Anda di halaman 1dari 15

PENGARUH AIR STERIL REBUSAN DAUN SIRIH DENGAN

PENCEGAHAN FLOUR ALBUS PADA REMAJA PUTRI


DI SMP NEGERI 19 BANDAR LAMPUNG

Disusun oleh :

HELEN YOSSRANTIKA

NIM : 1614301021

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KESEHATAN TANJUNG KARANG

JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNG KARANG

PRODI DIPLOMA IV KEPERAWATAN

BANDAR LAMPUNG
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

kesehatan reproduksi merupakan suatu keadaan sejahtra fisik,mental,


dan social secara utuh, bukan hanya bebas dari suatu penyakit atau kecacatan
fisik, tetapi dengan suatu hal yang berhubungan dengan sistem reproduksi serta
fungsi dan prosesnya (Widyastutu,2010). Wanita memiliki banyak masalah pada
area vagina. Kebanyakan kasus yang terjadi adalah persoalan tentang Flour
Albus. Flour Albus sendiri ini mempunyai variasi dalam konsistensi, warna dan
bau. Umumnya wanita mengalami Flour Albus mengeluarkan lender terlalu
banyak dan menimbulkan bau yang tidak enak (Irianto, 2015).

Flour Albus yang terjadi terus menerus, tidak sembuh dengan obat, harus
dipikirkan pula dengan adanya kemungkinan terjadi kanker serviks (Irianto,
2015). Saat ini masyarakat Indonesia juga mulai mengutamakan penggunaan
obat secara alami . salah satu yang bisa dimanfaatkan untuk mencegah
keputihan (flour albus) adalah rebusan air steril daun sirih (Piper Betlle)
(Werdhany dkk, 20010).

Daun sirih merupakan tanaman obat yang potensial yang diketahui secara
empiris memiliki khasiat untuk menyembuhkan berbagai jenis penyakit antara
lain yaitu Flour Albus. Daun sirih mengandung senyawa fitokimia yaitu minyak
atsiri. Daun sirih ini banyak di temukan di Indonesia sebagai tanaman obat
herbal. Hal ini dikarenakan daun sirih mempunyai sifat antijamur yang
merupakan komponen yang dibutuhkan untuk menjaga kesehatan rongga mulut,
dan menyembuhkan penyakit Flour Albus dan bau yang tidak sedap (Werdhany
et al., 2010).

Dalam tahun 2012 diperkirakan 75% wanita Indonesia akan mengalamin


Flour Albus dan akan terus meningkat pada tahun berikutnya. Penelitian di jawa
timur menunjukan 75% menderita Flour Albus hal ini dialami wanita dalam
seumur hidup sekali, 45% positif lebih bisa mengalami Flour Albus sebanyak dua
kali bahkan lebih dari itu (Ubaiybingokil, 2012).

Penyebab utama dari Flour Albus adalah adanya infeksi bakteri


Trichomonas Vaginalis dan candida Albicans. Flour Albus sendiri merupakan
keluarnya cairan yang berlebihan dari vagina yang bukan darah haid/menstruasi.
Secara umum, Flour Albus bisa disebabkan oleh beberapa faktor yaitu
kurangnya perhatian terhadap kebersihan organ kewanitaan, membasuh organ
kewanitaan kearah yang salah, aktivitas fisik yang sangat melelahkan, tidak
segera megganti pembalut ketika menstruasi, pola hidup yang kurang sehat,
kondisi kejiwaan yang sedang mengalami stres berat. Karena itu dalam menjaga
kebersihan diri sangatlah penting untuk mencegah terjadinya Flour Albus
(Hediyani, 2012).

Flour Albus dapat diatasi dengan berbagai cara yang pertama dalam
membersihkan personal hygiene, istrahat, olahraga yang teratur serta
menghindari stress. Selain itu, Flour juga dapat diatasi dengan pengobatan non-
farmakologi yang bisa dilakukan dengan penggunakan air rebusan steril daun
sirih (piper Betlle) dapat diperhitungkan untuk digunakan dalam mengatasi Flour
Albus pada remaja putri sebagai pengobatan non-farmakologi.

B. Rumusan Masalah
Apakah ada pengaruh Air Rebusan Daun Sirih (Piper Crocatum) terhadap
Pencegahan gejala Flour Albus pada remaja putri usia subur di SMP NEGERI 19
BANDAR LAMPUNG ?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Menganalisis pengaruh air rebusan daun sirih (piper crocatum) terhadap
pencegahan gejala flour albus pada remaja putri usia subur di SMP NEGERI 19
BANDAR LAMPUNG
2. Tujuan khusus :
1. Mengidentifikasi pencegahan gejala Flour Albus remaja putri usia subur
sebelum diberikan air rebusan daun sirih (piper crocatum) di SMA
NEGERI 19 BANDAR LAMPUNG.
2. Mengidentifikasi pencegahan gejala Flour Albus remaja putri usia subur
sesudah diberikan air rebusan daun sirih (piper crocatum) di SMP
NEGERI 19 BANDAR LAMPUNG.
3. Menganalisis pengaruh air rebusan daun sirih (piper crocatum) terhadap
pencegahan gejala Flor Albus pada remaja putri usia subur di SMA
NEGERI 19 BANDAR LAMPUNG.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pelayanan Kesehatan
Sebagai media informasi dalam penggunaan antiseptic yang bersifat
tradisional untuk pencegahan Flour Albus.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai bahan masukan dan evaluasi dalam mengenal
kesehatan fisik dan psikis remaja putri terutama masalah Flour Albus.

3. Bagi Peneliti
Dapat meningkatkan pengetahuan dan pengalaman dalam mengkaji
mengenai kesehatan reproduksi terutama pengaruh air steril rebusan daun
sirih terhadap pencegahan Flour Albus.

4. Bagi Responden
Sebagai media informasi dalam mengenal keputiha (Flour Albus) untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pada umumnya dan pada
remaja putri khusunya.

E. Ruang Lingkup
Jenis penelitian yang dilakukan dengan metode kuantitatif dan dilakukan
secara cross sectional, objek dalam penelitian ini sebagai variabel independen
yaitu mengenai gambaran perilaku pencegahan dan penanganan keputihan dan
sebagai variabel dependen adalah gambaran kecemasan remaja pada saat
mengalami keputihan. Pemilihan sampel adalah siswi SMP Negeri 19 Bandar
Lampung karena pada usia tersebut remaja sudah mengalami pematangan pada
organ reproduksi. Berpotensi mengalami gangguan kesehatan pada organ
reproduksi salah satunya adalah gejala keputihan (flour albus). Apalagi bagi
remaja yang tidak berperilaku yang baik dalam pemeliharaan/perawatan pada
organ reproduksi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Daun Sirih (Piper Betlle)


a. Pengertian daun sirih (piper betlle)
Menurut Elshabrina (2013, hlm. 65), daun sirih atau piper betlle
merupakan tanaman asli Indonesia, memiliki bau yang khas, bentuk batang
merambat dan biasanya menumpang pada pohon lain, seperti rambutan,
nangka atau tumbuhan besar lainnya.
Tanaman daun sirih bisa mencapai tinggi 25cm. batang sirih berwarna
coklat kehijauan, berbentuk bulat, beruas dan merupakan tempat keluarnya
akar. Daunnya yang tunggal berbentuk jantung, berujung runcing, tumbuh
berselang seling, bertangkai dan mengeluarkan bau yang sedap bila diremas.
Panjangnya sekitar 5-8 cm dan lebar 2-5 cm (Thomas. 2007.hlm 3)
Daun sirih terdiri dari dua jenis yaitu daun sirih merah dan daun sirih hijau.
Sebenarnya tidak banyak perbedaan kedua jenis ini, selain dari warnanya
kemudian bila daunnya dirobek akan keluar lender, aroma daun sirih merah
lebih wangi dibandingkan sirih hijau, secara umum keduannya memiliki
khasiat yang sama (Evika dan Safitri. 2008.hlm 50).

b. Kandungan Daun Sirih


Ada beragam zat yang terkandung dalam daun sirih diantaranya minyak
atsiri, hidroksikavicol, kavicol, kavibetol, allyprokatekol, eugenol, caryofelen,
fenil propada, tannin, gula dan zat samak yang memiliki daya mematikan
kuman, anti oksidasi dan fungisida, anti jamur. Karena kandungan yang
sangat kaya tersebut, daun sirih sering sekali dipakai obat herbal untuk
mengatasi berbagai penyakit, salah satunya mengobati keputihan pada
wanita (Maharani. 2010. hlm 27).

c. Manfaat Daun Sirih


keputihan, teruji secara klinis diberbagai bidang kesehatan. Selain dapat
mengobati keputihan daun sirih juga berkhasiat untuk berbagai macam
penyembuhan lainnya seperti : obat bisul, hidung berdarah (mimisan), radang
selaput lender mata, mulut berbau, gusi bengkak, radang tenggorokan,
sariawan.

d. Ramuan Daun Sirih Untuk Keputihan (Flour Albus)


Menurut Maharani (2010,hlm.30), berikut adalah resep atau ramuan daun
sirih yang bisa digunakan para wanita untuk mengobati penyakit Flour Albus :
a. Rebus 10 lembar daun sirih yang telah dicuci bersih kedalam panci
yang berisikan air sebanyak 2,5 liter (8 gelas), tunggu sampai
mendidih selama 10 menit hingga air rebusan tersisa 4 gelas. Biarkan
air rebusan mendingin selama 15 menit.
b. Bilaskan air rebusan yang masih hangat tersebut untuk sekali
pemakaian ke area vagina.
c. Lakukan berulang – ulang selama 7 hari sebelum tidur.

e. Dampak Penggunaan Daun Sirih


Dampak yang ditimbulkan akibat terlalu sering menggunakan air dari daun
sirih adalah warna dari vagina menjadi tampak tidak segar atau bisa menjadi
agak kehitam-hitaman, dapet mematikan flora normal vagina yang
sebenarnya dibutuhkan dan juga untuk menjaga keasaman pH vagina yang
optimalnya 3,5 - 4,5 (Hariana. 2010.hlm.19)

B. Flour Albus
a) Pengertian Flour Albus
Flour Albus adalah keluarnya cairan kecuali darah dari liang vagina, baik
berbau atau tidak, serta disertai adanya rasa gatal sekitarnya.
Flour Albus adalah keluarnya cairan yang berlebih dari saluran reproduksi
perempuan (vagina). Flour Albus ini bersifat fisiologis (normal) dan patologis
(abnormal) tergantung dari variasi warna, baud an konsistensi. Flour Albus
dikatakan patologis (abnormal) bila diikuti dengan perubahan baud an warna
yang menunjukan tanda-tanda tidak normal. Pada umumnya keluhan lainnya
disertai rasa gatal, dysuria dan edema genital dan lain-lain (Irianto, 2015).
Semua wanita mengalami Flour Albus pada masa-masa tertentu, baik
karena sedang mengalami hamil, sebelum haid/menstruasi, sesudah
haid/menstruasi, masa nifas (sesudah melahirkan), sedang subur (kurang dari 2
minggu sebelum haid/menstruasi yang akan dating, dan sehabis bersenggama
(Bahari, 2012). Dalam keadaan ini dianggap normal karena kelenjar yang ada
didalam vagina aktif, baik karena hormone (estrogen dan progesteron) maupun
karna ada rangsangan seksual dan emosional).
Wanita sendiri memiliki banyak masalah pada area vagina. Kebanyakan
kasus yang terjadi adalah Flour Albus. Flour Albus bukan berarti suatu penyakit
jika hanya muncul pada masa-masa tertentu dan tidak terus-menerus, juga
berwarna, berbau, dan gatal. Sebaliknya Flour Albus yang tidak gatal dan tidak
berbau, tidak berarti bukan suatu penyakit, Flour Albus yang terus-menerus,
tidak sembuh dengan obat, harus dipikirkan pula dengan adanya kanker serviks
(Irianto, 2015).
b) Etiologi Flour Albus
1. Flora Normal
Pada keadaan normal, terdapat pertumbuhan flora normal di vagina
seperti Lactobacillus sp dan flora normal lain. Kelenjar pada serviks
menghasilkan suatu cairan jernih yang keluar bercampur dengan bakteri, sel
epitel vagina serta serviks. Normalnya pada perempuan Flour Albus memiliki
manfaat sebagai pelumas, dan sebagai mekanisme pertahanan dari berbagai
macam infeksisaat keadaan normal Flour Albus berwarna jernih atau keruh
berawan dengan atau tanpa bau maupun darah. Ph fisiologisnya berada
pada kisaran antara 3.5 – 4.5 yang berfungsi untuk menghambat bakteri
pathogen yang tumbuh berlebihan.
Flor Albus fisiologi (normal) dapat terjadi pada masa menjelang
menstruasi, pada masa sekitar antara hari ke 10 – 16 haid/menstruasi.
Flour Albus yang secara fisiologis akibat adanya pengaruh hormone estrogen
dan progesterone yang dihasilkan selama proses ovulasi. Setelah terjadi
ovulasi, akan terjadi peningkatan vaskularisasi dari endometrium yang
menyebabkan endometrium menjadi sembab. Kelenjar endometrium menjadi
berkelok – kelok karna dipengaruhi adanya hormone estrogen dan
progesterone dari korpus luteun sehingga bisa mensekresikan cairan jernih
yang bisa dikenal dengan keputihan (Solikhah, 2010).

2. Hormon
Hormone estrogen dan progesterone juga bisa menyebabkan lender
servik sehingga timbul Flour Albus selama proses ovulasi berlangsung. Pada
servik estrogen menyebabkan mucus menjadi tipis basa sehingga dapat
meningkatkan sperma, sedangkan progesterone menyebabkan mucus
menjadi tebal, kental dan pada saat ovulasi menjadi elastis. Ciri – ciri dari
keputihan secara fisiologis adalah cairan yang berwarna bening, terkadang
putih kental, tidak berbau dan tanpa disertai dengan keluhan, seperti rasa
gatal pada area vagina dan perih (Irianto, 2010).

3. PH
Flour Albus patologis bisa disebabkan oleh beberapa faktor
yaitukurangnya perhatian terhadap kebersihan organ kewanitaan, membasuh
organ kewanitaan kea rah yang sala, aktivitas fisik yang sangat melelahkan,
tidak segera mengganti pembalut ketika mestruasi, pola hidup yang kurang
sehat, kondisi kejiwaan yang sedang mengalami stres berat, menggunakan
sabun pembersih untuk membersihkan organ kewanitaan secara berlebihan,
kondisi cuaca khususnya cuaca lembab,kondisi hormone yang tidak
seimbang, sering kali menggarukmorgan kewanitaan. Penyebab Flour Albus
patologis bisa terjadi pada semua penyakit kelamin (infeksi bibir kemaluan,
liang senggama, mulut rahim dan pada infeksi karena penyakit yang menular
seksual). Ciri – ciri keputihan secara patologis adalah banyaknya leukosit
yang keluar, jumlahnya banyak, berbau busuk/tidak sedap, berwarna keputih-
putihan, kekuningan atau kehijaua, gatal dan terjadi terus – menerus, jumlah
cairan banyak dan akan meninggalkan bercak pada pakaian dalam dan
disertai dengan suatu keluhan (panas,gatal, dan nyeri), serta berbau (apek,
amis, dan busuk (Elmart, 2012).

4. Kondisi Fisik
Faktor – faktor yang bisa memicu Flour Albus :
1. Kelelahan fisik merupkan kondisi yang dialami seseorang akibat
meningkatnya pengeluaran energi karena terlalu memaksakan tubuh
untuk bekerja terlalu berlebihan dan menguras fisik.
2. Ketegangan psikis merupakan kondisi yang dialami seseorang akibat dari
meningkatnya beban pikiran dari kondisi yang kurang menyenangkan atau
sulit untuk dilalui. Meningkatnya beban pikiran memicu adanya sekresi
hormone adrenalin. Meningkatnya sekresi hormone adrenalin dapat
menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan mengurangi elastisitas
pembuluh darah. Hal ini dikarenakan aliran hormone estrogen ke organ
tertentu termasuk vagina salah satunya terhambat sehingga asam laktat
yang dihasilkan menjadi berkurang. Berkurangnya asam laktat
menyebabkan keasaman vagina berkurang sehingga bakteri, jamur, dan
parasite penyebab flour albus mudah berkembang.
3. Kebersihan diri salah satu tindakan untuk menjaga kebersihan dan
kesehatan untuk kesejahtraan fisik maupun psikis. Flour Albus yang
abnormal dapat dipicu oleh wanita dalam menjaga kebersihan dirinya,
terutama pada alat kelamin. Kegiatan kebersihan diri dapat memicu flour
albus adalah penggunaan pakaian dalam yang ketat dan berbahan dari
nilon, cara membersihkan (cebok) alat kelamin tidak sesuai, penggunaan
sabun dan pewangi vagina, penggunaan pembalut kecil yang terus –
menerus diluar siklus menstruasi.
Didalam vagina terdapat berbagai macam bakteri, 95% diantaranya
adalah Lactobaccillus selebihnya adalah bakteri pathogen, yang dalam
ekosistem seimbang bakteri pathogen ini tidak akan mengganggu. Peran
penting dari flora vagina ini adalah untuk menjaga keasaman pH sagar
tetap pada level normal. Dengan tingkat keasaman tersebut, Lactobacillus
akan tumbuh subur dan bakteri pathogen akan mati. Pada kondisi
tertentu, kadar pH vagina bisa menjadi lebih tinggi atau lebih rendah dari
keadaan normalnya.

c) Manifestasi Klinis Flour Albus


1. Tanda Flour Albus
Sesuai dengan adanya tanda dari Flour Albus diantaranya meliputi :
a. Cairan yang keluar dari vagina bisa banyak.
b. Berwarna keputih – putihan (tetapi masih jernih).
c. Keabu – abuan.
d. Kehijauan atau kekuningan.
e. Cairan yang keluar bisa saja encer, berbuih, dan kental.
f. Berbau busuk.

2. Gejala Flour Albus


a. Gatal pada kemaluan dan lipatan sekitar paha.
b. Bibir vagina terasa panas.
c. Nyeri ketika buang air kecil.

d) Faktor – Faktor yang memengaruhi Flour Albus secara fisiologis


1. Bayi yang baru lahir berusia 10 hari, flour albus ini disebabkan oleh
pengaruh hormone estrogen dari ibunya.
2. Masa sekitar menarche atau pertama kalinya haid/menstruasi dating,
keadaan ini ditunjang adanya hormone estrogen.
3. Masa disekitar ovulasi karena produksi kelenjar-kelenjar rahim dan
pengaruh dari hormone estrogen dan progesterone
4. Seorang wanita yang bisa terangsang secara seksual. Rangsangan
seksual ini berkaitan dengan kesiapan untuk menerima penetrasi saat
bersenggama, vagina mengeluarkan cairan pelumas dalam bersenggama

e) Patogenesis Flour Albus


Perkembangan alat kelamin wanita mengalami berbagai perubahan mulai
bayi hingga menopause. Flour Albus merupakan keadaan yang dapat terjadi
fisiologis dan patologis karena terinfeksi kuman penyakit. Bila vagina terinfeksi
kuman penyakit seperti jamur, parasite, bakteri ini memakan glikogen yang
dihasilkan oleh estrogen pada dinsing vagina sehingga mengakibatkan
keadaan pH vagina basah dan menjadikan kuman penyakit berkembangkan
hidup subur di dalam vagina (Sibagaring, 2010.hlm.53).
f) Penatalsanaan Flour Albus
Daerah intim wanita mudah terkena bakteri yang dapat menimbulkan
infeksi. Maka wanita perlu menjaga kebersihan organ genetalianya dengan
membasuh vagina dari arah depan ke belakang dengan hati – hati,
menggunakan air bersih setelah buang air kecil, buang air besar, dan mandi,
mengganti pakaian dalam minimal 2 kali sehari, pada saat menstruasi
menggunakan pembalut yang berbahan lembut, menyerap dengan baik, tidak
mengandung bahan yang membuat alergi pada sekitar area vagina (parfum
atau gel) dan merekat dengan baik pada celana dalam serta mengganti
pembalut minimal 3 kali dalam sehari untuk menghindari pertumbuhan bakteri,
mencuci tangan sebelum menyentuh vagina, menggunakan celana dalam
yang bersih, kering, dan terbuat dari bahan katun, tidak menggunakan handuk
atau waslap milik orang lain untuk mengeringkan vagina, mencukur sebagian
rambut kemaluan untyk menghindari kelembapan di daerah vagina (varney,
2009).
Secara farmakologi flour albus dapat diatasi dengan mengonsumsi obat
minum dosis tunggal (sekali konsumsi) dengan resep dokter, contoh obat
dengan dosis tunggal untuk flour albus yaitu diflucan dengan dosis 150 mg.
obat penawar seperti betadine vaginal, detol juga digunakan untuk
membersihkan cairan flour albus dari liang vagina, tapi tidak membunuh
kuman penyebabnya (Varney, 2009).
Selain menjaga kebersihan organ genetalia dan pengobatan secara
farmakologi, flour albus juga dapat diatasi secara non-farmakologi yaitu
dengan menggunakan tanaman yang ada di sekitar kita, salah satunya adalah
Piper Betlle. Tanman piper betlle mempunyai kandungan sebagai berikut :
 Kindom : Plantae
 Sub kingdom : Tracheobionta
 Super Divisio : Spermatophyta
 Divisio : Magnoliophyta
 Kelas : Magnoliopsida
 Ordo : Piperales
 Famili : Piperaceae
 Genus : Piper
 Species : Piper crocatumruiv & pav

Piper Betlle salah satu jenis tanaman perdus atau semak. Jenis tanaman
ini mudah untuk dijumpai dikebun atau disamping rumah. Kebanyakan orang
menanam piper betlle sebagai pelengkap taman, juga dimaksudkan untuk
tanaman toga (tanaman obat keluarga). Bagian yang sering dimanfaatkan oleh
piper betlle ini adalah daun nya (Nisa et al, 2014).
Dalam Piper Batlle terkandung senyawa fitokimia yaitu minyak atsiri,
alkaloid, saponin, tannin, dan flavonoid dimana kandungan kimia tersebut
diduga berpotensi sebagai daya antimikroba (Candrasari et al, 2012).
kandungan kimia lainnya yang terdapat di Piper Batlle adalah hidroksi, kavicol,
kavibetol, allyprokatekol, karvakrol, augenol, pcymene, cineolo, caryofelen,
kadimen estragol, terpenena, dan fenil propada (Nisa, 2014) kandungan
minyak atsiri yang terdapat di Piper Batlle adalah golongan menoterpen (p-
cymene), golongan seskueterpen (caryoefelen, kadimem estragol),
phenylproane (hidroksi kavicol, eugenol, kavicol, kavibetol), phenol (karvakrol),
allylprokatekol dan terpenena. Senyawa aktif eugenol, kavikol, dan karvakrol
inilah yang dikenal memiliki aktifitas penghambat pertumbuhan candida
albicans. Dimana karvakrol bersifat desinfektan, anti jamur, sehingga bisa
digunakan untuk obat antiseptic pada bau mulut dan flour albus.

g) Kategori Flour Albus


Flour Albus jika dikatakan fisiologis :
1. Tidak berbau.
2. Berwarna putih bening atau putih susu.
3. Tidak gatal dan tidak terjadi terus-menerus.
4. Jumlah cairan yang keluar sedikit.

Flour Albus jika dikatakan patologis :

1. Berbau busuk atau tidak sedap


2. Berwarna keputih – putihan, kekuningan atau kehijauan.
3. Gatal dan terjadi terus-menerus
4. Jumlah cairan banyak dan akan meninggalkan bercak pada pakaian
dalam.

h) Cara Pencegahan Flour Albus


Organ intim wanita, sepertinya sangat sensitive dengan kondisi lingkungan.
Walaupun letaknya sembunyi dan tertutup, vagina harus terjaga dengan baik.
Kondisi yang lembab akan mengundang berkembang biaknya jamur dan
bakteri pathogen. Inilah salah satu penyebab flour albus. Hal yang dapat
dilakukan adalah menjaga daerah yang sensitive tersebut. Kebersihan organ
kewanitaan hendaknya dijaga dan dirawat mulai dari bangun tidur dan mandi.
Kebersihan diri terutama di daerah genetalia hendaklah diutamakan, cara
yang dapat dilakukan antara lain.
1. Cuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh alat kelamin.
2. Sesudah BAB, bersihkan dari bagian depan ke belakang agar
kuman/bakteri yang berada dibelakang tidak berpindah ke vagina.
3. Dianurkan menggunakan celana dalam yang baik sirkulasi udaranya, serta
ganti celana dalam dengan teratur.
4. Apabila terasa gatal, hindari pemakaian sabun, tetapi cuci dengan bersih
dengan air hanga, hindari mencuci sampai dengan bagian dalam vagina,
karena ini akan menghilangkan bakteri yang berguna sehingga akan
meningkatkan pertumbuhan bakteri yang memiliki efek negative atau
jamur. Jadi cukup cuci dan siram dengan air hangat bagian luarnya saja.

C. Remaja
1. Definisi Remaja
Menurut World Health Organization (WHO) (2014) Remaja atau dalam
istilah asing yaitu adolescence yang berarti tumbuh kearah kematangan.
Remaja adalah seseorang yang memiliki rentang usia 10-19 tahun. Remaja
adalah masa dimana tanda – tanda seksual sekunder seseorang sudah
berkembang dan mencapai kematangan seksual. Remaja juga mengalami
kematangan secara fisik, psikologis, maupun sosial.
Menurut Soetjiningsih (Tarwoto, et al. 2010,hlm 1) masa remaja
merupakan masa peralihan dari masa anak-anak kemasa dewasa. Remaja
putri adalah masa peralihan dari masa anak- anak ke masa dewasa yang
dialami oleh perempuan. Masa remaja sering disebut dengan masa pubertas
dan adolescence. Istilah pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan
biologis maupun fisiologis yang terjadi dengan cepat dari masa anak-anak ke
masa dewasa, terutama perubahan reproduksi. Sedangkan istilah
adolescence lebih ditekankan pada perubahan psikososial atau kematangan
yang menyertai masa pubertas.

2. Batasan Usia Remaja


Menurut WHO batasan usia remaja adalah 12 sampai 24 tahun.
Sedangkan menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia dan BKKBN
batasan usia remaja adalah antara 10 sampai 19 tahun dan belum menikah
(Widyastuti, 2019).

3. Karakteristik Remaja
Menurut Hurlock (2010) ciri – ciri remaja sebagai berikut :
1. Masa remaja sebagai masa peralihan
Peralihan dari satu tahap perkembangan ke perkembangan berikutnya
secara berkesinambungan. Pada masa ini remaja bukan lagi seorang
anak dan bukan lagi seorang dewasa.
2. Masa remaja adalah masa terjadi perubahan
Sejak awal remaja, perubahan fisik terjadi dengan past, perubahan prilaku
dan sikap juga berkembang. Ada empat perubahan yang terjadi pada
remaja, yaitu perubahan emosi, peran, minat, pola perilaku (perubahan
sikap menjadi ambivalen).

3. Masa remaja adalah masa yang penuh masalah


Masalah remaja menjadi maslah yang sulit untuk siatasi. Hal ini terjadi
karena belum jelas terbiasa menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa
meminta bantuan orang lain. Akibatnya, terkadang terjadi penyelesaian
yang tidak sesuai dengan yang diharapkan.

4. Masa remaja adalah masa mencari identitas


Indentitas diri yang dicari remaja adalah berupa kejelasan siapa dirinya di
masyarakat. Remaja tidak puas dirinya sama dengan kebanyakan orang,
ia ingin memperlihatkan dirinya sebagai individu, sementara pada saat
yang sama ia ingin mempertahankan dirinya pada kelompok sebaya.

5. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan


Ada sigma dari masyarakat bahwa remaja adalah anak yang tidak rapih,
tidak dapat dipercaya, cendrung berprilaku merusak, sehingga
menyebabkan orang dewasa harus membimbing dan mengawasi
kehidupan remaja. Stigma ini akan membuat masa peralihan remaja ke
masa dewasa menjadi sulit, karena orang tua yang mempunyai
pandangan seperti ini akan selalu mencurigai remaja, sehingga
menimbulkan dan membuat jarang antara orang tua denganremaja

6. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistis


Remaja cendrung memandang kehidupan melalui kacamatanya sendiri,
baik dalam melihat dirinya maupun orang lain, mereka belum melihat apa
adanya, tetapi menginginkan sebagaimana yang ia harapkan.

7. Masa remaja adalah ambang masa dewasa


Dengan berlalunya usia belasan, remaja yang semakin matang
berkembang dan memberi kesan sebagai seseorang yang hampir
dewasa. Ia akan memusatkan dirinya pada perilaku yang dihubungkan
dengan status orang dewasa, misalnya dalam berpakaian dan bertindak.
4. Tugas Perkembangan Remaja
Menurut Asrori dan Ali, (2010, hlm 171), beberapa tugas perkembangan
remaja adalah sebagai berikut :
1. Menjalin hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya baik
pria maupun wanita.
2. Mempelajari peran social dengan jenis kelaminnya sebagai pria atau
wanita.
3. Menerima keadaan fisiknya dengan menjaga dan melindungi dirinya
sendiri serta mampu menggunakan secara efektif.
4. Belajar tidak bersifat kekanakan dan tidak menggantungkan diri pada
orang tua
5. Mengembangkan keterampilan yang intelektual, seperti mengembangkan
konsep tentang hukum, politik, ekonomi dan kemasyarakatan.

D. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini menjelaskan hubungan antara
variabel – variabel yang akan diamati melalui penelitian yang akan dilakukan.
Variabel independen dalam penelitian ini yaitu Air Steril rebusan Daun Sirih, dan
variabel dependen adalah Flour Albus. Penelitian ini terdiri dari satu kelompok
yang di identifikasi berdasarkan keluhan keputihan sebelum dan sesudah
diberikan perlakuan daun sirih.

Skema : Kerangka Konsep Pengaruh Air Steril Rebusan Daun Sirih Dengan

Pencegahan Flour Albus Pada Remaja Putri

Variabel Independen Variabel Dependen

Air Rebusan Flour Albus Pada

Daun Sirih Remaja Putri

Keterangan :

= Variabel yang akan diteliti


E. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawbaan sementara dari pertanyaaan penelitian
atau hasil sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian
tersebut (Notoatmodjo, 2010). Hipotesis penelitian inia adalah hipotesa
alternative (Ha) yaitu ada pengaruh air steril rebusan daun sirih dengan
pencegahan flour albus pada remaja putri di SMP Negeri 19 Bandar Lampung.

Anda mungkin juga menyukai