Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS KORELASI KANONIK

1. Pengertian Analisis Korelasi Kanonik


Analisis korelasi kanonik (canonical analysis) pertama kali diperkenalkan oleh Hotelling
(1936), sebagai suatu teknik statistika peubah ganda (Multivariat) yang menyelidiki keeratan
hubungan antara dua gugus variabel. Gugus maksudnya disini kelompok. Satu gugus variabel
diidentifikasikan sebagai gugus variabel penduga (independent variables), sedangkan gugus
variabel lainnya diperlakukan sebagai gugus variabel respon (dependent variabel). Dan melalui
ketergantungan (dependency) antar kedua gugus variabel tersebut dapat dijelaskan pengaruh dari
satu gugus variabel terhadap gugus variabel lainnya.
Analisis korelasi kanonik adalah salah satu teknik analisis statistik yang digunakan untuk
melihat hubungan antara satu kumpulan peubah independen dengan satu kumpulan peubah
dependen . Analisis ini dapat mengukur tingkat keeratan hubungan antara satu kumpulan peubah
dependen dengan satu kumpulan peubah independen. Disamping itu, analisis korelasi
kanonik juga mampu menguraikan struktur hubungan di dalam kumpulan peubah independen.
Analisis korelasi kanonikal adalah model statistika multivariat yang memungkinkan identifikasi
dan kuantifikasi hubungan antara dua himpunan variabel. Karena titik perhatian analisis ini adalah
korelasi (hubungan) maka kedua himpunan tidak perlu dibedakan menjadi kelompok variabel tidak
bebas dan variabel bebas. Pemberian label Y dan X kepada kedua variat kanonikal hanya untuk
membedakan kedua himpunan variabel. Fokus analisis korelasi kanonikal terletak pada korelasi
antara kombinasi linier satu set variabel dengan kombinasi linier set variabel yang lain. Langkah
pertama adalah mencari kombinasi linier yang memiliki korelasi terbesar. Selanjutnya, akan dicari
pasangan kombinasi linier dengan nilai korelasi terbesar di antara semua pasangan lain yang tidak
berkorelasi. Proses terjadi secara berulang, hingga korelasi maksimum teridentifikasi. Pasangan
kombinasi linier disebut sebagai variat kanonikal sedangkan hubungan di antara pasangan tersebut
disebut korelasi kanonikal. Jenis data dalam variat kanonikal yang digunakan dalam analisis
korelasi kanonikal dapat bersifat metrik maupun nonmetrik. Bentuk umum fungsi kanonikal
adalah sebagai berikut:
Y1 + Y2 + Y3 . . . Yq = X1 + X2 + X3 . . . Xp
(metrik, nonmetrik) (metrik, nonmetrik)
Secara umum, jika terdapat sejumlah p variabel bebas X1, X2, . . . , Xp dan q variabel tidak bebas
Y1, Y2, . . . ,Yq maka banyak pasangan variat adalah minimum p dan q. Jadi hubungan linier
mungkin yang terbentuk adalah:
U1 = a11 X1 + a12 X2 + . . . a1p Xp
U2 = a21 X1 + a22 X2 + . . . a2p Xp
.
.
.
Ur = ar1 X1 + ar2 X2 + . . . arp Xp
Dan
V1 = b11 Y1 + b12 Y2 + . . . b1q Yq
V2 = b21 Y1 + b22 Y2 + . . . b2q Yq
.
.
.
Vr = br1 Y1 + br2 Y2 + . . . brq Yq

di mana r dalah nilai minimum p dan q. Hubungan ini dipilih sedemikian sehingga korelasi antara
U1 dan V1 menjadi korelasi maksimum; korelasi U2 dan V2 juga maksimum di antara variabel-
variabel yang tidak berhubungan dengan U1 dan V1; korelasi U1, V1, U2 , dan V2, dan seterusnya.
Setiap pasang variabel kanonikal (U1, V1), (U2 ,V2), . . . , (Ur ,Vr) merepresentasikan ‘dimensi’
bebas dalam hubungan antara dua himpunan variabel (X1, X2, . . . , Xp) dan (Y1, Y2, . . . , Yq).
Pasangan pertama (U1, V1) mempunyai korelasi tertinggi karenanya merupakan korelasi penting;
pasangan kedua (U2, V2) mempunyai korelasi tertinggi kedua karenanya menjadi korelasi
terpenting kedua; dan seterusnya.

2. Tujuan Analisis Korelasi Kanonik

Tujuan dari Korelasi Kanonikal secara dasar sama dengan Korelasi sederhana atau
berganda, yakni ingin mengetahui apakah ada hubungan (asosiasi) antara dua variabel ataukah
tidak. Namun berbeda dengan korelasi sederhana, pada korelasi kanonik jumlah variabel dependen
dan variabel independen lebih dari satu, sehingga alat analisis korelasi kanonik bisa
digolongkan pada multivariat. Analisis korelasi kanonikal menjawab dua tujuan utama : (1)
melakukan identifikasi dimensi antara dua kelompok variabel. dan (2) melakukan maksimasi
hubungan antar dimensi tersebut. Dari sudut pandang peneliti, hasil analisis memberikan gambaran
struktur himpunan variabel berkait dengan korelasi antar variabel/variat.

3. Prosedur Analisis Korelasi Kanonik


Prosedur Analisis Korelasi Kanonikal
Analisis korelasi kanonikal dimulai dengan matriks korelasi antara variabel X1, X2, . . . ,
Xp dan variabel Y1, Y2, . . . , Yq. Dimensi matriks korelasi tersebut adalah (p +q) × (p + q).
Matriks korelasi dapat dipecah menjadi empat partisi yaitu matriks A, C, C′ dan B.

4. Asumsi-asumsi dalam Analisis Korelasi Kanonik.


Asumsi-asumsi dalam analisi korelasi kanonik adalah sebagai berikut:
a. Linearitas, yaitu keadaan dimana hubungan antara variabel dependen dengan variabel
independen bersifat linear
b. Korelasi kanonik adalah hubungan linear antar variabel kanonik
c. Variabel independen dan variabel dependen berdistribusi Normal Multivariat

5. Proporsi Keragaman
Besarnya nilai proporsi keragaman menunjukkan baik tidaknya variabel kanonik yang
dipilih menerangkan keragaman asal. Semakin besar nilai proporsi keragaman ini menggambarkan
semakin baik variabel-variabel kanonik yang dipilih menerangkan keragaman asal.
Sedangkan batasan untuk nilai proporsi bersifat relatif, sebagai acuan yang cukup baik yaitu lebih
besar dari 50%.

6. Uji Hipotesis
Ada dua hipotesis yang akan diujikan dalam analisis korelasi kanonik yaitu uji hipotesis
yang pertama untuk mengetahui apakah secara keseluruhan korelasi kanonik signifikan, jika pada
uji hipotesis yang pertama memperoleh kesimpulan bahwa paling tidak ada ada satu korelasi
kanonik tidak bernilai nol m aka dilanjutkan dengan uji hipotesis kedua untuk mengetahui apakah
ada sebagian korelasi kanonik signifikan.
 Uji korelasi kanonik secara bersama :
Hipotesis :
H0 : k ρ1 = ρ2 =...= ρk = 0 (semua korelasi kanoniknya akan bernilai nol)
H1 : ada ρi ≠ 0 (paling tidak ada satu korelasi kanonik tidak bernilai nol)
dimana i = 1, 2, ..., k
Statistik uji :
B = −[n−1−1/2 ( p+q+1)]lnΛ
𝒌

𝚲 = ∏(𝟏 − 𝒑𝒊 𝟐 )
𝒊=𝟏

dengan :
n = jumlah pengamatan
Kriteria keputusan : Hipotesis nol ditolak pada taraf signifikansi α jika B >χ2α Dengan derajat
bebas pxq.
 Uji Individu
Hipotesis :
H0 : k ρ1 = 0 ρ2 = 0,...,= ρk = 0 (semua korelasi kanoniknya akan bernilai nol)
H1 : ada ρi ≠ 0 (paling tidak ada satu korelasi kanonik tidak bernilai nol)
dimana i = 1, 2, ..., k
Statistik uji :
B = −[n−1−1/2 ( p+q+1)]lnΛ
𝒌

𝚲 = ∏(𝟏 − 𝒑𝒊 𝟐 )
𝒊=𝟏

dengan :
n = jumlah pengamatan
Kriteria keputusan : Hipotesis nol ditolak pada taraf signifikansi α jika Br >χ2α Dengan derajat
bebas (p-r)(q-r).

7. Interpretasi Fungsi Kanonik


Interpretasi yang dapat dilakukan dalam analisis korelasi kanonik yaitu terhadap koefisien
kanonik (bobot kanonik / weight kanonik), loadings kanonik dan cross loadings kanonik. Weight
kanonik merupakan koefisien kanonik yang telah dibakukan, dapat diinterpretasikan sebagai
besarnya kontribusi variabel asal terhadap variate kanonik. Semakin besar nilai koefisien ini
menyatakan semakin besar kontribusi variabel yang bersangkutan terhadap variate kanonik.
Loadings kanonik dapat dihitung dari korelasi antara variabel asal dengan masingmasing variabel
kanoniknya. Semakin besar nilai loading mencerminkan semakin dekat hubungan fungsi kanonik
yang bersangkutan dengan variabel asal.
Loadings kanonik variabel independen diperoleh dengan rumus sebagai berikut :
R XW = R XX A Z
Sedangkan loadings kanonik variabel dependen diperoleh dengan rumus sebagai berikut :
R YV = R YY B Z
Cross loadings kanonik dapat dihitung dari korelasi antara variabel asal dengan bukan variabel
kanoniknya. Semakin besar nilai loading mencerminkan semakin dekat hubungan fungsi kanonik
yang bersangkutan dengan variabel asal. Cross loadings kanonik variabel independen diperoleh
dengan rumus sebagai berikut :
R XV = R XW ρk
Sedangkan Cross loadings kanonik variabel independen diperoleh dengan rumus sebagai berikut :
R YW = R YV ρk

8. Redundansi
Redundansi merupakan sebuah indeks yang menghitung proporsi keragaman yang dapat
dijelaskan oleh variabel kanonik yang dipilih baik dari variabel kanonik dependen maupun variabel
kanonik independen, yaitu sebagai berikut :

 Proporsi keragaman Y yang diterangkan oleh variabel kanonik V


 Proporsi keragaman Y yang diterangkan oleh variabel kanonik W

 Proporsi keragaman X yang diterangkan oleh variabel kanonik W

 Proporsi keragaman X yang diterangkan oleh variabel kanonik V

Untuk menentukan fungsi kanonik yang dianggap cukup dalam menerangkan struktur hubungan Y
dan X dilihat dari koefisien R-square. Nilai ini didapat dengan mengkuadratkan korelasi kanonik
atau dapat dinotasikan sebagai berikut :
𝑅𝑘 2 =𝜌𝑘 2

Anda mungkin juga menyukai