Anda di halaman 1dari 28

FISIOLOGI SISTEM REPRODUKSI WANITA

Disusun Oleh:
Kelompok 3

- Rita Rahmawati (88150004)


- Yossi Prasetia (88150007)
- Ida Yuli Yuniarti (88150014)
- Ismalloh Hanif (88150031)
- Mia Amelia (88150032)
- Diana Friraz P (88150034)
- Indra (88150034)
- Yonata Pratomo W (88150040)
- Ulfi Saputri (88150046)
- Gita Amelia (88150069)

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS BSI
2018

i
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan YME,


atas berkat dan rahmat-NYA makalah ini dapat di buat dan disampaikan tepat
pada waktunya. Adapun penulisan ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Reproduktive System in Nursing I makalah ini berjudul Fisiologi
Sistem Reproduksi Wanita.

Selain itu kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penulisan makalah ini. Kami juga berharap dengan
adanya makalah ini dapat menjadi salah satu sumber literatur atau sumber
informasi pengetahuan bagi pembaca.

Namun kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, kami memohon maaf jika ada hal-hal yang kurang berkenan dan
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk menjadikan
ini lebih sempurna. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bandung, 17 September 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 1

1.3. Tujuan....................................................................................................... 2

BAB II ..................................................................................................................... 3

LANDASAN TEORI .............................................................................................. 3

2.1. Anatomi dan Fisiologi Sitem Reproduksi Wanita.................................... 3

2.2. Hormon Wanita ........................................................................................ 8

2.3. Fase Menstruasi ...................................................................................... 10

2.4. Menopause ............................................................................................. 13

2.5. Fase Praovulasi ....................................................................................... 14

2.6. Fase ovulasi ............................................................................................ 15

2.7. Fase pasca ovulasi .................................................................................. 15

2.8. Oogenesis ............................................................................................... 15

2.9 Siklus seks wanita serupa dengan siklus pria. ........................................ 17

2.10. Proses Fertilisasi ................................................................................. 19

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Reproduksi adalah kemampuan makhluk hidup untuk menghasilkan
keturunan yang baru. Tujuannya adalah untuk mempertahankan jenisnya dan
melestarikan jenis agar tidak punah. Pada manusia untuk menghasilkan
keturunan yang baru diawali dengan peristiwa fertilisasi. Sehingga dengan
demikian reproduksi pada manusia dilakukan dengan cara generative atau
sexual. Untuk dapat mengetahui reproduksi pada manusia , maka harus
mengetahui terlebih dahulu organ-organ kelamin yang terlibat serta proses
yang berlangsung didalamnya. Sistem reproduksi pada manusia akan mulai
berfungsi ketika seseorang mencapai kedewasaan (pubertas) atau masa akil
balik.
Reproduksi juga merupakan bagian dari proses tubuh yang
bertanggung jawab terhadap kelangsungan suatu generasi.Untuk kehidupan
makhlukhidup reproduksi tidak bersifat vital artinya tanpa adanya proses
reproduksi makhluk hidup tidak mati. Akan tetapi bila makhluk hidup tidak
dapat bereproduksi maka kelangsungan generasi makhluk hidup tersebut
terancam dan punah, karena tidak dapat dihasilkan keturunan (anak) yang
merupakan sarana untuk melanjutkan generasi. Oleh sebab itu, sangatlah
penting bagi kita untuk mengetahui apa dan bagaimana itu sex dalam system
reproduksi kita.
Sistem reproduksi wanita terdiri atas dua bagian yaitu : (1) sistem
reproduksi eksterna (mons veneris, labia mayora, labia minora, klitoris,
vestibulum dan verineum), (2) sistem reproduksi interna (vagina, uterus,
serviks, tuba fallopii dan ovarium) (Hani dkk, 2011).

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa itu anatomi dan fisiologi sistem reproduksi pada wanita ?
2. Apa saja hormon yang dihasilkan dari sistem reproduksi wanita ?

1
3. Bagaimana fase menstruasi ?
4. Apa itu menopause ?
5. Bagaimana fase praovulasi ?
6. Bagaimana fase ovulasi ?
7. Bagaimana fase pasca ovulasi ?
8. Apa itu oogenesis ?
9. Bagaimana siklus seks wanita ?
10. Bagaimana proses fertilisasi ?

1.3. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk kita lebih memahami
dan menambah pengetahuan mengenai fungsi sistem reproduksi pada
wanita, fase-fase mentruasi

2
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1.Anatomi dan Fisiologi Sitem Reproduksi Wanita


Anatomi fisiologi sistem reproduksi wanita dibagi menjadi 2 bagian yaitu:
alat reproduksi wanita bagian dalam yang terletak di dalam rongga pelvis, dan
alat reproduksi wanita bagian luar yang terletak di perineum.
1. Alat genitalia wanita bagian luar

a. Mons veneris / Mons pubis


Disebut juga gunung venus merupakan bagian yang menonjol
di bagian depan simfisis terdiri dari jaringan lemak dan sedikit
jaringan ikat setelah dewasa tertutup oleh rambut yang bentuknya
segitiga. Mons pubis mengandung banyak kelenjar sebasea (minyak)
berfungsi sebagai bantal pada waktu melakukan hubungan seks.

3
b. Bibir besar (Labia mayora)
Merupakan kelanjutan dari mons veneris berbentuk lonjong,
panjang labia mayora 7-8 cm, lebar 2-3 cm dan agak meruncing
pada ujung bawah. Labia mayora berfungsi untuk melindungi
struktur alat kelamin yang berada di dalam dengan cara menutup.
Kedua bibir ini dibagian bawah bertemu membentuk perineum,
permukaan terdiri dari:
1) Bagian luar
Tertutup oleh rambut yang merupakan kelanjutan dari rambut
pada mons veneris.
2) Bagian dalam
Tanpa rambut merupakan selaput yang mengandung kelenjar
sebasea (lemak).
c. Bibir kecil (labia minora)
Merupakan lipatan kulit yang panjang, sempit, terletak
dibagian dalam bibir besar (labia mayora) tanpa rambut yang
memanjang kearah bawah klitoris dan menyatu dengan fourchette,
semantara bagian lateral dan anterior labia biasanya mengandung
pigmen, permukaan medial labia minora sama dengan mukosa
vagina yaitu merah muda dan basah. Fungsi dari labia minora
untuk saluran urin, pembukaan kelenjar bartholin dan juga skene
atau vestibula.
d. Klitoris
Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang
bersifat erektil, dan letaknya dekat ujung superior vulva. Organ ini
mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf sensoris
sehingga sangat sensitive analog dengan penis laki-laki. Fungsi
utama klitoris adalah menstimulasi dan meningkatkan ketegangan
seksual.
e. Vestibulum
Merupakan alat reproduksi bagian luar yang berbentuk
seperti perahu atau lonjong, terletak di antara labia minora, klitoris

4
dan fourchette. Vestibulum terdiri dari muara uretra, kelenjar
parauretra, vagina dan kelenjar paravagina. Permukaan vestibulum
yang tipis dan agak berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia,
panas, dan friksi. Fungsi dari vestibulum adalah sebagai tempat
bermuaranya uretra atau saluran kencing dan vagina.
f. Perinium
Merupakan daerah muskular yang ditutupi kulit antara
introitus vagina dan anus. Perinium membentuk dasar badan
perinium. Fungsi perineum berfungsi struktur yang mendukung
kemih, genital dan organ dalam gastrointestinal. Mereka
memainkan peran penting dalam berkemih, buang air besar,
hubungan seksual dan melahirkan.
g. Kelenjar Bartholin
Kelenjar penting di daerah vulva dan vagina yang bersifat
rapuh dan mudah robek. Pada saat hubungan seks pengeluaran lendir
meningkat. Berfungsi menghasilkan cairan, yang kemudian disalurkan
keluar melalui saluran yang disebut saluran kelenjar bartholin. Fungsi
cairan ini adalah menjaga kelembapan vagina agar dalam keadaan
sehat.
h. Hymen (Selaput dara)
Merupakan jaringan yang menutupi lubang vagina bersifat
rapuh dan mudah robek, himen ini berlubang sehingga menjadi
saluran dari lender yang di keluarkan uterus dan darah saat menstruasi.
Fungsi hymen adalah sebagai penilaian terhadap keperawanan
seorang wanita .
i. Fourchette
Merupakan lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis,
terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan labia minora.
Di garis tengah berada di bawah orifisium vagina. Suatu cekungan
kecil dan fosa navikularis terletak di antara fourchette dan himen.

5
2. Alat genitalia wanita bagian dalam

a. Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat
melipat dan mampu meregang secara luas karena tonjolan serviks
ke bagian atas vagina. Panjang dinding anterior vagina hanya
sekitar 9 cm, sedangkan panjang dinding posterior 11 cm. Vagina
terletak di depan rectum dan di belakang kandung kemih. Vagina
merupakan saluran muskulo membraneus yang menghubungkan
rahim dengan vulva. Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan
dari muskulus sfingter ani dan muskulus levator ani oleh karena itu
dapat dikendalikan. Fungsi utama vagina yaitu sebagai saluran
untuk mengeluarkan lendir uterus dan darah menstruasi, alat
hubungan seks dan jalan lahir pada waktu persalinan.
b. Uterus
Uterus (kantung peranakan) atau rahim merupakan rongga
pertemuan oviduk kanan dan kiri yang berbentuk seperti buah pir
dan bagian bawahnya mengecil yang disebut serviks (leher rahim).
Uterus manusia berfungsi sebagai tempat perkembangan zigot

6
apabila terjadi fertilisasi. Uterus terdiri dari dinding berupa lapisan
jaringan yang tersusun dari beberapa lapis otot polos dan lapisan
endometrium. Lapisan endometrium (dinding rahim) tersusun dari
sel-sel epitel dan membatasi uterus. Lapisan endometrium
menghasilkan banyak lendir dan pembuluh darah. Lapisan
endometrium akan menebal pada saat ovulasi (pelepasan ovum
dari ovarium) dan akan meluruh pada saat menstruasi.
c. Tuba Fallopi
Tuba fallopi merupakan saluran ovum yang terentang
antara kornu uterine hingga suatu tempat dekat ovarium dan
merupakan jalan ovum mencapai rongga uterus. terletak di tepi
atas ligamentum latum berjalan ke arah lateral mulai dari osteum
tubae internum pada dinding rahim. Panjang tuba fallopi 12cm
diameter 3-8cm. Dinding tuba terdiri dari tiga lapisan yaitu serosa,
muskular, serta mukosa dengan epitel bersilia.
Fungsi tuba fallopi :
1) Sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium sampai kavum
uteri.
2) Untuk menangkap ovum yang dilepaskan saat ovulasi.
3) Sebagai saluran dari spermatozoa ovum dan hasil konsepsi.
4) Tempat terjadinya konsepsi.
5) Tempat pertumbuahn dan perkembangan hasil konsepsi sampai
mencapai bentuk blastula yang siap mengadakan implantasi.
d. Ovarium
Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan
folikel menjadi ovum, ovulasi, sintesis, dan sekresi hormon –
hormon steroid. Letak: Ovarium ke arah uterus bergantung pada
ligamentum infundibulo pelvikum dan melekat pada ligamentum
latum melalui mesovarium.
e. Parametrium
Parametrium adalah jaringan ikat yang terdapat di antara ke
dua lembar ligamentum latum. Fungsinya untuk melakukan sebuah

7
pemisahan terhadap pada bagian supravaginal serviks yang
terdapat pada kandung kemih.
Batasan parametrium
1) Bagian atas terdapat tuba fallopi dengan mesosalping
2) Bagian depan mengandung ligamentum teres uteri
3) Bagian kaudal berhubungan dengan mesometrium.
4) Bagian belakang terdapat ligamentum ovarii

(Bobak, Jansen, dan Zalar, 2001)

2.2.Hormon Wanita
Hormon pada reproduksi wanita diantaranya berperan dalam
siklus menstruasi. Menstruasi adalah pendarahan secara periodik dan
siklik dari uterus yang disertai pelepasan endometrium pada pada saat
ovum tidak dibuahi. Panjang siklus menstruasi atau haid adalah jarak
antara tanggal mulainya haid yang lalu dan tanggal mulainya haid
berikutnya dengan Kisaran waktu sekitar 28 hari. Pelepasan ovum yang
berupa oosit sekunder dari ovarium disebut ovulasi, yang berkaitan
dengan adanya kerja sama antara hipotalamus dan ovarium. Hasil
kerjasama tersebut akan menstimulus atau memacu pengeluaran hormon-
hormon yang mempengaruhi mekanisme siklus menstruasi.
Organ Hormon Fungsi
Ovarium Estrogen  Pematangan dan pemeliharaan
keseluruhan sistem reproduksi wanita
 Membentuk karakteristik seks
sekunder wanita
 Penting pada proses prakonsepsi
 Penting pada pembelahan ovum
 Pembentukan karakteristik fisik yang
menarik secara seksual bagi pria
 Transport sperma dari vagina ke tuba

8
falopi
 Berpran dalam perkembangan
payudara
Progeste  Penting pada persipan lingkungan yang
ron sesuai untuk memelihara janin
 Berperan dalam kemampuan payudara
untuk menghasilkan susu
Hipofisis Luteinizi  Menstimulasi ovarium untuk
anterior ng menghasilkan ssteroid
hormone  Lonjakan pada pertengahan siklus memicu
(LH) ovulasi
Folicle  Menstimulasi ovarium untuk
stimulati memproduksi steroid
ng  Ovarium akan menghasilkan estradiol
hormone selama fase volikuler dan progesteron
(fsh) selama fase lutel.
 Lonjakan pada pertengahan siklus dengan
lbh memicu ovulasi
Plasenta human  Indikator untuk mendeteksi kehamilan
chorioni  Untuk mempertahankan produksi
c progesteron corpus luteum sampai plasenta
gonadotr dapat mengambil alih peran produksi
opin progesteron pada usia gestasi sekitar 6-8
( hcg) minggu. Progesteron diperlukan untuk
keberhasilan proses kehamilan awal
Hipofisis Prolaktin  Meningkatkan jumlah sel penghasil asi,
anterior , sehingga payudara dapat memproduksi asi
placenta dengan optimal
Hipofisis Oksitosi  Merangsang kontraksi rahim diakhir
posterior n kehamilan
 Merangsang penyusutan rahim pada saat

9
masa nifas
 Merangsang pengeluaran air susu
Uterus Prostagl  Merangsang kontraksi persalinan
andin

2.3.Fase Menstruasi
Fase menstruasi atau haid terjadi apabila ovum tidak dibuahi sperma ,
sehingga korpus luteum akan menghentikan produksi hormon estrogen dan
progesteron. Turunnya kadar estrogen dan progesteron menyebabkan lepasnya
ovum dari dinding uterus yang menebal ( endometrium). Lepasnya ovum
tersebut menyebabkan endometrium sobek atau meluruh, sehingga
dindingnya menjadi tipis . Peluruhan pada endometrium yang mengandung
pembuluh darah yang menyebabkan terjadinya pendarahan pada fase
menstruasi. Pendarahan ini biasanya berlangsung selama 3-5 hari volume
darah yang di keluarkan rata- rata 50ml. Keluhan yang mungkin terjadi
menjelang atau selagi mestruasi iyalah perut agak nyeri, payudara agak nyeri,
dan mudah tersinggung.

Sistem reproduksi wanita memperlihatkan perubahan siklik teratur yang


secara teleologi bisa dianggap sebagai persiapan periodik bagi fertilisasi dan
kehamilan. Dalam primata siklus ini merupakan siklus menstruasi atau
gambaran paling menyoloknya perdarahan vagina perodik yang timbul dengan
pelepasan mukosa uterus (menstruasi). Lama siklus ini terkenal berfariasi
dalam wanita, tetapi gambaran rata rata 28 hari dari mulai 1 masa menstruasi
ke mulai berikutnya. Dengan penggunaan lazim, hari siklus di identifikasi
menurut angka yang dimulai dengan hari pertama menstruasi.

10
Ket. Siklus menstruasi dikendalikan oleh kelenjar pituitari kelenjar ini
menghasilkan hormon yang merangsang ovarium untuk menghasilkan
estrogen dan progesteron, dan memicu dilepaskannya sebuah sel telur pada
saat yang sama. Lapisan dinding rahim mengalami siklus perubahan.

Fase haid ditandai oleh pengeluaran darah dan sisa endometrium dari
vagina. Berdasarkan konvensi, hari pertama haid sebagai permulaan siklus
baru. Saat ibu bersamaan dengan pengakhiran fase luteal ovarium dan
dimulainya fase folikular. Sewaktu korpus luteum berdegenasi karena tidak
terjadi fertilisasi dan implantasi ovum yang dibebaskan selama siklus
sebelumnya, kadar progesteron dan estrogen darah turun tajam. Karena efek
akhir progesterondan estrogen adalah mempersiapkan endometrium untuk
implantasi ovum yang dibuahi, terhentinya sekresi hormon steroid ini
menyebabkan lapisan dalam uterus yang kaya vaskular dan nutrien ini
kehilangan hormon hormon penunjangnya.

Turunnya kadar hormon ovarium juga merangsang pembebasan suatu


prostaglandin uterus yang menyebabkan vasokontriksi pembuluhpembuluh
endometrium, menghambat aliran darah ke endometrium. Penurunan
penurunan o2 yang terjadi kemudian menyebabkan kematian endometrium,
termasuk pembuluh darahnya. Pendarahan yang terjadi melalui kerusakan
pembuluh darah ini membilas jaringan endometrium kedalam lumen uterus.
Sebagian besar lapisan dalam uterus terlepas selama haid kecuali sebuah
lapisan tipis dalam berupa sel epitel dan kelenjar, yang menjadi asal

11
regenerasi endometrium. Prostaglandin uterus yang sama juga merangsang
kontraksi ringan ritmikmiometrium uterus. Kontraksi ini membantu
mengeluarkan darah dan sisa endomentrium dari rongga uterus keluar melalui
vagina sebagai darah haid. Kontraksi uterus yang terlalu kuat akibat produksi
yang berlebihan prostaglandin menyebabkan dismenore (keram haid) yang
dialami oleh sebagian wanita.

Pengeluaran darah rerata selama 1x haid adalah 50 hingga 150ml. Darah


yang merembes pelan melalui endometrium yang berdegenerasi membeku
didalamrobgga uterus, kemudian diproses oleh fibrinolisin, suatu pelarut fibrin
yang menguraikan fibrin membentuk anyaman bekuan. Kerena itu, darah haid
biasanya tidak membeku karena telah membeku didalam uterus dan bekuan
tersebut telah larut sebelum keluar vagina. Namun, jika darah mengalir deras
melalui pembuluh yang rusak, darah menjadi kurang terpajan ke
fibrinolisinsehingga jika darah haid banyak dapat terlihat bekuan darah. Selain
darah dan sisa endometrium, darah haid mengantung banyak leukosit sel sel
darah putih ini berperan penting dalam mencegah infeksi pada endometrium
yang “terbuka” ini.

Haid biasanya berlangsung selama 5 hingga 7 hari setelah degenerasi


korpus luteum, bersamaan deengan bagian awal fase folikular ovarium.
Penggantian efek progesteron dan estrogen pada degenerasi korpus luteum
menyebabkan terkelupasnya endometrium (haid) dan terbentuknya folikel
folikel baru di ovarium dibawah pengaruh hormon gonadotopik yang
kadarnya meningkat. Turunnya sekresi hormon gonad menghilangkan
pengaruh inhibitorik dari hipotalamus dan hipofisis anterior sehingga sekresi
FSH dan LH meningkat dan fase folikularbaru dapat dimulai. Setelah 5 hingga
7 hari dibawah pengaruh FSH dan LH, folikel folikel yang baru berkembang
telah menghasilkan cukup ekstrogen untuk mendorong perbaikan dan
pertumbuhan endometrium.

A. Fase proliferatif dengan demikian darah haid berhenti, dan fase


proliferatif siklus uterus dimulai bersamaan dengan bagian terakhir fase
volikular ovarium ketika endometrium mulai memperbaiki diri dan

12
berprolifiasi dibawah pengaruh estrogen dari folikel folikelyabg baru
berkembang. Saat aliran darah berhenti, yang tersisa adalah lapisan
endometrium tipis dengan ketebalan kurang dari 1mm. Estrogen
merangsang proliferasi sel epiter, kelenjar, dan pembuluh darah di
endometrium, meningkatkan ketebalan lapisan ini menhadi 3 hingga 5 mm.
Fase proliperatif yang didominasi oleh estrogen ini berlangsung dari akhir
haid hibgga ovulasi. Kadar puncak estrogen memicu lonjakan LH yang
menjadi penyebab ovulasi.

B. Fase Sekretori, atau progestasional. Setelah ovulasi, ketika terbentuk


korpus luteum baru, uterus masuk ke fase sekretori, atau progestasional
yang bersamaan waktunya dengan fase luteal ovarium. Korpus luteum
mengeluarkan sejumlah besar progesteron dan estrogen. Progesteron
mengubah endometrium tebal yang telah dipersiapkan oleh estrogen
menjadi jaringan kaya faskulr dan glikogen. Fase ini disebut fase
sekretorik karena kelenjar endometrium aktif mengeluarkan glikogen
kedalam uterus untuk makanan awal embrio yang sedanf berkembang
sebelum implantasinya, atau fase progestasional (“ sebelum kehamilan”)
yang merujuk kepada lapisan subur endometrium yang mampu menopang
kehidupan awal mudigah setelah berimplantasi. Jika pembuahan dan
implantasi tidakterjadi, korpus luteum berdegenerasi dan fase folikular dan
fase haid baru dimulai kembali.

2.4.Menopause
Berhentinya daur haid seorang wanita pada Menopause ketika usia
antara 45 dan 55 secara tradisional dikaitkan dengan terbatasnya pasokan
folikel yang ada sejak lahir. Menurut pandangan ini, jika cadangan ini habis,
siklus ovarium, dan karenanya daur haid, berhenti.
Menopause didahului oleh suatu periode kegagalan ovarium progresif
yang ditandai oleh peningkatan daur ireguler dan kemerosotan kadar estrogen.
Periode transisi keseluruhan dari kematangan seksual hingga terhentinya
kemampuan reproduksi ini dikenal sebagai klimakterik, atau perimenopause.

13
Produksi estrogen ovarium menurun dari sebanyak 300 mg per hari
menjadi hampir nol. Namun, wanita pascamenopause bukannya tidak
memiliki estrogen sama sekali karena jaringan lemak, hati, dan korteks
adrenal terus menghasilkan hingga 20 mg estrogen per hari. Selain
berakhirnya daur ovarium dan haid, hilangnya estrogen ovarium setelah
menopause menimbulkan banyak perubahan fisik dan emosional. Perubahan-
perubahan ini mencakup kekeringan vagina, yang dapat menimbulkan rasa
tidak nyaman selama hubungan seks, dan atrofi bertahap organ genital.
Namun, wanita pasca menopause tetap memiliki hasrat seks karena
pengaruh adrenal mereka. Karena estrogen memiliki efek fisiologik yang luas
diluar sistem reproduksi, penurunan drastis estrogen ovarium pada menopause
memengaruhi sistem tubuh lain, terutama tulang dan sistem kardiovaskuler.
Estrogen membantu pembentukan tulang yang kuat, melindungi wanita
pramenoupause dari osteoporosis. Penurunan estrogen pasca menopause
meningkatkan aktivitas osteoklas pelarut-tulang dan menurunkan aktivitas
oateoblas penghasil-tulang. Akibatnya adalah berkurangnya kepadatan tulang
dan meningkatnya insidensi fraktur tulang. Berkurangnya estrogen pada
menopause menyebabkan kontrol aliran darah menjadi tak stabil, terutama di
pembuluh kulit. Penungkatan sementara akiran darah hangat melalui
pembuluh-pembuluh superfisial ini merupakan penyebab "hot flashes" yang
sering menyertai menopause. Stabilitas vasomotor secara bertahap pulih pada
wanita pasca menopause sehingga hot flashes ini akhirnya mereda.

2.5.Fase Praovulasi
Fase praovulasi atau akhir siklus menstruasi, hipotalamus
mengeluarkan gonadtropin. Gonadtropin merangsang hipofisis untuk
mengeluarkan FSH. Adanya fsh merangsang pembentukan kolikel primer di
dalam ovarium yang mengelilingi satu oosit primer . Folikael primer dan oosit
primer akan tumbuh sampai hari ke-14 hingga folikel menjadi matang atau
disebut folikel de graaf dengan ovum di dalamnya. Selama pertumbuhannya,
folikel juga melepaskan hormon estrogen. Peningkatan konsentrasi estrogen
selama pertumbuhannya folikel juga mempengaruhi seviks untuk
mengeluarkan lendir yang bersifat basa. Lendir yang bersifat basa ini

14
berguna untuk menetralkan sifat asam pasa serviks agar lebih mendukung
lingkungan hidup sperma

2.6.Fase ovulasi
Pada saat mendekati fase ovulasi atau mendekati hari ke-14 terjadi
perubahan produksi hormon. Peningkatan kadar estrogen selama praovulasi
menyebabkan reaksi umpan balik negatif atau penghambatan terhadap
pelepasan fsh lebih lanjut dari hipofisis. Penurunan konsentrasi fsh
menyebabkan hipopisis melepaskan LH.

2.7.Fase pasca ovulasi


Pada fase ini, folikel de graaf yang gitu nggak kan oleh oosit sekunder
karena pengaruh Lh dan FSH akan berkerut dan berubah menjadi korpus
luteum. Korpus luteum tetap memproduksi estrogen dan hormon lainnya yaitu
progesteron. Progesteron mendukung kerja estrogen dengan menebalkan
dinding dalam uterus atau endometrium dan menumbuhkan pembuluh darah
pada endometrium. Progesteron juga merangsang seksresi lendir pada vagina
dan pertumbuhan kelenjar susu pada payudara. Proses pasca ovulasi ini
berlangsung pada hari ke-15 sampai hari ke-28. Namun, bila sekitar hari ke-
26 bila terjadi pembuahan, korpus luteum akan berbah menjadi albikans.
Korpus albikans mempunyai kemampuan produksi estrogen dan progesteron
yang rendah, sehingga konsentrasi estrogen sehingga konsentrasi akan
menurun.

2.8.Oogenesis
Oogenesis merupakan proses pembentukkan ovum didalam ovarium.
Didalam ovarium terdapat oogonium (oogonia = jamak) atau sel indung telur.
Oogonium bersifat diploid dengan 46 kromosom atau 23 pasang. Oogonium
bersifat diploid dengan 46 atau 23 pasang kromosom. Oogonium akan
memperbanyak diri dengan cara mitosis membentuk oosit primer. Oogenesis
telah dimulai saat bayi wanita masih di dalam kandungan, yaitu pada saat bayi
berusia 5 bulan dalam kandungan. Pada saat bayi wanita berusia 6 bulan, oosit
primer akan membelah secara meiosis. Namun meiosis tahap pertama pada
oosit primer ini tidak dilanjutkan sampai bayi wanita tumbuh menjadi anak

15
wanita yang mengalami pubertas. Oosit primer tersebut berada pada keadaan
istirahat (dorman).

Pada saat bayi wanita lahir, di dalam tiap ovariumnya mengandung


sekitar satu juta oosit primer. Saat mencapai pubertas, anak wanita hanya
mempunyai sekitar 200.00 oosit primer saja. Sedangkan oosit lainnya
mengalami degenerasi selama pertumbuhannya.

Saat memasuki masa pubertas, anak wanita akan mengalami


perubahan hormone yang menyebabkan oosit primer melanjutkan meiosis
tahap pertamanya. Oosit yang mengalami meiosis I akan menghasilkan dua sel
yang tidak sama ukurannya. Sel oosit pertama merupakan oosit yang
berukuran normal (besar) yang disebut oosit sekunder, sedangkan sel yang
berukuran lebih kecil disebut badan polar pertama (polosit primer).

Selanjutnya oosit sekunder meneruskan meiosis II (meiosis kedua).


Namun pada meiosis II, oosit sekunder tidak langsung diselesaikan sampai
tahap terakhir, melanikan berhenti sampai terjadi ovulasi. Jika terjadi
fertilisasi, oosit sekunder akan mengalami degenerasi. Namun jika ada
penetrasi sperma, maka meiosis II pada oosit sekunder akan dilanjutkan
kembali. Akhirnya meiosis II pada oosit sekunder akan menghasilkan satu sel
besar yang disebut ootid dan satu sel kecil yang disebut badan polar kedua
(polosit sekunder). Badan polar pertama juga membelah menjadi dua badan
polar kedua. Akhirnya ada tiga badan polar dan satu ootid yang akan tumbuh
menjadi ovum dari oogenesis setiap satu oogonium.

Oosit dalam oogonium berada di dalam suatu folikel telur. Folikel telur
atau disingkat folikek merupakan sel pembungkus penuh cairan yang
mengelilingi ovum. Folikel berfungsi menyediakan sumber makanan bagi
oosit. Folikel juga mengalami perubahan seiring dengan perubahan oosit
primer menjadi oosit sekunder hingga terjadi ovulasi. Folikel primer muncul
pertama kali untuk menyelubungi oosit primer. Selama tahap meiosis I pada
saat oosit primer, folikel primer menjadi folikel sekunder. Pada saat terbentuk
oosit sekunder, folikel sekunder berkembang menjadi folikel tersier. Pada
masa ovulasi, folikel teriser berkembang menjadi folikel de Graaf (folikel

16
matang). Setelah berubah menjadi korpus luteum. Jika tidak terjadi fertilisasi,
korpus luteum akan mengerut menjadi korpus albikans.

2.9 Siklus seks wanita serupa dengan siklus pria.


Kedua jenis kelamin mengalami ke 4 pase siklus seks yg sama eksitasi,
plateuae, orgasme, dan resolusi . Selain itu , mekanjsme pisiologik yg
mendasari organisme pada hakikat nya sama pada peria dab wanita.

Fase eksitasi pada wanita dapat di mulai oleh rangsamg pisik atau
spikologis. Stimulasi taktil pada clitoris dan daerah perinium sekitar
merupakan rangsangan seks yg sngat kuat. Rangsangan ini memicu replek
spinal yang menyababkan pasodilatasi arteriol, melalui sinyal parasimpatis,
diseluruh vagina dan genitalia ekternal, khususnya clitoris, masuknya alitan
darah terbukti dari pembnengkakan radium dan ereksi clitoris. Klitoris sperti
hormonlomnya pada peria, penis trutama terdiri dari jaringan erektil.
Berlawanan dgn miskomsepdi yg biasa, klitoris lebih besar di bandingkan
bagisn yg terlihat dari luar. Sebagian besar clitoris terletak di dalam dan terdiri
dari bulbus interna yg bebas dan mengandung banyak pemulu darah yg
mengelilingi uretra dan vagina.

Bulbus ini di penuhi oleh darah selama ereksi. Manfaat fusingonal ereksi
ini belum jelas. Ilmuan bersepekulasi bahwa ereksi dapat

a. Memeras uretra yang tertutup untuk mencegah kontaminasi saluran urin


selama aktivitas social
b. Mendukung dinding vagina selama penetetrasi penis
c. Meningkatkan sinyal kesenagan

Vasokongesti kalpiler vagina memaksa cairan keluar dari pembulu darah


dan masuk ke dalam lumen vagina. Cairan ini, yang merupakan tanda positif
pertama keaadaan terangsang seksual, berfungsi sebagai pelumas utama untuk
hubungan kelamin. Pelumas tambahan berasal dari sekresi mukus dari pria dan
mukus yang di keluarkan selama rangsangan seksual dari kelenjar-kelenjar
yang terletak di luabng luar vagina. Selama fase eksitasi pada wanita, puting
payudara juga menjadi tegak dan peyudara membesar akibat vasokongesti.

17
Selain itu, sebgaian besar wanita memperlihatkan seks flush selama periode ini,
yang di sebabkan oleh pningkatnya aliran ke kulit.

Selama fase plateal,perubahan-perubahan yang timbul pada fase eksitasi


menjadi semakin inten, sementara terjadi respon sistemik serupa dengan yang
di jumpai pada pria (misalnya meningkatkan peningkatan jantung, tekanan
darah, pernafasan,dan ketegangan otot). Vasokongnestil lebih lanjut sepertiga
bawah vagina selama waktu ini mengurangi kapasitas bagian dalam sehingga
vagina mengencang di sekitar penis yang masuk, meningkatkan sensasi taktil
bagi wanita dan pria. Secara bersamaan, uterus terangkat, mengankat servik
dan memperbesar dua pertiga bagian atas vagina. Efek balon, atau tenting efek ,
ini menciptakan ruang untuk peletakan ejakulat.

Jika rangsangan erotik berlanjut maka respon seks akan memuncak dalam
organisme sewaktu inful simpati memicu kontraksi ritmik otot-otot panggul
dengan interval 0.8 detik. (Seperti pada pria.) kontaksi terutama paling kuat
sepertiga bawah saluran vagina yang membengkak. Respon sistemik yang
identik dengan yang di jumpai pada organisme pria juga terjadi.pada.
kenyataannya, pengalaman oragnisme pada wanita sejajar dengan yang terjadi
pada pria dengan dua pengecualian.

Pertama, pada wanita tidak terjadi ejakulasi. Kedua, wanita tidak


mengalami retrakter setelah satu orgasme sehinga mereka dapat merespon
terhadap stimulasi erotik berikutnya dan mencapai orgasme multipel. Jika
rangsangan ini berkelanjutan, intensitas seksual setelah orgasme hanya
berkurang ketingkat dan dapat dibawa kembali kepuncak. Wanita diketahui
dapat mencapai orgasme hingga 12 kali berturut- turut dengan cara ini.

Selama resolusi, fase kongnesti menifestasi sistemik secara bertahap


mereda, seperti pada pria pase ini adalah saat relaksi fisik paling besar pada
wanita.

18
2.10. Proses Fertilisasi
Fertilisasi adalah penyatuan gamet pria dan wanita, dalam keadaan
normal di ampula, yaitu ⅓ atas oviduktus. Oleh sebab itu, baik ovum maupun
sperma harus diangkut dari tempat produksi mereka di gonad ke ampula.

A. TRANSPOR OVUM KE OVIDUKTUS

Tidak seperti saluran reproduksi pria, yang memiliki lumen kontinu dari
tempat produksi di tubulus seminiferous hingga tempat keluar sperma saat
ejakulasi (uretra), ovarium tidak berkontak langsung dengan saluran
reproduksi. Ovum dilepaskan ke dinding abdomen pada saat ovulasi.
Namun, dalam keadaan normal, ovum segera diambil oleh oviduktus.
Ujung oviduktus yang melebar (Gambar 2.3) menjulur membungkus
ovarium dan mengandung fimbria, tonjolan mirip jari yang berkontraksi
dengan gerakan menyapu untuk menuntun ovum yang baru di bebaskan ke
dalam oviduktus (Gambar 2.3.).

(Gambar 2.3)

19
Selain itu, fimbria dilapisi oleh silia (tonjolan halus mirip rambut
yang berdenyut dalam gelombang-gelombang mengarah ke interior
oviduktus) yang ikut menjamin mengalirnya ovum ke dalam oviduktus.
Didalam oviduktus, ovum cepat didorong oleh kontraksi peristaltic dan
efek silia pada ampula.

Konsepsi dapat terjadi selama rentang waktu yang sangat terbatas dari
setiap siklus (masa subur). Jika tidak di buahi, ovum mengalami
disintegrasidalam 12-24 jam lalu difagosit oleh sel-sel yang melapisi
dalam saluran reproduksi. Karna itu, fertilisasi harus terjadi dalam 24 jam
setelah ovulasi, ketika ovum masih hidup. Sperma biasanya bertahan
hidup sekitar 48 jam, tetapi dapat tetap hidup 5 hari didalam saluran
reproduksi wanita, sehingga sperma yang diletakkan 5 hari sebelum
ovulasi hingga 24 jam setelah ovulasi dapat membuahi ovum yang di
bebaskan, meskipun waktu-waktu ini dapat sangat bervariasi.

Kadang-kadang ovum gagal disalurkan ke oviduktus dan tetap berada


di rongga abdomen. Meskipun jarang, ovum mengalami pembuahan dan
menyebabkan kehamilan ektopik abdomen, yaitu telur yang telah dibuahi
tertanam di anyaman pembuluh darah ke organ-organ pencernaan dan
bukan di tempat lazimnya di uterus (Ektopik artinya salah tempat).
Kehamilan abdomen ini sering menyebabkan perdarahan yang
mengancam nyawa karena aliran darah organ pencernaan tidak
dipersiapkan untuk berespon secara benar terhadap implentasi selayaknya
endometrium. Jika kehamilan tak lazim ini dibiarkan berlanjut hingga
aterm, bayi harus dilahirkan secara bedah karena tidak tersedia pintu
keluar normal melalui vagina. Kemungkinan penyulit pada ibu saat lahir
sangat besar karena pembuluh darah pencernaan tidak di rancang untuk
“menambal sendiri” setelah persalinan seperti halnya endometrium.

B. TRANSPOT SPERMA KE OVIDUKTUS

Setelah di endapkan di vagina saat ejakulasi, sperma harus berjalan


melewati kanalis servikalis, lalu uterus dan kemudian hingga ke sel telur
di sepertiga atas oviduktus (gambar). Sperma pertama tiba di oviduktus

20
setengah jam setelah ejakulasi. Meskipun sperma dapat bergerak melalui
kontraksi mirip pecut ekor mereka, 30 menit adalah waktu yang terlalu
singkat bagi mobilitas sperma sendiri untuk membawa diri mereka sendiri
ke tempat pembuahan. Untuk menempuh perjalanan jauh ini sperma
memerlukan bantuan saluran reproduksi.

Hambatan pertama adalah melewati kanalis servikalis. Hampir


sepanjang siklus, mucus serviks menjadi terlalu kental untuk
memungkinkan penetrasi sperma. Mucus serviks menjadi cukup encer dan
tipis untuk melewatkan sperma hanya jika kadar estrogen tinggi, ketika
folikel matang siap untuk berovulasi. Sperma bermigrasi naik melewati
kanalis servikalis dengan kemampuannya sendiri. Saluran ini hanya dapat
dilewati selama 2 hingga 3 hari dalam setiap siklus haid, sekitar waktu
ovulasi.

Setelah sperma masuk ke uterus, kontraksi myometrium mengaduk-


aduk sperma seperti mesin cuci dan dengan cepat menyebabkan sperma
tersebar ke seluruh rongga uterus. Ketika mencapai oviduktus, sperma
terdorong ke tempat pembuahan di ujung atas oviduktus oleh kontraksi
otot polos ovicuktus yang mengarah ke atas. Kontraksi myometrium dan
oviduktus yang mempermudah transport sperma ini di induksi oleh kadar
estrogen yang tinggi tepat sebelum ovulasi, yang dibantu oleh
prostaglandin semen.

FERTILISASI

Bahkan disekitar waktu ovulasi, saat sperma dapat menembus kanalis


servikalis, dari ratusan juta sperma yang diletakkan dalam satu ejakulasi,
hanya beberapa ribu yang dapat mencapai tempat fertilisasi (Gambar 2.4)
Sedemikian kecilnya persentase sperma yang diletakkan yang dapat
mencapai tujuan merupakan penyebab mengapa kontraksi sperma harus
sangat tinggi (20 juta/ml semen) agar seorang pria dapat dianggap subur.
Penyebab lain adalah bahwa diperlukan enzim-enzim akrosom dari banyak
sperma untuk menembus sawar yang mengelilingi ovum (gambar 2.4.)

21
(Gambar 2.4.)

Ekor sperma digunakan untuk bergerak bagi penetrasi akhir ovum. Untuk
membuahi sebuah ovum, sebuah sperma mula-mula harus melewati korona
radiata dan zona pelusida yang mengelilingi sel telur. Sperma menembus
menembus korona radiate dengan memakai enzim-enzim terikat membran di
membran permukaan yang beradaan mengelilingi kepala sperma (gambar
2.4). Sperma dapat menembus zona pelusida hanya setelah berikatan dengan

22
reseptor spesifik di permukaan lapisan ini. Mitra pengikatan Antara sperma
dan ovum baru-baru ini ditemukan.

Dalam satu jam, nukleous sperma dan sel telur menyatu berkat adanya
suatu sentrosom (pusat organisasi mikro tubulus; yang disediakan oleh
sperma yang membentuk mikrotubulus untuk membawa kromosom pria dan
wanita bersama untuk bersatu. Selain untuk membagikan sebagian
kromosomnya ke ovum yang terfertilisasi, yang sekarang disebut zygot,
sperma pemenang ini juga mengaktifkan enzim-enzim ovum yang esensial
bagi perkembangan awal mudigah. Karna ini, fertilisasi menyelesaikan 2
kejadian yang mengombinasikan gen dari kedua orang tua untuk
membentuk sesuatu organisme yang unik dari segi genetic dan mengatur
perkembangan organisme tersebut.

(Gambar 2.5)

23
BAB III

PENUTUP

3.1.Kesimpulan
Dari uraian yang diuraikan dalam bab pembahasan diatas, maka dapat
disimpulkan sbb :
1. Bagian-bagian dari sistem reproduksi wanita terdiri dari bagian dalam dan
luar.
2. Dalam proses oogenesis, oogonium (oosit primer) akhirnya berkembang
menjadi sel telur dan badan kutub melalui pembelahan meiosis.
3. Ovulasi adalah proses keluarnya sel telur (ovum) ke ovarium.
4. Fertilisasi adalah proses bertemunya sel ovum dan sel sperma yang terjadi
di dalam saluran reproduksi wanita.
5. Dalam proses kehamilan Zigot berkembang secara bertahap yang akhirnya
menjadi calon janin dalam uterus.
6. Ada beberapa tahapan dalam sikuls menstruasi yaitu fase menstruasi, fase
pra ovulasi, fase ovulasi dan fase pasca ovulasi.

3.2. Saran
Demikianlah makalah yang kami buat ini, mudah – mudahan apa yang
saya paparkan bisa menjadi tambahan pengetahuan bagi kita semua untuk
lebih mengenal mengenai system reproduksi wanita. Kami menyadari apa
yang kami paparkan dalam makalah ini tentu masih belum sesuai apa
yang di harapkan dengan ini saya berharap masukan yang lebih banyak
lagi dari guru pembimbing dan teman – teman semua.

24
DAFTAR PUSTAKA

Koes irianto, 2012 Anatomi dan Fisiologi, Bandung : Penerbit Alfabeta

Sherwood Lauralee, 2016 Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, Jakarta : EGC

25

Anda mungkin juga menyukai