Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit merupakan tempat kerja dimana terdapat karyawan,


orang sakit, pengunjung, alat medis dan non medis. Rumah sakit dibangun
dilengkapi dengan peralatan yang dijalankan dan dipelihara untuk
sedemikian rupa untuk menjaga dan mencegah kebakaran serta persiapan
dalam menghadapai bencana maupun kebakaran. Kesehatan dan
Keselamatan Kerja adalah kesehatan dan keselamatan yang berkaitan
dengan tenaga kerja, pekerjaan dan lingkungan kerja, yang meliputi segala
upaya untuk mencegah dan menanggulangi segala sakit dan kecelakaan
akibat kerja.

Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk


rumah sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan di
rumah sakit yaitu keselamatan pasien (patient safety), keselamatan pekerja
atau petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan di rumah
sakit yang bisa berdampak terhadap keselamatan pasien dan petugas,
keselamatan lingkungan yang berdampak terhadap pencemaran
lingkungan dan keselamatan bisnis rumah sakit yang terkait dengan
kelangsungan hidup rumah sakit. Oleh karna itu diperlukan adanya suatu
sasaran dari keselamatan pasien yang mendorong perbaikan spesifik dalam
keselamatan pasien. Salah satu nya kewaspadaan pada obat high alert.

Obat high alert menurut The Joint Commission merupakan obat


yang mempunyai risiko paling tinggi menyebabkan bahaya ketika salah
dalam pemberiannya. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1691/MENKES/PER/VIII/2011 Tentang Keselamatan
Pasien Rumah Sakit menyatakan obat-obatan yang perlu diwaspadai (high
alert medications) adalah obat yang sering menyebabkan terjadi

1
kesalahan/kesalahan serius (sentinel event). Dalam prakteknya di rumah
sakit, obat high alert harus dipisahkan atau diberi tanda khusus agar mudah
dibedakan sehingga tidak terjadi kesalahan dalam penggunaan obat
(Hisfarsidy, 2015).

Setiap obat jika salah penggunaannya dapat membahayakan pasien,


bahkan bahayanya dapat menyebabkan kematian atau kecacatan pasien,
terutama obat-obat yang perlu diwaspadai. Obat yang perlu diwaspadai
adalah obat yang mengandung risiko yang meningkat bila kita salah
menggunakan dan dapat menimbulkan kerugian besar pada pasien. Oleh
karena itu penulis membahas tentang “Peningkatan Kewaspadaan
Terhadap Obat High Alert”.

B. Tujuan Penulisan

Mampu mengetahui dan menjelaskan obat apa saja yang memiliki resiko
tinggi yang dapat menyebabkan cidera dan cara penyimpananya.

BAB II
2
TINJUAN TEORI

A. Pengertian

Rumah Sakit perlu mengembangkan kebijakan pengelolaan Obat untuk

meningkatkan keamanan, khususnya Obat yang perlu diwaspadai (high- alert

medication). High-alert medication adalah Obat yang harus diwaspadai karena

sering menyebabkan terjadi kesalahan/kesalahan serius (sentinel event) dan Obat

yang berisiko tinggi menyebabkan Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan (ROTD).

Kelompok Obat high-alert diantaranya:

1. Obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat

Rupa dan Ucapan Mirip/NORUM, atau Look Alike Sound Alike/LASA).

2. Elektrolit konsentrasi tinggi (misalnya kalium klorida 2meq/ml

atau yang lebih pekat, kalium fosfat, natrium klorida lebih pekat dari 0,9%,

dan magnesium sulfat =50% atau lebih pekat).

3. Obat-Obat sitostatika.

B. Kebijakan dan Acuan

1. Peraturan Menteri Kesehatan No.3 Tahun 2015 Tentang Peredaran,

Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, dan Psikotropika.

2. Peraturan Mentri Kesehatan No. 9 Tahun 2015 Tentang Perubahan

Penggolongan Narkotika.

3. Perturan Mentri Kesehatan No. 13 Tahun 2014 Tentang Perubahan

Penggolongan Narkotika.

3
4. Peraturan Menteri Kesehatan No. 72 Tahun 2016 Tentang Syandrad

Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.

5. Peraturan Kemnetrian Kesehatan No. 1691/ Menkes/

PER/VIII/2011 Tentang Keselamatan Pasien di Rumah Sakit.

6. Undang-undang Republik Indonesia No.35 Tahun 2009 Tentang

Narkotika Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit.

7. Pedoman Pencampuran Obat Suntik Dan Penanganan sediaan

sitostatika Drektur Jendral Bina Farmasi Departemen Kesehatan Republik

Indonesia 2009.

8. Komite Akreditasi Rumah Sakit. 2011. Standra Akreditasi Rumah

Sakit.

9. Joint Commission Intarnational Standars For Hospitals. April 2013.

5TH Edition.

C. Proses Pengadaan Obat High Alert

Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk

merealisasikan perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus

menjamin ketersediaan, jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang

terjangkau dan sesuai standar mutu. Pengadaan merupakan kegiatan yang

berkesinambungan dimulai dari pemilihan, penentuan jumlah yang

dibutuhkan, penyesuaian antara kebutuhan dan dana, pemilihan metode

pengadaan, pemilihan pemasok, penentuan spesifikasi kontrak, pemantauan

proses pengadaan, dan pembayaran. Untuk memastikan Sediaan Farmasi,

4
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan mutu dan

spesifikasi yang dipersyaratkan maka jika proses pengadaan dilaksanakan

oleh bagian lain di luar Instalasi Farmasi harus melibatkan tenaga

kefarmasian.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai antara lain:

1. Bahan baku Obat harus disertai Sertifikat Analisa.

2. Bahan berbahaya harus menyertakan Material Safety Data Sheet

(MSDS).

3. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai

harus mempunyai Nomor Izin Edar.

4. Masa kadaluarsa (expired date) minimal 2 (dua) tahun kecuali

untuk Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai

tertentu (vaksin, reagensia, dan lain-lain), atau pada kondisi tertentu yang

dapat dipertanggung jawabkan.

5. Rumah Sakit harus memiliki mekanisme yang mencegah

kekosongan stok Obat yang secara normal tersedia di Rumah Sakit dan

mendapatkan Obat saat Instalasi Farmasi tutup.

D. Penyimpanan Obat High Alert

5
Setelah barang diterima di Instalasi Farmasi perlu dilakukan

penyimpanan sebelum dilakukan pendistribusian. Penyimpanan harus dapat

menjamin kualitas dan keamanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan

Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan persyaratan kefarmasian.

Persyaratan kefarmasian yang dimaksud meliputi persyaratan stabilitas dan

keamanan, sanitasi, cahaya, kelembaban, ventilasi, dan penggolongan jenis

Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai. Komponen

yang harus diperhatikan antara lain:

1. Obat dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan Obat

diberi label yang secara jelas terbaca memuat nama, tanggal pertama

kemasan dibuka, tanggal kadaluwarsa dan peringatan khusus.

2. Elektrolit konsentrasi tinggi tidak disimpan di unit perawatan.

3. Elektrolit konsentrasi tinggi yang disimpan pada unit perawatan

pasien dilengkapi dengan pengaman, harus diberi label yang jelas dan

disimpan pada area yang dibatasi ketat (restricted) untuk mencegah

penatalaksanaan yang kurang hati-hati.

4. Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan

barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi.

5. Instalasi Farmasi harus dapat memastikan bahwa Obat disimpan

secara benar dan diinspeksi secara periodik.

6. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai

yang harus disimpan secara terpisah.

6
Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi, bentuk

sediaan, dan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis

Pakai dan disusun secara alfabetis dengan menerapkan prinsip First Expired

First Out (FEFO) dan First In First Out (FIFO) disertai sistem informasi

manajemen. Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan

Medis Habis Pakai yang penampilan dan penamaan yang mirip (LASA,

Look Alike Sound Alike) tidak ditempatkan berdekatan dan harus diberi

penandaan khusus untuk mencegah terjadinya kesalahan pengambilan Obat.

Rumah Sakit harus dapat menyediakan lokasi penyimpanan Obat emergensi

untuk kondisi kegawatdaruratan. Tempat penyimpanan harus mudah diakses

dan terhindar dari penyalahgunaan dan pencurian. Pengelolaan Obat

emergensi harus menjamin:

a. Jumlah dan jenis Obat sesuai dengan daftar Obat emergensi yang

telah ditetapkan

b. Tidak boleh bercampur dengan persediaan Obat untuk kebutuhan

lain

c. Bila dipakai untuk keperluan emergensi harus segera diganti

d. Dicek secara berkala apakah ada yang kadaluwarsa

e. Dilarang untuk dipinjam untuk kebutuhan lain.

E. Peresepan Obat

7
Pada Proses peresepan obat diperlukan pengkajian Resep dilakukan untuk

menganalisa adanya masalah terkait Obat, bila ditemukan masalah terkait

Obat harus dikonsultasikan kepada dokter penulis Resep. Apoteker harus

melakukan pengkajian Resep sesuai persyaratan administrasi, persyaratan

farmasetik, dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat

jalan. Persyaratan administrasi meliputi:

1. Nama, umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan pasien.

2. Nama, nomor ijin, alamat dan paraf dokter

3. Tanggal Resep; dan ruangan/unit asal resep.

Persyaratan farmasetik meliputi:

1. Nama Obat, bentuk dan kekuatan sediaan.

2. Dosis dan Jumlah Obat.

3. Aturan dan cara penggunaan.

Persyaratan klinis meliputi:

1. Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan Obat

2. Duplikasi pengobatan.

3. Alergi dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD)

4. Kontraindikasi; dan

5. Interaksi Obat.

Pelayanan Resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan ketersediaan, penyiapan

Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai termasuk

peracikan Obat, pemeriksaan, penyerahan disertai pemberian informasi. Pada

8
setiap tahap alur pelayanan resep dilakukan upaya pencegahan terjadinya

kesalahan pemberian Obat (medication error).

F. Peralatan dan Penyimpanan

Rumah Sakit harus mempunyai ruang penyimpanan Sediaan


Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan, serta harus
memperhatikan kondisi sanitasi, temperatur, sinar/cahaya,
kelembaban, ventilasi, pemisahan untuk menjamin mutu produk dan
keamanan petugas, terdiri dari:

a) Kondisi umum untuk ruang penyimpanan:


(1) Obat jadi
(2) Obat produksi
(3) bahan baku Obat
(4) Alat Kesehatan
b) Kondisi khusus untuk ruang penyimpanan:
(1) Obat termolabil
(2) bahan laboratorium dan reagensia
(3) Sediaan Farmasi yang mudah terbakar
(4) Obat/bahan Obat berbahaya
(narkotik/psikotropik)

Peralatan Penyimpanan
1. Peralatan Penyimpanan Kondisi Umum
a.lemari/rak yang rapi dan terlindung dari debu,
kelembaban dan cahaya yang berlebihan;
b.lantai dilengkapi dengan palet.
2. Peralatan Penyimpanan Kondisi Khusus:
a. Lemari pendingin dan AC untuk Obat yang termolabil

b. Fasilitas peralatan penyimpanan dingin harus

9
divalidasi secara berkala;
c. Lemari penyimpanan khusus untuk narkotika dan
Obat psikotropika;
d. Peralatan untuk penyimpanan Obat, penanganan
dan pembuangan limbah sitotoksik dan Obat berbahaya
harus dibuat secara khusus untuk menjamin keamanan
petugas, pasien dan pengunjung.
G. Pemusnahan Obat
Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai yang tidak dapat digunakan harus
dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi


standar/ketentuan peraturan perundang-undangan dilakukan oleh
pemilik izin edar berdasarkan perintah penarikan oleh BPOM
(mandatory recall) atau berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik
izin edar (voluntary recall) dengan tetap memberikan laporan
kepada Kepala BPOM.

Penarikan Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai


dilakukan terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh Menteri.

Pemusnahan dilakukan untuk Sediaan Farmasi, Alat


Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai bila:

1. Produk tidak memenuhi persyaratan mutu;


2. Telah kadaluwarsa;
3. Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam
pelayanan kesehatan atau kepentingan ilmu pengetahuan;
dan/atau
4. Dicabut izin edarnya.
Tahapan pemusnahan terdiri dari:
a. Membuat daftar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
10
Bahan Medis Habis Pakai yang akan dimusnahkan;
b. Menyiapkan Berita Acara Pemusnahan;
c. Mengoordinasikan jadwal, metode dan tempa
pemusnahan kepada pihak terkait;
d. Menyiapkan tempat pemusnahan; dan
e. Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan
bentuk sediaan serta peraturan yang berlaku.
H. Proses Pemberian Obat High Alert

1. Penyiapan dan pemberian obat kepada pasien yang perlu

diwaspadai termasuk elektrolit konsentrasi tinggi harus memperhatikan

kaidah berikut:

a. Setiap pemberian obat menerapkan PRINSIP 7 BENAR

1) Benar obat

2) Benar waktu dan frekuensi pemberian

3) Benar dosis

4) Benar rute pemberian

5) Benar identitas pasien

6) Benar nama pasien

7) Benar nomor rekam medis pasien

b. Pemberian elektrolit pekat harus dengan pengenceran dan

penggunaan label khusus.

c. Pastikan pengenceran dan pencampuran obat dilakukan

oleh orang yang berkompeten.

d. Pisahkan atau beri jarak penyimpanan obat dengan

kategori LASA

11
e. Tidak menyimpan obat kategori kewaspadaan tinggi di

meja dekat pasien tanpa pengawasan.

f. Biasakan mengeja nama obat dengan kategori obat LASA /

NORUM (Look Alike Sound Alike = Nama Obat Rupa Mirip), saat

memberi / menerima instruksi.

I. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)


Monitoring Efek Samping Obat (MESO) merupakan kegiatan pemantauan
setiap respon terhadap Obat yang tidak dikehendaki, yang terjadi pada dosis
lazim yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosa dan
terapi. Efek Samping Obat adalah reaksi Obat yang tidak dikehendaki yang
terkait dengan kerja farmakologi.MESO bertujuan:
1. Menemukan Efek Samping Obat (ESO) sedini mungkin terutama
yang berat, tidak dikenal, frekuensinya jarang
2. Menentukan frekuensi dan insidensi ESO yang sudah dikenal dan
yang baru saja ditemukan;
3. Mengenal semua faktor yang mungkin dapat
menimbulkan/mempengaruhi angka kejadian dan hebatnya ESO
4. Meminimalkan risiko kejadian reaksi Obat yang idak dikehendaki.
5. Mencegah terulangnya kejadian reaksi Obat yang tidak
dikehendaki.
Kegiatan pemantauan dan pelaporan ESO:
1. mendeteksi adanya kejadian reaksi Obat yang tidak dikehendaki
(ESO).
2. mengidentifikasi obat-obatan dan pasien yang mempunyai risiko
tinggi mengalami ESO.
3. mengevaluasi laporan ESO dengan algoritme Naranjo.
4. mendiskusikan dan mendokumentasikan ESO di Tim/Sub
Komite/Tim Farmasi dan Terapi.
5. melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional.
Faktor yang perlu diperhatikan:
12
1. kerjasama dengan Komite/Tim Farmasi dan Terapi dan ruang
rawat.
2. ketersediaan formulir Monitoring Efek Samping Obat.
Petunjuk teknis mengenai monitoring efek samping Obat akan diatur lebih lanjut
oleh Direktur Jenderal.
J. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)
Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) merupakan program evaluasi penggunaan
Obat yang terstruktur dan berkesinambungan secara kualitatif dan kuantitatif.
1. Tujuan EPO yaitu:
a. mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola penggunaan
Obat.
b. membandingkan pola penggunaan Obat pada periode waktu
tertentu.
c. memberikan masukan untuk perbaikan penggunaan Obat.
d. menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan Obat.

13
BAB III
TINJAUAN KASUS

PANDUAN OBAT HIGH ALERT

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PEMERINTAHAN KABUPATEN BEKASI

A. Profil Rumah Sakit

RSUD Kabupaten Bekasi terletak di Jalan Teuku Umar, Cibitung –

Bekasi. Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Bekasi resmi dibuka untuk

umum pada tanggal 15 Agustus 2005, berdasarkan Instruksi Bupati Bekasi

Nomor : 2/2/2005 tentang pengoperasian Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Bekasi dan surat ijin operasional Nomor

503/2440/DINKES/RS/2005 tentang izin penyelenggaraan Rumah Sakit

Umum Daerah Kabupaten Bekasi. Pelayanan yang diberikan terbatas pada

pelayanan rawat jalan 11 spesialistik, Unit Gawat Darurat, Ambulance dan

penunjang medis. Pada tanggal 25 Januari 2006, Rumah Sakit Umum

Daerah Kabupaten Bekasi mulai memberikan pelayanan Rawat Inap untuk

kelas II dan III dengan 60 tempat tidur dan penambahan fasilitas pelayanan

yaitu kamar operasi, kebidanan dengan 4 tempat tidur.

Type Rumah sakit saat ini adalah type C sesuai Keputusan Menteri

Kesehatan Nomor 493/MENKES/SK/V/2008, tanggal 28 Mei 2008, tentang

14
Penetapan Tipe Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Bekasi milik

Pemerintah Kabupaten Bekasi Propinsi Jawa Barat.

Menimbang :

a. Bahwa dalam upaya meningkatkan keselamatan pasien dan mutu

pelayanan di Rumah Sakit di perlukan adanya panduan obat High

Alert, di Rumah Sakit Umum Dearah Kabupatn Bekasi.

b. Bahwa untuk menunjukkan hal sebagaimana disebutkan dalam

butir a, perlu ditetapkan keputusan Direktur RSUD Kabupaten Bekasi.

Mengingat :

1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009

Tentang Kesehatan.

2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang

Rumah Sakit.

3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentng

praktek kedokteran

4. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11 Tahun

2017 tentang keselamat pasien Rumah Sakit.

MEMUTUSKAN

Menetapkan :

15
Pertama :Surat keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Bekasi tentang panduan obat Hight Alert

Rumah Sakit Umum Kabupaten Bekasi.

Kedua :Panduan obat Hight Alert Rumah Sakt Umum

Kabupaten Bekasi sebagaimana tercantum dalam

keputusan ini.

Ketiga :Panduan obat High Alert Rumah Sakit Umum

Kabupaten Bekasi harus dijadikan acuhan dalam

memberikan pelayanan ekaligus payung hukum bagi

kebijakan dibawahnya yang berlaku di Rumah Sakit

Umum Daerah Kabupaten Bekasi.

Keempat : Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan

apabila di kemudian hari ternyata terdapat hal-hal yang

perlu disempurnakan akan dilakukan perbaikan dan

penyesuai sebagaimana mestinya.

B. High Alert Medications

1. Tujuan

a. menyediakan panduan untuk Rumah Sakit Mengenai

kebijakan managemen dan pemberian obat-obatan yang tergolong

dalam High Alert Medications ( obat-obatan dalam pengawasan).

b. meningkatankan kewaspadaan dalam Hight Alert

Medications sehingga meningkatkan keselamatan pasien.

16
c. memberikan pelayanan kesehatan dengan kualitas dan

meminimalisasi terjadi kesalahan-kesalahan medis dan

menurunkan potensi resiko terhadap pasien.

2. Definisi

High Alert Medicatons adalah obat-obatan yang memiliki resiko lebih

tinggi untuk menyebabkan atau menimbulkan adanya komplikasi atau

membahayakan pasien secara signifikan jika terjadi kesalahan

penggunaan.

3. Kebijakan

a. High Alert Medication memiliki resiko yang lebih tinggi

dalam menyebabkan komplikasi, efek samping, atau bahaya. hal ini

dapat dikarenakan adanya retan dosis terapeutik dan keamanan

yang sempat atau karena insiden yang tinggi akan terjadinya

kesalahan.

b. metode untuk meminimalisasi kesalahan ini meliputi

beberapa strategi seperti :

1) menyediakan akses informasi mengenal High Alert

Medication.

2) membatasi akses terhadap High Alert Medications.

3) menggunakan label atau tanda peringatan untuk High Alert.

4) membuat standar prosedur peresepan , penyimpanan,

persiapan dan pemberian High Alert.


17
5) melakukan prosedur pengecekan ganda oleh obat-obatan

tretentu.

c. obat-obatan jenis baru dan informasi keselamatan tambahan

lainnya akan ditinjau ulang dalam audit hingga revisi High Alert

Medications dapat dirubah sebagimana mestinya.

d. berikut obat-obat yang termasuk dalam kategori High Alert

Medications.

e. KCI injeksi tidak boleh disimpan diarea perawatan pasien

kecuali ruang OK, ICU, IGD.

f. obat-obatan yang digunakan dalam emergency medis

(misalnya : kondisi mengancam nyawa yang bersifat gawat darurat)

tidak diwajibkan untuk mengikuti pedoman dan prosedur

penggunaan High Alert.

4. Prinsip

a. kurangi atau eliminasi kemungkinan terjadinya kesalahan.

1) mengurangi jumlah High Alert Medications yang disimpan

di suatu unit.

2) mengurangi konsentrasi dan volume obat yang tersedia.

3) hindarkan penggunaan High Alert Medications sebisa

mungkin.

b. lakukan penekan ganda.

18
c. meminimalisasi konsekuensi kesalahan

1) pilih konsentrasi obat yang kecil. jika terpaksa harus

menggunakan dengan dosis yang lebih besar, pilih obat dengan

nama dagang yang berbeda. misal : sediaan Midazolam

disediakan Miloz 5 mg/ 5ml dan untuk dosis yang lebih besar

digunakan Sedacum 15mg/ 3 ml.

2) pisahkan obat-obat dengan nama atau label yang mirip.

3) meminimalisasi instruksi verbal dan hindarkan penggunaan

singkatan.

4) batasi akses terhadap High Alert Medications

5) gunakan table dosis standar ( daripada menggunakan dosis

perhitungan berdasarkan berat badan atau fungsi ginjal, dimana

rentan terjadi kesalahan)

5. Prosedur

lakukan prosedur dengan aman dan hati-hati selama memberikan

intruksi, mempersiapkan, memberikan obat, dan menyimpan High

Alert Medications.

a. Peresepan

1) jangan berikan intruksi hanya secara verbal mengenai High

Alert Medications.

19
2) intruksi harus ditulis oleh DPJP atau doketr jaga dengan

tulisan yang jelas dan dapat di pahami oleh penerima resep.

3) intrusksi ini harus mencakup

a) nama pemberi intruksi dan nama penulis resep

b) nama pasien dan nomer rekam medis

c) tanggal dan waktu intruksi

d) nama obat, dosis, jalur pemberian, dan tanggal

pemberian setap obat.

e) kecepatan dan durasi pemberian obat.

4) doketr harus menuliskan diagnosis, kondisi dan indikasi

penggunaan setiap High Alert Medications scara tulis di rekam

medik

b. persiapan dan penyimpanan

1) High Alert medications harus disimpan di instalasi farmasi,

ditempatkan secara terpisah dari obat lainnya dan diberikan

label/ peringanatan “ high alert” disetiap kemasan obat high

alert

2) high alert medications golongan narkotika disimpan sesuai

peratuan perundang-undangan yang belaku

3) high alert medication yang ada di ruang perawatan

disimpan dalam kotak emergeny kit yang memiliki kunci

20
disposible dan dierikan label/ peringatan high alert disetiap

kemasan

4) infus intravena yang mengandung high alert medications

harus diberikan label high alert

c. pemberian obat

1) perawat harus selalu melakukan pengecekan ganda ( double

check) terhadap semua high alert medcations sebelum

diberikan kepada pasien.

2) perawat harus mengikuti prinsip tujuh benar dalam

pemberian obat :

a) benar pasien

b) benar obat

c) benar dosis

d) benar aturan pemakaian/ waktu pemberan

e) benar rute pemberian

f) benar informasi

g) benar dokumntasi

3) perawat wajib mendokumentasikan pemberian obat high

alert medications pada catatan pemberian obat di rekam medik

21
4) perawat melakukan monitoring secara periodik selama

pasien menerima high alert medicatioN

C. Jenis Obat-Obatan High Alert

A. Agonis adrenergik IV ( epinefrin, noneprinefrin)

1. intruksi medikasi harus mengikuti kecepatan awal

2. saat titrasi obat, haruslah meliputi parameternya

3. konsentrasi standar untuk infus kontinu :

a) epinefrin 4 mg/250ml

b) nonepinefrin : 8 mg/250 ml

4. pada kondisi klinis dimana diperlukan konsetrasi infuse

yang tidak sesuuai standar, spuit atau botol infuse harus diberikan

label konsentrasi yang digunakan adalah

5. gunakan monitor kardiovaskuler pada semua pasien dengan

pemasangan vena sentral.

B. infus kontinu heparin

1. protokol standar indikasi adalah untuk thrombosisi vena

dalam ( deep vein thrombosis-DVT) sakit jantung, stroke, ultra-

filtrasi

2. singkatan “u” untuk unit tidak diperbolehkan. jangan

menggunakan singkatan

22
3. standar konsentrasi obat untuk infuse kontinu : heparin

25.000 unit/ 500ml dekstrose 5% ( setara dengan 50 unit/ml)

4. gunakan pompa infuse

5. lakukan pengecekan ganda

6. berikan stiker atau label pada vial heparin dan lakukan

pengecekan ganda terhadap adanya perubahan kecepatan

pemberian

7. untuk memberian bolus, berikan dengan spuit ( daripada

memodifikasikecepatan infuse)

8. obat-obatan harus diawasi dan di pantau

C. Insulin IV

1. singkatan “u” untuk unit tidak diperbolehkan. jangan

menggunakan singkatan

2. infus insulin : konsentrasi standar iunit/ml, berikan label

high alert ikuti protokol standar ICU

3. vial insulin yang telah dibuka memiliki waktu kadaluaesa

dalam 30 hari setelah terbuka. tanggal pemakaian insulin untuk

pertama kali harus dicantumkan dalam pen insulin

4. jangan penah menyimpan insulin didalam suit 1 cc selalu

menggunakan spuit insulin khusus

5. lakukan pengecekan ganda

23
6. perawat harus memberitahukan kepada pasien bahwa

merekan akan diberikan suntikan insulin

D. konsentrat elektrolit injeksi NACL >0,9% dan injeksi kalium

( klorida, asetat dan fosfat)> 0,4 Eq/ml

1. jika KCL diinjeksi terlalu cepat ( misalnya pada kecepatan

melebihi 10 mEq/jam) atau dengan dosis yang terlalu tinggi dapat

menyebabkan henti jantung

2. KCL tidak diberikan secara bolus

3. hanya disimpan di instalasi farmasi, UGD, ICU dan kamar

operasi

4. standar konsentrasi pemberian infus NaCL maksmal 3%

dalam 500ml

5. berikan label pada botol infuse larutan natrium hipertonik

3%

6. prosedur untuk KCL

a) pastikan dokter memberikan intruksi KCL secara tertulis

dilembar intruksi dokter

b) perawat mengecek kembali intuksi dari dokter

c) perhitungan K ( mEq= (3.5-kadar k skarang) x 0.3 x BB

24
d) perawat menyiapakan larutan KCL dan cairan pengencer,

gunakan cairan Nacl 0,9% sebagai pengener jangan

menggunkaan cairan dextrose

e) ambil larutan KCL sesuai intruksi doketr atau sesuai dengan

kebutuhan

f) masukan dalam larutan pengencer Nacl 0,9% dengan

ketentuan:

1) maksimal konsentrasi untuk pemberian infuse

periferadalah 10 mEq /100 ml dengan kecepatan pemberian

10 mEq/jam

2) maksimal konsetrasi untuk pemberian central infuse

dengan CVP adalah 20-40mEq/100 ML dengan kecepatan

pemberian 40 mEq/jam

g) monitor EKG jika infuse diberikan secara central atau

peripheral >10 mEq/jam

h) dokumentasikan kondisi pasien pada saat pemberian dan

sesudah pemberian KCL

7. lakukan pengecekam ganda

E. Infuse narkose atau opiate, termasuk infuse narkose epidural

1. opiat dan substansi lainnya harus disimpan dalam lemari

penyimpanan yang terkunci di instansi farmasi dan di ruang

perawatan.
25
2. konsetrasi standar

a) morfin : 1 mg/ml

b) fentanyl ( penggunaan ICU) : 1 mcg/ml

3. konsentrasi tinggi : (berikan label konsentrasi tinggi)

a) morfin : 5 mg/ml

b) fentanyl ( penggunaan ICU) 50 mcg/ml

4. intruksi penggunaan narkotika mengikuti kebijakan titrasi

5. pastikn tersedia nalokson atau sejenisnya di semua area

yang terdapat kemungkinan menggunakan morfin

6. tanyakan semua pasien yang menerima opiate mengenai

riwayat alergi

7. hanya menggunakan nama generik

8. jalur pemberian epidural

a) semua pemberian infuse narkotik/ opiate dengan pompa

infuse yang terprogram dan di berikan label pada alat pompa

b) gunakan tabung infus yang spesifik tanpa portal injeksi

c) berikan label pada ujung distal selang nfuse epidural dan

selang infus iv untuk membedakan

9. jika diperlukan perubahan dosis hubungi doketr yang

bertanggung jawab

26
10. lakukan pengecekan ganda

F. Agen sedasi IV (midazolam, propolol)

1. setiap infuse obat sedasi kontnu memiliki standar dosis

a) midazolam : 1 mg/ml efek puncak 5-10 menit

b) propofol : 10mg/ml

2. lakukan monitor selama pemberian obat ( oksimetri denyut,

tanda vital, tersedia alat resusitasi )

G. Infus magnesium sulfat

1. tergolong sebagai high alert medications pada pemberian

melebihi konsentrasi standar yaitu >40mg/ml dalam larutam 100

ml ( 4 g dalam 00 ml larutan isotoni atau normal saline )

2. perlu pengecekan ganda ( perhitungan dosis, persiapan

dosis, penanturan pompa infuse)

H. Dopamin dan Dobutamin

1. sering trejadi kesalahan berupa obat tretkar karena namanya

yang mirip, konsetrasi yang mirip dan indikasinya yang serupa.

gunakan label yang dapat membedakan nama obat ( misalnya :

DOBUTamin , DOPamin)

2. gunakan konsentrasi standar

3. berikan label pada pompa dan botol infus berupa nama obat

dan dosisnya

27
I. Obat-obat inotropk iv ( digoksin)

1. obat-obatan ini memiliki rentang terapeutik yang sempit

dan memiliki sejumlah interaksi obat

2. pasien-pasien yang harus mendapatkan pengawasan ekstra

jetat adalah lansia yang mendapatkan dosis tinggi obat inotropik

dan juga mengkonsumsi quinidine

3. dalam penggunaan obat, berikan edukasi kepada pasien

mengenai pentingnya kepatuhan pasien dalam hal dosis, perlunya

pemeriksaan darah perifer secara rutin dan tanda-tanda peringatan

akan terjadinya potensi overdosis

4. tingkatkan pemantauan pasien dengan memperbanyak

kunjungn doketr dan pemeriksaan laboratorium

J. Natrium Bicarbont (meylon)

1. pastikan dokter memberikan intruks pemberian natrium

bicarbonat secara tertulis dilembar intruksi dokter

2. perawat mengecek kembali intruksi dokter dengan teliti

3. Asidosis metabolik dikoreksi jika kadar PH darah < 7.35

meq/L dan HCO3 <22 dan melihat hasil BE dengan perhitungan :

KCO3 = 0,3 X BB X BE

4. perawat menyiapkan larutan natrium bicarbonat dan cairan

pengencer gunakan cairan Nacl 0,9% sebagai pengencer janan

menggunakan cairan dextrose


28
5. ambil larutan natrium bicarbonat sesuai intruksi dokter

6. cara pemberian natrium bicarbonat :

a) ½ dosis diberikan secara bolus perlahan dan ½ dosis lagi

diencekan dengan Nacl 0,9% berikan per drip

b) seluruh dosisi diberikan bolus perlahan 1-2 jam

c) seluruh dosis diberikan per drip

7. pantau tempat insersi iv cateter selama pemberian natrium

bicarbonat, hentikan jika timbul kemerahan di sekitar tempat

penusukan atau daerah vena

8. monitor asidosis metabolik dengan klinis pasien dan

pemeriksaan analisa gasdarah

9. dokumentasikan pelaksanaan tindakan dan kondisi pasin

dalam catatan keperawatan

D. DAFTAR OBAT HIGH ALERT RSUD KABUPATEN BEKASI

GOLONGAN OBAT NAMA ZAT AKTIF NAMA OBAT


Agonis adrenergik IV Epineprin Epineprin Injeksi
Nonepineprin Nonepineprin Injeksi
Anti Kolinergik Atropin Sulfat Atropin Sulfat Injeksi
Blok Neuromuscular Atracurium Notrixum Injeksi
Neostigmin Neostigmin Injeksi
Agen anastesi ( umum, Propofol Fresofol Injeksi

inhalasi IV, Epidural)


Ketamin Ivanes Injeksi

29
Ketamin Hameln Injeksi
Isoflurane Isoflurane
Sevoflurane Sojourn
Bupivacain Marcain spinal Injeksi

Buvanes Injeksi
Nicardipin Nicardipin Injeksi
Antiaritmia IV Amiodaron Injeksi Amiodaron Injeksi
Lidocain Lidocain Injeksi
Antitrombotik Heparin Inviclot Injeksi
Enoxaparin Lovenox Injeksi
Fondaparinux Arixtra Injeksi
Obat Inotropik IV Digoksin Fargoxin Injeksi
Dopamin Cetadop Injeksi
Dobutamin Dobutamin Injeksi
Insulin ( SC dan IV) Insulin Novorapid

Novomix

Levemir

Lantus

Humalog

Humalog mix
Sediaan Narkotika Pethidin Pethidin Injeksi
Fentanil Fentanil Injeksi
Morphin Morphin Injeksi

MST tablet
Codein Codein tablet

Codipront kapsul

30
Sediaan Psikotropika Diazepam
Alprazolam Alprazolam tablet
Klordiazepoxida Braxidine tablet
Clobazam Clobazam tablet
Phenobarbital Phenobarbital tablet

Sibital Injeksi
Midazolam Sedacum Injeksi

Miloz Injeksi
Lorazepam Ativan tablet

Merlopam tablet
Metyilphenidate Hcl Prohiper tablet
Clonazepam Clonazepam tablet
Elektrolit Konsentrat Nacl 3 % Otsusalin 3%

Pekat
KCL 7, 46% KCL Injeksi
Dextrose 40% Dextrose 40%
MgSO4 40%, MgSO4 MgSO4 40%

20% MgSO4 20%


Meylon 8,4 % Meylon 8,4 %

E. DAFTAR OBAT LASA (LOOK A LIKE SOUND ALIKE)


RSUD KABUPATEN BEKASI
No Nama Obat No Nama Obat
1 Cefotaxime ampul Ceftazidine ampul
2 Cefotaxime ampul Ceftriaxon ampul
3 Cefoperazone ampul Ceftriaxon ampul
4 Oxitocin Ampul Methylergometrin ampul
5 Salbutamol sirup Azitromicin sirup

31
6 Acarbose 50 mg tablet Acarbose100 mg tablet
7 Captopril 12,5 mg tablet Captopril 25mg tablet
8 Chlorpromazine 25 mg tablet Chlorpromazine 100mg tablet
9 Ciprofloxacin tablet Levofloxacin tablet
10 Clozapin 25 mg tablet Clozapin 100mg tablet
11 Depakote 250 mg tablet Depakote 500mg tablet
12 Glimiperide 1 mg tablet Glimeperid 2mg tablet
13 Haloperidol 0,5 mg tablet Haloperidol 5mg tablet
14 Haloperidol 0,5 mg tablet Haloperidol 1,5mg tablet
15 Herbeser 100 mg kapsul Herbeser 200mg kapsul
16 Meloxicam 7,5 mg tablet Meloxicam 15mg tablet
17 Metformin 500 mg tablet Metformin 850mg tablet
18 Methylprednisolon 4mg tablet Methylprednisolon 16mg tablet
19 Nystatin tablet Nystatin vaginal tablet
20 Pamol 125 mg suppositoria Pamol 250mg suppositoria
21 Propanolol 10mg tablet Propanolol 40mg
22 Risperidone 1mg tablet Risperidone 2mg tablet
23 Serequel 100 mg tablet Serequel 300mg tablet
24 Serequel 100mg tablet Serequel 400mg tablet
25 Seretide diskus 50/250mcg Seretide diskus 50/100mcg
26 Seretide diskus 50/250mcg Seretide diskus 50/500 mcg
27 Symbicort 160/120 mcg Symbicort 160/60 mcg
28 Simbicort 160/120 mcg Simbicort 80/60 mcg
29 Stesolid 5mg tube Stesolid 10mg tube
30 Tyrozol mg tablet Thyzoln 10mg tablet
31 Uthyrox 50 mg tablet Uthyrox 100mg tablet
32 Kalsium laktat tablet Calos

CAIRAN INFUSE: ………………………..

BOTOL KE :………………………..

RUANG :……………………………….. HIGH


ALERT

32
OBAT YANG DITAMBAHKAN jumlah :

Tanggal Pemberian :……….. Jam:……………..


diberikan oleh :………. Dicek oleh :…………..
BAB IV
KESENJANGAN

33
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
High-alert medication adalah Obat yang harus diwaspadai karena sering

menyebabkan terjadi kesalahan/kesalahan serius, Kelompok Obat high-alert

diantaranya:

1. Obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat

Rupa dan Ucapan Mirip/NORUM, atau Look Alike Sound

Alike/LASA).

2. Elektrolit konsentrasi tinggi (misalnya kalium klorida 2meq/ml

atau yang lebih pekat, kalium fosfat, natrium klorida lebih pekat dari

0,9%, dan magnesium sulfat =50% atau lebih pekat).

Setiap pemberian obat menerapkan PRINSIP 7 BENAR, Benar obat,

Benar waktu dan frekuensi pemberian, Benar dosis, Benar rute pemberian,

Benar identitas pasien, Benar nama pasien, Benar nomor rekam medis

pasien

B. Saran

34
Dengan adanya makalah ini penulis berharap, mahasiswa dan sebagai

perawat kita diharapkan dapat memahami penggunaan obat dan berbagai

jenis obat high alert maupun bukan high alert.

35
DAFTAR PUSTAKA

http://hisfarsidiy.org/high-alert-medicine/ 2015, maret

https://www.kemhan.go.id/itjen/2017/03/13/peraturan-menteri-kesehatan-
republik-indonesia-nomor-72-tahun-2016-tentang-standar-pelayanan-kefarmasian-
di-rumah-sakit.html

https://rsud.bekasikab.go.id/index.php/sejarah

36

Anda mungkin juga menyukai