 mg / 24
jam.
Anak usia 2-5 tahun : 1 mg (1/4 tablet) tiap 4-6 jam sekali
Anak usia 6-12 tahun: 2 mg (1/2 tablet) tiap 4-6 jam sekali.
- Siproheptadin dosisnya: 4 mg / tablet.
Dewasa : Dosisnya tidak boleh lebih dari 0,5
mg/kgBB/hari. Dosis maksimum nya: 4-20 mg / hari.
Disarankan agar pemberian dimulai dengan dosis 1 tablet
3x sehari dan disesuaikan dengan respon pasien.
 Antibiotik bila terdapat infeksi sekunder. (1,3,4,5)
8. Prognosis
Sebagian besar akan sembuh spontan pada usia akil balik. 1,4,5
BAB III
LAPORAN KASUS

A. Identitas
Nama : An. R
Umur : 1 tahun 10 bulan
Jenis Kelamin : laki-laki
Alamat : Jumantono, Karanganyar
Agama : Islam
No RM : 4589XX
Tanggal Masuk RS : 11 Februari 2019

B. Anamnesis
Riwayat penyakit pasien diperoleh secara alloanamnesis dengan
ibu pasien
1. Keluhan Utama
Bintik-bintik hitam dan gatal di kaki
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dibawa oleh ibunya ke poli klinik kulit dan kelamin
RSUD Kab. Karanganyar dengan keluhan terdapat bintik-bintik hitam
dan gatal pada kedua kaki. Gatal dirasakan sejak 2 minggu yang lalu
dan berawal dari kaki kanan terlebih dahulu dan kemudian ke kaki kiri.
Ibu pasien mengatakan awalnya hanya terdapat satu bintik merah
seperti digigit nyamuk pada kaki kanan sebesar ½ cm yang kemudian
selalu digaruk oleh pasien sehingga luka semakin melebar dan meluas.
Gatal paling sering dirasakan pasien pada sore dan malam hari yang
menyebabkan terkadang pasien sulit tidur.
Pasien sudah dibawa berobat ke dokter spesialis anak dan
mendapatkan terapi syrup (ibu lupa namanya) dan salep (gentalex).
Setelah diberikan terapi tersebut selama 1 minggu keluhan membaik
sesaat namun luka kembali meluas karena pasien selalu menggaruk
karena gatal.
Diakui ibu pasien luka berair setelah pecah (+). keluhan nanah dari
luka (-), demam (-), penurunan nafsu makan (-), BAK (+) lancar dalam
batas normal, BAB (+) lancar, mual (-), muntah (-).
3. Riwayat Penyakit Dahulu
 Riwayat Sakit Serupa : disangkal
 Riwayat Asma : disangkal
 Riwayat Maag : disangkal
 Riwayat Alergi Makanan & Obat : disangkal
4. Riwayat Penyakit Keluarga
 Riwayat Sakit Serupa : dianagkal
 Riwayat Diabetes Melitus : disangkal
 Riwayat Hipertensi : disangkal
 Riwayat Alergi Makanan & Obat : disangkal
 Riwayat Asma : disangkal

C. Anamnesis Sistem Lain


Sistem Cerebrospinal Gelisah (-), Lemah (-), Demam (-)
Sistem Cardiovascular Akral hangat (+), Sianosis (-), Anemis (-), Deg-
degan (-), nyeri dada (-)
Sistem Respiratorius Batuk (-), Sesak Napas (-)
Sistem Genitourinarius BAK sulit (-), sedikit (-), nyeri saat BAK (-),
Sistem Gastrointestinal Nyeri perut (-), mual (-), muntah (-), BAB
Darah (-), perut membesar (-)
Sistem Musculosceletal Badan lemas (-), kram otot (-), kesemutan (-)
Sistem Integumentum Perubahan warna kulit (+) pada ekstremitas
inferior dextra et sinistra, pucat (-), sikatriks (-),
keringat dingin (-)
D. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
 Keadaan Umum : Tampak Baik
 Kesadaran : Compos Mentis, E4V5M6
 Status Gizi : Baik
Vital Sign
 Nadi : 98 x/menit
 Respirasi : 20 x/menit
 Suhu : 36,8 oC
 Berat Badan : 10 kg
 Kepala : normocephal, konjungtiva anemis (-/-), sklera
ikterik (-/-), pupil isokor (2mm/2mm), edema palpebra (-/-)
 Leher : massa (-), peningkatan JVP (-), pembesaran
kelenjar limfe (-), pembesaran kelenjar tiroid (-/-)
 Thorax
Paru Hasil pemeriksaan
Inspeksi Dinding dada simetris, pergerakan dinding dada
simetris, tidak ada retraksi, tidak ada pelebaran sela
iga
Palpasi Taktil fremitus kanan sama dengan kiri
Perkusi Sonor di paru kanan dan paru kiri
Auskultasi Terdengar suara dasar vesikular (+/+), Ronkhi (-/-),
Wheezing (-/-).
Jantung Hasil pemeriksaan
Inspeksi Ictus cordis tidak tampak.
Palpasi Ictus cordis teraba tidak kuat angkat.
Perkusi Batas Jantung :
Batas Kiri Jantung
^ Atas : SIC II linea sternalis sinistra.
^ Bawah : SIC V linea midclavicularis sinistra.
Batas Kanan Jantung
^ Atas : SIC II linea sternalis dextra
^ Bawah : SIC IV linea sternalis dextra
Auskultasi HR : 98x/menit. BJ I/II regular, bising sistolik (-),
dan bising diastolik (-).

 Abdomen
Abdomen Hasil pemeriksaan
Inspeksi Dinding perut lebih tinggi dari dinding dada, terdapat
penonjolan lien (-)
Auskultasi Suara peristaltik (+), Suara tambahan (-).
Palpasi Nyeri tekan (-), pembesaran hepar (-), pembesaran
lien (-)
Perkusi Suara timpani (+), Nyeri ketok costovertebrae (-/-).

 Ekstremitas : Clubbing finger (-), pitting oedem (-), spoon nail (-)
Ekstremitas Superior Dextra Akral Hangat (+), Edema (-)
Ekstremitas Superior Sinistra Akral Hangat (+), Edema (-)
Ekstremitas Inferior Dextra Akral Hangat (+), Edema (-), lesi
(+)
Ekstremitas Inferior Sinistra Akral Hangat (+), Edema (-), lesi
(+)
E. Status Lokalis
Tanggal 11 Februari 2019

(dextra) (sinistra)

 Lokasi : Regio cruris dextra et sinistra


 Efloresensi Primer: Papul-papul yang eritema
 Efloresensi Sekunder: makula hiperpigmentasi, erosi, dan ekskoriasi
 Ukuran : milier sampai lentikular
 Bentuk : bulat, berbatas tegas
 Distribusi : bilateral dan multipel
Tanggal 16 Februari 2019

(dextra) (sinistra)
Keluhan gatal mulai berkurang pada kaki kiri, namun pada kanan kanan gatal (+),
pasien masih menggaruk kaki kanan sehingga menyebabkan lesi kembali eritem,
berbeda dengan kaki kiri dengan lesi yang mulai mongering.
 Lokasi : Regio cruris dextra et sinistra
 Efloresensi Primer: Papul-papul yang eritema pada region cruris dextra
 Efloresensi Sekunder: makula hiperpigmentasi, erosi, dan ekskoriasi
pada region cruris dextra et sinistra
 Ukuran : milier sampai lentikular
 Bentuk : bulat, berbatas tegas
 Distribusi : bilateral dan multipel
F. Diagnosis Banding
- Prurigo Hebra
- Skabies
- Insect bite
G. Diagnosis Kerja
Prurigo Hebra
H. Pemeriksaan Penunjang
-
I. Penatalaksanaan
1. Non Medikamentosa
- Menjaga kebersihan badan, pakaian dan lingkungan
- Hindari faktor pencetus seperti gigitan serangga dengan memakai
kelambu saat tidur.
- Hindari trauma mekanis (menggaruk) yang dapat menyebabkan
luka
- Meminum dan menggunakan obat dengan teratur dan sesuai
petunjuk dokter
2. Medika Mentosa
a. Sistemik
- Klorfeniramin maleat 4 mg ¼ tab
- Prednison 5 mg ¾ tab in pulv. 2x1
b. Topikal
- Mometasone Furoate cream 0,1% 2x1
J. Prognosis
- Quo at vitam : ad bonam
- Quo at fungsionam : ad bonam
- Quo at sanationam : dubia ad bonam
- Quo ad kosmeticam : dubia ad bonam
BAB IV
PEMBAHASAN
Penemuan pada pasien dari anamnesis diketahui keluhan utama yang
dialami pasien ini adalah bercak-bercak kehitaman yang disertai rasa gatal pada
kaki kanan dan kiri. Gatal dirasakan sejak 2 minggu yang lalu dan berawal dari
kaki kanan terlebih dahulu dan kemudian ke kaki kiri. Ibu pasien mengatakan
awalnya hanya terdapat satu bintik merah seperti digigit nyamuk pada kaki kanan
sebesar ½ cm yang kemudian selalu digaruk oleh pasien sehingga luka semakin
melebar dan meluas. Gatal paling sering dirasakan pasien pada sore dan malam
hari yang menyebabkan terkadang pasien sulit tidur.
Pada pemeriksaan dermatologi dijumpai ruam berupa papul-papul yang
eritema makula hiperpigmentasi, erosi, dan ekskoriasi pada region cruris dextra et
sinistra, berukuran milier sampai lenticular berbentuk bulat, berbatas tegas dengan
distribusi bilateral dan multiple. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang
menyatakan gejala subjektif keluhan gatal yang bersifat kronik. Pada gejala
objektif kelainan yang jelas adalah papul-papul miliar tidak berwarna, berbentuk
kubah, lebih muda diraba dari pada dilihat. Garukan yang terus menerus
menimbulakan erosi, ekskoriasi, krusta, hiperpigmentasi dan likenifikasi. Sering
pula terjadi infeksi sekunder. Jika telah kronik tampak klulit yang sakit lebih
gelap kecoklatan dan berlikenifikasi. Tempat predileksinya di extremitas bagian
ekstensor dan simetrik, dapat meluas ke bokong dan perut, muka dapat pula
terkena. Biasanya bagian distal lengan dan tungkai lebih parah dibandingkan
bagian proksimal. Demikian pula umunya tungkai lebih parah dari pada lengan.
Penatalaksanaan pada pasien ini terdiri dari penatalaksanaan non
medikamentosan dan medikamentosa. Penatalaksanaan secara non
medikamentosa adalah dengan cara menghindari garukan pada daerah yang gatal,
menghindari gigitan nyamuk maupun serangga dengan cara memakai pakaian
tertutup, menjaga hygiene sendiri dan lingkungan. Penatalaksanaan secara
medikamentosa terdiri dari pengobatan secara sistemik, yakni dengan pemberian
Klorfeniramin maleat 4 mg ¼ tablet dan Prednison 5 mg ¾ tablet 2x1. Sedangkan
untuk terapi medikamentosa secara topical, pada pasien ini diberikan Mometasone
Furoate cream 0,1% 2x1. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan
bahwa penatalaksanaan prurigo hebra secara non medikamentosa adalah
menghindari gigitan nyamuk maupun serangga dengan cara memakai pakaian
tertutup, semprotan nyamuk, menjaga hygine sendiri dan lingkungan, serta
menghindari garukan. Penatalakasanaan secara medikamentosa diberikan
Klorfeniramin maleat sebagai anti inflamasi untuk mengurangi rasa gatal, dan
pemberian steroid guna menekan inflamasi pada daerah luka dan menolong untuk
mencegah atau menghilangkan cacat jaringan atau parut, pada kelainan yang tidak
begitu luas.
Prognosis untuk penyakit ini baik. Hal ini sesuai dengan kepustakaan
menyatakan bahwa prognosis prurigo hebra baik apabila hygiene perseorangan
dan lingkungan baik serta mendapatkan terapi yang tepat. Sebagian besar akan
sembuh spontan pada usia akil baliq atau dewasa muda.
.
DAFTAR PUSTAKA

1. Wiryadi, Benny. Prurigo. dalam: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.


Djuanda A. dkk. (Ed.). Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta.2007: 272-275.
2. Prurigo. Februari 14, 2011 (cited February 17, 2019) Available at
http://dermnetnz/Prurigo.html
3. Principles of Pediatric Dermatology chapter 36. Prurigo. (cited February
17, 2019) Available at http://prurigo/chapter36/Prurigo.htm
4. Prurigo. 2010 (cited February 17, 2019) Available at http://dinar’s-
site/Prurigo.htm
5. Prurigo. August 10, 2011 (cited February 17, 2019) Available at
http://medical-journal/Prurigo.htm
6. Siregar R.S. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi 2. EGC.
Jakarta. 2005: 16-17.
7. Actinic Prurigo. January 15, 2009 (cited February 17, 2019) Available at
http://webmd/Prurigo.htm
8. Actinic Prurigo. April 21, 2010 (cited February 17, 2019) Available at
http://wikipedia/Prurigo.htm
9. American Journal of Dermatopathology. (cited February 17, 2019)
Available at http://histopathology/Prurigo.htm

Anda mungkin juga menyukai