Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM MIKROTEKNIK
PEMBUATAN PREPARAT KUTIKULA DAUN PURING
Codiaeum sp.

Disusun Oleh :
Kelompok IV
Puji Lestari 16304241007
Umi Walidatul F 16304241039
Reza Kharisma 16304241024

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2018
Pembuatan Preparat Kutikula Daun Puring Codiaeum sp.
A. Tujuan
Membuat cetakan epidermis daun pada kutikula dengan melarutkan mesofilnya
B. Metode
1. Alat dan Bahan
a. Alat b. Bahan
1) Pinset 1) Hidrogen Peroksida
2) Kuas 2) Kristal Tetrasodium pirosofat
3) Pipet tetes 3) Laruan safranin
4) Gelas beker 4) Gliserin jeli
5) Inkubator
6) Gelas petri

2. Cara Kerja
a. Menyiapkan daun yang akan dibuat preparatnya dengan mencuci, mengelap,
dan memotong daun dengan ukuran 5 mm x 5 mm.

b. Merendam potongan daun kedalam botol yang berisi Hidrogen Peroksida


(H2O2).
c. Mengoven potongan daun dengan suhu 55°C selama seminggu. Dilakukan
penambahan air secara berkala untuk menjaga larutan dalam botol tidak kering.

d. Membilas potongan daun dari H2O2 dan memisahkan kutikula daun dari
jaringan yang telah rusak dengan menggunakan bantuan kuas.

e. Merendam kutikula yang telah bersih ke dalam safranin selama 3-5 menit.
Kemudian membilasnya hingga potongan daun bersih yang ditandai dengan
tidak berwarnanya air yang digunakan untuk membilas.
f. Meletakkan kutikula yang telah dibilas di tengah-tengah gelas objek dengan air
di sekitaran kutikula dan gelas objek telah diserap dengan menggunakan cotton
bud. Kemudian dilakukan penambahan sedikit gliserin di atas kutikula.

g. Meletakkan paraffin di pojok-pojok gelas penutup kemudian memanaskan


preparat di dekat api Bunsen agar paraffin mencair.

h. Melalakukan pengecekan preparat yang telah jadi di bawah mikroskop.


Kemudian melabelinya.
C. Hasil dan Pembahasan
Praktikum pembuatan preparat kutikula daun yang dilaksanakan pada tanggal
4 Oktober hingga 11 Oktober diperoleh hasil sebagai berikut :

Gb. Preparat Kutikula Bawah Daun Puring


Berdasarkan gambar tersebut dapat diketahui bahwa preparat yang dibuat
merupakan preparat kutikula daun bagian bawah, yakni ditandai dengan banyaknya
stomata daun yang ditemukan. Berdasarkan hasil tangkapan gambar di bawah
mikroskop tersebut, preparat kutikula bagian bawah daun puring ini memiliki warna
yang tidak merata, tidak terlalu bersih, banyak bercak hitam ditemukan di beberapa
bagian preparat, serta tepinya sedikit menggulung.
Warna yang tidak merata pada preparat kutikula bawah daun puring ini
disebebkan karena waktu perendaman dengan menggunakan safranin yang kurang
lama. Sehingga belum semua bagian menyerap secara sempurna warna yang diberikan.
Tidak stablinya proses pencelupan, yakni dengan memiringkan wadah, menjadi salah
satu faktor yang mendukung hanya beberapa bagian saja yang mampu menyerap warna
lebih banyak. Dalam literature telah disebutkan, safranin memiliki kemampuan untuk
mewranai seluruh bagian jaringan tumbuhan (Suntoro, 1983), sehingga apabila
preparat kutikula tidak terwarnai dengan merata terjadi karena adanya kesalahan teknis
pada proses perendammnya bukan karena pewarna yang digunakan.
Preprata kutikula bawah daun puring yang terlihat tidak bersih. Hal ini dapat
dilihat dari tidak tegasnya garis antar sel. Tidak bersihnya preparat bisa jadi terjadi
karena proses pemisahan kutikula daun dengan jaringan lainnya yang kurang bersih.
Sehingga bagian jaringan lain masih terbawa ketika dilakukan proses perendaman
warna hingga fiksasi dengan gliserin jel. Terlalu tipisnya daun yang digunakan menjadi
penyebab kesulitan proses pemisahan antara kutikula dengan jaringan lainnya
meskipun sudah dilakukan perendaman dengan hidrogen peroksida selama 7 hari
dengan bantuan percepatan melalui proses pengovenan.
Banyaknya bercak hitam yang ditemukan pada preparat kutikula bawah daun
puring yang telah dibuat disebabkan karena terjadinya kesalahan pada teknik
pemanasan. Kesalahan terjadi saat proses pemanasan setelah pemberian gliserin jel dan
parafin pada pojok-pojok gelas penutup, yang mana bertujuan untuk mencairkan
parafin dan gliserin jel agar preparat tertutup rapat. Pada waktu pemanasan, preparat
dilalukan terlalu dekat dengan api pada bagian tengahnya, sehingga terlalu panas dan
menyebabkan timbulnya bercak hitam atau gosong. Hal ini tidak akan terjadi atau dapat
diminimalisir apabila proses pemanasan dilakukan tidak terlalu dekat dengan api, dan
yang dipanaskan adalah bagian tepi yang terdapat parafinnya saja.
Kondisi preparat kutikula bawah daun puring yang menggulung disebabkan
karena struktur daun yang digunakan terlalu tipis, sehingga ketika terkena sedikit
gesekan pada proses pembuatan preparat mengalami penggulungan dan luput dari
perhatian setelah proses penambahan gliserin jel.
Secara umum, meskipun banyak kesalahan-kesalahan yang terjadi pada hasil
preparat kutikula bawah daun puring yang telah dibuat, tidak menjadikan preparat
menjadi tidak representatif untuk digunakan dalam suatu praktikum pengamatan
preparat kutikula daun di kemudian hari. Preparat yang dibuat masih cukup
representative apabila digunakan. Penggunaan perbesaran yang kuat pada pengamatan
mengunakan mikroskop akan membantu hasil yang lebih baik.
D. Kesimpulan
Berdasarkan hasi percobaan maka dapat disimpulkan bahwa preparat kutikula
daun dapat dibuat dengan cara melarutkan mesofilnya menggunakan hidrogen
peroksida dengan bantuan pengovenan selama 7 hari, yang kemudian dilakukan
pencucian dan pewarnaan menggunakan safranin, dilanjutkan fiksasi dengan bantuan
gliserin jeli dan parafin diatas bunsen, dan diakhiri dengan melakukan pengecekan hasl
preparat dibawah mikroskop.

E. Daftar Pustaka
Suntoro, H. 1983. Metode Pewarnaan (Histologi & Histokimia). Jakarta : Bhratara
Karya Aksara.

Anda mungkin juga menyukai