PENDAHULUAN
1
BAB II
LAPORAN KASUS
Jam : 10 : 20 WIB
STATUS PASIEN
ANAMNESIS PRIBADI
Nama : M. Aji
Umur : 65 Tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Bebesan
No. MR : 126045
ANAMNESIS PENYAKIT
2
RPT : Pasien menyangkal pernah mengalami penyakit
seperti ini sebelumnya tetapi pasien mempunyai
penyakit sistemik yaitu diabetes mellitus dan
hipertensi dan pasien merupakan perokok aktif.
STATUS PRESENT
3
STATUS OPHTALMIKUS
4
DIAGNOSIS : Katarak Senilis Imatur (OD) + Retinopati Diabetik (OS)
5
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
1. katarak kongenital, katarak yang sudah terlihat pada usia dibawah 1 tahun
2. katarak juvenil, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun.
3. katarak senilis, katarak usia setelah usia 50 tahun.
6
Katarak senilis imatur adalah katarak yang belum mengenai seluruh lapis
lensa. Pada katarak imatur akan dapat bertambah volume lensa akibat
meningkatnya tekanan osmotic bahan lensa yang degeneratif.
3.2 Epidemiologi
3.3 Patofisiologi
7
sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi
keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia,
nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan.
Disekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior
nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang
paling bermakna, nampak seperti kristal salju pada jendela. Perubahan
fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi.
Perubahan pada serabut halus multipel (zunula) yang memanjang dari
badan silier ke sekitar daerah diluar lensa, misalnya dapat menyebabkan
penglihatan mengalami distorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa
dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan
menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan
terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influks air ke dalam lensa.
Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu
transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai
peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan
menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien
yang menderita katarak.
8
Diplopia monokular atau polypia, terkadang perubahan nuklear terletak
pada lapisan dalam nukleus lensa, menyebabkan daerah pembiasan
multipel di tengah lensa. Daerah ini dapat dilihat dengan refleks merah
retinoskopi atau oftalmoskopi direk.
Halo, hal ini bisa terjadi pada beberapa pasien oleh karena terpecahnya
sinar putih menjadi spektrum warna oleh karena meningkatnya kandungan
air dalam lensa.
Distorsi, katarak dapat menyebabkan garis lurus kelihatan bergelombang.
Sering dijumpai pada stadium awal katarak.
Penurunan tajam penglihatan, katarak menyebabkan penurunan
penglihatan progresif tanpa rasa nyeri. Umumnya pasien katarak
menceritakan riwayat klinisnya langsung tepat sasaran, dan pasien
menceritakan kepada dokter mata, aktivitas apa saja yang terganggu.
Dalam situasi lain, pasien hanya menyadari adanya gangguan penglihatan
setelah dilakukan pemeriksaan. Setiap tipe katarak biasanya mempunyai
gejala gangguan penglihatan yang berbeda-beda, tergantung pada cahaya,
ukuran pupil, dan derajat miopia. Setelah didapat riwayat penyakit, maka
pasien harus dilakukan pemeriksaan penglihatan lengkap, dimulai dengan
refraksi. Perkembangan katarak nuklear sklerotik dapat meningkatkan
dioptri lensa, sehingga terjadi miopia ringan hingga sedang.
Sensitivitas kontras mengukur kemampuan pasien untuk mendeteksi
variasi tersamar dalam bayangan dengan menggunakan benda yang
bervariasi dalam hal kontras, luminance, dan frekuensi spasial. Sensitivitas
kontras dapat menunjukkan penurunan fungsi penglihatan yang tidak
terdeteksi dengan Snellen chart. Namun hal tersebut bukanlah indikator
spesifik hilangnya tajam penglihatan oleh karena katarak.
Myopic shift, perkembangan katarak dapat terjadi peningkatan dioptri
kekuatan lensa, yang umumnya menyebabkan miopia ringan atau sedang.
Umumnya, pematangan katarak nuklear ditandai dengan kembalinya
penglihatan dekat oleh karena meningkatnya miopia akibat peningkatan
kekuatan refraktif lensa nuklear sklerotik, sehingga kacamata baca atau
bifokal tidak diperlukan lagi. Perubahan ini disebut ”second sight”.
9
3.5 PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaaan visus dengan koreksi terbaik.
2. Pemeriksaan segmen anterior
3. TIO ( tekanan intra okuli ) diukur dengan tonometer non contact,
aplanasi atau schiotz. Jika TIO dalam batas normal (< 21mmHg)
dilakukan dilatasi pupil dengan tetes mata tropicanamide 0,5%.
Setelah pupil cukup lebar dilakukan pemeriksaan dengan sltlamp
untuk melihat derajar kekeruhan lensa apakah sesuai dengan visus
pasien.
4. Funduskopi
10
3. Biometri untuk mengukur power IOL jika pasien akan dioperasi
katarak dan retinometri untuk mengetahui prognosis tajam
penglihatan setelah dioperasi.
3.7 Penatalaksanaan
11
Ada 3 teknik operasi ECCE, yaitu :
a. Incision
b. Mobilitation of nucleus
c. Removal of the nucleus
12
proses biokimiawi yang terjadi pada hiperglikemia dan menimbulkan
terjadinya retinopati diabetika antara lain:
2. Glikasi Nonenzimatik
13
Kelainan dasar dari berbagai bentuk retinopati diabetika
terletak pada kapiler retina. Dinding kapiler terdiri dari 3 lapisan
dari luar ke dalam yaitu sel perisit, membrana basalis dan sel
endotel, perbandingan jumlah sel perisit dan sel endotel kapiler
retina adalah 1 : 1. Sel perisit berfungsi untuk mempertahankan
struktur kapiler, mengatur kontraktibilitas, mempertahankan
fungsi barier, transportasi kapiler dan proliferasi sel endotel.
Membrana basalis berfungsi untuk mempertahankan
permeabilitas, sel endotel bersama dengan matriks ekstra sel dari
membrana basalis membentuk pertahanan yang bersifat elektif
terhadap beberapa jenis protein dan molekul termasuk fluoroscein
yang digunakan untuk diagnosis kapiler retina.
1. Pembentukan mikroaneurisma
2. Peningkatan permeabilitas
3. Penyumbatan
14
15
3.10 Manifestasi klinis
-
Gejala Subjektif yang dapat dirasakan :
· Kesulitan membaca
· Penglihatan ganda
-
Gejala objektif pada retina yang dapat dilihat yaitu :
16
Mikroaneurisma dan hemorrhages pada backround diabetic
retinopathy
17
Perubahan pembuluh darah berupa dilatasi pembuluh darah
dengan lumennya ireguler dan berkelok-kelok seperti sausage-
like.
Hard Exudates
18
FA Hard Exudates menunjukkan hipofluoresens
19
Pembuluh darah baru ( Neovaskularisasi ) pada retina
biasanya terletak dipermukaan jaringan. Tampak sebagai
pembuluh yang berkelok-kelok, dalam, berkelompok dan
ireguler. Mula–mula terletak dalam jaringan retina, kemudian
berkembang ke daerah preretinal kemudian ke badan kaca.
Pecahnya neovaskularisasi pada daerah-daerah ini dapat
menimbulkan perdarahan retina, perdarahan subhialoid
(preretinal) maupun perdarahan badan kaca.
20
Perbedaan antara NPDR dan PDR
NPDR PDR
Pelepasan retina secara traksi (-) Pelepasan retina secara traksi (+)
21
Disini ditemukan proliferasi dan hipertrofi venula retina
disertai pelebaran cabang-cabang vena berbentuk kantong dan
aneurisma kapiler. Terdapat area iskemik terbatas.
b. Retinopati Background terlihat mikroaneuris
perdarahan bentuk bintik-bintik. Endapan lemak pada polus
posterior, kadang tersusun dalam bentuk rangkaian bunga (
retinopati circinata ), biasanya pembuluh darah retina beraneka
ragam dan dindingnya terlihat menebal ( sklerosis ).
c. Retinopati proliferatif
Pada stadium ini terdapat pembentukan pembuluh darah baru
yang mengakibatkan neovaskularisasi yang tumbuh menonjol di
depan retina terutama pada permukaan belakang badan kaca yang
mengalami ablasi.
2. Elekroretinografi
Pada pemeriksaan ini dilakukan perekaman kegiatan listrik retina
yang sangat berguna untuk memperoleh gambaran yang tepat
mengenai fungsi retina yang masih tersisa.
22
3.12 Tatalaksana
Dilakukan berdasarkan tingkat keparahan penyakit.
Non-proliferatif derajat ringan hanya perlu dievaluasi
setahun sekali.
Non-proliferatif derajat ringan-sedang tanpa edema
macula yang nyata harus menjalani pemeriksaan rutin
setiap 6-12 bulan. Non-poliferatif derajat ringan-sedang
dengan edema macula signifikan merupakan indikasi
laser photocoagulation untuk mencegah perburukan.
Setelah dilakukan laser photocoagulation, penderita perlu
dievaluasi setiap 2-4 bulan.
Non-proliferatif derajat berat dianjurkan untuk menjalani
panretinal laser photocoagulation, terutama apabila
kelainan beresiko tinggi untuk berkembang menjadi
retinopati DM proliferaif. Penderita harus dievaluasi
setiap 3-4 bulan pasca tindakan.
Panretinal laser photocoagulation harus segera dilakukan
pada penderita retinopati DM proliferatif. Apabila terjadi
retinopati DM proliferatif disertai dengan edema makula
signifikan, maka kombinasi focal dan panretinal laser
photocoagulation menjadi terapi pilihan.
Farmakologi
inhibitor protein kinase C (PKC)
inhibitor vascular endothelial growth factors (VEGF)
reductase aldose
ACE inhibitor
Antioksidan (seperti vitamin E
23
3.13 Prognosis
Prognosis untuk penglihatan pasien pada kasus ini adalah Dubia
ad malam.
3.14 Kesimpulan
Pasien laki-laki, usia 65 tahun dengan keluhan ada bayangan
bitnik hitam yang bergaris putih dan pandangan abu-abukadang
kadang melihat kilatan cahaya. Keluhan ini sudah di alami
semenjak 3 bulan yang lalu.
Pada pemeriksaan fisik, visus ODS 1/300. Pada funduskopi
ditemukan perdarahan (+) OS, kekeruhan lensa (+) OD. pasien
adalah penderita diabetes mellitus dan hipertensi. Pasien di
diagnosis dengan retinopati diabetic (OS) + katarak senilis imatur
(OD).
24
DAFTAR PUSTAKA
Dokter Pembimbing
25
26