PNEUMONIA
1. Subjektif
Keluhan utama:
Batuk
Riwayat perjalanan penyakit:
± 30 menit SMRS, pasien datang dengan keluhan kejang dalam
keadaan hamil aterm. pasien kemudian melahirkan dengan operasi sectio
caesaria, dan dirawat di ICU dengan penurunan kesadaran
2 hari setelah dirawat, pasien mengeluh batuk, dahak (+), darah (+),
nyeri dada ketika batuk (+). Pasien juga mengeluh sesak napas dan demam.
Demam dirasakan tinggi dan terus menerus.
Riwayat obat-obatan:
Tidak ada
Riwayat alergi:
Tidak ada
2. Objektif
Status generalis
Keadaan umum : Pasien tampak sakit berat
Sensorium : Compos mentis, E4M6V5 = GCS 15
Tekanan darah : 150/100 mmHg
Nadi : 120x/menit
Laju pernafasan : 30x/menit
Suhu tubuh : 39,0oC
BB : 70 kg
TB : 160 cm
IMT : 27,34 (overweight)
Skala nyeri :3
Status lokalis
Kepala : Simetris
Mata : Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-)
Leher : JVP (5-2) cmH2O, pembesaran KGB (-)
Thorax
Cor : I : Ictus kordis tidak terlihat, thrill (-)
P : Ictus kordis tidak teraba
P : Batas jantung atas ICS II, batas kanan
linea sternalis dextra, batas kiri linea mid
clavicularis sinistra ICS V
A : Bunyi jantung I-II (+) normal, HR=
120x/menit, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : I : Dada statis dan dinamis simetris kiri =
kanan, retraksi (-), sela iga melebar (-),
laju pernafasan 30x/menit
P : Stem fremitus kiri = kanan, nyeri tekan (-)
P : Sonor kedua hemithorax
A : Vesikuler (+) normal, wheezing (-), ronki
basah kasar (+)
Abdomen : I : Cembung, scar operasi (+)
P : Lemas, nyeri tekan (+), hepar dan lien
tidak teraba
P : Timpani
A : Bising usus (+) normal
Ekstremitas superior : Derformitas (-/-), sianosis (-/-), anemis (-/-),
CRT <2 detik
Ekstremitas inferior : Derformitas (-/-), sianosis (-/-), anemis (-/-),
edema pretibial (+/+)
Pemeriksaan penunjang
- Laboratorium
Hb : 10,5 g/dl
Leukosit : 25.500 /mm3
LED : 40 mm/jam
Eosinofil : 0%
Basofil : 0,1%
Neutrofil batang : 0%
Neutrofil segmen : 87,1%
Limfosit : 2,0%
Monosit : 2,0 %
Ht : 32%
Eritrosit : 5,2x106 /mm3
Trombosit : 372.000 /mm3
MCV : 52,5 FL
MCH : 20,0 pg/sel
MCHC : 32,0 g/dl
CT : 8'00''
BT : 1'30''
HbSAg : (-)
Na : 134,6 mmol/l
K : 3,43 mmol/l
Cl : 106,7 mmol/l
GDS : 107 mg/dl
Ureum : 38 mg/dl
Creatinine : 0,6 mg/dl
- Foto Toraks
Cor: Besar dan bentuk normal
Pulmo: Infiltrat di kedua paru
Sudut costophrenicus tajam
Tulang dan soft tissue baik
Kesan: Pneumonia lobaris ka-ki
DD/ Oedem pulmonum
3. Assessment
Anamnesis
Gejala-gejala pneumonia serupa untuk semua jenis pneumonia.
Gejala-gejala meliputi:
- Demam dan menggigil akibat proses peradangan
- Batuk yang sering produktif dan purulen walaupun dapat juga non
produktif
- Sputum berwarna merah karat atau kehijauan dengan bau khas
- Sesak, berkeringat, nyeri dada
- Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan hipoksia apabila infeksinya
serius.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengidentifikasi faktor pencetus
dan menyingkirkan diagnosis banding. Gejala intestinal, mual, muntah, diare,
nyeri abdomen biasanya muncul apabila infeksi disebabkan oleh Legionella
pneumoniae. Secara umum, biasanya tampak bagian dada yang sakit
tertinggal sewaktu bernafas dengan suara napas bronchial kadang-kadang
melemah. Dapat pula ditemukan ronkhi halus, yang kemudian menjadi
ronkhi basah kasar pada stadium resolusi.
Pada pasien ini, pada pemeriksaan fisik hanya ditemukan adanya ronki
basah kasar.
Pemeriksaan Penunjang
Foto Toraks
Gambaran pneumonia pada foto thorax sebenarnya sama seperti
gambaran konsolidasi radang. Prinsipnya jika udara dalam alveoli digantikan
oleh eksudat radang, maka bagian paru tersebut akan tampak lebih opaq pada
foto Roentgen. Jika kelainan ini melibatkan sebagian atau seluruh lobus
disebut lobaris pneumoniae, sedangkan jika berupa bercak yang
mengikutsertakan alveoli secara tersebar maka disebut bronchopneumoniae.
Adapun gambaran radiologis foto thorax pada pneumonia secara
umum antara lain:
a. Perselubungan padat homogen atau inhomogen
b. Batas tidak tegas, kecuali jika mengenai 1 segmen lobus
c. Volume paru tidak berubah, tidak seperti atelektasis dimana paru
mengecil. Tidak tampak deviasi trachea/septum/fissure/seperti pada
atelektasis.
d. Air bronchogram sign adalah bayangan udara yang terdapat di dalam
npercabangan bronkus yang dikelilingi oleh bayangan opaq rongga udara
yang akan tampak jelas jika udara tersebut tergantikan oleh
cairan/eksudat akibat proses inflamasi. Pada saat kondisi seperti itulah,
maka dikatakan air bronchogram sign positif (+)
e. Sillhoute sign adalah suatu tanda adanya dua bayangan benda (objek)
yang berada dalam satu bidang seakan tumpang tindih. Tanda ini
bermanfaat untuk menentukan letak lesi paru ; jika batas lesi dengan
jantung hilang, berarti lesi tersebut berdampingan dengan jantung atau di
lobus medius kanan. Maka akan disebut sebagai sillhoute sign (+)
I. Pneumonia Lobaris
Berikut ilustrasi progresifitas konsolidasi pada pneumonia lobaris :
Pada gambar (A) memperlihatkan bahwa konsolidasi awalnya
cenderung terjadi di daerah paru dekat dengan pleura visceral dan lama
kelamaan akan menyebar secara sentripetal menuju ke pori-pori kohn (pore
of kohn) yang selanjutnya akan membentuk konsolidasi pada satu segmen
(B), lalu daerah yang mengalami konsolidasi tersebut sampai mengisi 1
lobus parenkim paru sehingga pada derah bronkus yang terkena akan tampak
dengan jelas air bronchogram sign (+).
PNEUMONIA LOBARIS
PNEUMONIA INTERSISIAL
V. Pneumonia Aspirasi
Pneumonia aspirasi adalah masuknya benda atau zat asing, padat
atau cair ke dalam saluran pernafasan, inhalasi uap atau asap. Pneumonia
ini biasanya juga disebabkan oleh adanya flora orofaring normal yang
teraspirasi ke dalam saluran napas
PNEUMONIA ASPIRASI
Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium pada pneumonia umumnya tidak spesifik,
hanya menandakan adanya proses infeksi.
Leukositosis umumnya menandai adanya infeksi bakteri. Leukosit
normal/rendah dapat disebabkan oleh infeksi virus/mikooplasma atau pada
infeksi yang berat sehingga tidak terjadi respon leukosit. Leukopenia
menunjukkan depresi imunitas, misalnya neutropenia pada infeksi kuman
gram negative.
Diagnosis
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, laboratorium, dan pemeriksaan
foto toraks maka pasien ini didiagnosis dengan pneumonia.
4. Plan
Berdasarkan langkah diagnostik tersebut di atas, dokter perlu segera
menetapkan diagnosis kerja yang akan menjadi dasar strategi penanganan
selanjutnya. Yang dimaksud dengan terapi awal adalah terapi yang diberikan
pada pasien dengan diagnosis kerja kemungkinan pneumonia di ruang gawat
darurat, sebelum ada hasil pemeriksaan laboratorium dan foto toraks. Terapi
awal dapat berupa:
a. Tirah baring
b. Suplementasi oksigen
c. Pemberian obat pengencer dahak apabila terdapat batuk yang
produktif
d. Pemberian antipiretik apabila pasien demam.
Oleh karena itu, pada pasien ini diberikan terapi sebagai berikut:
- Bed rest
- O2 nasal canule 5 L/menit
- IVFD RL 1500 ml/ 24 jam
- Cefepime 2x2 gr dalam NaCl 100 mL
- Gentamicin 1x240 mg
- Nebulisasi ventolin 3x1 amp
- Furosemide 2x1 amp
- Methylprednisolone 1x125 mg
- Informasi dan edukasi pasien dan keluarga mengenai diagnosis,
tatalaksana yang diberikan, komplikasi, dan prognosis.