Anda di halaman 1dari 37

Mata Kuliah : Keperawatan Komunitas I

Dosen Pembimbing : Natalia Elisa Rakinaung, S.Kep.,Ns.,MNS.

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA


MASYARAKAT DESA LASALLIAN C6

Oleh :
Melya F. Lawa 16061145
Feren M. Sampel 16061044
Indah Rondonuwu 16061104
Philiailani Kindangen 16061125

Program Studi Ilmu Keperawatan


Fakultas Keperawatan
Universitas Katolik De La Salle Manado
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas tuntunanNya sehingga tugas
laporan yang berjudul “Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Masyarakat Desa Lasallian C6 ”
ini telah selesai pada waktu yang semestinya. Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah
sebagai pemenuhan tugas dari mata kuliah “Keperawatan Komunitas”.
Kami menyadari bahwa isi dari makalah ini masih belum sempurna, sehingga kami
harap pembaca dapat memberikan saran atau kritik demi perbaikan makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat dipergunakan semestinya.

Penulis

Kelompok
DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I : Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Penulisan
1.3 Sistematika penulisan
BAB II : Tinjauan Pustaka
2.1 (Teori dari masalah yang diangkat)
2.2 Konsep Teori Keperawatan (disesuaikan dengan masalah yang diangkat)
BAB III : Kerangka Konsep
3.1 WOC (Web of Causation) : Menggunakan kerangka konsep teori
keperawatan
3.2 Aplikasi Teori Keperawatan dalam Asuhan Keperawatan
BAB IV : Aplikasi Asuhan Keperawatan
4.1. Pengkajian Asuhan Keperawatan Komunitas
4.2 Analisa Data Komunitas
4.3 Diagnosa Keperawatan Komunitas (tabel)
4.4 Rencana Asuhan keperawatan (tabel)
4.5 Implementasi Asuhan Keperawatan Komunitas (tabel)
4.6 Evaluasi Asuhan Keperawatan Komunitas (tabel)
BAB V : Penutup
5.1 Simpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Format Pengkajian Keluarga
2. Perhitungan Sampel Keluarga dalam Komunitas Desa
3. Dokumentasi Asuhan Keperawatan Komunitas
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Hidup sehat merupakan kebutuhan dan tuntutan yang semakin meningkat

walaupun pada kenyataanya derajad kesehatan masyarakat Indonesia masih belum

sesuai dengan harapan. Ada banyak permasalahan kesehatan yang dialami oleh

masyarakat, salah satunya adalah penyakit Hipertensi. Keberhasilan terapi pengobatan

pada pasien Hipertensi tidak sepenuhnya berada di tangan tenaga kesehatan

tetapi partsipasi aktif klien dalam mematuhi pentalogi terapi Hipertensi (penyuluhan,

diit, managemet stres, usia, jenis kelamin, factor keturunan) memiliki andil besar

walaupun pada kenyatanya dilahan sering terabaikan. Hal ini memberikan dampak

meningkatnya jumlah pasien Hipertensi.

Prevalensi hipertensi di Indonesia yang ditentukan berdasarkan kriteria ambang

hipertensi (bordeline hypertention) yaitu tekanan darah dengan rentang antara 140/90-

159/94 mmHg, diperkirakan 4,8-18,8%. Angka ini lebih tinggi dari angka prevalens

yang dilaporkan oleh Cheng dan kawan-kawan di Taipeh, yaitu sekitar 6,2% dan oleh

Freis di Amerika Serikat, yaitu 10-15%. Selain prevalensinya yang tinggi, juga angka

kematian akibat hipertensi di masyarakat mengalami peningkatan yang sangat pesat.

Menurut pengamatan WHO, selama 10 tahun terakhir, terlihat bahwa jumlah penderita

hipertensi yang dirawat di berbagai rumah sakit di meningkat lebih dari 10 kali lipat.

Peningkatan ini tentu saja sangat mencemaskan siapapun yang peduli, karena

penemuan kasus yang hanya dilakukan secara pasif pada masyarakat yang tingkat

pengetahuannya rendah.

Hipertensi merupakan tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di

atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg (Smeltzer, Bure, 2002). Hal itu

terjadi akibat factor keturunan, umur, jenis kelamin, ras dan kebiasaan hidup yang

buruk. Pada penyakit Hipertensi jika dilihat dari gejala dapat di bedakan menjadi 2
yaitu Hipertensi Benigna (tidak menimbulkan gejala) dan Hipertensi Maligna

(membahayakan disertai keadaan kegawatan). Dari factor resiko Hipertensi yang dapat

diubah yaitu dari merokok, obesitas, alcohol, stress, konsumsi garam yang tinggi dan

aktifitas. Hipertensi tidak terlepas dari pola hidup klien selama di rumah, maka dari itu

peran keluarga sangat dibutuhkan untuk pencegahan dan perawatan selama di rumah

sangatlah penting. di kurangi. Pencegahan dan perawatan yang harus dilakukan oleh

keluarga adalah dengan membiasakan pola hidup sehat, hal yang harus dilakukan oleh

keluarga yang mempunyai keluarha Hipertensi yaitu dengan menjaga prilaku hidup

sehat seperti salah satu contohnya yaitu dalam menyediakan makanan, disini peran

keluarga yaitu menyediakan makanan yang tidak bersantan dan tinggi garam, prilaku

dari keluarga tersebut akan berpengaruh pada klien Hipertensi.

Teori model keperawatan Nolla J Pender yang fokus pada “Health Promotion

Model (HPM)” dengan menggabungkan dua teori yaitu nilai pengharapan (Expectancy

Value) dan teori pembelajaran social (Social Cognitive Theory) yang memandang suatu

promosi keshatan dan pencegahan penyakit sebagai sesuatu yang logis dan ekonomis.

prilaku kesehatan pada keluarga yang mempunyai anggota keluarga hipertensi

dipengaruhi oleh pengetahuan keluarga dalam menerapkan pola hidup sehat terutama

pada keluarga yang mempunyai anggota keluarga hipetensi yaitu dalam hal diet,

aktifitas dan live style. setelah keluarga mempunyai pengetahuan diharapkan keluarga

akan sadar pentingnya pola hidup sehat yang nantinya akan menjadi kebiasaan dalam

berprilaku.

1.2 Tujuan Penulisan


Untuk memberikan asuhan keperawatan kepada masyarakat desa lasallian C6 terkait
penyakit hipertensi dengan masalah :
1. Pengaturan pola makan/diet yang tidak sehat
2. Kebiasaan jarang melakukan aktivitas fisik
3. Kebiasaan masyarakat dalam merokok
4. Ketidaktahuan masyarakat terkait pentingnya pemeriksaan kesehatan rutin
1.3 Sistematika Penulisan
Pada BAB 1 dibahas mengenai sekilas tentang penyakit yang diangkat dan juga
frekuensi penderita penyakit dari tingkat internasional hingga tingkat nasional. Dan juga
membahas mengenai jumlah penderita penyakit di tiap provinsi. Serta membahas
mengenai tujuan pembuatan tulisan ini.
Pada BAB II dibahas mengenai teori dari masalah yang diangkat dan penjelasan dari
rincian penyakit yang diangkat, serta pembahasan mengenai kerangka teori keperawatan
yang digunakan dalam mengatasi masalah yang ada, dan juga membahas mengenai
pemikiran dari ahli yang dipilih.
Pada BAB III dijelaskan mengenai penggunaan kerangka teori disesuaikan dengan
terjadinya masalah dalam masyarakat dan penerapan konsep teori keperawatan dalam
asuhan keperawatan.
Pada BAB IV membahas mengenai proses asuhan keperawatan yang diterapkan pada
masyarakat mulai dari pengumpulan data (pengkajian) hingga Pemberian tindakan
(Implementasi) serta penilaian (Evaluasi).
Pada BAB V membahas mengenai pembahasan dari tiap diagnose yang diangkat dan
penjelasannya.
Pada BAB VI membahas mengenai penutup dari tulisan ini dan juga ringkasan materi
yang telah dibahas sebelumnya.
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1 Konsep Penyakit dan Masalah Keperawatan
Manajemen kesehatan tidak efektif yang dimiliki oleh masyarakat di desa Lasallian C6
merupakan suatu pola pengaturan dan pengintegrasian penanganan masalah kesehatan ke
dalam kebiasaan hidup sehari-hari tidak memuaskan untuk mencapai status kesehatan
yang diharapkan sehingga masyarakat mengalami berbagai penyakit yang salah satunya
adalah Hipertensi. Adapun penjelasan dari penyakit ini adalah sebagai berikut :
A. Pengertian Hipertensi
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg (Bure,
2002).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu kondisi medis saat
seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal (Puspitorini,
2008:1).
Tekanan darah tinggi atau hipertensi secara umum didefinisikan sebagai
tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg
(Palmer-Williams, 2007:10).
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah
di dalam arteri. Dikatakan tekanan darah tinggi jika pada saat duduk terkena
sistoliknya mencapai 140 mmHg atau lebih, atau tekanan diastoliknya mencapai 90
mmHg atau lebih, atau keduanya (Utaminingsih, 2009:21).
Dari definisi diatas maka diambil kesimpulan hipertensi adalah peningkatan
tekanan darah diatas normal yang memberi gejala yang berlanjut untuk suatu target
organ, seperti stroke, jantung koroner, gagal ginjal dan kerusakan pada mata.
B. Penyebab Hipertensi
1) Hipertensi esensial (hipertensi primer), yaitu hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya disebut juga hipertensi idiopatik, terdapat pada lebih dari 90%
penderita.
2) Hipertensi sekunder, yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain
(ginjal, kelainan hormonal, kehamilan) (Puspitorini, 2008:24-23).
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-
data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan
terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
(1) Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan
lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita
hipertensi.
(2) Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur
(jika umur bertambah maka TD meningkat), jenis kelamin (laki-laki lebih
tinggi dari perempuan) dan ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih)
(3) Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah
konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr), kegemukan atau makan
berlebihan, stress dan pengaruh lain misalnya merokok, minum alcohol,
minum obat-obatan (ephedrine, prednison, epineprin.
C. Klasifikasi Hipertensi
1) Menurut WHO
Normal tensi bila tekanan darah sistolik ‹140 mmHg dan tekanan diastolik ‹90
mmHg
i. Hipertensi ringan bila tekanan darah sistolik 140-180 mmHg dan tekanan
diastolik 90-105 mmHg
ii. Hipertensi perbatasan bila tekanan darah sistolok 140-160 mmHg dan
tekanan diastolik 90-95mmHg
iii. Hipertensi sedang dan berat tekanan darah sistolik ›180 mmHg dan
tekanan diastolik ›105 mmHg.(Puspitorini, 2008:10)
2) Klasifikasi tekanan darah menurut The Join National Comite VII(JNC VII)
Bagi dewasa usia 18 tahun ke atas yang tidak sedang dalam pengobatan tekanan
darah tinggi dan tidak menderita penyakit serius dalam jangka waktu tertentu
(Puspitorini, 2008:9).
Tabel 2.1 : Klasifikasi tekanan darah menurut The Join National Comite VII(JNC VII)
KATEGORI SISTOLIK DIASTOLIK

Normal ‹120 ‹80

Prahipertensi 120 – 139 80 – 89

Hipertensi ≥140 ≥90

Stadium 1 140 - 159 90 - 99


Stadium 2 160 - ≥180 100 - ≥ 110
3) Klasifikasi tekanan darah rekomendasi dari The Sixth Report of The Join
National Committee, Prevention, Detection and Treatment of High Blood
Pressure (JNC – VI, 1997
Tabel 2.2 : Klasifikasi tekanan darah menurut JNC-VI
No Kategori Sistolik(mmHg) Diastolik(mmHg)
1. Optimal <120 <80
2. Normal 120 – 129 80 – 84
3. High Normal 130 – 139 85 – 89
4. Hipertensi
Grade 1 (ringan) 140 – 159 90 – 99
Grade 2 (sedang) 160 – 179 100 – 109
Grade 3 (berat) 180 – 209 100 – 119
Grade 4 (sangat >210 >120
berat)

4) Klasifikasi tekanan darah menurut NM Kaplan (Bapak Ilmu Penyakit


Dalam) memberikan batasan dengan membedakan usia dan jenis kelamin
dintaranya :
a. Pria, usia ‹45 tahun, dikatakan hipertensi bila
tekanan darah pada waktu berbaring ≥ 130/90 mmHg
b. Pria, usia ›45 tahun, dikatakan hipertensi jika tekanan darahnya
›145/95 mmHg
c. Wanita dikatakan hipertensi jika mempunyai tekanan darah ≥160/95
mmHg (Puspitorini, 2008:10-11)
5) Klasifikasi hipertensi menurut Gordon H. Williams :
(1). Tekanan Darah sistolik :
a) ‹140 : Normal
b) 140–159: Normal Tinggi
c) ›159 : Hipertensi
(2). Tekanan Darah Diastolik :
a) ‹85 : Normal
b) 85-89 : Normal Tinggi
c) 90-104 : Hipertensi Ringan
d) 105-114 : Hipertensi Sedang
e) ›115 : Hipertensi Berat
(Puspitorini, 2008:11).
6) Klasifikasi hipertensi menurut gejala dibedakan menjadi dua yaitu,
a) Hipertensi Benigna adalah keadaan hipertensi yang tidak menimbulkan
gejala-gejala, biasanya ditemukan pada saat penderita dicek up.
b) Hipertensi Maligna adalah keadaan hipertensi yang membahayakan
biasanya disertai dengan keadaan kegawatan yang merupakan akibat
komplikasi organ-organ seperti otak, jantung dan ginjal (Mahatul Azam
2005 :17).
D. Faktor-Faktor Risiko Hipertensi
1) Faktor risiko tidak dapat di ubah
(a) Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga yang menunjukkan adanya tekanan darah yang meninggi
merupakan faktor risiko yang paling kuat bagi seseorang untuk mengidap
hipertensi dimasa yang akan datang (Puspitorini, 2008:23).
(b) Jenis Kelamin
Pada umumnya insiden pada pria lebih tinggi dari pada wanita, namun pada
usia pertengahan dan lebih tua, insiden pada wanita akan meningkat, sehingga
pada usia diatas 65 tahun insiden pada wanita lebih tinggi.
(c) Usia
Insiden hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia. Ini sering
disebabkan oleh perubahan alamiah didalam tubuh yang mempengaruhi
jantung, pembuluh darah dan hormon. Hipertensi yang berusia kurang dari 35
tahun akan menaikkan insiden penyakit arteri koroner dan kematian prematur
(Tambayong, 2000).
(d) Suku bangsa
Orang kulit hitam berisiko tinggi terjadi hipertensi dari pada orang kulit
putih. Penjelasan untuk temuan ini kemungkinan karena mereka banyak yang
menderita hipertensi (33% lebih tinggi dari pada kulit putih).
2) Faktor-faktor risiko yang masih dapat di ubah
(a) Merokok
Merokok dapat mengakibatkan jantung berdetak lebih cepat dan memicu
terjadinya penyempitan pembuluh darah dan lapisan arteri
menjadi tebal dan kasar, meningkatkan tekanan darah (Lany, 2001:19).
(b) Obesitas
Penderita obesitas berisiko dua sampai enam kali lebih besar untuk terserang
hipertensi dibanding orang dengan berat badan yang normal
karena daya typompa jantung dan sirkulasi volume darah lebih tinggi
(Pusitorini, 2008:24).
(c) Alkohol
Memiliki pengaruh terhadap tekanan darah dan secara keseluruhan semakin
banyak alkohol yang diminum semakin tinggi tekanan darah (Beevers,
2002:37-38).
(d) Stres
Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf
simpatis. Peningkatan saraf simpatis dapat menaikkan tekanan darah secara
intermiten (tidak menentu). Stres yang berkepanjangan dapat
mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Jika stres telah
berlalu, maka tekanan darah biasanya akan kembali normal (Pusitorini,
2008:25).
(e) Konsumsi Garam Yang Tinggi
Konsumsi garam memiliki efek langsung terhadap tekanan darah. Telah
ditunjukkan bahwa peningkatan tekanan darah ketika semakin tua, yang
terjadi pada semua masyarakat kota, merupakan akibat dari banyaknya garam
yang dimakan. Natrium bersama klorida yang terdapat dalam garam dapur
dalam jumlah normal dapat membantu tubuh mempertahankan keseimbangan
cairan tubuh untuk mengatur tekanan darah. Namun natrium dalam jumlah
yang berlebih dapat menahan air (retensi), sehingga meningkatkan volume
darah. Akibatnya jantung harus bekerja lebih keras untuk memompanya dan
tekanan darah menjadi naik (Lanny, 2004:29).
(f) Aktivitas Fisik (Olah Raga)
Olah raga lebih banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi karena
olah raga isotonik dan teratur dapat menurunkan tekanan darah. Kurangnya
melakukan olahraga akan meningkatkan kemungkinan timbulnya obesitas dan
jika asupan garam juga bertambah akan memudahkan timbulnya hipertensi.
E. Gejala Klinis Hipertensi
1) Sakit kepala
2) Epitaksis (mimisan)
3) Lekas marah
4) Telinga berdengung
5) Rasa berat ditekuk
6) Sukar tidur
7) Mata berkunang-kunang
8) Pusing
(Puspitorini, 2008:20-21).
F. Komplikasi Hipertensi
1) Stroke
Tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh
darah otak. Stroke merupakan kematian jaringan otak yang terjadi karena
berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak. Biasanya terjadi secara
mendadak dan menyebabkan kerusakan otak dalam beberapa menit (Comlete
Stroke) (Utami, 2009:7).
2) Gagal Jantung
Tekanan darah yang terlalu tinggi memaksa otot jantung bekerja lebih berat
untuk memompa darah dan menyebabkan pembesaran otot jantung kiri
sehingga jantung mengalami gagal fungsi. Pembesaran pada otot jantung kiri
disebabkan kerja keras jantung untuk memompa darah.
3) Pada ginjal
Tingginya tekanan darah membuat pembuluh darah dalam ginjal tertekan dan
akhirnya menyebabkan pembuluh darah rusak. Akibatnya fungsi ginjal
menurun sehingga mengalami gagal ginjal (Utami, 2009:8).
4) Pada mata (gangguan penglihatan)
Tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kerusakan pembuluh
darah dan saraf pada mata (Utami, 2009:8).
G. Penatalaksanaan Hipertensi
1) Penatalaksanaan Non Farmakologis
(a). Penurunan BB pada Obesitas
Dengan menurunkan BB dapat menurunkan tekanan darah terbukti bahwa
daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan
hipertensi lebih tinggi dibandingkan dengan orang dengan berat badan
normal (Puspitorini, 2008:24)
(b). Mengurangi Konsumsi Garam
Pada hipertensi esensial ringan, pengurangan asupan garam dapat
digunakan sebagai langkah awal pengobatan hipertensi dan telah
dibuktikan dapat menurunkan tekanan darah. Pembatasan konsumsi
garam sangat dianjurkan, maksimal 2 gram per hari.
(c. Membatasi Konsumsi Lemak
Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolesterol darah tidak
terlalu tinggi. Kadar kolesterol yang tinggi dapat mengakibatkan
terjadinya endapan kolesterol dalam dinding pembuluh darah. Lama-
kelamaan, jika endapan kolesterol bertambah akan menyumbat pembuluh
nadi dan mengganggu peredaran darah. Dengan demikian, akan
memperberat kerja jantung dan secara tidak langsung memperparah
hipertensi.
(d). Tidak/mengurangi rokok dan minum alkohol
Alkohol dan rokok diketahui dapat meningkatkan tekanan darah sehingga
menghindari alkohol dan rokok berarti menghindari kemungkinan
hipertensi (Gunawan, 2001:25).
(e). Olah Raga
Olah raga yang teratur dapat menyerap atau menghilangkan endapan
kolesterol pada pembuluh nadi. Olahraga yang dimaksud adalah latihan
menggerakkan semua sendi dan otot tubuh (latihan isotonik atau
dinamik), seperti gerak jalan, naik sepeda (Gunawan, 2001:24).
(f). Hindari Stres
Kondisi emosional yang meningkat (stres) dapat meningkatkan tekanan
darah (Gunawan, 2001:25).
(g). Pengobatan secara herbal
Dengan mengkonsumsi kelopak rosella ungu untuk menurunkan tekanan
darah (Widyanto, Suryaadmaja, 2008:13).
2) Penatalaksanaan Farmakologis
Terapi medis diberikan dengan jalan memberikan obat-obat antihipertensi.
Obat-obat antihipertensi dibagi menjadi beberapa kelompok obat, yaitu:
(a) Diuretik
Merupakan terapi pengobatan pilihan pertama pada terapi hipertensi,
misal Diuretik Thiazid (Chlothlidone), Diuretical Loop (furosemide)
(b) Beta Blokers
Obat yang diutamakan untuk hipertensi selain diuretik, misal propanolol,
metropolol.
(c) ACE-Inhibitor
Diberikan jika obat utama (diuretika dan Beta Blokers) tidak efektif atau
kontraindikasi.
(d) Antagonis Angiotensin II
Nanopeptida losartan, reseptor penghambat angiotensin II yang sangat
selektif telah terbukti sebagai obat antihipertensi.
(e) Calcium Bloker
Diberikan ketika obat-obat dosis pertama(diuretika dan Beta Blokers)
kontraindikasi atau tidak efektif.
(f) Alpha Blokers
Mengurangi tahanan pembuluh darah perifer dan menurunkan tekanan
darah arteri melalui relaksasi arteri dan otot polos vena, misal dozazonin,
phentolamine mesylate’
H. Pemeriksaan Penunjang
1) Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
2) Pemeriksaan retina
3) Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal dan
jantung
4) EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
5) Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa
6) Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renal, pemeriksaan
fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.
7) Foto dada dan CT scan.
2.2 Konsep Teori Keperawatan

Gambar 1. Kerangka Konseptual Keperawatan Health Promotion Model (Nola Pender)


A. Biografi Singkat
Pender dilahirkan pada tahun 1941 di Lansig, Michigan, satu-satunya anak dari
orang tuanya yang mendukung pendidikan untuk wanita. Keluarganya
mendukung cita-citanya menjadi RN yang kemudian ia memimpin sekolah
keperawatan di RS Sub Urban Barat di Oak Park, illnois. Dia mendapat gelar
diploma pada tahun 1962 dan bekerja pada unit bedah di RS Michigan.Pada tahun
1975, Dr Pender mempublikasikan model konsepsual kesehatan preventif. Dasar
studinya adalah bagaimana individu membuat keputusan tentang perawatan
kesehatan mereka sendiri dalam konteks keperawatan. Artikel tersebut
mengidentifikasi factor-faktor yang ditemukan dalam pengambilan keputusan dan
tindakan-tindakan yang diperlukan individu dalam pencegahan penyakit. Pada
tahun 1982, edisi pertama promosi kesehatan dalam praktek keperawatan
dipublikasikan dengan konsep promosi optimal tentang kesehatan mendesak
perlunya pencegahan penyakit. Model promosi kesehatan pertama kali dimuat
pada edisi ini dan mengalami revisi pada tahun 1987 di edisi buku. Edisi III tahun
1996 memuat revisi terakhir tentang model promosi kesehatan dan di
presentasikan.
B. Penjelasan Bagan Model Promosi Kesehatan
A. Karakteristik dan pengalaman individu
1. Perilaku sebelumnya
Perilaku sebelumnya mempunyai pengaruh langsung atau tidak langsung dalam
pelaksanaan perilaku promosi kesehatan, yaitu:
a) Pengaruh langsung dari perilaku masa lalu terhadap perilaku promosi
kesehatan saat ini dapat menjadi pembentuk kebiasaan yang mempermudah
seseorang melaksanakan perilaku tersebut secara otomatis.
b) Pengaruh tidak langsungnya adalah melalui persepsi pada self efficacy,
manfaat, hambatan dan pengaruhi aktivitas yang muncul dari perilaku
tersebut. Pengaruh positif atau negatif dari perilaku baik sebelum, saat itu
ataupun setelah perilaku tersebut dilaksanakan akan dimasukan kedalam
memori sebagai informasi yang akan dimunculkan kembali saat akan
melakukan perilaku tersebut di kemudian waktu. Perawat dapat membantu
pasien membentuk suatu riwayat perilaku yang positif bagi masa depan
dengan memfokuskan pada tahap perilaku tersebut. Membantu pasien
bagaimana mengatasi rintangan dalam melaksanakan perilaku tersebut dan
meningkatkan level/ kadar efficacy dan pengaruh positif melalui
pengalaman yang sukses dan feed back yang positif.
2. Faktor Personal
Faktor personal meliputi aspek biologis, psikologis dan social budaya. Faktor -
faktor ini merupakan prediksi dari perilaku yang didapat dan dibentuk secara
alami oleh target perilaku
3. Faktor Biologis Personal
Termasuk dalam faktor ini adalah umur, indeks massa tubuh, status pubertas,
status menopause, kapasitasa erobik, kekuatan, kecerdasan atau keseimbangan.
4. Faktor Psikologis Personal
Varibel yang merupakan bagian dari faktor ini adalah harapan diri, motivasi,
kemampuan personal, status kesehatan,dan definisi sehat
5. Faktor social kultural
Faktor ini meliputi suku, etnis, pendidikan, dan status ekonomi
B. Perilaku Spesifik Pengetahuan dan Sikap (Behaviour-Spesific Cognitionsand
Affect)
a) Manfaat Tindakan (Perceived Benefits of Actions)
Rencana seseorang melaksanakan perilaku tertentu tergantung pada antisipasi
terhadap manfaat atau hasil yang akan dihasilkan. Antisipasi manfaat merupakan
representasi mental dan konsekuensi perilaku positif. Berdasarkan teori expecting
value.
b) Hambatan Tindakan yang dirasakan (Perceived Barriers to
Actions)
Hambatan yang diantisipasi telah secara berulang terlihat dalam penelitian
empiris, mempengaruhi intensitas untuk terlibat dalam suatu perilaku yang nyata
dan perilaku actual yang dilaksanakan. Dalam hubungannya dengan perilaku
promosi kesehatan, Hambatan-hambatan ini dapat berupa imaginasi maupun
nyata. Hambatan ini terdiri atas : persepsi mengenai ketidaktersediaan,
tidak menyenangkan, biaya, kesulitan atau penggunaan waktu untuk tindakan-
tindakan khusus. Hambatan-hambatan ini sering dilihat sebagai suatu blocks,
rintangan dan personal cost dari perilaku yang diberikan. Hilangnya kepuasan
dalam menghindari atau menghilangkan perilaku-perilaku yang merusak
kesehatan seperti merokok atau makan makanan tinggi lemak untuk mengadopsi
perilaku / gayahidup yang lebih sehat juga dapat menjadi suatu halangan.
Halangan ini biasanya membangunkan motivasi untuk menghindari perilaku-
perilaku yang diberikan. Bila kesiapan untuk bertindak rendah dan hambatan
tinggi maka tindakan ini tidak mungkin terjadi. Jika kesiapan untuk bertindak
tinggi dan harnbatan rendah kemungkinan untuk melakukan tindakan lebih besar.
Barier tindakan seperti yang dilukiskan dalam HPM mempengaruhi prornosi
kesehatan secara langsung dengan bertindak sebagai locks terhadap tindakan
seperti penurunan komitmen untuk merencanakan tindakan.
c) Kemajuan Diri (Perceived Self Efficacy)
Self efficacy seperti didefinisikan oleh Bandura adalah judgment / keputusan dari
kapabilitas seseorang untuk mengorganisasi dan menjalankan tindakan secara
nyata. Judgment dari personal efficacy dibedakan dari harapan yang ada dalarn
tujuan. Perceived self efficacy adalah judgment dari kemampuan untuk
menyelesaikan tingkat performance yang pasti, dimana tujuannya atau
harapannya adalah suatu judgment dari suatu konsekuensi (contohnya benefit dan
cost) sebanyak perilaku yang akan dihasilkan. Persepsi dari ketrampilan dan
kompetensi dalam domain Motivasi individu untuk melibatkan perilaku-perilaku
yang mereka lalui. Perasaan efficacy dan ketrampilan dalam performance
seseorang sepertinya mendorong untuk melibatkan/ menjalankan perilaku yang
lebih banyak daripada perasaan ceroboh dan tidak terampil
Pengetahuan individu tentang self efficacy didasarkan pada 4 tipe informasi :
1. Pencapaian performance dari perilaku yang dilaksanakan secara
nyata dan evaluasi performance yang berhubungan dengan beberapa
standar pribadi atau umpan balik yang diberikan
2. Pengalaman-pengalaman dan mengobservasi performan-ce orang
lain dan hubungannya dengan evaluasi diri sendiri dan umpan balik
dan orang lain.
3. Ajakan secara verbal kepada orang lain bahwa mereka mempunyai
kemampuan untuk melaksanakan tindakan tertentu.
4. Kondisi psikologis (kecemasan, ketakutan, ketenangan) di mana
seseorang menyatakan kemampuannya.
5. Dalam HPM, self efficacy yang diperoleh dipengaruhi oleh aktivity
related affect. Makin positif affeck, makin besar persepsi eficacynya,
sebaliknya self eficacy mempengaruhi hambatan tindakan, dimana
efficacy yang tinggi akan mengurangi persepsi terhadap hambatan
untuk melaksanakan perilaku yang ditargetkan. Self efficacy
memotivasi perilaku promosi kesehatan secara langsung dengan
harapan efficacy dan secara tidak langsung dengan mempengaruhi
hambatan dan komitmen dalam melaksanakan rencana tindakan.
d) Activity-Related Affect (sikap yang berhubungan dengan Aktivitas)
Perasaan subjektif muncul sebelum, saat dan setelah suatu perilaku, didasarkan
pada sifat stimulus perilaku itu sendiri. Respon afektif ini dapat ringan, sedang
atau kuat dan secara sadar di nanti, disimpan didalam memori dan dihubungkan
dengan pikiran-pikiran perilaku selanjutnya. Respon-respon afektif terhadap
perilaku khusus terdiri atas 3 komponen yaitu : emosional yang muncul terhadap
tindakan itu sendiri (activity-related), menindak diri sendiri (self-related), atau
lingkungan dimana tindakan itu terjadi (context-related).
Perasaan yang dihasilkan kemungkinan akan mempengaruhi apakah
individu akan mengulang perilaku itu lagi atau mempertahankan perilaku
lamanya. Perasaan yang tergantung pada perilaku ini telah diteliti sebagai
determinan perilaku kesehatan pada penelitian terakhir. Perilaku yang
berhubungan dengan afek positif kemungkinan akan di ulang dan yang negatif
kemungkinan akan dihindari. Beberapa perilaku bisa menimbulkan
perasaan positif dan negatif. Dengan demikian, keseimbangan di antara
afek positif dan negative sebelum, saat dan setelah perilaku tersebut merupakan
hal yang penting untuk diketahui.
Activity-related Affect ini berbeda dari dimensi evaluasi terhadap sikap yang
dikemukakan olch Fishbein dan Ajzen. Dimensi evaluasi terhadap sikap lebih
mencerminkan evaluasi afektif pada hasil spesifik dari suatu perilaku dari pada
respon terhadap sifat stimulus perilaku itu sendiri. Untuk beberapa perilaku yang
diberikan, rentang penuh dari perasaan negatif dan positif harus diuraikan
sehingga keduanya dapat diukur secara akurat. Dalam beberapa instrument untuk
mengukur afek, perasaan negatif diuraikan secara lebih luas dari pada perasaan
positif. Hal ini tidak rnengherankan karena kecemasan, ketakutan dan depresi
telah diteliti lebih banyak dibandingkan perasaan senang, gembira dan
tenang. Berdasarkan teori kognitif social, terdapat hubungan antara self-efficacy
dan activity related affect.
McAulay dan Courneya menemukan bahwa respon afek positif saat latihan
merupakan predictor yang penting terhadap Efficacy setelah latihan. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Bandura bahwa respon emosional dan pengaruhnya
terhadap keadaan psikologis saat melakukan suatu perilaku berperan sebagai
sumberi informasi efficacy. Dengan demikian, activity-related Affect dikatakan
mempengaruhi perilaku kesehatan secara langsung maupun tidak langsung
melalui self-efficacy dan komitmen terhadap rencana tindakan.
e) Interpersonal Influences
Menurut HPM, pengaruh interpersonal adalah kesadaran mengenai perilaku,
kepercayaan atau pun sikap terhadap orang lain. Kesadaran ini bisa atau
tidak bisa sesuai dengan kenyataan. Sumber utama pengaruh interpersonal
pada perilaku promosi kesehatan adalah keluarga (orang tua dan saudara
kandung), teman, dan petugas perawatan kesehatan. Pengaruh interpersonal
meliputi: norma (harapan dari orang-orang yang berarti), dukungan sosial
(dorongan instrumental dan emosional) dan modeling (pembelajaran melalui
mengobservasi perilaku khusus seseorang). Tiga proses interpersonal ini pada
sejumlah penelitian kesehatan tampak mempredisposisi seseorang untuk
melaksanakan perilaku promosi kesehatan. Norma sosial mernbentuk standar
pelaksanaan yang dapat dipakai atau ditolak oleh individu. Dukungan social
untuk suatu perilaku menyediakan sumber-sumber dukungan yang diberikan oleh
orang lain. Modeling menggambarkan komponen berikutnyadari perilaku
kesehatan dan merupakan strategi yang penting bagi perubahan perilaku dalam
teori kognitif social. Pengaruh interpersonal mernpengaruhi perilaku promosi
kesehatan secara langsung maupun tidak langsung melalui tekanan social atau
dorongan untuk komitmen terhadap rencana tindakan
Individu sangat berbeda dalam sensitivitas mereka terhadap harapan, contoh
pujian orang lain. Namun, diberikan motivasi yang cukup untuk berperilaku
dalam cara yang konsisten dengan pengaruh interpersonal, individu mungkin
akan melakukan perilaku-perilaku yang akan menimbulkan pujian dan dukungan
social bagi mereka.
f) Pengaruh Situasional (Situational Influences)
Persepsi dan kesadaran personal terhadap berbagai situasi atau keadaan
dapat memudahkan atau menghalangi suatu perilaku. Pengaruh situasi
pada perilaku promosi kesehatan meliputi persepsi terhadap pilihan yang ada,
kharakteristik permintaan, dan ciri-ciri estetik dari suatu lingkungan
dimana perilaku tersebut dilakukan. Individu tertarik dan lebih kompeten dalam
perilakunya di dalam situasi atau keadaan lingkungan yang mereka rasa lebih
cocok dari pada lingkungan yang tidak cocok, lingkungan yang berhubungan dari
pada yang asing, lingkungan yang aman dan meyakinkan dari pada lingkungan
yang tidak aman dan mengancarn. Lingkungan yang menarik juga lebih
diinginkan untuk melaksanakan perilaku kesehatan
Dalarn HPM, pengaruh situasional telah dikemukakan sebagai pengaruh
langsung atau tidak langsung pada perilaku kesehatan. Situasi dapat secara
langsung mempengaruhi perilaku dengan menyediakan suatu lingkungan yang
diisi dengan petunjuk-petunjuk yang akan menimbulkan tindakan. Sebagai
contoh, sutau lingkungan yang di tulis dilarang merokok akan menciptakan
klarakteristik perilaku tidak merokok dilingkungan tersebut seperti yang diminta.
Kedua situasi ini mendukung komitmen untuk tindakan kesehatan. Pengaruh
situasional telah memberikan sedikit perhatian pada penelitian HPM sebelumnya
dan dapat diteliti lebih lanjut sebagai determinan yang secara potensial penting
bagi perilaku kesehatan. Mereka dapat dipegang sebagai kunci penting dalam
mengembangkan stategi baru yang lebih efektif untuk memfasilitasi penerirnaan
dan pemelihaman perilaku kesehatan.
C. Hasil Perilaku
Tanggung jawab untuk merencanakan tindakan (POA) merupakan awal dari
suatu peristiwa perilaku. Tanggung jawab ini akan mendorong individu ke
arah perilaku yang di harapkan
a) Tanggung Jawab Untuk Merencanakan Tindakan (POA)
Manusia umumnya meningkatkan perilaku berorganisasi dari pada tidak.
Kesengajaan adalah faktor utama yang menentukan kemauan berperilaku.
Tanggung dalam merencanakan tindakan pada HPM yang telah direvisi
menunjukkan pokok yang mendasari proses kognitif:
b) Tanggung jawab untuk melakukan tindakan yang spesifik pada waktu dan
tempat yang telah diberikan dengan orang-orang tertentu atau secara
sendirian, dengan mengabaikan pilihan berkompetensi
c) Mengidentifikasi strategi-strategi yang menentukan untuk mendapatkan,
membawa dan memperkuat perilaku
d) Kebutuhan mengidentifikasi strategi-strategi spesifik digunakan pada
tempat yang berbeda didalam rangkaian perilaku, kedepannya merupakan
kemungkinan yang disengaja dan yang lebih lanjut bahvva perencanaan
tindakan (POA) yang dikembangkan oleh perawat dan klien akan sukses di
implementasikan. Tanggung jawab sendiri tanpa strategi-strategi dari teman
sejawat sering mengahasilkan tujuan yang baik" namun gagal membentuk
suatu nilai perilaku kesehatan
e) Kebutuhan Untuk Segera Berkompetisi dan Pilihan-Pilihan
Kebutuhan untuk segera berkompetisi atau pilihan-pilihan merujuk pada
alternatif perilaku yang memaksakan kedalam kebingungan sebagai bagian
dari yang mungkin terjadi sebelumnya dan segera diharapkan menjadi
perilaku promosi kesehatan yang direncanakan. Kebutuhan berkompetisi
dipandang sebagai perilaku alternatif dimana individu relatif memiliki level
kontrol yang rendah karena ketergantungan terhadap lingkungan seperti
bekerja atau tanggung jawab perawatan keluarga.
Kegagalan berespon terhadap suatu kebutuhan dapat memiliki efek yang
tidak menguntungkan untuk diri sendiri atau untuk hal-hal lain yang
penting. Pilihan berkompetisi dipandang sebagai alternatif perilaku dengan
kekuatan penuh yang bersifat lebih yang mana individu relatif
menggunakan level kontrol yang tinggi. Mereka dapat mengeluarkan
perilaku promosi kesehatan dan setuju menjadi perilaku kompetisi. Tingkat
dimana individu mampu Melawan pilihan kompetensi tergantung pada
kemampuannya menjadi pengatur diri. Contoh dari "memberi" pilihan
kompetetisi adalah memilih makanan tinggi lemak dari pada rendah lemak
karena rasa atau selera pilihan; mengemudi dengan melewati pusat rekreasi;
selalu berlatih berhenti di mall (suatu pilihan untuk melihat-lihat atau
belanja daripada berolahraga). Kedua kebutuhan kompetisi dan pilihan
dapat menggelincirkan suatu rencana tindakan yang salah satunya telah
dilakukan. Kebutuhan kompetisi dapat berbeda dari rintangan yang harus
dibawa oleh individu dan perilaku yang tidak diantisipasi berdasarkan pada
kebutuhan eksternal atau hasil yang tidak baik/thengtintungkan dapat
terjadi. Pilihan kompetisi dapat berbeda dari rintangan seperti kekurangan
waktu, karena pilihan kompetisi adalah dorongan terakhir yang didasari
pada hirarki pilihan yang menggelincirkan suatu rencana untuk tindakan
kesehatan yang positif.
Ada terdapat bermacam kemampuan individu untuk mendukung
perhatian dan menghindari gangguan. Beberapa individu dapat
mempengaruhi perkembangan atau secara biologis menjadi lebih mudah
dipengaruhi selama tindakan daripada yang lain. Hambatan pilihan
kompetensi memerlukan latihan dari pengaturan diri sendiri.
Komitmen yang kuat untuk trieteneanikati tindakan dapat mendukung
pengabdian untuk melengkapai suatu perilaku mengingat kebutuhan akan
kornpetisi atau pilihan. Didalarn HPM, kebutuhan kompetisi dengan segera
dan pilihan secara langsung mempengaruhi kemungkinan terjadinya
perilaku kesehatan sebagaimana penganth tanggung jawab moderat
f) Perilaku Prornosi Kesehatan
Variable pada model ini telah ditujukan secara ekstensif melalui buku
sehingga disini memerlukan sedikit diskusi yang lebih jauh. Perilaku
promosi kesehatan adalah titik akhir atau hasil tindakan pada HPM.
Bagaimanapun harus dicatat bahwa perilaku promosi kesehatan pada
akhirnya adalah langsung bertujuan untuk mencapai kesehatan yang positif
bagi klien. Perilaku promosi kesehatan, khususnya ketika berintegrasi
menjadi gaya hidup sehat yang meliputi semua aspek kehidupan,
menghasilkan pengalarnan kesehatan yang positif disepanjang proses
kehidupan,
C. Paradigma Keperawatan
Asumsi utama dari teori ini fokus pada unsur-unsur paradigma yang Pender
gambarkan yakni:
1. Manusia
Manusia sebagai makhluk holistik yang berusaha untuk mewujudkan sebuah
negara yang optimal dari aktualisasi diri dengan menggunakan atribut bawaan
dan eksistensial untuk beradaptasi dengan lingkungan dan mencapai
keseimbangan (Sakraida 2014). Isyarat ini sementara membimbing seseorang
menuju negara yang sejahtera sepanjang kontinum melalui jalur yang paling
resistensi. Meskipun manusia tersebut dipandang sebagai diri regulator
independen, penyedia layanan kesehatan berpengaruh dalam memprovokasi
perubahan gaya hidup dengan peran-pemodelan dan memberikan wawasan
(Sakraida 2014). HPM ini didorong oleh persepsi klien keberhasilan; apakah
perilaku akan menghasilkan hasil yang diinginkan tergantung pada upaya yang
dilakukan dan tingkat kesulitan.
Manusia dalam model promosi kesehatan mengacu pada individu yang
merupakan fokus utama dari model pender ini, setiap orang memiliki
karakteristik pribadi yang unik dan pengalaman yang mempengaruhi tindakan
selanjutnya. Diakui bahwa individu belajar perilaku kesehatan dari keluarga dan
comunity, sehingga model mencakup komponen untuk penilaian dan intervensi
pada keluarga dan comunity tingkat serta pada tingkat individu.
Konsep Pender tentang manusia tersebut adalah jumlah dari pengalaman dan
kategori atribut pribadi termasuk biologis, psikologis, dan pengaruh sosial
budaya (Sakraida 2014). Lebih khusus, Pender mencari pandangan yang paling
komprehensif dan optimis manusia dan mendefinisikan status kesehatan sebagai
keadaan halus keseimbangan antara masing-masing orang dan atau
lingkungannya (McCullagh, 2013). Orang berusaha untuk pertumbuhan dan
kemampuan beradaptasi dalam lingkungan hisor nya.
2. Lingkungan
Lingkungan dalam teori Pender ini didefinisikan sebagai pengaruh
interpersonal dan situasional, bukan kekuatan statis. Lingkungan mengacu pada
keadaan fisik, interpersonal, dan ekonomi di mana orang hidup. Kualitas
lingkungan tergantung pada tidak adanya zat beracun, ketersediaan makanan dan
sebagainya.
3. Sehat
Model Pender ini memandang kesehatan sebagai keadaan makhluk yang
bervariasi dalam tingkat sepanjang kontinum, yang dipengaruhi oleh pengubah
internal dan eksternal. "Pender mendefinisikan kesehatan sebagai aktualisasi
potensi manusia yang melekat dan diperoleh melalui perilaku yang diarahkan
pada tujuan, perawatan diri yang kompeten, dan hubungan yang memuaskan
dengan orang lain untuk menjaga integritas struktural dan harmoni "(McCullagh,
2013).
4. Perawat
Dalam model Pender ini perawat memainkan peran utama dalam
memberikan informasi yang lengkap dan akurat kepada klien untuk
mempromosikan self-efficacy, yang dibuat lebih efektif bila kepercayaan praktisi
dirasakan dalam keterampilan nya sendiri/ pengetahuan yang luas. Tujuan utama
dari perawat adalah untuk membantu orang dan bisa merawat diri sendiri.
D. Aplikasi Teori Keperawatan pada Penelitian
Judul Penelitian : Promosi Kesehatan Nola Pender Berpengaruh Terhadap
Pengetahuan dan Kepatuhan ODHA Minum ARV.
Penulis : Tuti Asrianti Utami
Tahun Jurnal : 2017
Jurnal : Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia
Kata Kunci : promosi kesehatan Nola Pender, pengetahuan, kepatuhan,
ODHA, ARV
Abstrak : Tingkat keberhasilan terapi ARV sangat tergantung dari
kepatuhan pasien HIV dalam menjalankan terapi ARV.
Tujuan penelitian ini adalah menganalisa pengaruh promosi
kesehatan Nola Pender terhadap peningkatan pengetahuan dan
kepatuhan ODHA minum ARV di Pelayanan Kesehatan Sint
Carolus (PKSC) dan Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan
(RSUPP). Desain penelitian yang digunakan adalah Pre-Post
test Quasi Eksperimental Non Equivalent Control Group
dengan total sampel 90 responden diperoleh melalui purposive
sampling sesuai kriteria inklusi sebesar 45 responden ODHA
di PKSC (kelompok intervensi) dan sisanya sebagai kelompok
kontrol di RSUPP pada bulan Mei-Juni 2016. Hasil penelitian
menunjukkan karakteristik responden terbanyak usia dewasa
akhir (36-55 tahun), laki-laki, berpendidikan lanjut, bekerja,
pernah mendapat layanan konseling, mendapat dukungan
keluarga dan dukungan teman sebaya, jarak layanan kesehatan
mudah ditempuh dan mempunyai jaminan layanan kesehatan.
Promosi kesehatan Nola Pender meningkatkan pengetahuan
tentang ARV dari rata-rata nilai 5,31 menjadi 7,04 dan
meningkatkan kepatuhan minum ARV dari kepatuhan sedang
menjadi kepatuhan baik sebanyak 51,1%. Pengaruh promosi
kesehatan Nola Pender dengan menggunakan booklet
meningkatkan pengetahuan responden (p=0,000) dari 13,3%
menjadi 91,1%. Peningkatan pengetahuan tentang ARV
berpengaruh terhadap kepatuhan minum ARV (p=0,000),
dikontrol oleh variabel dukungan teman sebaya, dari 30,2%
menjadi 87,2%. Penelitian ini merekomendasikan perlunya
dilanjutkan promosi kesehatan Nola Pender pada ODHA
dengan ARV yang terprogram dan terstruktur secara
berkelanjutan.
BAB III
KERANGKA KONSEP
3.1 WOC (Web of Causation)
 Masyarakat sering mengatakan tidak
selalu mengonsomsi sayur dan buah
karena faktor ketidaktersediaan,
karena dalam hal ini sayur dan buah
merupakan bahan makanan yang
 Masyarakat memiliki cukup mahal.
usia resiko tinggi yakni >  Masyarakat mengatakan tidak
40thn memiliki waktu yang cukup untuk
disisihkan dalam melakukan
 Masyarakat terlihat
olahraga, karena kelelahan bekerja.
kurang mengetahui
 Masyarakat sering mengonsumsi
tentang makanan rokok karena alasan mengompensasi
penyebab HPT keadaan seperti suhu yang dingin.
 Status sosio-ekonomi
masyarakat membuat
mesyarakat tidak dapat  Dukungan keluarga
selalu memenuhi pola kurang dalam proses
makan yang selalu sehat penerapan hidup sehat
bagi penderita HPT
 Kurangnya role model
dan dorongan yang dapat
dijadikan sebagai
motivator.

 Lingkungan masyarakat
yang kurang mendukung
untuk pelaksanaan hidup
sehat (cuaca dingan)
 Lingkungan fisik yang
kurang mendukung
(kurangnya fasilitas
kesehatan tentang bahaya
merokok, dll)

Poin dalam bagan kerangka konsep , yang diangkat sebagai WOC yang pertama ialah
poin personal factor yang meliputi aspek biologis, psikologis dan social buday (Faktor - faktor
ini merupakan prediksi dari perilaku yang didapat dan dibentuk secara alami oleh target
perilaku) dimana pada masyarakat desa Lasallian C6 memiliki masalah yang mucul seperti
yang sudah disebutkan di atas. Yang kedua ialah poin Perceived Barriers to Actions
(Hambatan Tindakan yang dirasakan) dimana hambatan ini terdiri atas : persepsi mengenai
ketidaktersediaan, tidak menyenangkan, biaya, kesulitan atau penggunaan waktu untuk
tindakan-tindakan khusus. Dan pada masyarakat memiliki masalah seperti yang telah
disebutkan di atas sehingga hal inilah yang menjadi suatu penghalang (block) untuk
pencapaian hidup sehat. Dan poin yang ketiga ialah Interpersonal Influence (pengaruh
interpersonal) adalah kesadaran mengenai perilaku, kepercayaan atau pun sikap terhadap orang
lain. Sumber utama pengaruh interpersonal pada perilaku promosi kesehatan adalah keluarga
(orang tua dan saudara kandung), teman, dan petugas perawatan kesehatan. Dan pada
masyarakat sangat kurang akan komponen ini. Dan yang terakhir adalah poin Situational
Influence (Persepsi dan kesadaran personal terhadap berbagai situasi atau keadaan) dapat
memudahkan atau menghalangi suatu perilaku dan juga lingkungan yang menarik juga lebih
diinginkan untuk melaksanakan perilaku kesehatan.

3.2 Aplikasi Teori Keperawatan dalam Asuhan Keperawatan


Terapi Hipertensi merupakan suatu tindakan yang sebenarnya dapat dilakukan sehari-
hari sesuai dengan aktivitas rutin. Dimana penyakit hipertensi dapat diatasi hanya dengan
mengubah pola hidup yang tidak sehat menjadi pola hidup yang lebih sehat. Seperti, pemilihan
makanan yang sehat dan bergizi, pola makan yang teratur, batasi penggunaan garam pada
makanan, aktivitas fisik (olahraga) yang teratur, kurangi merokok dan juga minuman
beralkohol. Dengan pola hidup sehat yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, maka
hipertensi pun akan berangsur-angsur menurun.
Oleh karena itu pola hidup yang sehat perlu dipahami dan diketahui oleh pasien
hipertensi sehingga dapat diaplikasikan saat melakukan kegiatan sehari-hari dan mengurangi
resiko terjadinya penyakit lainnya atau komplikasi penyakit. Pasien hipertensi harus dapat
mengatur pola hidupnya yangs sehat agar dapat terhindar dari penyaki-penyakit berbahaya
yang terancam untuk terjadi.
Promosi kesehatan merupakan konsep dalam pemberdayaan kemampuan individu atau
keluarga untuk meningkatkan kesehatan. HPM membantu perawat dalam menolong dan
mengindentifikasi faktor terhadap kesehatan dan perilaku sehat yang sudah dilakukan guna
membentuk perilaku baru yang dapat mencapai kesehatan yang optimal (Utami, 2017). Peran
perawat dalam keperawatan Pender adalah mencegah pasien hipertensi kearah yang lebih
buruk dengan mengajak individu dan lingkungan sekitar agar berperilaku positif terhadap
pemeliharan dan peningkatan kesehatan, meningkatkan motivasi dan komitmen agar pasien
hipertensi terhindar dari komplikasi. Tidak seperti model pencegahan kesehatan lainya, HPM
menekankan pada metode motivasi positif (Nuari & Kartikasari, 2015).
BAB IV
APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN
4.1. Pengkajian Asuhan Keperawatan Komunitas
A. Hasil wawancara
Data Subjektif :
 Masyarakat mengatakan masih sering merokok
 Masyarakat mengatakan masih mengonsumsi makanan berminyak/berlemak
 Masyarakat mengatakan jarang berolahraga
 Masyarakat mengatakan jarang mengonsumsi sayur dan buah karena mahal
 Masyarakat mengatakan masih sering minum minuman beralkohol karena sering ada
pesta
Data Objektif :
 Masyarakat terlihat jarang memeriksakan kesehatan
 Masyarakat terlihat tidak terlalu mempedulikan tentang kesehatan mereka
B. Diagram

9% Hipertensi
31% Gastritis
25% Kolesterol
Asam Urat
16% 19% Jantung
4.2 Analisa Data Komunitas
DAFTAR
PERHATIAN NO.
MASALAH BESAR TINGKAT MUDAH
NO MASYARAK TOTAL PRIORITAS
KESEHATAN MASALAH KEPARAHAN DIATASI
AT MASALAH
KOMUNITAS
1. Manajemen
kesehatan
tidak efektif
b/d 5 4 2 5 16 1
Penyakit
hipertensi
pada
masyarakat
di Desa
Lasallian
C6

2. Manajemen
kesehatan
tidak efektif
b/d
Penyakit
Asam Urat
4 4 3 4 15 2
pada
masyarakat
di Desa
Lasallian
C6

3. Manajemen
kesehatan
tidak efektif
b/d
Penyakit
Gastritis
4 3 4 3 14 3
pada
masyarakat
di Desa
Lasallian
C6

Berdasarkan hasil Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) didapatkan bahwa prioritas


penyakit berturut-turut adalah hipertensi, asam urat, dan Gastritis. Oleh sebab itu, maka
pelaksanaan intervensi yang dilakukan lebih dulu adalah untuk penyakit Hipertensi.

4.3 Diagnosa Keperawatan Komunitas (tabel)


DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO ANALISA SWOT
KOMUNITAS
1. Manajemen kesehatan tidak S : Daignosa yang diangkat memiliki sifat yang
efektif di desa Lasallian C6 b/d umum, dimana jika ini teratasi dapat juga
pola makan yang kurang sehat melindungi dari penyakit-penyakit lainnya.
W : Sulit untuk dapat selalu mengontrol
masyarakat agar selalu memiliki pola makan yang
sehat
O : Diagnose ini dapat ditujukan pada semua usia,
mulai dari bayi hingga lansia.
T : Ancaman dalam pelaksanaan tindakan untuk
diagnose ini ialah pasien tidak mampu
membedakan antara makanan yang boleh dimakan
dan tidak

2. Manajemen kesehatan tidak S : Daignosa ini dapat meningkatkan tingkat


efektif di desa Lasallian C6 b/d kesehateraan masyarakat
kurangnya aktivitas fisik pada W : Tidak semua aktivitas fisik tergolong dalam
masyarakat aktivitas fisik yang sehat.
O : Diagnosa ini lebih ditujukan pada kelompok
beresiko
T :Pengambilan diagnose ini akan sulit diatasi
karena masyarakat tidak dapat mengubah waktu
bekerja mereka
3. Manajemen kesehatan tidak S : Selain kesehatan dapat terjaga, lingkungan juga
efektif di desa Lasallian C6 b/d dapat terhindar dari polusi
kebiasaan merokok pada W : Kebiasaan merokok sudah terjadi sejak lama
masyarakat sehingga tidak mudah untuk diubah dalam waktu
singkat
O : Diagnosa ini lebih focus pada sasaran orang
dewasa yanag beresiko
T :Kesulitan dalam penerapan tindakan ini ialah
cuaca yang dingin sehinga=ga merokok untuk
menghangatkan badan
4.4 Rencana Asuhan keperawatan (tabel)

RENCANA
NO MASALAH TUJUAN SASARAN WAKTU TEMPAT DANA PJ
KEGIATAN
1. Manajemen Setelah  Ajarkan - Masyarakat Rabu,13 Desa Yang diperlukan : Indah
kesehatan diberikan tentang usia > 40thn Oktober Lasallian Rp.500.000
tidak efektif pendidikan pola makan - Ibu Rumah 2019 C6
di desa kesehatan da jenis Tangga Sumber dana :
Lasallian C6 selama 3x60 makanan Mahasiswa
b/d pola menit tentang yang sehat mengumpulkan
makan yang pole makan  Memasak uang
kurang sehat yang sehat dan menu diet Rp.50.000/org (10
cara memasak bersama org) Melya
menu sehat
diharapkan
masyarakat
dapat mandiri
melakukannya.
2. Manajemen Setelah  Ajarkan Seluruh Jumat, 15 Desa - Nikita
kesehatan diberikan tentang Masyarakat Oktober Lasallian
tidak efektif pendidikan aktivitas 2019 C6
di desa kesehatan fisik yang
Lasallian C6 selama 2x20 dapat
b/d menit tentang dilakukan
kurangnya pentingnya  Undang
aktivitas fisik aktivitas fisik instruktur
pada diharapkan senam
masyarakat masyarakat untuk
dapat mandiri senam
melakukannya bersama
3. Manajemen Setelah  Ajarkan Masyarakat Sabtu, 16 Desa Dana yang Feren
kesehatan diberikan bahaya dewasa muda Oktober Lasallian dibutuhkan : Rp.
tidak efektif pendidikan merokok hingga 2019 C6 50.000
di desa kesehatan bagi dewasa tua
Lasallian C6 selama 2x150 kesehatan Sumber dana :
b/d kebiasaan menit tentang  Tempel Mahasiswa
merokok bahaya poster mengumpulkan
pada merokok, dilarang uang Rp.5.000/org
masyarakat diharapkan merokok (10 org)
angka dan bahaya
pengguna merokok di
rokok dapat lingkungan
menurun.
4.5 Implementasi & Evaluasi Asuhan Keperawatan Komunitas (tabel)
NO MASALAH KEPERAWATAN HARI/TANGGAL KEGIATAN EVALUASI
1. Manajemen kesehatan tidak efektif Rabu,13 Oktober 2019  Mengajarkan tentang pola makan da S : Masyarakat mengerti tentang
di desa Lasallian C6 b/d pola makan jenis makanan yang sehat penjelasan pola makan sehat
yang kurang sehat  Memasak menu diet bersama O : Masyarakat terlihat antusias
dan senang melakukan kegiatan
A : Kegiatan dijadwalkan ulang
P : Rencana Kegiatan :
 Ajarkan tentang pola makan
da jenis makanan yang sehat
 Memasak menu diet bersama
2. Manajemen kesehatan tidak efektif Jumat, 15 Oktober 2019  Mengajarkan tentang aktivitas fisik S : Masyarakat mengerti tentang
di desa Lasallian C6 b/d kurangnya yang dapat dilakukan penjelasan aktivitas fisik ya ng
aktivitas fisik pada masyarakat  Mengundang instruktur senam untuk dapat dilakukan
senam bersama O : Masyarakat semangat dan
senang melakukan kegiatan
A : Intervensi dihentikan.
P : Pantau aktivitas masyarakat
3. Manajemen kesehatan tidak efektif Sabtu, 16 Oktober 2019  Mengajarkan bahaya merokok bagi S : Masyarakat paham tentang
di desa Lasallian C6 b/d kebiasaan kesehatan penjelasan bahaya merokok bagi
merokok pada masyarakat  Menempel poster dilarang merokok kesehatan
dan bahaya merokok di lingkungan O : Masyarakat semangat untuk
menempel bersama
A : Intervensi dihentikan.
P : Pantau aktivitas masyarakat
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Dengan perubahan paradigma pelayanan kesehatan dari kuratif ke arah promotif
dan preventif Nolla. J Pender telah menghasilkan sebuah karya fenomenal tentang
“Health Promotion Model” atau model promosi kesehatan. Dimana model tersebut
menggabungkan 2 teori yaitu teori nilai harapan (expectancy value) dan teori kognitif
social (social cognitive theory) yang konsisten dengan semua teori yang memandang
pentingnya promosi kesehatan dan pencegahan penyakit adalah suatu hal yang logis
dan ekonomis.
Menurut WHO promosi kesehatan meliputi mendorong gaya hidup yang lebih sehat,
menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan, memperkuat tindakan masyarakat,
mengorientasikan kembali pelayanan kesehatan dan membangun kebijakan public yang
sehat. Kesehatan individu dan keluarga ditandai dengan efektifnya dalam komunitas,
linkungan dan masyarakat dimana mereka perlu hidup.
Model Promosi Kesehatan Nolla J. Pender adalah suatu cara untuk menggambarkan
interaksi manusia dengan lingkungan fisik dan interpesonalnya dalam berbagai dimensi.
Model ini mengintegrasikan teori nilai harapan (Expectancy-value) dan teori kognitif sosial
(Social Cognitive Theory) dalam perspektif keperawatan manusia dilihat sebagai fungsi yang
holistik.

5.2 Saran
Sebagai pelaku kesehatan dan penyuluh kesehatan diharapkan dapat memberikan
contoh dalam melakukan perubahan perikaku sehat untuk diri sendiri, keluarga, dan
masyarakat. Dalam Promosi Kesehtan sangat diperlukan peran perawat dan dapat
diterapkan pada seluruh subjek keperawatan individu, keluarga, kelompok maupun
komunitas.
DAFTAR PUSTAKA
Alligood, M. R. (2014). Nursing theorists and their work (8th ed.). St. Louis, MO:
Elsevier/Mosby.
Ho, A., Berggren, I., &Dahlborg-Lyckhage, E. (2010). Diabetes empowerment related to
Pender's Health Promotion Model: a meta-synthesis. Nursing & Health Sciences, 12(2),
259-267.doi:10.1111/j.1442-2018.2010.00517.x
Kazer, M., & Fitzpatrick, J. (2012).Encyclopedia of Nursing Research. New York, NY:
Springer Pub.
Kearney-Nunnery, R. (2008). Advancing Your Career: Concepts of Professional Nursing.
Philadelphia: F.A. Davis.
McCullagh, M. C. (2013). Health promotion. In S. J. Peterson, & T. S. Bredow (Eds.), Middle
range theories- application to nursing research (3rd ed. (pp. 224-234). Philadelphia, PA:
Wolters Kluwer/Lippincott Williams & Wilkins.
Potter & Perry . 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Volume Dua. Edisi Empat.

Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran.

Sakraida, T. J. (2014). Health promotion model. In M. R. Alligood (Ed.), Nursing theorists


and their work (8th ed. (pp. 396-416). St. Louis, MO: Elsevier/Mosby.
Stark, M., Chase, C., &DeYoung, A. (2010). Barriers to Health Promotion in Community
Dwelling Elders.Journal of Community Health Nursing, 27(4), 175-
186.doi:10.1080/07370016.2010.515451
Suara, M., Dalami, E., Rochimah. 2010. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : CV Trans Info

Media.

Utami, T. A. (2017). Promosi Kesehatan Nola Pender Berpengaruh terhadap Pengetahuan dan

Kepatuhan ODHA Minum ARV. Indonesian Journal of Nursing and Midwifery, 5(1),

58–67. https://doi.org/2354-7642/2503-1856
LAMPIRAN
1. Format Pengkajian Keluarga (format pengkajian tanpa data)

Anda mungkin juga menyukai