Anda di halaman 1dari 5

DIGOXIN

 Digoksin adalah suatu obat yang diperoleh dari tumbuhan Digitalis lanata. Digoksin
digunakan terutama untuk meningkatkan kemampuan memompa (kemampuan
kontraksi) jantung dalam keadaan kegagalan jantung/congestive heart failure (CHF).
 PENGGUNAAN DIGOKSIN
1. Pengobatan gagal jantung kongestif (CHF) karena efek inotropiknya pada miokardium.
2. Pengobatan fibrilasi atrium karena efek chronotropiknya pada sistem elektrofisiologis
jantung.
 KONSENTRASI TERAPEUTIK DAN TOKSIK
1. Konsentrasi plasma digoksin secara umum bernilai ≈ 1 hingga 2 mcg/L (ng/mL) biasanya
dianggap berada di dalam kisaran terapeutik. Kisaran terapeutik 0,5 hingga 0,9 mcg/L
diindikasikan untuk pasien dengan CHF.
2. Dalam situasi perawatan akut, umumnya dosis muatan digoksin ≈ 1 mg/70 kg diberikan
sebelum dosis umum pemeliharaan dimulai, yakni 0,125 hingga 0,25 mg/hari.
3. Pasien ginjal buruk, lansia, pasien yang diterapi dengan menggunakan obat yang dapat
berinteraksi misal amiodaron, dosis pemberian adalah 0,125 mg setiap 2 hari.
Parameter Nilai
Range Terapi
· Non-CHF 0,8 – 2 μg/L
· CHF 0,5 – 1 μg/L
· Beberapa pasien atrrial fibralasi Direkomendasikan ≥ 2 μg/L
F (bioavaibilty)
· Tablet 0,7
· Elixir 0,8
· Soft gelatin capsules 1
S 1
Vb (L) (3,8)(BB dalam kg) + (3,1)(Clcr dalam ml/menit)
V (L) rata-rata 7,3 L/kg, akan menurun pada penderita penyakit ginjal.
Clb (ml/menit)
· Pasien non-CHF (0,8mL/kg/menit)(BB) + ( Clcr dalam mL/menit)
· Pasien CHF (0,3 mL/kg/menit/(BB) + (0,9)(Clcr dalam mL/menit)
T½ 2 hari
(T ½ semakin panjang pada pasien gagal ginjal dan
kombinasi dengan amiodarone)
 BIOAVAILABILITAS (F)
1. Ketersediaan hayati tablet digoksin = 0,5 - 0,9. Para klinikal menggunakan F = 0.7 - 0,8.
Dalam pembahasan ini akan digunakan F=0,7 karena banyak disebutkan dalam literatur.
Bioavaibilitas eliksir = 0,8, kapsul digoksin hampir diabsorpsi sempurna, pemberian
IV juga diasumsikan memiliki bioavailabilitas 100%.
1
2. Bioavailabilitas digoxin berkurang sekitar 25% dengan p-glikoprotein, adanya
mekanisme lain (seperti induksimetabolisme hepatik) juga mempengaruhi. Beberapa
antibiotik juga dapat mengubah biavailabitas digoksin. Dalam banyak kasus, antibiotik
meningkatkan bioavailabilitas, efek penghambatan bakteri dalam saluran
gastrointestinal akan mempengaruhi metabolisme digoksin.
 VOLUME DISTRIBUSI
1. Volume distribusi rerata untuk digoksin adalah ≈ 7,3 L/kg. Nilai V menurun pada pasien
yang memiliki penyakit ginjal, pasien hipotiroid dan pada pasien yang
mengonsumsi kuinidin.
VDigoksin (L) = (3,8 L/kg) (Berat dalam kg) + (3,1)(Clcr dalam mL/menit)
2. Volume distribusi meningkat pada pasien hipertiroid.
Faktor Faktor Kali
Kuinidin 0,7
Tiroid
• Hipotiroid 0,7
• Hipertiroid 1,3
Faktor harus dikalikan dengan nilai volume distribusi atau klirens yang dihitung. Faktor
perkalian akan meningkatkan ketidakpastian prediksi nilai volume distribusi atau klirens.
Meskipun tidak diuji, anda dapat mengantisipasi terjadinya multiplikatif faktor tersebut.
 KLIRENS
Kliren digoksin total dalam mL/kg/menit dapat dihitung pada pasien dengan atau tanpa CHF
sebagai berikut :
1. Pasien tanpa CHF
Total Cldigoxin (mL/menit) = (0,8 L/kg) (Berat dalam kg) + Clcr dalam mL/menit
2. Pasien dengan CHF
Total Cldigoxin (mL/menit) = (0,33 L/kg) (Berat dalam kg) + (0,9) (Clcr dalam
mL/menit)

Klirens kreatinin dapat diperkirakan dari serum kreatinin pasien menggunakan rumus
berikut ini :

1. Berat badan ideal pria (kg) = 50 + ( 2,3 ) ( tinggi badan inchi > 60)
2. Berat badan ideal wanita (kg) = 45 + ( 2,3 ) ( tinggi badan inci > 60 )

2
 WAKTU PARUH
1. Digoxin memiliki waktu paruh mencapai 2 jam pada pasien yang memiliki fungsi ginjal
normal.
2. Pada pasien tanpa ginjal (anephric) waktu paruh meningkat menjadi 4-6 hari yang
disebabkan oleh penurunan klirens yang menyebabkan volume distribusi pun
menurun pada pasien dengan fungsi ginjal menurun.

AMINOGLIKOSIDA (GENTAMISIN)
 Antibiotik aminoglikosida banyak digunakan untuk pengobatan infeksi berat bakteri gram
negatif seperti pneumonia dikombinasikan dengan antibiotik β-laktam.
 Merupakan senyawa yang terdiri dari 2 atau lebih gugus gula amino yang terikat lewat ikatan
glikosidik pada inti heksosa. Dengan adanya gugusan-amino, zat-zat ini bersifat basa lemah
dan garam sulfanya yang digunakan dalam terapi mudah larut dalam air.
Konsentrasi terapeutik dalam serum
Gentamisin, Dosis konvensional Dosis “sekali sehari”
tobramisin Puncak 5-8 mg/L 20 mg/L
Palung <2 mg/L Tidak terdeteksi
Amikasin Puncak 20-30 mg/L 60 mg/L
Palung <10 mg/L Tidak terdeteksi
Va 0,25 L/kg
Pada pasien obestitas
(0,25L/kg)(BBI)+ 0,1 (BBT-
BBI)
Pada pasien tidak obestitas
Pria
50 +(2,3)(tinggi dalam inc >60
Wanita
45 +(2,3)(tinggi dalam inc >60
Cl 𝟏𝟒𝟎−𝐮𝐬𝐢𝐚 (𝐁𝐁)
Pria = (𝟕𝟐)(𝑺𝒄𝒓)
𝟏𝟒𝟎−𝐮𝐬𝐢𝐚 (𝐁𝐁)
Wanita = (𝟎, 𝟖𝟓) (𝟕𝟐)(𝑺𝒄𝒓𝒔𝒔)
Fungsi ginjal normal 0,0043 L/kg/jam
Pasien anefrik fungsional
Pasien anefrik operasi 0,0021 L/kg/jam
Hemodialisis 1,8 L/jam

3
AUC24 70-100 mg x jam/L Gentamisin dan tobramisin
(amikasin kurang lebih tiga
kali lebih tinggi)
t1/2
Fungsi ginjal normal 2-3 jam
Pasien anefrik fungsional 30-60 jam
fu >0,95

 PENGGUNAAN AMINOGLIKOSIDA
1. Gentamisin dan Tobramisin
Konsentrasi plasma puncak : Konsentrasi plasma palung :
Konvensional : 5-8 mg/L Konvensional : <2 mg/L
Sekali sehari : 20 mg/L Sekali sehari : Tidak terdeteksi
2. Amikasin
Konsentrasi plasma puncak: Konsentrasi plasma palung:
Konvensional : 20-30 mg/L Konvensional : <10 mg/L
Sekali sehari : 60 mg/L Sekali sehari : Tidak terdeteksi
 BIOAVAILABILITAS (F)
Antibiotik aminoglikosida merupakan senyawa yang sangat larut dalam air dan sukar larut
dalam lipid. Akibatnya, obat-obat ini sukar di absorbsi bila diberikan secara oral dan harus
diberikan secara parenteral untuk mengobati infeksi sistemik.
 VOLUME DISTRIBUSI
1. Volume distribusi aminoglikosida adalah ≈ 0,25 L/kg walaupun telah dilaporkan kisaran
relatif luas yaitu 0,1-0,5 L/kg.
2. Volume distribusi aminoglikosida pada pasien obesitas harus disesuaikan karena
antibiotik aminoglikosida menunjukkan distribusisnya menuju ekstraselular dan volume
cairan ekstraselular jaringan adiposa yang mendekati 10% dari total berat badan
terhadap 25% untuk jaringan lainnya.
𝑉 𝑎𝑚𝑖𝑛𝑜𝑔𝑙𝑖𝑘𝑜𝑠𝑖𝑑𝑎 (𝐿) = (0,25 𝐿⁄𝑘𝑔) (𝐵𝐵𝐼) + 0,1(𝐵𝐵𝑇 − 𝐵𝐵𝐼)
3. Pasien pediatrik berusia dibawah 5 tahun cenderung memiliki volume distribusi lebih
tinggi. Antara usia lahir dan 5 tahun, volume distribusi cenderung terus menurun dari
nilai awal 0,5 L/kg sampai dengan nilai orang dewasa sebesar 0,25 L/kg. Volume
distribusi pada anak berusia 1-5 tahun:
𝑈𝑠𝑖𝑎 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
𝑉 𝑎𝑚𝑖𝑛𝑜𝑔𝑙𝑖𝑘𝑜𝑠𝑖𝑑𝑎 (𝐿) = (0,5 𝐿⁄𝑘𝑔 ( 𝑥 0,25)) 𝑥(𝐵𝐵 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑘𝑔)
5
4. Volume distribusi aminoglikosida meningkat pada pasien asites, edema, atau yang
mengalami pembesaran volume “ruang ketiga” lainnya. Salah satu pendekatannya
adalah dengan menambah V sebesar 1 L untuk setiap 1 kg penambahan berat badan,
didasarkan pada asumsi bahwa volume distribusi antibiotik aminoglikosida kurang lebih
sama dengan volume cairan ekstraseluler.

4
𝑉 𝑎𝑚𝑖𝑛𝑜𝑔𝑙𝑖𝑘𝑜𝑠𝑖𝑑𝑎 (𝐿) = {0,25L/kg X BB pasien tdk obes, tidak kelebihan carain
(kg)}+0,1{berat kelebihan adiposa (kg)}+{berat kelebihan cairan pada ruang ketiga (kg) }
 KLIRENS
1. Antibiotik aminoglikosida dieliminasi hampir semuanya melalui rute renal.
2. Klirens aminoglikosida dan klirens kreatinin memiliki nilai yang mirip pada berbagai
kondisi fungsi ginjal, maka klirens aminoglikosida dapat diestimasi dengan persamaan
yang digunakan untuk mengestimasi klirens kreatinin, yaitu

3. Klirens non renal aminoglikosida sebesar ≈ 0,0021 L/kg/jam. Klirens non renal
signifikan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal yang signifikan.
4. Pada pasien aneferik fungsional yang menjalani hemodialisis secara intermiten, nilai
klirens ≈ 0,0043 L/kg/jam.
 WAKTU PARUH
1. Waktu paruh eliminasi aminoglikosida dari tubuh ditentukan oleh volume distribusi dan
klirens. Kondisi fungsi renal setiap orang berbeda sehingga waktu paruhnya pun
bervariasi.
2. Waktu paruh aminoglikosida sekitar 2-3 jam untuk pasien dengan fungsi ginjal normal.
3. Untuk pasien anefrik fungsional, waktu paruhnya sekitar 30-60 jam.

TEOFILIN
 Teofilin adalah senyawa methylxanthine yang digunakan untuk pengobatan asma, penyakit
paru obstruktif kronik (PPOK, bronkitis kronis dan emfisema), dan apnea prematur. Efek
bronkopasma dari teofilin berguna untuk meringankan saluran pernafasan pada penderita
asma.

Anda mungkin juga menyukai