KARBOHIDRAT
Kelompok 5
Afaf Qurrotu Ainin J3L216198
Herly Angga Valentino J3L116054
Rima Listiana Ayu W J3L116114
Dalam kehidupan sehari-hari kita melakukan aktivitas, baik yang telah merupakan
kebiasaan misalnya berdiri, berjalan, mandi, makan, dan sebagainya. Untuk melakukan
aktivitas itu kita memerlukan energi. Energi yang diperlukan ini kita peroleh dari bahan
makanan yang kita makan. Pada umumnya bahan makanan itu mengandung tiga
kelompok utaa senyawa kimia, yaitu karbohidrat, protein dan lemak atau lipid
(Poedjiadi 2007).
Karbohidrat adalah komponen bahan pangan yang tersusun oleh 3 unsur utama,
yaitu karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O). Senyawa-senyawa karbohidrat
memiliki sifat pereduksi karena adanya gugus karbonil dalam bentuk aldehid dan keton.
Susunan atom-atom tersebut dan ikatannya membedakan karbohidrat satu dengan yang
lainnya, sehingga ada karbohidrat yang masuk kelompok struktur sederhana seperti
monosakarida dan disakarida dan dengan struktur kompleks atau polisakarida seperti
pati, glikogen, selulosa dan hemiselulosa. Analisis kualitatif karbohidrat umumnya
didasarkan atas reaksi- reaksi warna yang dipengaruhi oleh produk-produk hasil
penguraian gula dalam asam-asam kuat dengan berbagai senyawa organik, sifat
mereduksi dari gugus karbonil dan sifat oksidasi dari gugusan hidroksil yang berdekatan
(Kusbandari 2015). Karbohidrat atau sakarida mempunyai dua fungsi, yaitu sebagai
sumber bahan bakar (energi) dan sebagai bahan penyusunan struktur selatan contoh
karbohidrat yang tergolong dalam kelompok pertama adalah glukosa, pati dan glikogen,
dan pada kelompok kedua adalah selulosa, kitin, dan pektin. Dari jumlah monomer yang
menyusun polimer itu, maka karbohidrat digolongkan menjadi: monosakarida,
disakarida, trisakarida, dan seterusnya sampai polisakarida.
Monosakarida ialah karbohidrat yang sederhana, dalam arti molekulnya hanya
terdiri atas beberapa atom karbon saja dan tidak dapat diuraikan dengan cara hidrolisis
dalam kondisi lunak menjadi karbohirat lain. Monosakarida yang paling sederhana ialah
gliseraldehida dan dihidroksiaseton (Poedjiadi 2007). Monosakarida yang banyak
terdapat di dalam tumbuhan ialah glukosa dan fruktosa yang keduanya isomer satu
dengan yang lain (Fitriningrum 2013). Disakarida adalah senyawa yang mempunyai dua
satuan sakarida, contohnya ialah maltosa, selobiosa, laktosa dan sukrosa (Martoharsono
2006). Polisakarida pada umumnya mempunyai molekul besar dan lebih kompleks
daripada monosakarida. Molekul polisakarida terdiri atas banyak molekul
monosakarida. Polisakarida yang terdiri atas satu macam monosakarida saja disebut
homopolisakarida, sedangkan yang mengandung senyawa lain disebut
heteropolisakarida. Umumnya polisakarida berupa senyawa berwana putih dan tidak
berbentuk kristal, tidak mempunyai rasa manis, dan tidak mempunyai sifat mereduksi.
Berat molekul polisakarida bervariasi dari beberapa ribu hingga lebih dari satu juta.
Polisakarida yang dapat larut dalam air akan membentuk koloid. Beberapa polisakarida
yang penting diantaranya ialah amilum, glikogen, dekstrin, dan selulosa (Ngili 2009).
Oligosakarida adalah karbohidrat yang merupakan gabungan 2-8 satuan monosakarida.
2
Penyatuan antara molekul monosakrida dilakukan oleh sebuah ikatan yang disebut
ikatan glikosidik. Olisakarida dapat dijumpai dalam bentuk disakarida dan trisakarida.
Glukosa adalah suatu aldoheksosa dan sering disebut dekstrosa karena
mempunyai sifat dapat memutar cahaya terpolarisasi ke arah kanan. Di alam, glukosa
terdapat dalam buah-buahan dan madu lebah. Fruktosa adalah suatu ketoheksosa yang
mempunyai sifat memutar cahaya terpolarisasi ke arah kiri dan karenanya disebut juga
levulosa. Fruktosa mempunyai rasa lebih manis daripada glukosa dan sukrosa.
Galaktosa jarang terdapat bebas di alam. Umumnya berikatan dengan glukosa dalam
bentuk laktosa, yaitu gula yang terdapat dalam susu. Galaktosa mempunyai rasa kurang
manis daripada glukosa dan kurang larut dalam air. Maltosa adalah suatu disakarida
yang terbentuk dari dua molekul glukosa. Ikatan yang terjadi ialah antara atom karbon
nomor 1 dan atom karbon nomor 4. Oleh karenanya maltosa masih mempunyai gugus –
OH glikosidik dan dengan demikian masih mempunyai sifat mereduksi. Laktosa adalah
suatu disakarida yang terbentuk antara ikatan galaktosa dan glukosa yang terjadi antara
atom karbon nomor 1 pada galaktosa dan atom karbon nomor 4 pada glukosa. Oleh
karenanya maltosa masih mempunyai gugus –OH glikosidik dan dengan demikian
masih mempunyai sifat mereduksi. Sukrosa ialah suatu disakarida yang terbentuk antara
glukosa dengan fruktosa. Ikatan ini terjadi antar atom karbon nomor 1 pada fruktosa dan
atom karbon nomor 4 pada glukosa. Oleh karenanya maltosa masih mempunyai gugus –
OH glikosidik dan dengan demikian masih mempunyai sifat mereduksi. Amilum
merupakan polisakarida yang banyak terdapat di alam yaitu pada sebagian besar
tumbuhan. Amilum biasa disebut pati yang terdapat pada umbi, daun, batang, dan biji-
bijian (Poedjiadi 2007).
Tujuan dari praktikum ini ialah untuk menunjukkan sifat dan struktur karbohidrat
melalui uji kualitatif, mengamati struktur beberapa karbohidrat melalui sifat reaksinya
dengan beberapa reagen uji.
METODE
Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilakukan di laboratorium GG KIM 1 IPB. Waktu praktikum yaitu
hari Selasa tanggal 19 September 2017 pukul 11.00-13.00 WIB.
Alat-alat yang digunakan yaitu penangas air, tabung fermentasi, oven, tabung
reaksi, rak tabung reaksi, pipet tetes, plat tetes, pipet mohr 10 mL, mortar, gelas piala,
gelas ukur sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah glukosa 1%, fruktosa 1%,
sukrosa 1%, laktosa 1%, maltosa 1%, pati 1%, pereaksi molisch, asam sulfat pekat,
pereaksi benedict, pereaksi barfoed, pereaksi selliwanof, larutan iod encer, tepung pati,
gum arab, agar-agar, fosfomolibdat, ragi, NaOH, kapas dan akuades.
.
3
Prosedur Penelitian
Uji Molisch
Larutan uji ditambahkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 5 mL, kemudian
ditambahkan dengan 2 mL pereaksi molisch. Setelah itu ditambahkan asam pekat H2SO4
sebanyak 3 mL dan diamati hasilnya. Apabila membentuk cincin ungu maka larutan uji
tersebut mengandung karbohidrat, sedangkan apabila larutan uji tersebut berwarna
hijau, maka larutan tersebut tidak mengandung karbohidrat. Percobaan diulang ke
larutan uji yang lainnya.
Uji Benedict
Pereaksi Benedict dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 5 mL.
Kemudian ke dalam tabung reaksi ditambahkan 8 mL larutan uji. Larutan dikocok
kemudian dipanaskan hingga 5 menit. Setelah 5 menit, larutan diangkat dan
didinginkan. Larutan diamati warnanya, apabila larutan berwarna merah bata, kuning,
atau hijau kebiruan, maka larutan tersebut mengandung gugus pereduksi. Apabila
larutan berwarna biru, maka larutan tersebut tidak mengandung gugus pereduksi.
Uji Barfoed
Sebanyak 1 mL pereaksi barfoed ditambahkan ke dalam tabung reaksi,
kemudian ditambahkan dengan 1 mL sampel. Larutan dipanaskan selama 3 menit.
Setelah 3 menit, larutan diangkat dan didinginkan, dan ditambahkan 1 mL
fosfomolibdat. Larutan dikocok dan diamati warnanya. Apabila larutan berwarna biru
pekat maka larutan merupakan gula monosakarida. Apabila larutan berwarna biru encer,
maka larutan merupakan gula disakarida.
Uji Fermentasi
Ragi ditimbang sebanyak 1 gram, kemudian digerus. Ragi ditambahkan dengan
10 mL sampel dan diaduk kembali. Setelah tercampur, ragi dimasukkan ke dalam
tabung fermentasi. Ragi yang sedang di fermentasi diamati dan dicek kenaikannya
setiap 10 menit. Setelah 30 menit, ragi ditambahkan NaOH.
Uji Selliwanoff
Bahan percobaan yaitu glukosa, fruktosa, sukrosa, laktosa, maltosa, dan pati
dimasukkan beberapa tetes ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan pereaksi
selliwanoff sebanyak 5 mL. Kemudian campuran dididihkan selama 60 detik, apabila
terjadi perubahan menjadi warna merah maka positif mengandung ketosa.
Uji Iod
Tepung percobaan yaitu tepung pati, gum arab, agar-agar sebanyak satu sudip
dimasukkan ke dalam papan uji lalu tambahkan 1-2 tetes iod encer lalu diratakan.
Apabila terjadi perubahan warna menjadi biru atau ungu maka larutan positif
mengandung amilosa.
4
Cincin
Glukosa + Ungu
Cincin
Fruktosa + ungu
Cincin
Laktosa + ungu
5
Cincin
Maltosa + ungu
Cincin
Sukrosa + ungu
Cincin
Pati
+ ungu
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, diketahui data bahwa larutan uji yaitu
glukosa, fruktosa, laktosa, maltosa, sukrosa dan pati ketika direaksikan dengan pereaksi
molisch menunjukan hasil positif dapat membentuk kompleks larutan berwarna ungu.
Hal ini menunjukkan bahwa adanya suatu karbohidrat dalam larutan tersebut. Ketika
asam sulfat pekat dimasukkan ke larutan uji, asam pekat berfungsi sebagai
penghidrolisis ikatan pada sakarida untuk menghasilkan furfural. Furfural tersebut
kemudian yang selanjutnya mengalami kondensasi 4-hidroksimetil-furfural dengan α-
naftol membentuk larutan berwarna ungu. Terbentuknya warna ungu ini disebabkan
adanya pengaruh hasil dehidrasi monosakarida (furfural) dengan α-naftol dari pereaksi
molisch (Rahman 2007). Uji ini terjadi menurut persamaan reaksi:
Uji ini tidak spesifik untuk karbohidrat, akan tetapi hasil reaksi yang negatif
menunjukkan bahwa larutan yang diuji tidak mengandung karbohidrat. Pada praktikum
6
ini, didapatkan cincin ungu pada semua sampel namun untuk sampel glukosa, maltosa
dan sukrosa cincin ungu sudah menyebar ke seluruh cairan ketika diambil gambar
sehingga cincin ungu sudah tidak terbentuk.
Uji benedict bertujuan untuk mengetahui adanya gula pereduksi dalam sampel.
Prinsip dari uji ini adalah gugus aldehid atau keton bebas pada gula reduksi yang
terkandung dalam sampel mereduksi ion Cu2+ dari CuSO4.5H2O dalam suasana alkalis
menjadi Cu2+ yang mengendap menjadi Cu2O (Kusbandari 2015). Uji ini terjadi menurut
persamaan reaksi:
Pada uji ini menghasilkan endapan berwarna hijau kebiruan, hijau, kuning,
merah bata tergantung dari konsentrasi gula reduksi dalam sampel, semakin berwarna
merah maka konsentrasi gula reduksi semakin banyak. Berikut ialah data hasil dari
percobaan uji benedict yang disajikan dalam bentuk tabel.
Glukosa + Merah
Fruktosa - Biru
7
Laktosa + Merah
Maltosa + Merah
Sukrosa - Biru
Pati - Biru
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, diketahui data bahwa larutan uji yaitu
glukosa, fruktosa, laktosa, maltosa, sukrosa dan pati ketika dilakukan uji benedict,
sampel yang menunjukkan hasil yang positif mengandung gula pereduksi adalah
glukosa, laktosa, maltosa. Sedangkan sampel yang menunjukkan hasil yang negatif
mengandung gula pereduksi adalah fruktosa, sukrosa dan pati. Gula pereduksi adalah
gula yang mempunyai gugus aldehid atau keton bebas yang dalam suasana basa dapat
mereduksi logam-logam. Sukrosa dan laktosa merupakan karbohidrat yang termasuk
golongan polisakarida. Sukrosa terdiri atas molekul glukosa dan fruktosa, sedangkan
laktosa terdiri atas molekul glukosa dan galaktosa. Dilihat dari strukturnya, ikatan
8
glikosidik pada sukrosa terbentuk antara atom karbon nomor 1 glukosa dan atom karbon
nomor 2 fruktosa, menjadi ikatan 1,2 α. Oleh karena itu pada pengujian ini sukrosa tidak
menghasilkan endapan merah dikarenakan sukrosa bukan termasuk gula pereduksi yang
meiliki gugus OH bebas. Gugus aldehida laktosa pada anomerik glukosa tetap bebas.
Maka laktosa menghasilkan warna merah meskipun warnanya tidak pekat seperti
glukosa. Hal ini dikarenakan gula reduksi pada laktosa tidak sebanyak glukosa begitu
juga untuk maltosa.
Uji barfoed bertujuan untuk memisahkan antara monosakarida dan disakarida.
Pereaksi barfoed bersifat asam lemah dan hanya direduksi oleh monosakarida.
Karbohidrat dalam larutan asam lemah akan mengalami perubahan reaktifitas.
Karbohidrat dengan reaktifitas rendah akan hilang daya reduksinya sedangkan
karbohidrat dengan reaktifitas tinggi akan tetap dipertahankan. Pemanasan yang lama
akan menghidrolisis disakarida sehingga bereaksi positif. Uji ini terjadi menurut
persamaan reaksi:
-
Maltosa Biru encer
Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan anaerob atau
tanpa oksigen. Secara umum, fermentasi adalah satu bentuk respirasi anaerob, akan
tetapi ada definisi yang lebih baik mengenai fermentasi yaitu respirasi dalam
lingkungan anaerob dengan tanpa akseptor elektron eksternal. Gula adalah bahan yang
umum dalam fermentasi. Pada suasana anaerob, karbohidrat atau gula dapat diubah
menjadi etil alkohol (C2H5OH) dan gas karbon dioksida (CO 2). Prinsip uji fermentasi
selain untuk menentukan gula yang dapat difermentasikan dan untuk mengetahui
besarnya kandungan CO2 sebagai hasil fermentasi. Adanya CO 2 ditandai dengan adanya
isapan ibu jari pada kaki tabung fermentasi yang terbuka. Proses ini terjadi pada suasana
anaerob, karbohidrat oleh ragi akan dicerna dan diubah bentuknya menjadi etil alkohol
beserta gas CO2. Gas CO2 yang dihasilkan ragi lebih cepat terjadi pada monosakarida
seperti pada percobaan glukosa memiliki gas CO2 paling tinggi. Ini membuktikan bahwa
monosakarida lebih reaktif dibandingkan disakarida. Selain itu, pati dan disakarida
11
lainnya merupakan molekul yang relatif lebih bear dibandingkan monosakrida sehingga
kemampuan ragi untuk mencerna serta mengubah pati tersebut menjadi CO 2 lebih
banyak memerlukan energi dan waktu yang lebih lama. Tahap fermentasi pada
monosakarida berlangsung paling cepat. Hal ini dikarenakan monosakrida merupakan
karbohidrat paling sederhana sehingga proses fermentasi langsung berjalan. Namun
pada disakarida seperti sukrosa, laktosa dan maltosa yang susunannya lebih kompleks
proses fermentasi akan berjalan lebih lambat karena disakarida tersebut harus
dihidrolisis terlebih dahulu menjadi monosakarida baru kemudian difermentasi. Pada
pati seharusnya reaksi berlangsung lebih lambat lagi karena pati merupakan suatu
polisakarida.
Uji Selliwanoff bertujuan membedakan adanya ketosa pada monosakarida atau
disakarida berdasarkan perubahan warna larutan. Prinsip dari uji selliwanoff adalah jika
setelah pencampuran larutan antara pereaksi selliwanof dan sampel, lalu dilakukan
pemanasan selama 60 detik, maka sakarida yang tergolong ketosa adalah yang berwarna
merah. Berikut ialah data hasil dari percobaan uji selliwanoff yang disajikan dalam
bentuk tabel.
Fruktosa + Merah
Laktosa -
Tidak Berwarna
12
Sukrosa + Merah
Reagen selliwanoff terdiri dari resorsinol dan asam klorida pekat yang akan
menghidrolisis polisakarida dan oligosakarida menjadi gula sederhana. Ketosa yang
terhidrasi akan bereaksi dengan resorsinol menghasilkan warna merah pada larutan.
Glukosa dan pati tidak memberikan hasil positif pada uji selliwanoff karena uji
selliwanoff hanya positif pada karbohidrat yang mengandung monosakarida dengan
jumlah 6 atom C yang disebut dengan heksosadan mengandung gugus keton. Glukosa
merupakan aldosa dan pati merupakan polisakarida sehingga pada uji selliwanoff akan
memberikan hasil yang negatif (Sumardjo 2009).
Uji iodin bertujuan menunjukkan adanya polisakarida, amilum dan iodin dapat
membentuk kompleks biru,amilopektin dengan iodin akan memberi warna merah ungu,
sedangkan dengan glikogen dan dekstrin akan membentuk warna merah cokelat, reagen
13
yang digunakan merupakan larutan iodin atau I2. Uji dimulai dengan penyiapan papan
uji yang bersih dan kering lalu dimasukkan sedikit tepung agar-agar ke papan uji
kemudian ditambahkan beberapa tetes larutan iod encer dan dicampur hingga rata. Uji
ini terjadi menurut persamaan reaksi:
Uji ini dilakukan terhadap tepung pati, gum arab dan agar-agar. Berikut ialah data
hasil dari percobaan uji iodin yang disajikan dalam bentuk tabel.
Tepung - Merah
Gum arab
Agar-agar - Hitam
kecoklatan
Hasil yang didapatkan dalam percobaan tersebut ialah tepung pati positif
mengandung amilosa sedangkan tepung gum arab dan agar-agar negatif mengandung
amilosa. Tepung gum arab adalah polisakarida karena terdapat arabinosa, tepung agar
14
seharusnya memberikan hasil yang positif karena mengandung amilosa walaupun dalam
jumlah yang sangat sedikit dan pati memiliki kandungan amilosa yang jauh lebih
banyak dibandingkan tepung agar. Pati memberikkan hasil yang positif karena dalam
larutan pati terdapat unit-unit glukosa yang membentuk rantai heliks karena adanya
ikatan dengan konfigurasi pada tiap unit glukosanya, bentuk ini menyebabkan pati dapat
membentuk kompleks dengan molekul iodium yang dapat masuk ke dalam spiralnya,
sehingga menyebabkan warna biru tua pada kompleks tersebut.
Penambahan iodium akan terbentuk kompleks pati dan iodium kompleks ini
dapat mengendap yang kemudian dapat ditentukan degan mengukur konsentrasi warna
biru yang terbentuk dengan menggunakan spekrtofotometer. Metode ini digunakan
untuk memisahkan amilum atau pati yang terkandung dalam larutan tersebut. Reaksi
positifnya ditandai dengan adanya perubahan warna menjadi biru. Warna biru yang
dihasilkan diperkirakan adalah hasil dari ikatan kompleks antara amilum dengan iodin.
Sewaktu amilum yang telah ditetesi iodin, kemudian dipanaskan, warna yang dihasilkan
sebagai hasil dari reaksi yang positif akan menghilang. Sewaktu didinginkan warna biru
akan muncul kembali (Manatar dkk, 2012)
Simpulan
Saran
Sebaiknya semua sampel yang mudah cepat rusak dibuat beberapa jam sebelum
praktikum supaya hasil yang didapat lebih akurat.
15
DAFTAR PUSTAKA