PENDAHULUAN
Manajemen resiko merupakan disiplin ilmu yang luas. Seluruh bidang pekerjaan di
dunia ini pasti menerapkannya sebagai sesuatu yang sangat penting. Makin besar resiko
suatu pekerjaan, makin besar pula perhatian yang diberikan kepada aspek manajemen
resiko ini. Rumah sakit sebagai sebuah institusi dengan aktifitas yang penuh dengan
berbagai resiko keselamatan, juga sudah selayaknya menerapkan hal ini.
Pemahaman manajemen resiko sangat bergantung kepada dari sudut pandang mana
seseorang melihatnya. Dalam bidang kesehatan dan keselamatan lebih diartikan sebagai
pengendalian resiko salah satu pihak (pasien atau masyarakat) oleh pihak yang lain
(pemberi layanan). Sementara di dalam suatu komunitas pemberi layanan kesehatan itu
sendiri, yaitu pengelola rumah sakit dan para tenaga kesehatannya, harus diartikan
sebagai suatu upaya kerjasama berbagai pihak untuk mengendalikan resiko bersama.
The Joint Commission on Accreditation of Healthcare Organizations (JCAHO)
memberikan pengertian manajemen resiko sebagai aktivitas klinik dan administratif yang
dilakukan oleh rumah sakit untuk melakukan identifikasi, evaluasi dan pengurangan
resiko terjadinya cedera atau kerugian pada pasien, personil, pengunjung dan rumah sakit
itu sendiri. Kegiatan tersebut meliputi identifikasi resiko hukum (legal risk),
memprioritaskan resiko yang teridentifikasi, menentukan respons rumah sakit terhadap
resiko, mengelola suatu kasus resiko dengan tujuan meminimalkan kerugian (risk
control), membangun upaya pencegahan resiko yang efektif, dan mengelola pembiayaan
resiko yang adekuat (risk financing).
Manajemen resiko yang komprehensif meliputi seluruh aktivitas rumah sakit, baik
operasional maupun yang bersifat klinis, oleh karena resiko dapat muncul dari kedua
bidang tersebut. Bahkan akhir-akhir ini meliputi pula resiko yang berkaitan dengan
managed care dan resiko kapitasi, merger dan akuisisi, resiko kompensasi
ketenagakerjaan, corporate compliance dan etik organisasi.
Setiap upaya medik umumnya mengandung resiko, sebagian di antaranya beresiko
ringan atau hampir tidak berarti secara klinis. Namun tidak sedikit pula yang memberikan
konsekuensi medik yang cukup berat.
III. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan dan keselamatan pasien rumah sakit
melalui program peningkatan mutu dan keselamatan pasien.
2. Tujuan Khusus
a. Terciptanya budaya keselamatan pasien di RS PKU Muhammadiyah Mayong
Jepara.
b. Meningkatkan akuntabilitas.
c. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD).
d. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian yang tidak diharapkan.
e. Meminimalisir resiko yang mungkin terjadi dimasa mendatang. Dengan
adanya antisipasi resiko, apabila terjadi insiden sudah terdapat alternatif
penyelesaiannya.
f. Melindungi pasien, karyawan, pengunjung dan pemangku kepentingan lainnya.
5. Pengelolaan Resiko
Dalam pengelolaan resiko, terdapat beberapa pilihan yang dapat diambil. Salah
satunya adalah melalui proses pencegahan dan pengurangan resiko. Keberhasilan
pengelolaan resiko tidak hanya sampai pada kegiatan pengurangan resiko. Meski
kegiatan pengurangan resiko telah dilakukan, tetap sosialisasi, monitoring serta audit
perlu dilaksanakan agar tidak terjadi peningkatan resiko ataupun pengulangan
kejadian. Jika terjadi suatu kejadian sentinel, kejadian tersebut harus dituntaskan dan
tidak boleh terjadi kembali. Kunci keberhasilan dari seluruh upaya pengurangan resiko
di rumah sakit adalah kepemimpinan.
6. Monitoring dan Review
Monitoring dan review merupakan pemantauan rutin dengan membandingkan
kinerja proses manajemen resiko dengan harapan yang ingin dicapai dan meninjau
ulang secara berkala kegiatan manajemen resiko yang telah dilakukan. Monitoring dan
review dapat dilakukan melalui pemantauan indikator mutu yang ditetapkan,
peninjauan ulang terhadap penanganan resiko maupun kejadian yang dilaporkan,
peninjauan standar pelayanan medik maupun standar operasional, pelatihan,
peringatan, dan lain-lain.
Segala sesuatu yang menjadi resiko perlu dipantau secara terus menerus.
Monitoring dan review terhadap suatu resiko/ kejadian dilakukan dalam setiap proses
manajemen resiko dan pelaksanaan monitoring dan review terhadap resiko tersebut
dapat berjalan dengan baik jika dilaksanakan dengan kedisiplinan. Sedangkan data
pencapaian dari pelaporan tersebut dijadikan salah satu indikator terhadap
keberhasilan proses monitoring dan review itu sendiri
VI. SASARAN
No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Melaksanakan program managemen risiko
Identifikasi risiko X X X X X X
Menetapkan prioritas X X
risiko
Pelaporan tentang
risiko ***
Managemen risiko X X
Investigasi risiko X X
RCA *
FMEA **
2 Merencanakan program pengawasan menegemen risiko fasilitas / lingkungan rumah
sakit
Merencanakan X
program pelatihan
managemen risiko
Merencanakan semua X
aspek dari program
Melaksanakan X
program
Monitor dan evaluasi X
program
Evaluasi dan revisi
program
Pembuatan laporan
tahunan pencapaina
program ***
3 Koordinasi dengan X
Tim K3RS dalam
penyusunan
pengelolaan risiko
fasilitas / lingkungan
Keterangan :
* RCA dilakukan jika ada insiden ( KTD )
** FMEA dilakukan sekali dalam setahun secara proaktif
*** Laporan tahunan dilaporkan pada tahun berikutnya.
1. Pencatatan dan dokumentasi kegiatan dilakuka oleh Sub Komite Managemen Risiko
Komite PMKP.
2. Sub Komite Mutu Komite PMKP melakukan monitoring dan koordinasi terhadap hasil
laporan.
3. Sekretaris Komite PMKP merangkum semua jenis kegiatan untuk dilaporkan ke
direktur RS PKU Muhammadiyah Mayong Jepara.
4. Isi Laporan :
a. Kegiatan sesuai program kerja.
b. Kegiatan yang telah dilaksanakan.
c. Apakah kegiatan sesuai jadwal.
d. Insiden Keselamatan Pasien rumah sakit yang terjadi, jenis insiden, dan akibat
insiden.
e. Hambatan yang menyebabkan program kerja tidak sesuai jadwal atau tidak
dapat dilaksanakan.
f. Hal – hal lain yang dianggap perlu untuk dilaporkan
g. Usulan dan rekomendasi kepada direktur.
X. PENUTUP
Jepara,……………………….
Direktur Ketua KMKP
RS PKU Muhammadiyah RS PKU Muhammadiyah
Mayong Jepara Mayong Jepara