di mana r dalah nilai minimum p dan q. Hubungan ini dipilih sedemikian sehingga korelasi antara
U1 dan V1 menjadi korelasi maksimum; korelasi U2 dan V2 juga maksimum di antara variabel-
variabel yang tidak berhubungan dengan U1 dan V1; korelasi U1, V1, U2 , dan V2, dan seterusnya.
Setiap pasang variabel kanonikal (U1, V1), (U2 ,V2), . . . , (Ur ,Vr) merepresentasikan ‘dimensi’
bebas dalam hubungan antara dua himpunan variabel (X1, X2, . . . , Xp) dan (Y1, Y2, . . . , Yq).
Pasangan pertama (U1, V1) mempunyai korelasi tertinggi karenanya merupakan korelasi penting;
pasangan kedua (U2, V2) mempunyai korelasi tertinggi kedua karenanya menjadi korelasi
terpenting kedua; dan seterusnya.
Tujuan dari Korelasi Kanonikal secara dasar sama dengan Korelasi sederhana atau
berganda, yakni ingin mengetahui apakah ada hubungan (asosiasi) antara dua variabel ataukah
tidak. Namun berbeda dengan korelasi sederhana, pada korelasi kanonik jumlah variabel dependen
dan variabel independen lebih dari satu, sehingga alat analisis korelasi kanonik bisa
digolongkan pada multivariat. Analisis korelasi kanonikal menjawab dua tujuan utama : (1)
melakukan identifikasi dimensi antara dua kelompok variabel. dan (2) melakukan maksimasi
hubungan antar dimensi tersebut. Dari sudut pandang peneliti, hasil analisis memberikan gambaran
struktur himpunan variabel berkait dengan korelasi antar variabel/variat.
5. Proporsi Keragaman
Besarnya nilai proporsi keragaman menunjukkan baik tidaknya variabel kanonik yang
dipilih menerangkan keragaman asal. Semakin besar nilai proporsi keragaman ini menggambarkan
semakin baik variabel-variabel kanonik yang dipilih menerangkan keragaman asal.
Sedangkan batasan untuk nilai proporsi bersifat relatif, sebagai acuan yang cukup baik yaitu lebih
besar dari 50%.
6. Uji Hipotesis
Ada dua hipotesis yang akan diujikan dalam analisis korelasi kanonik yaitu uji hipotesis
yang pertama untuk mengetahui apakah secara keseluruhan korelasi kanonik signifikan, jika pada
uji hipotesis yang pertama memperoleh kesimpulan bahwa paling tidak ada ada satu korelasi
kanonik tidak bernilai nol m aka dilanjutkan dengan uji hipotesis kedua untuk mengetahui apakah
ada sebagian korelasi kanonik signifikan.
Uji korelasi kanonik secara bersama :
Hipotesis :
H0 : k ρ1 = ρ2 =...= ρk = 0 (semua korelasi kanoniknya akan bernilai nol)
H1 : ada ρi ≠ 0 (paling tidak ada satu korelasi kanonik tidak bernilai nol)
dimana i = 1, 2, ..., k
Statistik uji :
B = −[n−1−1/2 ( p+q+1)]lnΛ
𝒌
𝚲 = ∏(𝟏 − 𝒑𝒊 𝟐 )
𝒊=𝟏
dengan :
n = jumlah pengamatan
Kriteria keputusan : Hipotesis nol ditolak pada taraf signifikansi α jika B >χ2α Dengan derajat
bebas pxq.
Uji Individu
Hipotesis :
H0 : k ρ1 = 0 ρ2 = 0,...,= ρk = 0 (semua korelasi kanoniknya akan bernilai nol)
H1 : ada ρi ≠ 0 (paling tidak ada satu korelasi kanonik tidak bernilai nol)
dimana i = 1, 2, ..., k
Statistik uji :
B = −[n−1−1/2 ( p+q+1)]lnΛ
𝒌
𝚲 = ∏(𝟏 − 𝒑𝒊 𝟐 )
𝒊=𝟏
dengan :
n = jumlah pengamatan
Kriteria keputusan : Hipotesis nol ditolak pada taraf signifikansi α jika Br >χ2α Dengan derajat
bebas (p-r)(q-r).
8. Redundansi
Redundansi merupakan sebuah indeks yang menghitung proporsi keragaman yang dapat
dijelaskan oleh variabel kanonik yang dipilih baik dari variabel kanonik dependen maupun variabel
kanonik independen, yaitu sebagai berikut :
Untuk menentukan fungsi kanonik yang dianggap cukup dalam menerangkan struktur hubungan Y
dan X dilihat dari koefisien R-square. Nilai ini didapat dengan mengkuadratkan korelasi kanonik
atau dapat dinotasikan sebagai berikut :
𝑅𝑘 2 =𝜌𝑘 2